Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanpa kita sadari, selama ini di kehidupan kita sangat banyak yang berkaitan dengan
zat kimia yang dapat kita jumpai dalam berbagai bentuk. Baik itu padat, cair maupun gas.
Selain itu salah satu bentuknya adalah seperti larutan (cair) maupun koloid. Kita
contohkan kedalam kehidupan sehari-hari, yaitu zat NaCl (garam dapur), dimana dalam
bentuk padat dia bisa menambah cita rasa pada makanan, sedangkan apabila telah
berbentuk cairan, dia dapat menghantarkan listrik dengan baik.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, cuka,
larutan gula, asam asetat, amoniak, asam sulfat dan lainnya. Sedangkan koloid juga
banyak kita temui di kehidupan sehari-hari. Seperti susu yang tiap pagi kita minum dan
pemerasan santan. Sangat banyak bahan kimia yang berupa larutan dan kloid yang
banyak digunakan dikehidupan sehari-hari, industri, kesehatan, makanan dan lainnya.
Pada larutan, partikel-partikel tersebar secara merata, tetapi tidaklah terjadi pada
campuran. Dalam campuran molekul-molekul tidak terpisah dan menyisakan partikel
padat. Dari bagian ini terlihat ukurannya, bahwa larutan terbentuk dari partikel-partikel
yang sangat kecil dan campuran terbentuk dari partikel-partikel yang cukup besar.
Koloid adalah kondisi pertengahan, antara campuran dan larutan.Pada koloid terjadi
dispersi (penyebaran) partikel-partikel kecil tetapi bukan berukuran molekul Sistem
koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal
itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan
(dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel-sel makhluk hidup merupakan
suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan system koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral–mineral yang terdispersi dalam tanah,
yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan koloid.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Koloid dan Larutan?
b. Apa jenis-jenis larutan dan koloid?
c. Bagaimanakah contoh dari Koloid dan Larutan?
d. Bagaimana penggunaan koloid?
e. Bagaimana cara membedakan Koloid dengan Larutan?

1.3 Tujuan Masalah


a. Mengetahui pengertian dari Koloid dan Larutan
b. Mengetahui apa jenis-jenis larutan dan koloid
c. Mengetahui contoh dari Koloid dan Larutan
d. Mengetahui bagaimana penggunaan koloid
e. Mengetahui bagaimana cara membedakan Koloid dengan Larutan

1.4 Manfaat Penulisan


Baik penulis maupun pembaca dapat mengetahi apa saja itu larutan atau koloid baik
itu pengertian, perbedaan, contoh maupun proses pembuatannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Larutan

2.1.1 Pengertian Larutan


Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran
partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat
dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel
penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut
dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Larutan umumnya berfase cair (liquid = l) dengan pelarut air, tetapi ada juga larutan
yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless steel, dan lain-lain, ataupun gas (g)
seperti udara.

2.1.2 Jenis – Jenis Larutan


Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan
pelarutnya. Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase
komponen-komponennya.
Contoh Larutan Zat Terlarut
Gas Cairan Padatan
Bau suatu zat padat yang
(oksigen dan gas- gas Uap air di udara
Gas timbul dari larutnya molekul
lain dalam nitrogen) (kelembapan)
padatan tersebut di udara
Etanol dalam air; Sukrosa (gula) dalam air;
Air terkarbonasi
Campuran berbagai natrium klorida (garam dapur)
Pelarut Cairan (karbon dioksida
hidrokarbon dalam air; amalgamemas
dalam air)
(minyak bumi) dalam raksa
Hidrogen larut dalam
Air dalam arang Aloi logam seperti baja dan
Padatan logam, misalnya
aktif; uap air dalam kayu Duralumin
Platina

3
2.1.3 Pembagian Larutan

a. Berdasarkan Hantaran Listrik


1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan elektrolit dibedakan atas :
a) Elektrolit kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
 Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
 Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH,
KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
 Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
b) Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
 Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain- lain
 Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
 Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
2. Larutan Non Elektrolit
Larutan non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-
ion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya: Larutan urea, Larutan sukrosa, Larutan
glukosa, Larutan alkohol dan lain-lain

b. Berdasarkan Reaksi Yang Terjadi


1. Eksoterm
Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur
dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan turun.

