Dosen pengapuh:
Disusun Oleh :
FitrianiDwiRahayu (20151700120006)
Muslim Mubarok (201517001200 )
NurlelaWarwey (201517001260 )
1
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PEMBUKAAN ............................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
A. Kepribadian Khalifah Ali Bin Abi Thalib ........................................................................... 4
B. Perjuangan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ................................................................. 4
C. Nilai keteladanan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ................................................ 13
D. Metode yang digunakan .................................................................................................... 15
BAB III ......................................................................................................................................... 16
PENUTUP..................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17
2
BAB I
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG
Segala sesuatu tentang penulisan ulang mengenai dunia islam, baik sejarah-sejarah
dunia islam maupun pada masa ali bin abi thalib pastinya bersifat terbuka dan milik hak
semua orang. Hanya bagaimana cara kita mengaplikasikannya secara baik dan benar.
Makalah ini lebih banyak menulusuri apa saja yang terjadi pada dunia islam pada masa
ali bin abi thalib. Karna banyak nilai-nilai positif yang dapat kita ambil dari masa ali bin
thalib dan para khalifah yang lainnya.
Kejadian miris yang sering terjadi saat ini adalah banyak orang-orang islam yang
tidak mengetahui sejarah-sejarah islam, bahkan lebih banyak mengadopsi budaya-
budaya dari non muslim. Ini adalah gambaran bagaimana dinamika dunia islam yang
terjadi terus menerus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kepribadianKhalifah Ali bin Abi Thalib?
2. Bagaimanaperjuangan Ali bin AbiThalibsebagaiKhalifah?
3. Bagaimana nilaiketeladanan Pada masa Khalifah Ali?
4. Metodeapa yang tepatuntukdiajarkankepadasiswa MI ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menjadi khalifah. Setelah Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat
senior satu per satu yang ada di kota Madinah, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Umar bin Khaththab agar bersedia
menjadi khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun
kaum Anshar dan Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ali didatangi
beberapa kali oleh kelompok-kelompok tersebut agar bersedia dibai’at menjadi khalifah.
Namun, Ali menolak. Sebab, Ali menghendaki agar urusan itu diselesaikan melalui
musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior terkemuka. Akan
tetapi, setelah massa mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera mempunyai
pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhirnya Ali bersedia dibai’at
menjadi khalifah.
Ali dibai’at oleh mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Anshar serta para tokoh
sahabat, seperti Thalhah dan Zubair, tetapi ada beberapa orang sahabat senior, seperti
Abdullah bin Umar bin Khaththab, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqash,
Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam yang waktu itu berada di Madinah tidak mau
ikut membai’at Ali. Abdullah dan Saad misalnya bersedia membai’at kalau seluruh
rakyat sudah membai’at. Mengenai Thalhah dan Zubair, mereka membai’at secara
terpaksa. Mereka bersedia membai’at jika nanti mereka diangkat menjadi gubernur di
Kufah dan Bashrah.
Dengan demikian, Ali tidak dibai’at oleh kaum muslimin secara aklamasi karena
banyak sahabat senior ketika itu tidak barada di kota Madinah, mereka tersebar di
wilayah-wilayah taklukan baru, dan wilayah Islam sudah meluas ke luar kota Madinah
sehingga umat Islam tidak hanya berada di tanah Hejaz (Mekkah, Madinah, dan Thaif),
tetapi sudah tersebar Jazirah Arab dan di luarnya. Salah seorang tokoh yang menolak
untuk membai’at Ali dan menunjukkan sikap konfrontatif adalah Mu’awiyah bin Abi
Sufyan, keluarga Utsman dan Gubernur Syam. Alasan yang dikemukakan karena
menurutnya Ali tidak bertanggung jawab dan tidak menindaklanjuti pencarian pelaku atas
pembunuhan Utsman tetapi malah mengutamakan pemerintahannya.
