Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa-senyawa di alam dapat mengalami suatu proses kimia seperti proses


ionisasi sehingga senyawa-senyawa di alam dapat mengalami ionisasi menjadi
kation.Suatu jenis kation sangat sulit dibedakan secara langsung tanpa suatu proses
analisis.Secara garis besarnya analisis suatu senyawa kimia dapat dibedakan atas
dua macam , yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (Mulyono HAM,
2005).
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-
komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif
berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam satu sampel. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan dilakukan
identifikasi kation dan anion ini. Analisis kuantitatif biasanya digunakan dalam
identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji spesifik.
Identifikasi kation banyak dilakukan terutama terhadap sampel yang berupa
bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir, besi dan
lain-lain. Dengan uji ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa
memerlukan waktu yang terlalu lama (Mulyono HAM, 2005).

Reaksi identifikasi adalah suatu cara untuk mengenal ion-ion, baik kation
maupun anion dalam larutan dengan menggunakan pereaksi-peraksi tertentu. Setiap
ion akan memberikan hasil reaksi tertentu yang dapat membedakan dengan ion-ion
yang lain (Svehla G,1985).
Dengan adanya pemisahan suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan
galian yang tercampur. Selain itu juga dapat digunakan untuk kasus-kasus
keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Identifikasi anion dan kation banyak
dilakukan mengungat keduanya merupakan bagian bahan obat, bahan baku dan
sediaan obat. Namun keduanya dapat juga sebagai pencemar yang perlu diketahui
keberadaannya agar dapat diantisipasi bila membahayakan (Svehla G,1985).
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mereaksikan antara kation dengan beberapa pereaksi tertentu
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui suatu reaksi yang spesifik untuk jenis kation tertentu
2. Menentukan kation yang terdapat dalam suatu sampel
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Umum

Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif. Untuk tujuan analisis kualitatif
sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-
sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut
regensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-
golongan kation , dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation
yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan
ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi
dengan reagensia- reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh
dikatakan ,bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut (Svehla G,1985).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut (Mulyono HAM, 2005).
a) Golongan I, Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer. Ion-ion ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.
b) Golongan II, Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium,
arsenic(III), aresenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(III) (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIA dan keenam yang
terakhir, sub golongan IIB. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA
tidak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan
IIB justru yang dapat larut.
c) Golongan III, Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,
kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral
atau amoniak. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi(II),
besi(III), kromium (III), aluminium, zink dan mangan (II).
d) Golongan IV, Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II,
III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah : kalsium, strontium, dan barium.
e) Golongan V, Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-
reagensia golongan sebelumnya, merupakan kation yang terakhir, yang meliputi
ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
Untuk membedakan antar ion yang satu dengan ion yang lain sering digunakan
uji nyala. Reaksi identifikasi yang sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik
golongan tertentu. Reaksi golongan untuk kation golongan II adalah H2S yang
hasilnya adalah endapan-endapan dalam berbagai warna (Vogel,1985).
2.2 Uraian Bahan
a. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian : bentuk batang massa hablur air keping-keping,
keras dan rapuh dan menunjukkan susunan
hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis
dan korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
b. Asam Clorida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam Clorida, Asam Garam
Rumus kimia : HCl
Berat molekul : 36,5
Pemerian :cairan tidak berwarna berasap dan bau
merangsang jika diencerkan dua bagian air asap
dan bau hilang
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
c. Kalium Iodida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : KALIUM IODIDUM
Nama Lain : Kalium iodida
Bm / Rm : 166.00 / KI
Pemerian : Hablur heleahedial transparan atau
tidak berwarna opak dan putih atau
serbuk butiran puti hidroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air lebih
mudah larut dalam air mendidi,
larut dalam etanol 95 % P Mudah
larut dalam gliserol P
Penyimpanan : Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi, pipet
tetes, dan rak tabung reaksi.

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah HCl, NaOH, KI, dan
sampel pereaksi A1 dan A2.

3.3 Prosedur Kerja


1. Sampel A1
A. KI
a. Ambil sampel A1 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan KI sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan sampel
A1 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung reaksi
B. HCl
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil sampel A1 dengan menggunakan pipet tetes
c. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
d. Letakkan tabung reaksi pada rak tabung reaksi
e. Ambil larutan HCl sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A1 yang ada didalam tabung reaksi
f. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung reaksi
B. NaOH
a. Ambil sampel A1 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan NaOH sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A1 yang ada didalam tabung reaksi
d. Letakkan tabung reaksi pada pada rak tabung reaksi
e. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung reaksi
2. Sampel A2
A. KI
a. Ambil sampel A2 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan KI sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan sampel
A2 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung reaksi
B. HCl
a. Ambil sampel A2 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan HCl sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A2 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung reaksi
C. NaOH
a. Ambil sampel A2 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan NaOH sebanyak 3 tetes kenudian campurkan dengan
sampel A2 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung reaksi

Anda mungkin juga menyukai