4
2. Endoterm
Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari
campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan naik.

c. Berdasarkan Kejenuhannya
1. Larutan Tak Jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <Ksp berarti
larutan belum jenuh (masih dapat larut).

2. Larutan Jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut
dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain,larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan
tepat jenuh.
3. Larutan Sangat Jenuh
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan
sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat
jenuh (mengendap).

d. Berdasarkan Banyak Sedikitnya Zat


1. Larutan Pekat
Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
2. Larutan Encer
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

5
2.1.4 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau
ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a. Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
b. Persen volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute) terhadap volum larutan
c. Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap
volume larutan
d. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan
e. Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan perbandingan volum zat terlarut (solute) terhadap
massa larutan
f. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
g. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan
h. ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan

2.1.4 Sifat Koligatif dalam Larutan


a. Sifat Koligatif Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang
penting yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak
bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan.
Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut
adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat
koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik
beku, dan titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut.
6
Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal.
Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.
1. Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada
larutan ideal, menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan
tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A

PA = tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.


XA= fraksi mol komponen A.
P0A = tekanan uap zat murni A.
Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-
atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga P A dapat
dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.

2. Titik Didih Larutan


Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika
zat terlarutnya lebih mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih
rendah), maka titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau
dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air titik
didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik didih etil
alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap
(tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi),
maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya atau dikatakan
titik didih larutan naik. Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika
dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan
titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan.
Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik
didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb = kenaikan titik didih larutan.
kb = kenaikan titik didih molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.

7
3. Titik Beku Larutan
Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih
rendah dari titik beku pelarut murninya. Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik
beku larutan berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri
(nonvolatile). Berdasar hokum tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku
pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtf = kf . m
Δtf = penurunan titik beku larutan.
kf = penurunan titik beku molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.

4. Tekanan Osmose Larutan


Peristiwa lewatnya molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan
masuk ke dalam larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang
harus diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm)
ke dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada larutan
ideal, besarnya tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut.
p v= M. R. T
p = tekanan osmose (atm).
n = jumlah mol zat terlarut (mol).
R = tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T = suhu larutan (K).
V = volume larutan (L).
M = molaritas (M = mol/L).

Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose,
maka pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel.
Peristiwa ini disebut osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada proses
pengolahan untuk memperoleh air tawar dari air laut.

b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas.
Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan
dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut
Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor Van't
Hoff).
8
Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu
semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya.
Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari
0,001 m, harga i dianggap sama dengan jumlah ion.
Empat macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
1. Penurunan tekanan uap
ΔP = i.P0 .XA
2. Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb .m
3. Penurunan titik beku
Δtf = i.kf .m
4. Tekanan osmose
p v = i. M. R. T

2.1.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


a. Jenis Pelarut
 Polar Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa
polar, yang bisa terlarut dalam pelarut polar air.
 Non polar Misalnya lemak mudah larut dalam minyak.
 Semi polar misalnya alkohol, berubah kecenderungannya sesuai dengan konsentrasi
Senyawa non polar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, begitu juga
sebaliknya. Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan
senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna, air dan eter bercampur sebagian, sedangkan minyak dan air tidak
bercampur
b. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel luas permukaan kontak dengan pelarut semakin
luas semakin cepat larut.
c. Suhu
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas
(kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antara molekul zat padat kekuatan
gaya antar molekul menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul
air

9
d. Daya Hantar
Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi jika dalam air
tersebut ditambahkan zat terlarut maka sifat daya hantarnya akan berubah sesuai dengan jenis
zat yang dilarutkan. Contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur, maka larutan ini akan
dapat menghantarkan listrik dengan baik. Tetapi jika dalam air ditambahkan gula pasir, maka
daya hantar listriknya tidak berbeda dengan air murni.

