Rekaman 1 Dan 2
Rekaman 1 Dan 2
Skala prioritas, Kalau di perusahaanku dilihat dari perchasenya kan kita punya SOP , Cuma buat
aku SOP itu tidak harus selalu seperti itu jalannya, SOP hanya digunakan sebagai standart awal
idealisnya seperti itu. Terus kontrak jalan dulu, kalau kontrak tidak jalan orang desain tidak perlu
ngerjain apa-apa dulu. Kontrak ini sifatnya bisa menunggu sampai ke proses payment turun.
Kalau untuk amannya payment DP harus turun dulu baru orang desai kerja. Tapi aku sambil
menunggu payment itu turun tidak apa-apa orang desain bisa proses gambar kerja di kerjakan,
karena tahapan awal presentasi desain tidak sampai ke gambar DED tidak sampai ke gambar
kerja, konsep ruang di ACC baru lanjut ke gambar kerja . itu tahapan proses yang beda-beda
masing-masing perusahaan. Ini perusahaan baru ngeluarin kontraknya 1 bulan ke depan dari
marketing atau usernya, usernya minta 2 bulan lagi harus selesai. Tetapi tidak selesai-selesai
nunggu di proses keuangannya.
Cuma memang kan balik lagi ini kan usahanya masih usaha biasa bukan usaha yang besar yang
memang SOP standar managemennya harus sesuai dan step by stepnya tidak boleh di lewati, itu
kalau proses praproduksi. Kalau di proses produksinya , misalkan ada pekerjaan sipil , yang
tukang ini ada 1 sekup pekerjaan yang dia harus mengerjakan supaya tukang cat masuk, kan
memang harus ada part yang ini gak harus diplester dan yang ini di plester, jadi harus dikerjain
dulu jadi tukang catnya tidak nunggu yang kerjain lain jalan dulu, kalau nunggu pekerjaan dia
selesai dulu itu namanya kan tidak efisien. Berarti harus ada yang dikerjakan dulu, biar nanti
tukang yang lain bisa langsung ngerjain yang lain tidak saling tunggu jadi lebih efisien, efektif
waktu dan semua itu tidak semua orang punya,dari sisi managerial, staff dan tim produksi. Peduli
terhadap pekerjaan orang lain.
Dari beberapa lulusan UPN setelah aku, aku kan lulusan UPN angkatan pertama itu beberapa
kurikulum banyak yang hilang, mungkin karena endorse dosennya tidak nyampe bahwa itu
sebenarnya penting dalam aplikasi kamu setelah lulus kuliah.seharusnya ada beberapa matkul
yang harus diambil sebenarnya sangat dibutuhkan, salah satunya itu managemen projek. Biaya,
Mutu , Waktu hampir disemua aspek utama kalau kita arsitek nanti yang terjunnya itu
kebangunan besar. Biaya selamat misalnya, kliennya minta dananya harus keluar 100 jt aja,
misal mau beli semen, tidak boleh nambah harus itu aja di cukupin, tenyata kemutunya tidak
kekontrol karena mau selamatkan biaya saja mutunya akhirnya kelewatan. Ya bisa tetapi yang
mutunya seharusnya kualitasnya A jadi B karena biaya mau diamankan. Waktu timeline nya
seharusnya selesai dalam 1 bulan jadi 1 bulan 1 minggu. Kalau sistem kerja BMW(biaya, mutu,
waktu) harus dipegang. Itu dalam semua aspek, kamu dalam mendesain juga begitu terima klien
mu mau buat rumah, mutunya bagus, waktu 1 tahun harus kelar, kamu harus menghitung
kalkulasi managemennya terus biaya bengkak dibelakang. Akhirnya pada saat mendesain pun
itu seorang arsitek yang benar itu juga harus mengetahui kemampuan kliennya untuk membeli.
Mutu yang mereka terapkan, tidak asal desain nanti takutnya klien akan membatalkan nya. Jadi
kamu mundur lagi 2 step kebelakng udah presentasi tetapi pas bikin RAB nya bermasalah.
Rekaman 2
Ma :bagaimana ya mbak, kita kan sudah semester 6, tapi masih bingung habis lulus itu
ngapain, kerja apa?
