Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Kebudayaan Dunia Sebelum Islam


Diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah SKI

Dosen pengapuh:

Disusun Oleh :
FitrianiDwiRahayu (20151700120006)
Muslim Mubarok (201517001200 )
NurlelaWarwey (201517001260 )

INSTITUT KH. ABDUL CHALIM


FAKULTAS TARBIYAH PRODI PGMI
PACET, MOJOKERTO, JAWA TIMUR
2016/2017

1
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 3
PEMBUKAAN ............................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
A. Kepribadian Khalifah Ali Bin Abi Thalib ........................................................................... 4
B. Perjuangan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ................................................................. 4
C. Nilai keteladanan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ................................................ 13
D. Metode yang digunakan .................................................................................................... 15
BAB III ......................................................................................................................................... 16
PENUTUP..................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

2
BAB I

PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG
Segala sesuatu tentang penulisan ulang mengenai dunia islam, baik sejarah-sejarah
dunia islam maupun pada masa ali bin abi thalib pastinya bersifat terbuka dan milik hak
semua orang. Hanya bagaimana cara kita mengaplikasikannya secara baik dan benar.
Makalah ini lebih banyak menulusuri apa saja yang terjadi pada dunia islam pada masa
ali bin abi thalib. Karna banyak nilai-nilai positif yang dapat kita ambil dari masa ali bin
thalib dan para khalifah yang lainnya.
Kejadian miris yang sering terjadi saat ini adalah banyak orang-orang islam yang
tidak mengetahui sejarah-sejarah islam, bahkan lebih banyak mengadopsi budaya-
budaya dari non muslim. Ini adalah gambaran bagaimana dinamika dunia islam yang
terjadi terus menerus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kepribadianKhalifah Ali bin Abi Thalib?
2. Bagaimanaperjuangan Ali bin AbiThalibsebagaiKhalifah?
3. Bagaimana nilaiketeladanan Pada masa Khalifah Ali?
4. Metodeapa yang tepatuntukdiajarkankepadasiswa MI ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KepribadianKhalifah Ali Bin Abi Thalib


Ali adalah putera Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad bin
Hasyim bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah. Ali bin Abi Thalib bin Abdul
Mutthalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, hari Jum’at pada tanggal 13
Rajab tahun 602 M atau 10 tahun sebelum kelahiran Islam. Usianya 32 tahun lebih muda
dari Rasulullah SAW.
Ali merupakan sepupu dan juga menantu dari Rasulullah SAW yaitu suami dari
puteri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra. Ali masuk Islam tatkala usianya belum mencapai
10 tahun. Dengan demikian, Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari
kalangan anak-anak.
Nabi Muhammad SAW semenjak kecil diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib.
Kemudian setelah kakeknya meninggal beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka beliau
mengasuh dan mendidik Ali. Pengetahuan agamanya amat luas. Karena kedekatannya
dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi.
Beliau juga terkenal dengan keberaniannya dan hampir diseluruh peperangan yang
dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada dibarisan depan. Ketika Abu Bakar menjadi
Khalifah, beliau selalu mengajak Ali untuk memusyawarahkan masalah-masalah penting.
Begitu pula Umar bin Khathab tidak mengambil kebijaksanaan atau melakukan tindakan
tanpa musyawarah dengan Ali. Utsman pun pada masa permulaan jabatannya dalam
banyak perkara selalu mengajak Ali dalam permusyawaratan. Demikian pula, Ali juga
tampil membela Utsman ketika berhadapan dengan pemberontak.

B. Perjuangan Ali bin AbiThalibsebagaiKhalifah


Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah
sebelumnya. Ali dibai’at di tengah-tengah suasana berkabung atas meninggalnya Utsman
bin Affan, pertentangan dan kekacauan , serta kebingungan umat Islam Madinah. Sebab,
kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali agar bersedia dibai’at

4
menjadi khalifah. Setelah Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat
senior satu per satu yang ada di kota Madinah, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Umar bin Khaththab agar bersedia
menjadi khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun
kaum Anshar dan Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ali didatangi
beberapa kali oleh kelompok-kelompok tersebut agar bersedia dibai’at menjadi khalifah.
Namun, Ali menolak. Sebab, Ali menghendaki agar urusan itu diselesaikan melalui
musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior terkemuka. Akan
tetapi, setelah massa mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera mempunyai
pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhirnya Ali bersedia dibai’at
menjadi khalifah.