2.2 Koloid
2.2.1 Pengertian Koloid
Koloid adalah Suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki
sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid adalah
suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang
berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm
(10-7 – 10-5 cm). Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
contoh, cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat yang tersebar
merata dalam zat cair. Demikian pula udara dan debu di dalamnya merupakan suatu sistem
koloid.

2.2.2 Jenis-Jenis Koloid


Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan
fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.
Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid
sol, emulsi, dan buih.
1. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis,
yaitu :
a) Koloid Sol, koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
 Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh: tanah, logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
10
 Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair.
Contoh: darah, cat, tinta, lumpur, lem dan kanji.
 Sol gas (padat-gas)
Solgas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas.
Contoh: gas knalpot, asap dan debu.
b) Koloid Emulsi, koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:
 Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat.
Contoh: agar-agar,mentega, keju, jeli, dan mutiara.
 Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair.
Contoh: mayonnaise susu, minyak ikan, es krim dan santan kelapa.
 Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (Aerosol Cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas.
Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, awan dan hair spray.
c) Koloid Buih, kolodi buih terdiri atas dua jenis,yaitu sebagai berikut:
 Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat.
Contoh: roti, busa jok dan batu apung.
 Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, zat terdispersi fase gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih
soda, sampo, krim cukur dan krim kocok

11
2.2.3 Sifat – sifat Koloid
1. Efek Tyndall

Larutan Koloid

Bila suatu larutan (larutan sejati) disinari dengan seberkas sinar tampak maka
berkas sinar tadi akan diserap dan dipancarkan. Sedangkan bila seberkas sinar
dilewatkan pada sistem koloid maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel
koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan teramati berupa jalur cahaya.
Efek tyndal adalah sifat khas koloid yang dapat menghamburkan berkas cahaya.
Contoh :
 Di bioskop, jika ada asap mengepul, maka dari cahaya proyektor akan terlihat lebih
terang.
 Didaerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelas.
 Sinar matahari yang masuk melewati celah, kedalam ruangan yang berdebu, maka
partikel debu akan kelihatan dengan jelas
2. Gerak brown
Partikel koloid dapat bergerak lurus tetapi arahnya tidak menentu (gerak
zigzag). Karena penemu gerakan partikel koloid seperti itu adalah Robert Brown maka
gerak zig zag partikel koloid disebut gerak brown. Gerak brown adalah gerak zig zag
dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu
disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium terdispersi. Bila partikel dari sistem
koloid dilihat dengan mikroskop akan tampak senantiasa partikel-partikel koloid
bergerak lurus, tetapi arahnya tidak menentu.
3. Adsorpsi (penyerapan pada permukaan)
Adsorpsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan atau cairan.
Partikel koloid mudah mengadsorpsi warna. Ukuran partikel koloid kecil sehingga
permukaannya luas dan menyebabkan kemampuan adsorpsinya besar.
Partikel koloid akan bermuatan listrik, apabila partikel koloid menyerap ion yang
bermuatan, dan ion tersebut menempel pada permukaan koloid, sehingga partikel koloid
itu akan bermuatan.
+
 Sol Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi ion-ion H ,sehingga Sol Fe (OH)3 bermuatan
positif.