5
tenang di Masjid Nabawi. Setelah memuji dan mengagungkan Allah, selanjutnya Ali
berkata:“Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab sebagai petunjuk yang
menjelaskan kebaikan dan keburukan. Maka ambillah yang baik dan tinggalkan yang
buruk. Allah telah menetapkan segala kewajiban, kerjakanlah! Maka Allah menuntunmu
ke surga. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal-hal yang haram dengan jelas,
memuliakan kehormatan orang muslim dari pada yang lainnya, menekankan keikhlasan
dan tauhid sebagai hak muslim. Seorang muslim adalah yang dapat menjaga
keselamatan muslim lainnya dari ucapan dan tangannya. Tidak halal darah seorang
muslim kecuali dengan alasan yang dibenarkan. Bersegeralah membenahi kepentingan
umum, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu dimintai pertanggungjawaban
tentang apa saja, dari sejengkal tanah hingga binatang ternak. Taatlah kepada Allah
jangan mendurhakai-Nya. Bila melihat kebaikan ambillah, dan bila melihat keburukan
tinggalkanlah.”
“Wahai manusia, kamu telah membai’at saya sebagaimana yang kamu telah
lakukan terhadap khalifah-khalifah yang dulu daripada saya. Saya hanya boleh menolak
sebelum jatuh pilihan. Akan tetapi, jika pilihan telah jatuh, penolakan tidak boleh lagi.
Imam harus kuat, teguh, dan rakyat harus tunduk dan patuh. Bai’at terhadap diri saya
ini adalah bai’at yang merata dan umum. Barang siapa yang mungkir darinya,
terpisahlah dia dari agama Islam.”
6
bin Khatthab. Menyikapi berbagai kebijakan dan masalah-masalah yang dihadapi Ali,
kemudian pemerintahannya digoncangkan oleh pemberontakan-pemberontakan.
Diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang
merupakan keluarga Utsman sendiri dengan alasan:
Oleh karena itu hak untuk menentukan pengisian jabatan tidak lagi merupakan hak
pemimpin yang berada di Madinah saja. Namun, karena situasi politik yang gawat pada
waktu itu sehingga permintaan mereka merupakan tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi
dalam waktu dekat. Suasana politik pada saat itu memanas dikarenakan adanya
rongrongan dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang tidak menyetujui dan tidak
mengakui Ali menjabat sebagai khalifah keempat. Melihat keadaan sedemikian rumit,
maka hal pertama yang memerlukan penanganan serius yang dilakukan Ali adalah
memulihkan, mengatur, dan menguatkan kembali posisinya sebagai khalifah dan
berusaha mengatasi segala kekacauan yang terjadi. Setelah itu baru melakukan
pengusutan atas pembunuhan Utsman. Namun, sejak tahun 35 H/656 M, tahun
pengangkatan Ali sebagai khalifah sampai tahun 36 H/657 M, Ali tidak juga
memperlihatkan sikap yang pasti untuk menegakkan hukum syariat Islam terhadap para
pembunuh Utsman. Sehingga Aisyah bergabung dengan Thalhah dan Zubair
menggerakkan kabilah-kabilah Arab untuk menuntut balas atas kematian Utsman. Setelah
dirasa mempunyai kekuatan yang besar, Aisyah dan pasukannya memutuskan menyerang
pasukan Ali di Kufah, yang sebetulnya pasukan Ali dipersiapkan untuk menghadapi
tantangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Syiria. Ali sebenarnya ingin menghindari
peperangan. Beliau mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar mereka mau
berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut
ditolak. Akhirnya pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang selanjutnya dikenal
dengan “Perang Jamal”. Pertempuran tersebut dipimpin oleh Aisyah, Thalhah, dan
Zubair. Pertempuran inilah yang terjadi pertama kali diantara kaum muslimin. Dan yang
memperoleh kemenangan pada perang jamal adalah pasukan Ali, karena pasukan Ali
7
lebih berpengalaman dibanding pasukan Aisyah. Walaupun pasukan Aisyah mengalami
kekalahan, Aisyah tetap dihormati oleh Ali dan pengikutnya sebagai Ummul Mu’minin.
