Anda di halaman 1dari 5

Rekaman 1

Kapan mulai berdirinya perusahaan:


Mulai berdirinya perusahaan pada tahun 2011 atau akhir 2010.jadi kita Pertama masuk kedunia
pameran, karena sebelumnya aku kerja ikut orang itu di dunia advertising, 8 bulan pertama aku
konsennya di pameran karena disitu banyak klienku. Setelah 8 bulan terus bergeser ke interior,
terus sampai 3 tahun yang lalu kita nambah arsiteknya, karena mau gak mau pada saat orang mau
pesen mebel kadang ada yang bongkar dindingnya sedikit, merubah keramiknya. Awal nya
seperti itu terus lama-lama orang mengerti pekerjaan kita seperti itu dan aku juga bisa arsitek
jalanlah kesana. Akhirnya arsiteknya jadi ikut juga.
Arsiteknya malah belakangan ada di perusahaan ini.

Karakter pemimpin yang tepat :


Dari sisi mana, kalau sifatnya yang secara struktural di tempatku, kan setiap usaha memiliki ciri
khas yang berbeda-beda. Kalau aku kan memang dasarnya kan bukan usaha yang besar, jadi
modelnya memang kekeluargaan dalam artian semua posisi-posisi yang ada itu tetap
bertanggung jawab penuh terhadap divisinya masing-masing. Cuma semua masih dihandel sama
aku. Kalau sudah perusahaan besar meraka pemimpin tertingginya sudah tidak mau tahu yang di
bawah-bawah atau yang divisi-divisi kecilnya, itu yang membedakan perusahaan yang dihandel.

Sistem kerja yang diterapkan :


Kalau misalnya ngomongin sistem kerja itu yang paling utama itu adalah efisiensi, bekerja
cerdas dan bekerja keras. Soalnya urutannya harus begitu, jadi kita misal bekerja keras lembur
tetapi kalau tidak cerdas dalam menyusun managemennya ya sama saja kita buang-buang waktu,
buang-buang tenaga dan tidak ada hasilnya. Misalkan contoh ada kes A, KES A ini melibatkan
tim produksi, tim keuangan, sama orang desain. Pada saat kita tidak bisa mendahulukan mana
yang harus secara prioritas di kerjakan, semua pasti pada nunggu yang akhirnya yang lain tidak
kerja menunggu satu keputusan yang seharusnya ini kamu kerjain nanti baru aku kerjakan
bagian ku. Jadi ada kalanya semua dikerjain sendiri-sendiri gitu tidak mau tahu divisi yang lain.
Yang penting tugasku untuk hari ini misal ngerjain A sampai D, dan yang ini D sampai F ,
misalnya kayak begitu, nah prosesnya pasti seperti itu tahapannya. Dari browsing project,
browsing project diluar pembiayaan berarti oarang keuangan harus nyiapin dananya itu yang
harus disiapkan. Tetapi orang desain juga harus menyiapkan gambar desain untuk proses
produksi. Produksi harus menyelesaiakan. Ini kalau pembagian managemen waktu sama skala
prioritasnnya tidak benar ya sudah orang keuangannya pokoknya nyelesaikan, menunggu ya
sudah. Nah itu nanti harus diambil skala prioritas dengan bekerja cerdas.