Ali dibai’at oleh mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Anshar serta para tokoh
sahabat, seperti Thalhah dan Zubair, tetapi ada beberapa orang sahabat senior, seperti
Abdullah bin Umar bin Khaththab, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqash,
Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam yang waktu itu berada di Madinah tidak mau
ikut membai’at Ali. Abdullah dan Saad misalnya bersedia membai’at kalau seluruh
rakyat sudah membai’at. Mengenai Thalhah dan Zubair, mereka membai’at secara
terpaksa. Mereka bersedia membai’at jika nanti mereka diangkat menjadi gubernur di
Kufah dan Bashrah.

Dengan demikian, Ali tidak dibai’at oleh kaum muslimin secara aklamasi karena
banyak sahabat senior ketika itu tidak barada di kota Madinah, mereka tersebar di
wilayah-wilayah taklukan baru, dan wilayah Islam sudah meluas ke luar kota Madinah
sehingga umat Islam tidak hanya berada di tanah Hejaz (Mekkah, Madinah, dan Thaif),
tetapi sudah tersebar Jazirah Arab dan di luarnya. Salah seorang tokoh yang menolak
untuk membai’at Ali dan menunjukkan sikap konfrontatif adalah Mu’awiyah bin Abi
Sufyan, keluarga Utsman dan Gubernur Syam. Alasan yang dikemukakan karena
menurutnya Ali tidak bertanggung jawab dan tidak menindaklanjuti pencarian pelaku atas
pembunuhan Utsman tetapi malah mengutamakan pemerintahannya.

Pada hari Jum’at di Masjid Nabawi, mereka melakukan pembai’atan.Setelah


pelantikan selesai, Ali menyampaikan pidato visi politiknya dalam suasana yang kurang

5
tenang di Masjid Nabawi. Setelah memuji dan mengagungkan Allah, selanjutnya Ali
berkata:“Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab sebagai petunjuk yang
menjelaskan kebaikan dan keburukan. Maka ambillah yang baik dan tinggalkan yang
buruk. Allah telah menetapkan segala kewajiban, kerjakanlah! Maka Allah menuntunmu
ke surga. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal-hal yang haram dengan jelas,
memuliakan kehormatan orang muslim dari pada yang lainnya, menekankan keikhlasan
dan tauhid sebagai hak muslim. Seorang muslim adalah yang dapat menjaga
keselamatan muslim lainnya dari ucapan dan tangannya. Tidak halal darah seorang
muslim kecuali dengan alasan yang dibenarkan. Bersegeralah membenahi kepentingan
umum, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu dimintai pertanggungjawaban
tentang apa saja, dari sejengkal tanah hingga binatang ternak. Taatlah kepada Allah
jangan mendurhakai-Nya. Bila melihat kebaikan ambillah, dan bila melihat keburukan
tinggalkanlah.”

“Wahai manusia, kamu telah membai’at saya sebagaimana yang kamu telah
lakukan terhadap khalifah-khalifah yang dulu daripada saya. Saya hanya boleh menolak
sebelum jatuh pilihan. Akan tetapi, jika pilihan telah jatuh, penolakan tidak boleh lagi.
Imam harus kuat, teguh, dan rakyat harus tunduk dan patuh. Bai’at terhadap diri saya
ini adalah bai’at yang merata dan umum. Barang siapa yang mungkir darinya,
terpisahlah dia dari agama Islam.”

