Anda di halaman 1dari 9

NEGOSIASI

Modul ini akan membahas ketrampilan manajerial untuk melakukan Negosiasi atau melakukan
proses kesepakatan antara pihak pihak yang bermasalah. Ketrampilan ini akan diperlukan oleh
manajer lembaga sosial masyarakat dalam hubungan kerja dengan para stakeholders / donatur
atau dengan pihak lain yang terkait dengan organisasi.

Negosiasi diperlukan sebagai salah satu upaya untuk menunjang kegiatan organisasi dan dalam
mencapai tujuan organisasi. Pemahaman mengenai bagaimana menerapkan strategi negosiasi
mengerti model pendekatan tujuan dan prinsip–prinsip negosiasi serta mengenali modal dan
karakteristik negosiasi.

1 Pengertian Negosiasi
Istilah negosiasi yang terdapat pada kamus besar bahasa Indonesia adalah : proses tawar
menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan
antara satu pihak dan pihak yang lain dapat berupa kelompok atau organisasi

Negosiasi juga diartikan sebagai suatu bentuk penyelesaiaan sengketa secara damai melalui
perundingan antara pihak pihak yang bersengketa. Istilah ini berkembang dari dunia para
diplomat baik yang menjabat sebagai duta besar, kuasa usaha atau konsul yang bergerak dalam
kegiatan diplomasi. Kegiatan dilakukan untuk kepentingan negara yang diwakilinya saat
dinegara manapun para diplomat itu ditempatkan.

Pengertian diplomasi secara sederhana yang dikemukan oleh Anwar. DF adalah sebagai praktek
prakatek atau kegiatan dari lembaga lembaga yang berlaku diantara negara-negara dalam hal ini
pemerintah dalam berhubungan antara satu dan yang lain. Salah satu bentuk kegiatan yang
digunakan adalah “negosiasi”. Jadi Negosiasi merupakan salah satu fungsi vital dari para
diplomat. Diplomasi bertujuan untuk memajukan kepentingan kepentingan nasional dalam
bidang politik maupun ekonomi, sebagai contoh adalah kepentingan kemerdekaan suatu negara ,
keamanan dan integritas teritorial.

Dalam permasalahan kenegaraan, negosiasi merupakan proses yang komplek untuk mengatasi
isu-isu atupun perbedaan pendapat dari negara negara yang bersengketa atau bermasalah,
dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu kesepakatan diantara negara yang
bersangkutan.

2 Persetujuan dan Konvensi


Kesepakatan yang dihasilkan oleh Negosiasi bilateral disebut sebagai “persetujuan”. Pada istilah
ini mengandung sifat kesepakatan yang lebih sempit atau secara tehnikal saja terhadap masalah
masalah yang dikemukakan Sedangkan kesepakatan yang dihasilkan oleh negosiasi-negosiasi
dari multilateral disebut “Konvensi” biasanya bersifat pembentukan undang- undang atau
peraturan bersama.
Dalam mengelola organisasi manajer selalu dihadapkan pada kegiatan saling mempengaruhi atau
lobby dan upaya mewujudkannya dengan kesepakatan atau Negosiasi Dibandingkan dengan
lobby yang bersifat non formal, Negosiasi merupakan proses resmi atau formal.

3 Definisi
Beberapa pendapat menyebutkan bahwa negosiasi berkaitan dengan kemampuan komunikasi
dari seseorang sehinggai menurut Wahab (1997) negosiasi adalah : alat dasar untuk memperoleh
hal yang di kehendaki dari pihak lain. Sehingga dapat definisikan sebagai:
“Komunikasi timbal balik yang dirancang untuk mencapai persetujuan ketika terdapat dua pihak
dengan kepentingan bersama, dan salah pihak ada unsur yang menentang”
Pramono (1997) mengacu pendapat dari Folwer menyebutkan bahwa Definisi negosiasi:
“ adalah proses interaksi dengan mana kedua pihak atau yang lebih perlu terlibat secara bersama
didalam hasil akhir kendati pada awalnya masing-masing pihak mempunyai sasaran yang
berbeda beruasaha untuk menyelesaikan perbedaaan mereka dengan menggunakan argumen dan
persuasi untuk mencapai jalan keluar yang dapat diterima bersama”

Dari definisi tersebut tersirat adanya suatu proses dalam jangka waktu tertentu yang harus diikuti
dengan strategi( akan diuraikan pada strategi organisasi). Sehingga dalam menetapkan tahap-
tahap yang ada selain strategi diperlukan pula ketrampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dalam tahapan dalam negosiasi yang dapat dibagi menjadi 3 tahapan.