12
 Sol As2S3 mempu mengabsorbsi ion-ion S2-, sehingga sol As2S3 menjadi bermuatan
negative
4. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. Yaitu dengan
mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable
yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan
tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
5. Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel–
partikel koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik akan mengalir ke masing-
masing elektroda yang muatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan positif
bergerak menuju ke elektroda positif.
6. Koloid Pelindung
Adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada koloid yang dapat melindungi
koloid dari proses koagulasi atau penggumpalan sehingga dihasilkan koloid yang stabil.
Misalnya : pada pembuatan es krim, agar dihasilkan es krim yang lembut, perlu
ditambahkan gelatin sebagai koloid pelindung untuk mencegah pembentukkan Kristal
besar es atau gula.
7. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid, sehingga kestabilan system
koloid menjadi hilang.Penyebab koagulasi pada system koloid, antara lain karena
pengaruh : pemanasan, pendinginan, pencampuran elektrolit dan elektroforesis yang
berlangsung lama
Contoh : Merebus telur mentah di dalam air, Mendinginkan agar-agar panas,
Pembentukan delta dimuara sungai, Penjernihan air sungai, Penggumpalan karet dalam
lateks, Penggumpalan asap debu pabrik dengan pengendap cotter
8. Koloid Liofil dan Liofob
Liofil adalah koloid yang mempunyai gaya tarik menarik yang cukup besar antara
zat terdispersi dengan mediumnya. Liofob adalah koloid yang gaya tarik menarik antara
zat terdispersi dengan mediumnya tidak ada atau sangat lemah.

13
2.2.4 Pembuatan Koloid
a. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi
partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi
redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Contoh:
 Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H2S dengan larutan
SO2. Persamaan reaksinya: 2H2S(g)+ SO2(aq) →2H2O(l) + 3S(s)
 Pembuatan sol emas dari larutan AuCl
Persamaan reaksinya:
2AuCl3(aq) + 3HCHO(aq) + 3H2O(l)→ 2Au(s) + 6HCl(aq) + 3HCOOH(aq)
2. Reaksi Hidrolisis
Contoh:
 Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan penguraian garam FeCl3
Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s)+ 3HCl(aq)
3. Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh:
 Pembuatan sol As2S3, dibuat dengan mengalirkan gas H2S dan asam arsenit
(H3AsO3) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2H3AsO3(aq)+ 3H2S(g) →As2S3(s)+ 6H2O(l)
 Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO3 dengan larutan NaCl encer persamaan
reaksinya : AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s)
Sol AgCl juga dapat dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO+ NaNO encer
dan larutan HCl encer. AgNO3(aq)+ HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNI3(aq)
4. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh:
 Pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air.
Persamaan reaksinya: S(aq) + alkohol + air → S(s) Larutan S

b. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi dan busur Bredig

14
1. Proses Mekanik

Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau


penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat
cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian
didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh : pembuatan Sol belerang
dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama dengan zat inert (misalnya gula
pasir), yang hasilnya kemudian dicampur dengan air.
2. Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat
elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh,
proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan
nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3. Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logamdan merupakan campuran cara
kondensasi dan dispersi. Logam yang akan dijadikan koloid dijadikan elektroda dan
dicelupkan dalam medium pendispersi kemudian dialiri listrik.

2.2.5 Penggunaan Koloid


Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah,
air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi
koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industry Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

15
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
a. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam
air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel
koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
b. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi
luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung
ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat
netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
c. Penjernihan Air
Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun
skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).Air keran
(PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan
berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut
dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi: Al(OH)3 + 3H+Al3+ + 3H2O Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi
koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi.
d. Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan
positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut
akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan
membentuk suatu delta.
e. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke
udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya. Pengendap Cottrel ini banyak
16
digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan
beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
f. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu
dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya
sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol
getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah
karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan
asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet.
Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan
menggumpal.
g. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan
dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin
pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati
selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa
koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid,
senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat
dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
h. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau
mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja
kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
i. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid
sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
j. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan
dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
k. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen.
Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai

17
emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-
kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
l. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
Kadang-kadang gulam masih mengandung pengotor sehingga jika dilaturkan tidak
jernih, pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya
digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga
putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga
digunakan zat lain, seperti tanah diatome atau arang aktif.
m. Penggunaan Arang Aktif
Arang aktif merupakan contoh dari adsorben yang dibuat dengan cara memanaskan
arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menjerap berbagai zat.
Obat norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menjerap
berbagai zat dan racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan para topeng gas, lemari
es (untuk menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar)
n. Perebusan Telur
Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein.
Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal.
o. Pembuatan Yoghurt
Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan
terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
p. Pembuatan Tahu
Pada pembutan tahu dari kedelai, mula-mulai kedelai dihancurkan sehingga terbentuk
bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu
CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan
membentuk tahu.