 PeperanganpadamasaKhalifah Ali bin AbiThalib

Ada banyak peperangan yang terjadi di masa Ali, di antaranya:

1. Perang Jamal / Perang Unta

Selama masa pemerintahannya, Ali menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada


sedikitpun dalam pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah menduduki Khalifah,
Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Utsman. Ali yakin bahwa pemberontakan-
pemberontakan yang terjadi karena keteledoran mereka. Selain itu Ali juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan oleh Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara. Dan mememakai kembali sistem distrtibusi pajak
tahunan diantara orang-orang Islam. Sebagaimana pernah diterapkan oleh Khalifah Umar

6
bin Khatthab. Menyikapi berbagai kebijakan dan masalah-masalah yang dihadapi Ali,
kemudian pemerintahannya digoncangkan oleh pemberontakan-pemberontakan.
Diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang
merupakan keluarga Utsman sendiri dengan alasan:

Ali harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Khalifah Ustman

Wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-


daerah baru.

Oleh karena itu hak untuk menentukan pengisian jabatan tidak lagi merupakan hak
pemimpin yang berada di Madinah saja. Namun, karena situasi politik yang gawat pada
waktu itu sehingga permintaan mereka merupakan tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi
dalam waktu dekat. Suasana politik pada saat itu memanas dikarenakan adanya
rongrongan dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang tidak menyetujui dan tidak
mengakui Ali menjabat sebagai khalifah keempat. Melihat keadaan sedemikian rumit,
maka hal pertama yang memerlukan penanganan serius yang dilakukan Ali adalah
memulihkan, mengatur, dan menguatkan kembali posisinya sebagai khalifah dan
berusaha mengatasi segala kekacauan yang terjadi. Setelah itu baru melakukan
pengusutan atas pembunuhan Utsman. Namun, sejak tahun 35 H/656 M, tahun
pengangkatan Ali sebagai khalifah sampai tahun 36 H/657 M, Ali tidak juga
memperlihatkan sikap yang pasti untuk menegakkan hukum syariat Islam terhadap para
pembunuh Utsman. Sehingga Aisyah bergabung dengan Thalhah dan Zubair
menggerakkan kabilah-kabilah Arab untuk menuntut balas atas kematian Utsman. Setelah
dirasa mempunyai kekuatan yang besar, Aisyah dan pasukannya memutuskan menyerang
pasukan Ali di Kufah, yang sebetulnya pasukan Ali dipersiapkan untuk menghadapi
tantangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Syiria. Ali sebenarnya ingin menghindari
peperangan. Beliau mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar mereka mau
berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut
ditolak. Akhirnya pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang selanjutnya dikenal
dengan “Perang Jamal”. Pertempuran tersebut dipimpin oleh Aisyah, Thalhah, dan
Zubair. Pertempuran inilah yang terjadi pertama kali diantara kaum muslimin. Dan yang
memperoleh kemenangan pada perang jamal adalah pasukan Ali, karena pasukan Ali

7
lebih berpengalaman dibanding pasukan Aisyah. Walaupun pasukan Aisyah mengalami
kekalahan, Aisyah tetap dihormati oleh Ali dan pengikutnya sebagai Ummul Mu’minin.

Bahkan setelah pertempuran usai, Khalifah Ali mendirikan perkemahan khusus


untuk Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dipersilahkan pulang kembali ke Madinah
yang dikawal oleh saudaranya sendiri, Muhammad bin Abi Bakar. Demikianlah sejarah
terjadinya perang jamal yang merupakan perang pertama antara sesama umat Islam
dalam sejarah Islam.

2. Perang Shiffin

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan Ali mengakibatkan perlawanan


dariGubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggiyang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Selain itu, Mu’awiyah,
GubernurDamaskus dan keluarga dekat Utsman, seperti halnya Aisyah, mereka menuntut
agar Alimengadili pembunuh Utsman. Bahkan mereka menuduh Ali turut campur
dalampembunuhan Utsman. Selain itu mereka tidak mengakui kekhalifahan Ali.Hal ini
bisa dilihat dari situasi kota Damaskus pada saat itu. Mereka menggantungjubah Utsman
yang berlumuran darah bersama potongan jari janda almarhum dimimbarmasjid.
Sehingga hal itu menjadi tontonan bagi rombongan yang berkunjung. Denganadanya
peristiwa tersebut, pihak umum berpendapat bahwa Ali yang bertanggungjawab atas
pembunuhan Utsman.Pada akhir Dzulhijjah 36 H/657 M, khalifah Ali dengan pasukan
gabungan menuju keSyiria utara. Dalam perjalanannya mereka menyusuri arus sungai
Euprate, namun arussungai tersebut telah dikuasai oleh pihak Mu’awiyah dan pihak
Mu’awiyah tidakmengijinkan pihak Ali memakai air sungai tersebut. Awalnya Ali
mengirim utusanpada Mu’awiyah agar arus sungai bisa digunakan oleh kedua pihak,
namun Mu’awiyahmenolak. Akhirnya Ali mengirim tentaranya dibawah pimpinan
panglima Asytar al-Nahki dan dia berhasil merebut arus sungai tersebut. Meskipun
sungai tersebut dikuasaipihak Ali, mereka ini tetap mengijinkan tentara Mu’awiyah
memenuhi kebutuhan airnya.