4 Tahapan dalam Negosiasi


1. Tahap Awal
Tahapan awal yang perlu dipahami adalah :
Tahap sebelum negosiasi pelaku atau organisasi perlu mengetahui kejadian kejadian yang
melatar belakangi suatu permasalahan.

Untuk memudahkan identifikasi permasalahan dapat dibuat urutan daftar pertanyaan yang
jawabannya akan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan strategi pada tahapan selanjutnya,
Contoh pertanyaan yang dapat disusun pada tahap ini diantaranya adalah :
a. Apakah pokok permasalahannya ?
b. Apakah Negosiasi memang perlu dilakukan ataukah dapat diupayakan dengan
kemungkinan lain
c. Bagimana kondisi hubungan kedua belah pihak apakah dimungkinkan untuk diadakan
suatu kesepakatan atau tidak

Apabila daftar pertanyaan tersebut ditemukan bahwa kedua pihak memang membutuhkan
kesepakatan maka tahap negosiasi selanjutnya dapat direncanakan berikut strateginya. Namun
apabila salah satu pihak tidak berkeinginan untuk membuat kesepakatan maka negosiasi menjadi
sulit untuk dilakukan. Dalam kondisi seperti ini diperlukan upaya pendekatan dalam bentuk lain
misalkan lobby atau memanfaatkan pihak lain untuk membicarakannya.

2. Tahap selama berlangsungnya negosiasi


Pada tahap ini beberapa hal yang harus disiapkan oleh para pihak yang akan melakukan
perundingan adalah:
· Menetapkan permasalahan pokok dengan menyatukan perbedaan dan pembuat pengertian yang
sama terhadap permasalahan
· Menetapkan posisi awal
· Menyiapkan argumentasi
· Mengembangkan kemungkinan dari permasalahan
· Menetapkan proposal yang merupakan gagasan baru yang menjurus kearah kesepakatan, sifat
fleksibel dan dapat dimodifikasi.
· Menetapkan dan menandatangani proposal akhir yakni jalan keluar yang dipilih guna
mengatasi perbedaan pendapat dari pihak yang berunding

3. Tahap sesudah negosiasi.


Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan program persetujuan, masing-masing perlu
mengetahui apa yang dilakukan, siapa yang melakukan dan waktu pelaksanaannya. Tim kedua
pihak dapat melakukan peninjauan pelaksanaannya untuk menjamin pelaksanaan komitmen
bersama.

Dalam hubungan ini meskipun skala dan pokok bahasan berbeda dan berada pada suasan formal
maupun informal. namun masing-masing pihak yang terlibat tahu bahwa mereka sedang
bernegosiasi.

http://strategikomunikasi.blogspot.co.id/2012/05/negosiasi.html

Model Pendekatan Negosiasi


Model pendekatan organisasi akan sangat tergantung dengan bentuk organisasi yang ada.
Menurut Busyairi (1997), pada organisasi pemerintahan yang mengandung unsur-unsur besar
seperti : legislatif, eksekutif dan yudikatif, akan lebih banyak memerlukan perundingan
perundingan untuk mencapai kesepakatan.

Begitu pula halnya pada masing-masing unsur atau bagian dari organisasi tersebut akan selalu
terjadi negosiasi. Hal ini terjadi karena dalam organisasi itu terdapat hubungan antara dua pihak
yang mempunyai cara pandang, dan nilai nilai yang berbeda yang berakibat adanya perbedaan
kepentingan, namun menghendaki adanya kesepakatan bersama. Sehingga diperlukan suatu
pendekatan untuk lebih memahami permasalahan

Terdapat 2 model pendekatan yaitu :


1. Model pendekataan menang-menang atau kooperatif
2. Model pendekatan Menang kalah atau kompetitif.
Model pendekatan kooperatif menurut Busyari( 1997) mengacu pendapat Schoonmaker : layak
dilakukan apabila :
1. Masalah yang dinegosiasikan menyangkut kepentingan bersama.
2. Antar pihak yang bernegosiasi terdapat hubungan saling mempercayai.