Mei : buat usaha sendiri saja, tapi kalau boleh saran. Tapi kalau emang sudah bawaannya ini
“Balungan Gajah”, orang tuanya cukup mampu memberikan modal. Orang tuanya sudah
menyediakan apa-apa, setelah lullus buka usaha sendiri, tapi kalau ndak itu,
bagaimanapun orang itukan berproses, misal kalau kuliah, kamu harus tk dulu, sd, smp,
sma. Ikutlah orang dulu, kapasitas maksimal 5 tahun, sebenarnya 5 tahun itu saya sudah
bisa, tapi masih digandolin. Ini yang mau jadi enterpreneur, pada saat 5 tahun kamu ikut
orang, galilah sebanyak mungkin, hauslah akan ilmu di dalam usaha itu, apapun mau dari
sisi manapun. Nanti kalau kamu punya usaha sendiri, kamu sudah pegang semua.
Meskipun, itu kamu nggak ada sekolahnya, sekolahnya ya pas kamu ikut orang itu. Cari
kerjaan yang masih ada hubungannya dengan arsitek, jangan lepas sama sekali, jadi kalau
mau jadi administrasi, ndak apa-apa, tapi jadi administrasi yang masih ada bau-bau
project. Karena orang administrasi project, gajinya juga besar, prosesnya dalam satu
pembangunan bangunan jika sampai 40 lantai, krusial juga. Orang management project,
itu juga nggak gampang posisi itu, kalau sudah dibangunan lantai tinggi, nggak usah
harus ini. Tapi usahakan harus tetep berbau-bau arsitek. Jadi sebenarnya sering main-
main ke cv milik alumni-alumni itu banyak ilmu yang didapat, yang di kampus nggak ada.
Tapi kalau sekarang, sebenarnya itu lebih parah, bukan lebih parah sih maksudku, cuman
kurikulumnya beda ya, kalau yang sekarang lebih ke konsep, jadi begitu dimasukin ke
project itu nggak ngerti apa-apa, karena memang dilahirkan untuk pure jadi arsitek, kalau
itu nggak kuat, jadi arsitek bingung nanti. Tidak perlu jadi arsitek terkenal, karena begini
pada saat kamu browsing rumah minimalis atau kontemporer, keluar gambar-gambarnya,
apakah kamu langsung bisa menyebutkan itu gambar desain siapa, tidak ada yang begitu
kecuali kamu browsing desain oleh siapa. Jadi sebenarnya, personel brandingnya yang
harus ditingkatkan, itu yang paling penting di dunia pekerjaan, tidak boleh malu, ketika
berbicara sama orang, matanya kemana-mana itu ndak boleh. Anak-anak UPN, personal
brandingnya harus dikuatkan. Kalau masuk dunia kerjaan, ini sudah diluar konteksi ini,
yang penting percaya diri sama diri sendiri, siapa kamu sebenarnya, nanti bakal ketemu
apa yang cocok buat diri kamu, oh aku arsitek, arsitekpun nanti misal jadi desainer atau
management project, atau misal suka menghitung, belajarlah sipil. Jadi, kalau aku nggak
bisa di arsitek murni, karena sudah terlalu banyak arsitek, kamu jadi arsitek, nanggung
semua, kalau nggak benar-benar penguasaan konsepnya tinggi, kamu rajin-rajin ikuti
komunitas, sukalah menulis, bisa jadi arsitek jurnalis, terkenalnya karena tulisannya,
bukan karena karyanya, kayak bapak Johan Silas, karya pak Johan Silas biasa saja, tapi
ketika dia membuat sebuah tulisan atau bedah karya, dia menjadi terkenal. Meskipun,
nanti nggak jadi arsitek, bisa jadi penulis yang lingkupnya tetap arsitektur, jadi kamu
tetap terkenal di lingkungan komunitas. Personal approach yang coba digali, karena kalau
kamu mendesain bagus, tapi kamu tidak tahu cara berkomunikasi yang benar, maka
orang tidak akan jadi beli. Ketika presentasi, jangan mikir bener atau salahnya, yang
penting berbicara, karena masih kuliah. Tapi untu berani bicara di depan, itu yang susah.
Yang penting personal approach, personal branding yang ditingkatkan, mau desainnya
jelek atau bagus, bodoh amat, karena bukan itu, karena kalau sudah unsur pekerjaan,
karena kita kan arsitek menjual jasa, selama kamu bisa membangun chemistry sama
client semua itu mudah, coba ngobrol sama orang lain yang bukan temen dan mencairkan
suasana dalam waktu 20 menit. Kalau personal approach dan personal brandingmu sudah
bagus, nggak harus desainmu bagus, itu urusan belakang