Setelah sengketa tersebut selesai maka pihak Ali mendirikan garis


pertahanandidataran Shiffin, dan Ali masih berharap dapat mencapai penyelesaian

8
dengan caradamai. Ali mengirim utusan dibawah pimpinan panglima Basyir bin Amru
untukmelangsungkan perundingan dengan pihak Mu’awiyah. Pada bulan Muharram 37
H/658 Mmereka mencapai persetujuan yakni menghentikan perundingan untuk sementara
danmasing-masing pihak akan memberi jawaban pada akhir bulan Muharram.Sebenarnya
hal ini sangat merugikan Ali karena akan mengurangi semangattempur tentaranya dan
pihak lawan bisa memperbesar kekuatannya. Namun sebagaikhalifah, Ali terikat oleh
ketetapan firman Allah surat al-hujurat ayat 9 dan surat an-nisa’ ayat59. Dengan
mengenali prinsip-prinsip hukum Islam itu maka dapat dipahami mengapakhalifah Ali
menempuh jalan damai dahulu.Jawaban terakhir dari pihak Mu’awiyah menolak untuk
mengangkat bai’at Ali dansebaliknya menuntut Ali mengangkat bai’at terhadap dirinya.
Maka bulan Saffar 37H/685M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95.000 orang dari
pihak Ali dan 85.000 orangdari pihak Mu’awiyah. Pada saat perang, Imar bin Yasir
(orang pertama yang masuk Islamdi kota Mekkah) tewas. Tewasnya tokoh yang sangat
dikultuskan ini membangkitklansemangat tempur yang tak terkirakan pada pihak pasukan
Ali, sehingga banyak korbanpada pihak Mu’awiyah dan panglima Asytar al-Nahki
berhasil menebas pemegang panji-panjiperang pihak Mu’awiyah dan merebutnya. Bila
panji perang jatuh pada pihak lawanmaka akan melumpuhkan semangat tempur. Pada
saat terdesak itulah pihak Mu’awiyah,Amru bin Ash memerintahkan mengangkat al-
mushaf pada ujung tombak dan berserumarilah kita bertahkim kepada kitabullah. Namun
pada saat itu Alimemerintahkan untuk tetap berperang karena beliau tahu itu hanya tipu
muslihat musuh.Tapi sebagian besar tentaranya berhenti berperang dan berkata jikalau
mereka telahmeminta bertahkim kepada kitabullah apakah pantas untuk tidak
menerimanya, bahkandiantara panglima pasukannya Mus’ar bin Fuka al Tamimi
mengancam: “Hai Ali, mariberserah kepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami
akan berbuat terhadap andaseperti apa yang kami perbuat pada Usman.”Akhirnya Ali
terpaksa tunduk karena beliau menghadapi orang-orang sendiri.Sejarah mencatat korban
yang tewas dalam perang ini 35.000 orang dari pihak Ali dan45.000 orang dari pihak
Mu’awiyah.Peperangan ini diakhiri dengan takhkim (arbitrase).Akan tetapi hal itu tidak
dapatmenyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi
tigagolongan. Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali, pengikutMu’awiyah dan

9
Khawarij (orang-orang yang keluar dari golongan Ali). Akibatnya, diujungmasa
pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik.