Skala prioritas, Kalau di perusahaanku dilihat dari perchasenya kan kita punya SOP , Cuma buat
aku SOP itu tidak harus selalu seperti itu jalannya, SOP hanya digunakan sebagai standart awal
idealisnya seperti itu. Terus kontrak jalan dulu, kalau kontrak tidak jalan orang desain tidak perlu
ngerjain apa-apa dulu. Kontrak ini sifatnya bisa menunggu sampai ke proses payment turun.
Kalau untuk amannya payment DP harus turun dulu baru orang desai kerja. Tapi aku sambil
menunggu payment itu turun tidak apa-apa orang desain bisa proses gambar kerja di kerjakan,
karena tahapan awal presentasi desain tidak sampai ke gambar DED tidak sampai ke gambar
kerja, konsep ruang di ACC baru lanjut ke gambar kerja . itu tahapan proses yang beda-beda
masing-masing perusahaan. Ini perusahaan baru ngeluarin kontraknya 1 bulan ke depan dari
marketing atau usernya, usernya minta 2 bulan lagi harus selesai. Tetapi tidak selesai-selesai
nunggu di proses keuangannya.
Cuma memang kan balik lagi ini kan usahanya masih usaha biasa bukan usaha yang besar yang
memang SOP standar managemennya harus sesuai dan step by stepnya tidak boleh di lewati, itu
kalau proses praproduksi. Kalau di proses produksinya , misalkan ada pekerjaan sipil , yang
tukang ini ada 1 sekup pekerjaan yang dia harus mengerjakan supaya tukang cat masuk, kan
memang harus ada part yang ini gak harus diplester dan yang ini di plester, jadi harus dikerjain
dulu jadi tukang catnya tidak nunggu yang kerjain lain jalan dulu, kalau nunggu pekerjaan dia
selesai dulu itu namanya kan tidak efisien. Berarti harus ada yang dikerjakan dulu, biar nanti
tukang yang lain bisa langsung ngerjain yang lain tidak saling tunggu jadi lebih efisien, efektif
waktu dan semua itu tidak semua orang punya,dari sisi managerial, staff dan tim produksi. Peduli
terhadap pekerjaan orang lain.

Karakter pemimpin yang sudah diterapkan :


Kalau aku tidak ada kompromi, maksudnya pada saat kita membuat kesepakatan bersama, tetapi
kesepatan A ini tentunya dibuat atas dasar kesepakatan A. Jadi kalau sudah disepakati A itu ya
harus A. Kan ada kita sudah mutusin yang A tapi inikan ini itu mengambil keputusan sendiri
padahal saat membuat sebuah keputusan A semua pasti sudah terlibat sudah mempertimbangkan
plus minusnya kenapa A.

Pandangan tentang pemimpin dan kepemimpinan :


Pemimpin itu harus ngerti tim kerja nya baik dari level atas sampai kelevel paling bawah tidak
boleh tahunya Cuma orang kantor aja, harus tahu sampai orang yang paling bawah. Tahu itu dari
sisi sekup kerjanya itu seperti apa. Terus mereka resiku kerjanya itu apa, jadi kalau misalnya saat
aku marah, marah dalam konteks mereka melakukan kesalahan yang sudah disepakati bersama,
tetapi aku tidak serta merta gitu. Harus tahu dulu reason atau alasannya apa . kan ada 1 orang
yang salah aku tidak mau tahu. Tapi kalau aku kena 1 ya kena semua, karena menurut aku kerja
sama itu harus saling mengingatkan . misal yang tadi pokoknya kejaanku kelar dan bodo amat
kerjaan itu gak selesai itu yang paling aku tidak suka. Itu kalau aku yang tak terapkan karena
kalau tidak ada yang saling mengingatkan dan Cuma mencari selamat di divisinya sendiri-sendiri
berarti kerjaan nya tidak jadi, jadi tetapi akan banyak konflik didalamnya. Meskipun sama-sama
sudah ngerjain masing-masing divisinya tetapi kontrol antar divisi lepas. Jadi biaya, mungkin
waktu proses managemen projek. Dulu waktu aku kuliah ada matkul managemen projek, jadi
sebenarnya harus kamu ambil kalu ada matkul managemen projek.