2.2.6 Perbedaan Larutan dan Koloid


a. Koloid
a) 2 fase (Jika fasenya cair, tercampur dengan fase lainnya)
b) Keruh
c) Antara homogen dengan heterogen (maksudnya di sini, jika dilihat sekilas
d) Terlihat seperti campuran homogen namun jika dilihat di mikroskop ultra
bersifat campuran heterogen
e) Diameter partikel: 1 nm < d < 100 nm
18
f) Tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring
Ultra
g) Tidak memisahkan jika didiamkan
h) Partikelnya berdimensi antara 1 nm smapai 100 nm
i) Pada umumnya stabil
j) Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra

b. Larutan
a) 1 fase (Jika fasenya cair, tidak bercampur dengan fase lainnya)
b) Jernih
c) diameter partikel <1 nm
d) tidak dapat disaring
e) tidak memisah jika didiamkan
f) Homogen, tidak dapat di bedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
g) Semua partikelnya berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
h) Stabil
i) Tidak dapat di pisahkan

Larutan Koloid
(Dispersi Molekuler) (Dispersi Koloid)

Contoh: Campuran:
larutan gula dalam air susu dengan air

Homogen, tak dapat Secara makroskopis bersifat


dibedakan walaupun homogen tetapi heterogen jika
menggunakan mikroskop diamati dengan mikroskop ultra
ultra

semua partikelnya berdimensi Partikelnya berdimensi antara 1


(panjang, nm sampai 100 nm
lebar atau tebal) kurang
dari 1 nm

Satu fase dua fase

Stabil Pada umumnya stabil


Tidak dapat disaring tidak dapat disaring kecuali
dengan penyaring ultra

Jernih tidak jernih

tidak memisah jika tidak memisah jika


didiamkan didiamkan

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran
partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat
dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikelpartikel
penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk
campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki
ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau
gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogeny ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa
(suspensi).
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid
sol, emulsi, dan buih. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat. Emulsi ialah
koloid dengan zat terdispersinya fase cair, Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase
gas.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai seharihari.Sitoplasma dalam sel
juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri
dalam kimia industri karena kepentingannya.
Penggunaan koloid adalah sebagai berikut: pemutihan gula, penggumpalan darah,
penjernihan air, pembentukan delta di muara sungai, mengurangi polusi udara,
penggumpalan lateks, sebagai bahan makanan dan obat, sebagai bahan kosmetik, sebagai
bahan pencuci, penghilang kotoran pada proses pembuatan sirup, perebusan telur,
pembuatan yoghurt, pembuatan tahu

3.2 Saran
Semoga kita lebih teliti dan mengenal bahan kimia dan melihat bagaimanakah
aplikasinya di lingkungan kita. Selain itu jangan semua cairan dinggap larutan, bisa jadi
itu koloid atau suspensi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta. Erlangga

DIS Yusraini, Nurhasni. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta.


Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gusriani Widia. 2014. Rangkuman Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan 2007. Bandung.

Oxtobi, Gillis, Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid 1. Jakarta
; Erlangga

Petrucci Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2.
Jakarta. Erlangga

http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Kimia/Materi:Sifat_koligatif_larutan
(diakses tanggal 16 April 2018)

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program ofcomputer-
engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan (diakses tanggal 16 April 2018)

http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/
(di akses 16 April 2018)

http://www.g-excess.com/pengertian-larutan-kimia.html (di akses 16 April 2018)

21

Anda mungkin juga menyukai