3. Perang Nahrawan

Setelah terjadi tahkimsebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap Ali
yangmenerima arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang selanjutnya
dikenaldengan nama Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan bahwa:

Mu’awiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur
karenatelah mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang Shiffin, maka
mereka wajib dibasmi.

Ali dan pihak-pihak yang mendukung terbentuknya majlis tahkim adalah


raguterhadap kebenaran yang telah diperjuangkan , padahal banyak korban yang
jatuhuntuk membelanya. Untuk itu Ali telah melakukan dosa besar.

Dan yang membenarkan pembentukan majlis tahkim adalah mengembangkan


bid’ahdan memPbasmi kaum bid’ah adalah kewajiban setiap Muslim.

Pemuka kelompok ini adalah Abdullah bin Wahhab al Rasibi. SebenarnyaAlitidak


ingin memerangi kelompok Khawarij tapi karena kelompok ini keterlaluan
dalambersikap diantaranya membunuh keluarga shahabat Abdullah bin Wahhab
dengansadis sekali hanya karena menolak untuk menyatakan keempat khalifah
sepeningggalNabi adalah kufur, selain itu mereka juga membunuh utusan yang diutus
oleh Ali.

Ali menggerakkan pasukannya dan kedua pasukan bertemu pada suatutempat


bernama Nahrawan, terletak dipinggir sungai tigris (al dajlah).

Sebelum perang diumumkan, Ali masih punya harapan untuk menyadarkankaum


Khawarij. Dan Ali memberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: “Barang siapapulang
kembali ke Kufah, akan memperoleh jaminan keamanan.”Sejarah mencatat setelahitu
500 orang diantara mereka ber-iktijalsebagian pulang ke Kufah dan sebagian lagipindah
ke pihak Ali sehingga kelompok Khawarij tinggal 1.800 orang.Dengan begitu pecahlah

10
perang Nahrawan, korban berjatuhan dari pihak Ali karenakeberanian kelompok
Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian kemenanganberada dipihak Ali dan
tokoh/pemuka Khawarij, Mus’ar al Tamimi, Abdullah bin Wahhabtewas dalam
peperangan ini.Golongan Khawarij ( orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib) yangbermarkas di Nahrawain benar-benar merepotkan Ali sehingga memberikan
kesempatanpada pihak Mu’awayah untuk memperkuat dan memperluas kekuasannya
sampai mampumerebut Mesir. Akibatnya sangat fatal pada pihak Ali. Tentara Ali
semakin lemah,sementara kekuatan Mua’wiyah bertambah besar, keberhasilan
Mu’awiyah mengambilposisi Mesir berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan
suplai ekonomi dari pihakAli.

4. Perang Badar

Beberapa saat setelah Ali menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam
sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi.
Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas ditangan Ali masih dalam perselisihan, tapi
semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda
sekitar 25 tahun.

5. Perang Khandaq

Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika
memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama
dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.

6. Perang Khaibar

Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum


Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut
sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat
kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka
benteng Khaibar, Nabi SAW bersabda: "Besok, akan aku serahkan bendera kepada
seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah
akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia

11
mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk
mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, ternyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat
kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh
seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali
pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.

Dan masih banyak lagi peperangan lainnya yang Ali ikuti keculai Perang Tabuk,
karena pada saat itu Ali mewakili Rasulullah untuk menjaga kota Madinah.

 SistemEkonomi

Masa pemerintahan Khlifah Ali bin Abi Thalib yang hanya berlangsung selama
enam tahun selalu diwarnai dengan ketidakstabilan kehidupan politik. Ali harus
menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah yang menuntut kematian
Utsman bin Affan.Sekalipun demikian, Khalifah Ali bin Abi Thalib tetap berusaha untuk
melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat
Islam.Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari pemerataan
distribusi uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk
pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran.
Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai
penghitungan baru.

Cara ini mungkin solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan kondisi negara
yang sedang berada dalam masa-masa transisi. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan
bagi para pengikutnya di Irak.Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang
pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
Konsep ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal yang ditujukan kepada Malik Ashter
bin Harits. Surat yang panjang tersebut antara lain mendeskripsikan tugas, kewajiban
serta tanggung jawab para penguasa dalam mengatur berbagai prioritas pelaksanaan
dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para pejabat tinggi dan staf-stafnya,
menjelaskan kelebihan dan kekurangan para jaksa, hakim, dan abdi hukum lainnya.