Dari beberapa lulusan UPN setelah aku, aku kan lulusan UPN angkatan pertama itu beberapa
kurikulum banyak yang hilang, mungkin karena endorse dosennya tidak nyampe bahwa itu
sebenarnya penting dalam aplikasi kamu setelah lulus kuliah.seharusnya ada beberapa matkul
yang harus diambil sebenarnya sangat dibutuhkan, salah satunya itu managemen projek. Biaya,
Mutu , Waktu hampir disemua aspek utama kalau kita arsitek nanti yang terjunnya itu
kebangunan besar. Biaya selamat misalnya, kliennya minta dananya harus keluar 100 jt aja,
misal mau beli semen, tidak boleh nambah harus itu aja di cukupin, tenyata kemutunya tidak
kekontrol karena mau selamatkan biaya saja mutunya akhirnya kelewatan. Ya bisa tetapi yang
mutunya seharusnya kualitasnya A jadi B karena biaya mau diamankan. Waktu timeline nya
seharusnya selesai dalam 1 bulan jadi 1 bulan 1 minggu. Kalau sistem kerja BMW(biaya, mutu,
waktu) harus dipegang. Itu dalam semua aspek, kamu dalam mendesain juga begitu terima klien
mu mau buat rumah, mutunya bagus, waktu 1 tahun harus kelar, kamu harus menghitung
kalkulasi managemennya terus biaya bengkak dibelakang. Akhirnya pada saat mendesain pun
itu seorang arsitek yang benar itu juga harus mengetahui kemampuan kliennya untuk membeli.
Mutu yang mereka terapkan, tidak asal desain nanti takutnya klien akan membatalkan nya. Jadi
kamu mundur lagi 2 step kebelakng udah presentasi tetapi pas bikin RAB nya bermasalah.

Sebelum mendirikan perusahaan pernah memimpin dimana:


Perusahaan lamaku terakhir aku sebagai general manager. Dari perusahaan lama ke sekarang
beda culture . yang membedakan culture perusahaan pasti punya caranay sendiri-sendiri, baik
dari sisi pengelolahan sumber dayanya, misal harus rekruitmen standarnya S1, tetapi aku arahnya
tidak kesana memang beda arahnya. Yang aku cari sama yang meraka cari berbeda dan porsi
yang aku jual juga berbeda, merak pasarnya apa, kelasnya apa. Kalau perusahaan aku yang lama
kan perusahaan yang besar-besar kliennya tidak ada yang individual jadi rekruitmen SDMnya
berbeda prosesnya. Aku ditempat lama itu mulai dari tenaga administrasi, karena bosen di arsitek,
habis lulus kerjakan diperencanaan bosen, karena tidak ada jeda karena aku habis lulus
besoknya langsung kerja dan ternyata stress, idealnya itu butuh waktu 1 bulan untuk refresing
baru kerja. Akhirnya ditawarin ada temen yang kasih info ya sudah aku melamar administrasi,
dari arsitek ke administrasi. Tetapi dari situ dari administrasi tersu keuangan akhirnya jadi
manager keuangan, tersu ke produksi di tempat yang sama terus ke HRD terus ke marketing
terus ke manager marketing. Dari saat pertama aku join itu mereka pertahun Cuma 900 jt bisa
sampai 5 milyar pertahun. Targetnya langsung di push yang ngpush aku sendiri karena aku sudah
paham proses keuangan itu seperti apa proses diproduksi seperti apa handeling SDM seperti apa
masuk dimarketing Terus terakhir di general managernya.
Di General manager aku tidak bisa ngapai2in gak mungkin aku gantiin owner aku gak mungkin
growup lagikan tetapi itu memang fasenya panjang. Tetapi aku bikin usaha kecil-kecil yang
penting usaha sendiri. Fasenya 10 tahun aku sampai ke general manager.