Negosiasi menang-menang adalah merupakan model negosiasi yang lebih besar peluang
keberhasilannya daripada model menang kalah. Karena kemenangan yang diperoleh satu pihak
tidak berarti kekalahan pihak lain.
Pada model pendekatan menang – kalah atau kompetitif untuk memenangkan negosiasi
diperlukan 4 langkah :
1. Menjelaskan komitmen secara tegas tentang apa yang dikehendaki.
2. Menunjukan akibat akibat yang akn terjadi jika keinginan tersebut tidak tercapai.
3. Menghalangi atau menghadang lawan untuk meraih keinginannya.
4. Menunjukan jalan keluar yang bisa menyelamatkan muka lawan dengan menawarkan
konsesi pengganti atau penghibur.

Bentuk negosiasi ini tidak harus menggunakan kekerasan, atau ancaman karena bagiamanapun
sikap ksatria dengan menjunjung tinggi norma, etika, hukum dan menghormati adat istiadat
akan tetap lebih utama.

Modal Negosiasi
Faktor dominan dari negosiasi adalah adanya kepecayaan antar pihak dan kekuatan yang
menjadi modal untuk terjadinya kesepakatan . Busyairi (1997) menyebutkan ada 8 sumber
kekuatan yang dapat dijadikan modal untuk negosiasi. Sumber kekuatan tersebut adalah :
1. Otoritas
Otoritas atau kewenangan yang diperoleh karena posisi hirarkis yang dipegang atau karena peran
yang dimainkan dalam organisasi, Dengan kata lain memiliki kewenangan yang diperoleh
sebagai kekuatan formal . Misalnya Otoritas terhadap bawahan

2. Memiliki Informasi lebih dulu dan keahlian.


Pihak yang memiliki informasi dan pengetahuan tentang cara memecahkan masalah, akan
mempunyai kekuatan dan lebih mudah dalam pengambilan keputusan. Bagi yang mempunyai
keahlian dalam bidang tertentu akan mempunyai kekuatan dalam pengambilan keputusan
mengenai sesuatu yang berkait dengan pengetahuannya atau keahlian di bidangnya

3. Kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap penghargaan/ reward.


Pihak yang dapat memberi pekerjaan, uang, dukungan politik maupun penghargaan dalam
bentuk lain dapat memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kesepakatan atau keputusan.

Suatu contoh pada keadaan adanya sengketa atau friksi antara buruh dan pimpinan perusahaan,
pihak pimpinan berada pada posisi pengendali penghargaan, karena mereka menyediakan
pekerjaan dan upahuntuk buruhnya. Sedang pihak buruh mempunyai kekuatan lain yakni mogok
kerja,karenanya posisi kedua pihak ini dalam bernegosiasi cukup seimbang.

Namun yang sering terjadi kekuatan pimpinan perusahaan bertambah besar karena memperoleh
tambahan dari pihak luar dalam bentuk kekuatan pemaksaan melalui kekerasan, sehingga modal
negosiasi antara pimpinan pabrik dan buruh menjadi tidak seimbang, pihak buruh menjadi lebih
lemah.Ahirnya kesepakatan yang dihasilkan lebih merupakan hasil paksaan oleh yang lebih kuat
kepada yang lebih lemah.

4. Kekuatan pemaksaan dengan kekerasan


Kekuatan dan kekuasaan untuk menghentikan, menghadang, dan mencampuri urusan digunakan
untuk memaksa pihak lain. Kekuatan-kekuatan memaksa dapat dilihat misalnya dalam tindakan
aparat membubarkan kegiatan seminar aksi-aksi buruh mogok kerja agar tidak terjadi proses
produksi, pemaksaan masuknya orang yang dikehendaki dalam kepengurusan partai atau
organisasi potensial agar dapat mengendalikan keputusan-keputusan organisasi; kekuatan senjata
untuk pembubaran aksi-aksi;dan lainnya.