 KondisiKebudayaan

12
Perkembangan yang ada pada masa Ali adalah:

Terciptanya ilmu bahasa/nahwu (Aqidah Nahwiyah)

Berkembangnya ilmu Khat al-Qur’an

Berkembangnya Sastra.

 WafatnyaKhalifah Ali bin AbiThalib

Ali wafat di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam,
seseorang yang berasal dari golongan Khawarij(pembangkang) saat mengimami shalat
subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah, Ali dikuburkan secara rahasia
di Najaf.

C. Nilaiketeladanan pada masa Khalifah Ali bin AbiThalib

1) KetikaNabishallallahu’alaihiwasallamhijrahkeMadinah, beliaumeminta Ali


untukmengembalikanbarang-barangtitipankaumQuraisy.
KebiasaankaumQuraisydahulu, merekamenitipkanbarangberhargamerekakepada
orang yang dipandangamanah. Nabishallallahu’alaihiwasallam orang yang
dikenalamanah di kalanganmereka. Sampaimerekamenjulukibeliaudengan “Al-
Amin” (orang yang dapatdipercaya).
2) Ali pun menjalankanpesanRasulullahtersebutdenganbaik, sesuai yang
perintahRasulullahshallallahu’alaihiwasallam. (Tarikh al Khulafa, hal. 157).
Tekadbeliaudalammembumikantauhid di
mukabumiamattinggi.Lihatlahbagaimanaperjuanganbeliausaathari-
haripeperanganKhaibar.BeliaumembulatkantekaduntuktetapikutdalambarisanRasu
lullahshallallahu’alaihiwasallammenujuKhaibar.Padahalsaatitumatabeliausedang
sakitparah.Bukanperjuanganringansaatharusberhadapanhembusandebusaharadanj
auhnyaperjalanan.
3) Beliausosokpemimpinsederhanadandekatdenganrakyatkecil.
Kedudukannyasebagaikhalifahtakmenghalanginyauntukberbaurdenganmasyarakat
.Pernahsuatuketikadikisahkan, beliaumemasukisebuahpasar,

13
denganmengenakanpakaiansetengahbetissembarimenyampirkanselendang.Beliau
mengingatkanparapedagangsupayabertakwakepada Allah
danjujurdalambertransaksi.Beliaumenasihatkan,
“Adilahdalamhaltakarandantimbangan” (Siyara’laamannubala’ 28: 235).
4) Dalamriwayatlaindisebutkan, bahwasuatuharibeliaumasukpasarsendirian,
padahalposisibeliauseorangKhalifah. Beliaumenunjukijalan orang yang tersesat di
pasardanmenolong orang-orang yang
membutuhkanpertolongan.Sembarimenyambangiparapedagang,
beliaumengingatkanmerekaakanfirman Allah ta’ala,

ُ َ‫َّار ْاْل ِخ َرة ُ ن َْجعَلُ َها ِللَّذِينَ ََل يُ ِريدُون‬


ِ ‫علُ ًّوا فِي ْال َ ْر‬
َ َ‫ض َو ََل ف‬
‫سادًا‬ ُ ‫تِ ْل َك الد‬
َ‫َو ْال َعا ِق َبةُ ِل ْل ُمت َّ ِقين‬

“Negeriakhiratitu kami jadikanuntuk orang-orang yang


tidakinginmenyombongkandiridanberbuatkerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) ituadalahbagi orang-orang yang bertakwa” (Al Qashas: 83). “Ayatini,” jelas
Ali, “turunberkenaan orang-orang yang berbuatadildantawadu’ (TahdzibBidayah wan
Nihayah: 3: 282).

4.) Ali seorangpemimpinmenyambangirakyatkecil. Lalumengingatkanmerekatentangakhirat.


Karenakesejahteraansuatunegeri, takhanyaberporospadahal-halduniawisaja. Namun,
hubunganrakyatdengan Sang Khalikadalahfaktorutamakesejahteraansuatubangsa. Dharar
bin Dumrahmenceritakan, saatdimintasahabatMuawiyahradhiyallahu’anhuuntukbercerita
di hadapanbeliautentangkepribadiansahabat Ali bin AbiThalibradhiyallahu’anhu.
5.) “Ali” terangDharar, “adalah orang yang visinyajauhkedepan,lelaki yang kuat,
bicaranyajelas, keputusannyaadil, menguasaibanyakcabangilmu, danperkataannyabijak.
Menjauhdarihingar-bingardunia, bersahabatdengansunyinyamalam (untukberibadah),
mudahmenangis (karenatakutkepada Allah), sukapakaianpendek (sederhana),
makanannyamakananrakyatkecil.Beliau di kalangan kami sepertisudahbagiandari
kami.Biladimintaibeliaumenyanggupidanbiladiundangbeliaudatang.Namunkedekatannya
dengan kami danakrabnya kami denganbeliau, kami tetapmerasasegandenganbeliau.

14
6.) Ali adalahpemimpin yang memuliakanparaalimulama, tidakmenjauhdari orang-orang
miskin. Dalamkepemimpinanbeliau, orang yang
kuattakbisasekehendakmelakukankezaliman, dan orang yang
lemahtidakkhawatirakankeadilannya” (Al KhulafaarRasyidun: Ali bin AbiThalibhal: 14-
15).
7.) Saatmenjadikhalifah, keadilanbenar-benartersebar. Bahkantakhanyakaummuslimin yang
merasakan, orang-orang non muslimjugamerasakankeadilantersebut.

D. Metode yang digunakan :

Setelah kami jabarkantentangsalahsatumateripelajaranSejarahKebudayaan Islam


yaitumengenaikepemimpinanKhalifah Ali bin AbiThalib.
Penulismenyarankanuntukpenyampaianmateritersebutdenganmetode direct instruction (model
pengajaranlangsung).Dalammetodeini guru
menyampaikanmaterikepadasiswasecaralangsungdanmemberikanpenguatansecaralangsung
pula.Selainitu, bisaditambahkandenganpenggunaan media seperti video atau
film.KarenamatapelajaranSejarahKebudayaan Islamdinilaipelajaran yang
membosankandansiswasekolahdasarjugamasihsukadengangambar-gambar.Jadi,
siswaakanlebihtermotivasiuntukbelajardansiswalebihmudahuntukmenerimadanmemahamipelaja
ransehinggapelajaranjugamenjadilebihmenyenangkan.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ali adalah putera Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad bin Hasyim

bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah. Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib

dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, hari Jum’at pada tanggal 13 Rajab tahun

602 M.

Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah

sebelumnya. Ali dibai’ad di tengah-tengah suasana berkabung atas meninggalnya Utsman

bin Affan, pertentangan dan kekacauan , serta kebingungan umat Islam Madinah. Ada

banyak peperangan yang terjadi di masa Ali, di antaranya Perang Jamal / Perang Unta,

perang siffin dan perang nahrawah.

Khalifah Ali bin Abi Thalib tetap berusaha untuk melaksanakan berbagai kebijakan

yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat Islam dalam kebijakan politiknya di

tengah campur marut kehidupan masa pemerintahannya.

Banyaknilaiketeladanan yang dapatdiambildalammasaKhalifah Ali

beberapadiantaranyayaitu,:

 Sosokpemimpin yang sederhanadandekatdenganrakyatkecil

 Pemimpin yang selalumenyambangirakyatnyadanmengingatkanakanakhirat

 Pemimpin yang memuliakanalimulama, tidakmenjauhi orang miskin

16
 Saat menjadi khalifah, keadilan benar-benar tersebar. Bahkan tak hanya kaum

muslimin yang merasakan, orang-orang non muslim juga merasakan keadilan

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ath-Thabari, 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

http://nanamulyadimdf.blogspot.co.id/2012/05/makalah-sejarah-peradaban-islam.html

http://id.wikipedia.org/wiki/AlibinAbiThalib

Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 153.

17

Anda mungkin juga menyukai