Kepemimpinan sebelum lulus kuliah:


sebelum lulus kuliah aku ikut hima, senat itu perlu. Kalau di organisasi gitu tidak perlu sampai
jadi ketuanya pokonya ikut aja, aku dulu di senat jadi sekretaris. Cuma sering-seringlah mencari
teman bukan dari dunia arsitek tetapi dari luar arsitek. Karena nanti pada saat kamu kerja
interaksinya pasti dengan orang dilaur arsitek. Karena pola pikirnya pasti berbeda, kita orang
desai itu pasti berbeda dengan orang lapang orang teknik yang di luar kita kita itu kan bahasanya
orang teknik tetapi kerjanya Cuma desain idealisme nya tinggi banget, egonya besar banget. Aku
dulu juga ngalami fase kayak gitu pada saat kuliah, misal pada saat di lingkungan kampus kalau
ikut senat, marchingband, menwa itu jadinya beda karakter. Leadership kalau paham Cuma level
general manager aja problem keseluruhan tidak akan mengerti. Problem lapang tidak paham.itu
rumusnya orang cina kalu kerja , kalau orang pribumi masih seperti itu. Jarang ada yang mau
turun mengerti problem. Tapi karena klienku banyak yang orang cina, klien-klienku yang
perorangan, terus aku handel sekolah cita hati punya orang cina aku jadi lebih paham.
Leadership di orang cina bagusnya masuk kelini yang paling bawah mengerti persoalan paling
bawah.

Kiat kiat sukses dalam memimpin :


komitmennya tinggi . komitmen hubungannya dengan biaya , mutu, waktu . kalau biaya oke
mutu bagus waktu pekerjaan pasti akan berjalan terus, dan orang pasti repeat order. Kalau kita
berada di segmen bawah ya berarti kita harus mencintainya sepenuh hati dan pasti segmen
bawah banyak order meskipun paymennya kecil tetapi vomumemu melimpah ruah. Nanti kamu
naik great middle , middle itu pasar yang paling gak jelas atau ngambang. Yang enak itu level
premium provitnya banyak, tetapi volumenya tidak bisa yang besar, tetapi monevaluenya dapat.

Harapan untuk generasi di masa depan:


Seharusnya lulusan arsitek memang harus jadi arsitek. Aku pilih interior karena passion ku disitu.
Ikut matkul inetrior Cuma 1 semester wajib dan nilaiku B- dan dulu tidak kepikir , Tetapi kalau
pameran kan semi interior bikin boot gitu ternyata menghasilkan. Menurutku pas workshop
dulu aku berpendapat kalau jurusan arsitek tidak harus jadi arsitek. Mengikuti passion kebutuhan
luar, arsitek sekarang itu banyak banget. Kalau yang sekarang jurusan arsitek itu di tuntut konsep
aja, jadi memang kamu di tuntut untuk menjadi arsitek setelah lulus. Padahal aku dari arsitek aku
belajar akuntansi, administrasi buktinya kau bisa. Dulu waktu masih SMA belajar akuntansi,
administrasi tidak suka tetapi setelah kuliah arsitek jadi lebih mudah mempelajarinya. Tetapi
kalau kamu terjun di projek kalau sitemnya itu harus tahu bukan berarti menguasai harus care
dengan divisi lain. Logika anak arsitek itu lebih main. Banyak dunia lain selain arsitek di luar
sana. Sebetulnya arsitek masuk di dunia interior ikatan interior indonesia bakalan tidak enak
karena arsitek kalau masuk diainterior dapat nilai plus, detail-detailnya kita lebih dapat tentang
material dan desain, kalau orang interior hanya desain saja.