5. Aliansi dan jaringan jaringan kerja


Penggabungan, pembentukan jaringan kerja atau aliansi merupakan kekuatan untuk memperoleh
sesuatu dalam organisasi. karena untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi diperlukan hubungan
kerja yang kompleks baik antar individu maipun antar kelompok.

Oleh karenanya menjadi penting setiap kelompok interes membangun persekutuan,


persekongkolan atau kubu, dan membangun jaringan. Perebutan posisi di dalam sebuah
organisasi kelihatannya tidak pernah sepi dari persekongkolan antar individu maupun antar
kelompok kecil.

Tetapi dalam menggoalkan tujuan-tujuan besar, seperti demokratisasi, keadilan gender,


kelesrarian lingkungan, penegakan hak azasi manusia mewujudkan pemerintahan yang bersih,
dan sebagainya agaknya memerlukan persekutuan dan networking lebih luas .Oleh karena itu
didunia ini ada jaringan kerja untuk menegakan hak azasi manusia, ada jaringan mengenai
keadilan gender, ada jaringan untuk pelestarian lingkungan, kesehatan, narkoba dan sebagainya.

6. Akses kepada dan kontrol terhadap agenda pembahasan


Akses kepada kontrol agenda pembahasan merupakan kekuatan yang dapat digunakan untuk
menentukan arah keputusan. Kekuatan ini adalah hasil tindakan persekutuan dari jaringan yang
luas yang bekerja jauh sebelumnya.

Jadi wacana mengenai demokratisasi, hak azasi manusia atau isu-isu dalam bidang kesehatan
yang cukup gencar di Indonesia misalnya selain merupakan kebutuhan rakyat Indonesia sendiri
juga memperoleh sambutan pihak luar yang mempunyai kepedulian yang sama, sehingga arus
pembahasan hal tersebut menjadi semakin kuat.

7. Mengendalikan tujuan dan simbol-simbol.


Kemampuan ini sering dimiliki oleh kelompok elit dan pemimpin opini sehingga dapat
menentukan siapa kita, apa yang kita yakini dan nilai-nilai apa yang kita anut.

8. Kekuatan perorangan
Kekuatan perorangan seperti halnya kharisma individu, keterampilan politik, kepintaran bicara,
dan kemampuan mengartikulasi pandangan yang berkekuatan melalui penampilan kerakteristik
individual yang mengesankan.

Teknik Negosiasi
Beberapa tehnik penting yang perlu disiapkan dalam negosiasi
— Definisikan masalah
— Merumuskan pertanyaan mengapa dilakukan negosiasi
— Merumuskan target yang akan dicapai
— Membuat dugaan target pihak lain.
— Menduga dukungan ( Informasi)
— Menentukan dan memilih strategi awal
— Menentukan pelaku (kriteria tertentu)
— Mengatur waktu (termasuk untuk istirahat)
— Evaluasai strategi, perbaiki strategi, mengakhiri dengan baik .

Teknik Persiapan Untuk Pelaku


— Sesedikit mungkin bicara jika bicara berbekal pengetahuan dan percaya diri.
— Mampu mendengar dengan hati-hati
— Mempunyai tujuan ambisius
— Tidak akan menyerah tanpa peroleh hasil
— Berkredibilitas, menghormati, menghargai, dengan intregitas pribad.
— Membangun relasi dengan baik
— Berpikir tangkas mandiri, jernih menjaga keseimbangan sehingga terhindar kebuntuan
— Mempunyai kemampuan komunikasi atau dapat menyampaikan pandangan dengan baik
teratur.
— Sifatnya formal
— Bentuknya baku
— Aktornya ditentukan
— Pendekatan 2 arah
— Tempat & waktu ditentukan
— Target kesepakatan perunding
http://strategikomunikasi.blogspot.co.id/2012/05/model-pendekatan-negosiasi-dan-modal.html

Strategi Negosiasi
Dalam uraian tahapan negosiasi diatas telah disebutkan, apabila tahap awal telah dilalui maka
tahap selanjutnya adalah tahap dimana negosiasi memang diperlukan memasuki tahap
berlangsungnya negosiasi. maka ketrampilan dan strategi dibutuhkan pada tahapan ini,

Untuk melakukan negosiasi selain ketrampilan individu ada beberapa hal yang harus diketahui
atau disiapkan sebagai strategi oleh pelaku atau negosiator sebagaimana yang dikemukan oleh
Maschab (1997) , yaitu;

a). Pelaku/Negosiator harus tahu persis target yang ingin dicapai.