2. Perang Shiffin
8
dengan caradamai. Ali mengirim utusan dibawah pimpinan panglima Basyir bin Amru
untukmelangsungkan perundingan dengan pihak Mu’awiyah. Pada bulan Muharram 37
H/658 Mmereka mencapai persetujuan yakni menghentikan perundingan untuk sementara
danmasing-masing pihak akan memberi jawaban pada akhir bulan Muharram.Sebenarnya
hal ini sangat merugikan Ali karena akan mengurangi semangattempur tentaranya dan
pihak lawan bisa memperbesar kekuatannya. Namun sebagaikhalifah, Ali terikat oleh
ketetapan firman Allah surat al-hujurat ayat 9 dan surat an-nisa’ ayat59. Dengan
mengenali prinsip-prinsip hukum Islam itu maka dapat dipahami mengapakhalifah Ali
menempuh jalan damai dahulu.Jawaban terakhir dari pihak Mu’awiyah menolak untuk
mengangkat bai’at Ali dansebaliknya menuntut Ali mengangkat bai’at terhadap dirinya.
Maka bulan Saffar 37H/685M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95.000 orang dari
pihak Ali dan 85.000 orangdari pihak Mu’awiyah. Pada saat perang, Imar bin Yasir
(orang pertama yang masuk Islamdi kota Mekkah) tewas. Tewasnya tokoh yang sangat
dikultuskan ini membangkitklansemangat tempur yang tak terkirakan pada pihak pasukan
Ali, sehingga banyak korbanpada pihak Mu’awiyah dan panglima Asytar al-Nahki
berhasil menebas pemegang panji-panjiperang pihak Mu’awiyah dan merebutnya. Bila
panji perang jatuh pada pihak lawanmaka akan melumpuhkan semangat tempur. Pada
saat terdesak itulah pihak Mu’awiyah,Amru bin Ash memerintahkan mengangkat al-
mushaf pada ujung tombak dan berserumarilah kita bertahkim kepada kitabullah. Namun
pada saat itu Alimemerintahkan untuk tetap berperang karena beliau tahu itu hanya tipu
muslihat musuh.Tapi sebagian besar tentaranya berhenti berperang dan berkata jikalau
mereka telahmeminta bertahkim kepada kitabullah apakah pantas untuk tidak
menerimanya, bahkandiantara panglima pasukannya Mus’ar bin Fuka al Tamimi
mengancam: “Hai Ali, mariberserah kepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami
akan berbuat terhadap andaseperti apa yang kami perbuat pada Usman.”Akhirnya Ali
terpaksa tunduk karena beliau menghadapi orang-orang sendiri.Sejarah mencatat korban
yang tewas dalam perang ini 35.000 orang dari pihak Ali dan45.000 orang dari pihak
Mu’awiyah.Peperangan ini diakhiri dengan takhkim (arbitrase).Akan tetapi hal itu tidak
dapatmenyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi
tigagolongan. Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali, pengikutMu’awiyah dan
9
Khawarij (orang-orang yang keluar dari golongan Ali). Akibatnya, diujungmasa
pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik.
3. Perang Nahrawan
Setelah terjadi tahkimsebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap Ali
yangmenerima arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang selanjutnya
dikenaldengan nama Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan bahwa:
Mu’awiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur
karenatelah mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang Shiffin, maka
mereka wajib dibasmi.
10
perang Nahrawan, korban berjatuhan dari pihak Ali karenakeberanian kelompok
Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian kemenanganberada dipihak Ali dan
tokoh/pemuka Khawarij, Mus’ar al Tamimi, Abdullah bin Wahhabtewas dalam
peperangan ini.Golongan Khawarij ( orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib) yangbermarkas di Nahrawain benar-benar merepotkan Ali sehingga memberikan
kesempatanpada pihak Mu’awayah untuk memperkuat dan memperluas kekuasannya
sampai mampumerebut Mesir. Akibatnya sangat fatal pada pihak Ali. Tentara Ali
semakin lemah,sementara kekuatan Mua’wiyah bertambah besar, keberhasilan
Mu’awiyah mengambilposisi Mesir berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan
suplai ekonomi dari pihakAli.