Rekaman 2
Ma :bagaimana ya mbak, kita kan sudah semester 6, tapi masih bingung habis lulus itu
ngapain, kerja apa?
Mei : buat usaha sendiri saja, tapi kalau boleh saran. Tapi kalau emang sudah bawaannya ini
“Balungan Gajah”, orang tuanya cukup mampu memberikan modal. Orang tuanya sudah
menyediakan apa-apa, setelah lullus buka usaha sendiri, tapi kalau ndak itu,
bagaimanapun orang itukan berproses, misal kalau kuliah, kamu harus tk dulu, sd, smp,
sma. Ikutlah orang dulu, kapasitas maksimal 5 tahun, sebenarnya 5 tahun itu saya sudah
bisa, tapi masih digandolin. Ini yang mau jadi enterpreneur, pada saat 5 tahun kamu ikut
orang, galilah sebanyak mungkin, hauslah akan ilmu di dalam usaha itu, apapun mau dari
sisi manapun. Nanti kalau kamu punya usaha sendiri, kamu sudah pegang semua.
Meskipun, itu kamu nggak ada sekolahnya, sekolahnya ya pas kamu ikut orang itu. Cari
kerjaan yang masih ada hubungannya dengan arsitek, jangan lepas sama sekali, jadi kalau
mau jadi administrasi, ndak apa-apa, tapi jadi administrasi yang masih ada bau-bau
project. Karena orang administrasi project, gajinya juga besar, prosesnya dalam satu
pembangunan bangunan jika sampai 40 lantai, krusial juga. Orang management project,
itu juga nggak gampang posisi itu, kalau sudah dibangunan lantai tinggi, nggak usah
harus ini. Tapi usahakan harus tetep berbau-bau arsitek. Jadi sebenarnya sering main-
main ke cv milik alumni-alumni itu banyak ilmu yang didapat, yang di kampus nggak ada.
Tapi kalau sekarang, sebenarnya itu lebih parah, bukan lebih parah sih maksudku, cuman
kurikulumnya beda ya, kalau yang sekarang lebih ke konsep, jadi begitu dimasukin ke
project itu nggak ngerti apa-apa, karena memang dilahirkan untuk pure jadi arsitek, kalau
itu nggak kuat, jadi arsitek bingung nanti. Tidak perlu jadi arsitek terkenal, karena begini
pada saat kamu browsing rumah minimalis atau kontemporer, keluar gambar-gambarnya,
apakah kamu langsung bisa menyebutkan itu gambar desain siapa, tidak ada yang begitu
kecuali kamu browsing desain oleh siapa. Jadi sebenarnya, personel brandingnya yang
harus ditingkatkan, itu yang paling penting di dunia pekerjaan, tidak boleh malu, ketika
berbicara sama orang, matanya kemana-mana itu ndak boleh. Anak-anak UPN, personal
brandingnya harus dikuatkan. Kalau masuk dunia kerjaan, ini sudah diluar konteksi ini,
yang penting percaya diri sama diri sendiri, siapa kamu sebenarnya, nanti bakal ketemu
apa yang cocok buat diri kamu, oh aku arsitek, arsitekpun nanti misal jadi desainer atau
management project, atau misal suka menghitung, belajarlah sipil. Jadi, kalau aku nggak
bisa di arsitek murni, karena sudah terlalu banyak arsitek, kamu jadi arsitek, nanggung
semua, kalau nggak benar-benar penguasaan konsepnya tinggi, kamu rajin-rajin ikuti
komunitas, sukalah menulis, bisa jadi arsitek jurnalis, terkenalnya karena tulisannya,
bukan karena karyanya, kayak bapak Johan Silas, karya pak Johan Silas biasa saja, tapi
ketika dia membuat sebuah tulisan atau bedah karya, dia menjadi terkenal. Meskipun,
nanti nggak jadi arsitek, bisa jadi penulis yang lingkupnya tetap arsitektur, jadi kamu
tetap terkenal di lingkungan komunitas. Personal approach yang coba digali, karena kalau
kamu mendesain bagus, tapi kamu tidak tahu cara berkomunikasi yang benar, maka
orang tidak akan jadi beli. Ketika presentasi, jangan mikir bener atau salahnya, yang
penting berbicara, karena masih kuliah. Tapi untu berani bicara di depan, itu yang susah.
Yang penting personal approach, personal branding yang ditingkatkan, mau desainnya
jelek atau bagus, bodoh amat, karena bukan itu, karena kalau sudah unsur pekerjaan,
karena kita kan arsitek menjual jasa, selama kamu bisa membangun chemistry sama
client semua itu mudah, coba ngobrol sama orang lain yang bukan temen dan mencairkan
suasana dalam waktu 20 menit. Kalau personal approach dan personal brandingmu sudah
bagus, nggak harus desainmu bagus, itu urusan belakang

Anda mungkin juga menyukai