Seorang negosiator tidak selalu merupakan orang pertama atau pimpinan, atau pengambil
keputusan di lingkungannya, oleh karena itu dia harus mengetahui dengan tepat apa yang
diinginkan oleh pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya.

Adalah hal yang sangat mengganggu atau tidak baik apabila dalam suatu negosiasi ada peserta
atau utusan/wakil pihak yang berundingharus sering meninggalkan tempat atau bolak-balik
harus berkonsultasi kepada pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya karena
ketidaktahuannya mengenai apa yang diinginkan pimpinan atau lembaga tersebut.

b). Pelaku/ harus memiliki wewenang untuk melakukan negosiasi.


Seseorang negosiator harus mempunyai wewenang untuk menerima atau menolak keinginan
lawan rundingnya dan membuat kesepakatan dalam perundingan tersebut.Tidak boleh terjadi
suatu pandangan atau keinginan serta kesepakatan yang telah diterima oleh para perunding
kemudian dimentahkan kembali atau ditolak oleh pimpinan dari lembaga yang
diwakilinya.Apabila terjadi hal begitu maka bukan saja akan merusak kredibilitas para wakil atau
perunding itu sendiri/tetapi juga nama baik lembaga yang bersangkutan.

c). Perlu mendalami masyalahyang dirundingkan secara baik.


Setiap perunding harus menguasai atau memahami dengan baik permasyalahan yang
dirundingkan.Pemahaman atas semua aspek dari obyek perundingan akan sangat membantu
menumbuhkan pengertian ataukesediaan tawar-menawar dengan pihak lain;karena dalam
perundingan tidak ada pihak yang mau menang sendiri.

d). Perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik.


Seorang perunding juga perlu mengenali lawan rundingnya dengan baik agar dia bisa
menemukan cara untuk menarik perhatian, memahami argumentasi yang diajukan dan kemudian
menyetujuinya.Pengenalan lawan runding tersebut tidak hanya mengenai kepribadiannya tetapi
juga mengenai pengetahuan dan pandangannya terhadap masalah yang sedang dirundingkan
baik mengenai kekuatan maupu kelemahannya.

Meskipun suatu perundingan tidak sama dengan peperangan, tetapi mungkin bisa dinalogkan
dengan semacam axioma yang menyatakan bahwa ‘mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan
adalah separoh kemenangan.

Hal ini terasa sekali manfaatnya apabila perundingan yang dilakukan melibatkan lebih dari 2
pihak, karena penguasaan atas masalah dan pemahaman atas kekuatan dan kelemahan lawan bisa
dipergunakan untuk memperoleh dukungan dari pihak ketiga atau yang lain sehingga secara
bersama-sama kemudian mendorong atau menekan lawan runding untuk menerima keinginannya

e). Perlu memahami mana hal-hal yang prinsip atau bukan prinsip.
Seorang perunding diberi wewenang untuk menerima atau memberikan persetujuan usulan atau
keinginan lawan runding. Agar apa yang dilakukan tidak bertentangan atau menyimpang dari
kemauan pimpinannya atau lembaga yang diwakilinya, maka perunding harus mengetahui hal-
hal yang prinsip bagi pihaknya dan hal-hal mana yang bukanprinsip .Hal-hal yang prinsip tentu
saja tidak boleh diabaikan apalagi dikorbankan dalam perundingan.

Dalam perundingan yang biasanya juga dilakukan tawar-menawar untuk memberi dan
menerima, maka yang boleh dipertaruhkan adalah hal-hal yang tidak prinsip.Pelanggaran atas
hal-hal yang prinsip bisa mengakibatkan dibatalkannya kesepakatan yang telah dicapai atau
kalau dalam perjanjian-perjanjian internasional maka ratifikasi atas hasil persetujuan tersebut
tidak dapat diberikan sehingga perlu ditinjau kembali.
http://strategikomunikasi.blogspot.co.id/2012/05/strategi-negosiasi.html

