Manifestasi Artikular
Vertebra Servikalis
Gelang bahu
Peradangan gelang bahu akan mengurangi lingkup gerak sendi gelang bahu.
Karena dalam aktivitas sehari-hari gerakan bahu tidak memerlukan lingkup gerak
yang luas, umumnya pada keadaan dini pasien tidak merasa terganggu dengan
keterbatasan tersebut. Walaupun demikian, tanpa latihan pencegahan akan mudah
terjadi kekakuan gelang bahu yang berat yang disebut frozen shoulder syndrome.
Siku
Karena letak superficial, sinovitis artikulatio kubiti dapat dengan mudah teraba
oleh pemeriksa. Sinovitis dapat menimbulkan penekanan pada nervus ulnaris
sehingga menimbulkan gejala neuropati tekanan. Gejala ini bermanifestasi sebagai
parestesia jari 4 dan 5 akan kelemahan otot fleksor jari 5.
Tangan
Panggul
Karena sendi panggul terletak jauh di dalam pelvis, kelainan sendi panggul akibat
AR umumnya sulit dideteksi dalam keadaan dini. Pada keadaan dini keterlibatan
sendi panggul mungin hanya dapat terlihat sebagai keterbatasan gerak yang tidak
jelas atau gangguan ringan pada kegiatan tertentu. Walaupun demikian, jika
destruksi rawan sendi telah terjadi, gejala gangguan sendi panggul akan
berkembang lebih cepat dibandingkan gangguan pada persendian lainnya.
Lutut
Penebalan synovial dan efusi lutut umumnya mudah dideteksi pada pemeriksaan.
Herniasi kapsul sendi ke arah posterior dapat menyebabkan terjadinya kista Baker.
Kulit
Mata
Sistem Respiratorik
Sistem Kardiovaskular
Sistem Gastrointestinal
Ginjal
Berbeda dengan SLE, pada AR jarang sekali dijumpai kelainan glomerular, jika
pada pasien AR dijumpai proteinuria, umumnya hal tersebut lebih sering
disebabkan karena efek samping pengobatan seperti garam emas dan d-
penisilamin atau terjadi sekunder akibat amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal
interstisial dapat dijumpai pada sindrom sjogren, umumnya kelainan tersebut lebih
banyak berhubungan dengan penggunaan OAINS. Penggunaan OAINS yang tidak
terkontrol dapat sampai menimbulkan nekrosis papilar ginjal.
Sistem Syaraf
Sistem Hematologis
KONSE PENGOBATAN AR
Walaupun hingga kini belum berhasil didapatkan suatu cara pencegahan dan
pengobatan AR yang sempurna, saat ini pengobatan pada pasien AR ditujukan
untuk:
Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik local maupun sistemik
PENATALAKSANAAN
Penggunaan OAINS
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) umumnya diberikan pada pasien
AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi
akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi
sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, OAINS juga
memberikan efek analgesik yang sangat baik.
Selama ini telah terbukti bahwa OAINS dapat sangat berguna dalam pengobatan
AR. Hal ini disebabkan karena golongan OAINS tidak memiliki khasiat yang
dapat melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat AR. Untuk
mengatasi proses destruksi tersebut masih diperlukan obat lain yang termasuk
dalam golongan DMARD.
Penggunaan DMARD
Pada dasarnya terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pasien AR.
Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari saat yang
dini. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR
terjadi pada masa dini penyakit.
Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan 2 atau lebih DMARD secara
simultan atau secara siklik seperti penggunaan obat imunosupresif pada
pengobatan penyakit keganasan. Kecenderungan menggunakan kombinasi
DMARD timbul sejak dekade silam karena banyak ahli yang beranggapan bahwa
terapi DMARD secara sekuensial, pada jangka panjang tidak berhasil mencegah
terjadinya kerusakan sendi yang progresif.
Klorokuin
Sulfazalazine
Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentuk enteric coated tablet
digunakan mulai dari dosis 1x500 mg/hari, untuk kemudian ditingkatkan
500mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4x500mg. Setelah remisi
tercapai dengan dosis 2g/hari, dosis diturunkan kembali sehingga
mencapai 1g/hari untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi
sempurna terjadi. Jika sulfasalazine tidak menunjukkan khasiat yang
dikehendaki dalam 3 bulan, obat ini dapat dihentikan dan digantikan
DMARD lain atau tetap digunakan dalam bentuk kombinasi dengan
DMARD lainnya. Kurang lebih 20% pasien AR menghentikan pengobatan
karena mengalami nausea, mual, muntah atau dyspepsia. Gangguan
susunan syaraf pusat seperti pusing atau iritabilitas dapat pula dijumpai.
Neutropenia, agranulositosis dan pansitopenia yang reversibel pernah
dilaporkan terjadi pada pasien yang mendapat ini. Ruam kulit terjadi
kurang lebih 1-5%. Penurunan jumlah sel spermatozoa yang reversibel
juga pernah dilaporkan walaupun belum pernah dilaporkan adanya
peningkatan abnormalitas fetus.
D-penicillamine
Efek sampingnya antara lain adalah ruam kulit urtikarial atau morbilformis
akibat reaksi alergi, stomatitis, dan pemfigus. Dapat juga menyebabkan
trombositopenia, leucopenia, dan agranulositosis. Pada ginjal dapat
menyebabkan timbulnya proteinuria ringan yang reversibel sampai pada
suatu sindrom nefrotik. Efek samping lain yang juga dapat timbul adalah
lupus like syndrome, polimiositis, neuritis, miastenia gravis, gangguan
mengecap, nausea, muntah, kolestasis intrahepatik, dan alopesia.
Garam Emas
Methotrexate
o Hipertensi terkontrol
o Infeksi aktif
Leflunomide
o Etanercept (Eta)
Versi rekombinan dari reseptor TNFα yang larut dan terikat pada
bagian Fc dari IgG1 manusia. Eta merupakan protein yang terdiri
dari urutan asam amino manusia murni sehingga sangat kecil
potensinya untuk membentuk antibodi anti etanercept. Obat ini
bekerja dengan mengikat TNFα dalam sirkulasi secara kompetitif
sehingga TNFα tidak dapat menempati reseptornya pada
permukaan sel secara kompetitif, dan dengan demikian aktivitas
biologis TNFα akan terhambat. Eta sangat baik digunakan sebagai
kombinasi bersama MTX karena dapat mempercepat perbaikan
radang sendi pada AR. Eta memiliki onset yang sangat cepat
dimana penggunaannya dapat menimbulkan perbaikan radang
sendi dalam waktu 1-2 minggu saja. Jika Eta tidak menunjukkan
terjadinya perbaikan dalam waktu 12 minggu, agaknya penggunaan
obat ini yang lebih lama juga tidak banyak berguna lagi. Pengaruh
Eta akan bertahan selama kurang lebih 4 minggu setelah
dihentikan.
o Infliximab (IFX)
Bridging therapy
Pengobatan AR Eksperimental
Peran dietetik