4. Perang Badar
Beberapa saat setelah Ali menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam
sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi.
Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas ditangan Ali masih dalam perselisihan, tapi
semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda
sekitar 25 tahun.
5. Perang Khandaq
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika
memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama
dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
6. Perang Khaibar
11
mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk
mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, ternyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat
kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh
seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali
pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Dan masih banyak lagi peperangan lainnya yang Ali ikuti keculai Perang Tabuk,
karena pada saat itu Ali mewakili Rasulullah untuk menjaga kota Madinah.
SistemEkonomi
Masa pemerintahan Khlifah Ali bin Abi Thalib yang hanya berlangsung selama
enam tahun selalu diwarnai dengan ketidakstabilan kehidupan politik. Ali harus
menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah yang menuntut kematian
Utsman bin Affan.Sekalipun demikian, Khalifah Ali bin Abi Thalib tetap berusaha untuk
melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat
Islam.Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari pemerataan
distribusi uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk
pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran.
Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai
penghitungan baru.
Cara ini mungkin solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan kondisi negara
yang sedang berada dalam masa-masa transisi. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan
bagi para pengikutnya di Irak.Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang
pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
Konsep ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal yang ditujukan kepada Malik Ashter
bin Harits. Surat yang panjang tersebut antara lain mendeskripsikan tugas, kewajiban
serta tanggung jawab para penguasa dalam mengatur berbagai prioritas pelaksanaan
dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para pejabat tinggi dan staf-stafnya,
menjelaskan kelebihan dan kekurangan para jaksa, hakim, dan abdi hukum lainnya.
KondisiKebudayaan
12
Perkembangan yang ada pada masa Ali adalah:
Berkembangnya Sastra.
Ali wafat di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam,
seseorang yang berasal dari golongan Khawarij(pembangkang) saat mengimami shalat
subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah, Ali dikuburkan secara rahasia
di Najaf.
13
denganmengenakanpakaiansetengahbetissembarimenyampirkanselendang.Beliau
mengingatkanparapedagangsupayabertakwakepada Allah
danjujurdalambertransaksi.Beliaumenasihatkan,
“Adilahdalamhaltakarandantimbangan” (Siyara’laamannubala’ 28: 235).
4) Dalamriwayatlaindisebutkan, bahwasuatuharibeliaumasukpasarsendirian,
padahalposisibeliauseorangKhalifah. Beliaumenunjukijalan orang yang tersesat di
pasardanmenolong orang-orang yang
membutuhkanpertolongan.Sembarimenyambangiparapedagang,
beliaumengingatkanmerekaakanfirman Allah ta’ala,
14
6.) Ali adalahpemimpin yang memuliakanparaalimulama, tidakmenjauhdari orang-orang
miskin. Dalamkepemimpinanbeliau, orang yang
kuattakbisasekehendakmelakukankezaliman, dan orang yang
lemahtidakkhawatirakankeadilannya” (Al KhulafaarRasyidun: Ali bin AbiThalibhal: 14-
15).
7.) Saatmenjadikhalifah, keadilanbenar-benartersebar. Bahkantakhanyakaummuslimin yang
merasakan, orang-orang non muslimjugamerasakankeadilantersebut.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ali adalah putera Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad bin Hasyim
bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah. Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib
dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, hari Jum’at pada tanggal 13 Rajab tahun
602 M.
Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah
bin Affan, pertentangan dan kekacauan , serta kebingungan umat Islam Madinah. Ada
banyak peperangan yang terjadi di masa Ali, di antaranya Perang Jamal / Perang Unta,
Khalifah Ali bin Abi Thalib tetap berusaha untuk melaksanakan berbagai kebijakan
yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat Islam dalam kebijakan politiknya di
beberapadiantaranyayaitu,:
16
Saat menjadi khalifah, keadilan benar-benar tersebar. Bahkan tak hanya kaum
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://nanamulyadimdf.blogspot.co.id/2012/05/makalah-sejarah-peradaban-islam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/AlibinAbiThalib
Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
17