Kondisi yang Memerlukan Negosiasi


Untuk menentukan apakah perlu atau tidak melakukan negosiasi, maka untuk negosiasi terdapat
beberapa kondisi yang harus ada. Dalam arti apabila kondisi tersebut tidak ada maka tidak
banyak gunanya untuk melakukan negosiasi

Busyairi (1997) mengemukakan bahwa menurut Schoonmaker ada tiga kondisi yang
memerlukan adanya negosiasi yaitu :
a. Adanya pertentangan pendapat atau kepentingan
b. Ada beberapa pilihan kemungkinan untuk pemecahan masalah , apabila hanya ada satu
saja kemungkinan maka tidak perlu dilakukan negosiasi
c. Ada kemungkinan untuk saling kompromi: Kondisi ini akan memberi peluang
memuaskan semua pihak dengan pengertian tidak semua keinginan akan dapat diperoleh,
sebagian hak akan dilepaskan agar dapat memperlancar kegiatan kesepakatan

Prinsip Negosiasi
Negosiasi atau perundingan bertujuan menghasilkan sesuatu yang memuaskan pihak pihak yang
berunding, biasanya disebut kesepakatan atau persetujuan.

Prinsip – Prinsip dalam negosiasi menurut Maschab (1997) adalah :


1. Bersifat formal
Negosiasi atau perundingan sifatnya formal, ditandai dengan terjadinya suatu proses tawar
menawar dari berbagai kepentingan yang berbeda yang diupayakan untuk diurai dan
dimusyawarahkan agar memperoleh kesepakatan dan diterima oleh semua pihak yang
bersangkutan. Oleh karena itu maka negosiasi selalu dilakukan dengan cara yang teratur, dengan
jadwal tertentu, dengan proses dan teknik tertentu, termasuk acara-acara yang bersifat
seromonial didahului dengan pidato pengantar, dilanjutkan dengan penanda tanganan naskah
persetujuan dll.

2. Bentuknya baku.
Negosiasi biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda atas
obyek atau sasaran yang sama. Disamping itu pihak-pihak itu juga merasa mempunyai hak dan
kedudukan yang sama, oleh karena itu maka negosiasi atau perundingan mempunyai bentuk
yang baku yaitu pihak-pihak yang berunding biasanya duduk berhadap-hadapan, dan melakukan
komunikasi langsung atau tatap muka.

3. Pelakunya telah ditentukan.


Aktor atau pelaku dalam negosiasi telah ditentukan atau dipilih sehingga tidak semua orang
boleh ikut dalam suatu perundingan. Yang ikut terlibat dalam perundingan adalah orang-orang
yang telah dipilih dan diberi mandat atau wewenang unuk itu. Para peserta perundingan tersebut
biasanya disebut dengan utusan, wakil, atau delegasi

Apabila karena sesuatu hal ada peserta/pelaku yang harus diganti maka perubahan atau
pergantian tersebut harus diberitahukan kepada pihak yang lain atau lawan rundingnya.
adakalanya pergantian harus dengan persetujuan pihak lain/lawan runding

4. Tempat dan Waktu ditentukan berdasar kesepakatan


Tempat dan waktu perundingan ditentukan dengan pasti dan disepakati oleh pihak-pihak yang
berunding. Dalam kasus-kasus yang pelik, soal tempat dan waktu ini adakalanya membutuhkan
perundingan tersendiri.

5. Pendekatan 2 arah,masing-masing pihak berusaha mempengaruhi


Negosiasi dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling membutuhkan sehingga semua pihak
ingin mempengaruhi pihak lain sebagai lawan rundingnya. Masing-masing berusaha agar
keinginannya itu diterima atau disetujui pihak yang lain. Keengganan atau sikap kurang
sungguh-sungguh dari salah satu pihak bisa sangat mempengaruhi sikap pihak yang lain,
sehingga pihak tersebut tidak mau melanjutkan negosiasi atau perundingan atau menjadi gagal.

6. Target
Sasaran yang ingin dicapai oleh suatu negosiasi adalah diperolehnya suatu kesepakatan atau
adalah kesepakatan atau persetujuan yang bisa diterima oleh pihak-pihak yang berunding.

http://strategikomunikasi.blogspot.co.id/2012/05/kondisi-yang-memerlukan-negosiasi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai