Anda di halaman 1dari 9

Makalah Seminar Kerja Praktek

ANALISIS PENGGUNAAN TIPE ANTENA PADA UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV)


Andi Pangerang (L2F 009 073), Achmad Hidayanto, ST. MT (196912211995121001)
Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055
Fax. (024) 746055
andi.100593@gmail.com
achmad@undip.ac.id

ABSTRAK
Berkembang pesatnya teknologi penerbangan dunia saat ini, membawa dampak yang dapat dirasakan pula di
Indonesia, mulai dari pesawat udara dengan kecepatan supersonik yang dikembangkan pada masa perang dunia
kedua, hingga saat ini dikembangkan pesawat udara tanpa awak yang dikenal dengan nama Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) dan teknologi terbang autonomous. UAV merupakan suatu wahana terbang yang banyak dibutuhkan karena
dapat terbang dengan kemampuan manuver tinggi tanpa menyebabkan pengendalinya mengalami kesulitan akibat
beban gravitasi yang besar, sehingga tidak memiliki risiko kehilangan nyawa manusia atau dapat dikorbankan ketika
terbang diatas daerah berbahaya seperti kebakaran hutan atau daerah yang terkontaminasi bahan kimia dan nuklir.
Ada berbagai jenis antena pada saat ini, diantaranya adalah antena Yagi-Uda dan antena omnidireksional.
Kedua jenis antena tersebut tidak hanya diperlukan dalam komunikasi bergerak atau komunikasi seluler, melainkan
juga pada sistem telemetri yang dibangun dalam perancangan UAV. Antena pada Ground Control Station (GCS)
bertindak sebagai pemancar yang mentransmisikan data ke setpoint yang telah ditentukan dan juga dapat sekaligus
bertindak sebagai penerima agar dapat mengetahui posisi dan keadaan UAV sehingga dapat dikendalikan oleh GCS.
Kata Kunci: UAV, Antena, GCS
1. Pendahuluan omnidireksional. Kedua jenis antena tersebut tidak
1.1. Latar Belakang hanya diperlukan dalam komunikasi bergerak atau
Teknologi penerbangan dunia berkembang komunikasi seluler saja, melainkan juga pada
pesat sampai pada masa perang dunia kedua sistem telemetri yang dibangun dalam
dimana dikembangkan pesawat udara dengan perancangan UAV. Antena pada GCS bertindak
kemampuan terbang jelajah dengan kecepatan sebagai pemancar yang mentransmisikan data ke
supersonik. Setelah teknologi supersonik di- setpoint yang telah ditentukan dan bisa jadi dapat
sempurnakan, para ahli mulai mencari teknologi sekaligus bertindak sebagai penerima agar dapat
lain karena teknologi kecepatan terbang pesawat mengetahui posisi dan keadaan UAV sehingga
udara sudah tidak efisien lagi untuk di- dapat dikendalikan oleh GCS.
kembangkan lebih tinggi. Saat ini teknologi Oleh karena itu, diperlukan desain antena
penerbangan difokuskan pada pengembangan yang cocok pada GCS sebagai pemancar agar
pesawat udara tanpa awak atau dikenal dengan performa dari UAV menjadi lebih optimal.
nama Unmanned Aerial Vehicle disingkat UAV, 1.2. Tujuan Kerja Praktek
dan teknologi terbang autonomus. Tujuan Kerja Praktek di Pusat Teknologi
UAV, merupakan suatu wahana terbang Industri Pertahanan dan Keamanan Badan
yang banyak dibutuhkan karena dapat terbang Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTIPK –
dengan kemampuan manuver tinggi tanpa BPPT) adalah:
menyebabkan pengendalinya mengalami kesulitan 1. Mengkaitkan antara ilmu pengetahuan yang
akibat beban gravitasi yang besar, sehingga UAV diperoleh dibangku perkuliahan dengan
juga tidak memiliki risiko kehilangan nyawa pengetahuan dan teknologi yang diperoleh di
manusia atau dapat dikorbankan ketika terbang perusahaan.
diatas daerah berbahaya seperti kebakaran hutan 2. Membantu memberikan pembekalan dan
atau daerah yang terkontaminasi bahan kimia dan keterampilan kepada setiap mahasiswa tentang
Selain itu, biaya operasional UAV lebih kecil bila kondisi yang terdapat di lapangan.
dibandingkan dengan pesawat berawak, tidak 3. Mampu memahami dan menganalisa
memerlukan lapangan udara konvensional, dan penggunaan tipe antena seperti Omni-
UAV tidak dibatasi oleh batas batas desain seperti direksional dan Yagi dalam Unmanned Aerial
pada pesawat berawak. Bagus tidaknya suatu Vehicle (UAV).
UAV bergantung pada parameter yang telah 1.3. Batasan Masalah
ditentukan, dan salah satunya adalah jarak tempuh Dalam laporan ini terdapat pembatasan-
UAV. Jarak tempuh ini dipengaruhi oleh pembatasan masalah yang terkait dengan kerja
penggunaan antena yang dipasang pada Ground praktek yang dilakukan. Adapun pembatasan
Control Station (GCS). masalahnya sebagai berikut:
Ada berbagai jenis antena pada saat ini, 1. Pembahasan tipe antena yang lainnya tidak
diantaranya adalah antena Yagi-Uda dan antena dibahas, hanya jenis antena omnidireksional
dan antena Yagi. Umumnya, pada radar maupun sistem
2. Parameter antena yang mempengaruhi kendali komunikasi satelit, antena dalam melakukan
gerak Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang kedua fungsi tersebut yakni sebagai pemancar
dikontrol oleh Ground Controlling Station maupun penerima. Sedangkan pada pesawat
(GCS). radio, antena hanya berfungsi sebagai pe-
2. Jenis-Jenis Antena dan Parameternya
nerima saja.
2.1. Sekilas Mengenai Antena
2.1.1 Pengertian Antena Gelombang radio merupakan bagian
Dalam sejarah komunikasi, perkem- dari gelombang elektromagnetik yang berada
bangan teknik informasi tanpa menggunakan pada spektrum radio, dimana gelombang
kabel ditetapkan dengan nama antena. Antena elektromagnetik adalah gelombang yang
berasal dari bahasa latin ”antena” yang berarti memiliki sifat listrik dan magnet secara
tiang kapal layar, pengertian sederhana kata bersamaan. Karakteristik gelombang diper-
latin ini berarti juga “penyentuh/peraba” oleh dari besaran panjang gelombang dan
sehingga kalau dihubungkan dengan teknik frekuensi. Panjang gelombang (λ) memiliki
komunikasi berarti antena mempunyai tugas hubungan dengan frekuensi (ƒ) dan cepat
menyelusuri jejak gelombang elektro- rambat gelombang (v) yang ditunjukkan pada
magnetik, hal ini jika antena berfungsi rumus dibawah ini:
sebagai penerima. Sedangkan jika sebagai ..........................(3.1)
pemancar maka antena berfungsi meng-
hasilkan gelombang elektromagnetik. Antena Cepat rambat gelombang (v) bergantung pada
dapat juga didefinisikan sebagai sebuah atau medium rambatnya, jika mediumnya berupa
sekelompok konduktor yang digunakan untuk ruang hampa udara (free space) maka v = c
memancarkan atau meneruskan gelombang (cepat rambat cahaya) = 299.792.458 m/s.
elektromagnetik menuju ruang bebas atau Sedangkan apabila medium rambatnya bukan
menangkap gelombang elektromagnetik. berupa hampa udara, dapat menggunakan
Antena menurut Budi [1] adalah suatu rumus berikut:
piranti transisi antara saluran transmisi ....................(3.2)
dengan ruang bebas dan sebaliknya. Antena
terbuat dari bahan logam yang berbentuk Dimana adalah permeabilitas relatif
batang atau kawat dan berfungsi untuk terhadap hampa udara dan adalah
memancarkan atau menerima gelombang permitivitas relatif terhadap hampa udara[4].
radio. Antena memiliki berbagai bentuk 2.1.2 Karakteristik Antena
Setiap jenis antena tentu memiliki
rangkaian dan model, bila sebuah antena karakteristik dan kelebihan masing-masing.
dipakai,antena memiliki dua kegunaan yaitu: Namun, secara umum karakteristik dari antena
1. Memancarkan gelombang elektromagnetik dapat dijelaskan sebagai berikut:
2. Menerima gelombang elektromagnetik 1. Sifat-sifat antena adalah serupa dengan
Menurut Rian[2] salah satu komponen saluran transmisi yang berhubungan
penting dalam telekomunikasi radio adalah dengan panjang, impedansi, tegangan dan arus.
antena, yang dapat menentukan jarak suatu 2. Antena untuk frekuensi tinggi (HF)
pancaran. Gelombang pemandu(guided wave) dipasang vertikal maupun horison-
berjalan sepanjang jalur transmisi, kemudian tal terhadap bumi. Antena yang dipasang
diradiasikan menjadi gelombang ruang bebas. vertikal memancarkan gelombang yang
Menurut Molin Adiyanto[3] konsep dasar berpolarisasi vertikal. Sebaliknya antena yang
dipasang horisontal memancarkan gelombang
antena diilustrasikan seperti gambar berikut:[3]
yang berpolarisasi horisontal.
3. Antena untuk frekuensi sangat rendah
(VLF), frekuensi rendah (LF) dan fre-
kuensi menengah (MF) dibangun dengan
polarisasi vertikal. Sebab pantulan sinyal akan
dekat dengan bumi.
4. Antena untuk frekuensi lebih tinggi
akan baik, kalau menggunakan polar-
Gambar 2.1 Konsep Dasar Antena[3] isasi horisontal.
5. Dalam komunikasi path loss akan dapat 2.2.2 Berdasarkan Polarisasinya
diperoleh daya sinyal yang maksimum apabila Antena yang jenisnya berdasarkan polarisasi
ujung-ujung yang sama terdapat polaritas yang dapat dibagi menjadi dua, yakni antena monopol
sama[5]. dan antena dipol.
2.2. Jenis-Jenis Antena  Antena Monopol
Ada banyak jenis antena pada saat ini, Antena monopol adalah antena yang
bergantung pada kebutuhan dan penggunaannya. berbentuk kawat tunggal, memiliki polarisasi pada
Secara umum, jenis antena dapat dibedakan satu arah saja, yakni vertikal ke atas. Antena
berdasarkan fungsinya, polarisasinya, pola monopol dapat dibentuk dari antena dipol yang
radiasinya, berdasarkan bentuknya, dan dibuang bagian separo bawahnya, sehingga
berdasarkan gain-nya. menyisakan bagian separo atas saja yakni ground
2.2.1 Berdasarkan Fungsinya plane.
Antena yang jenisnya berdasarkan fungsi
dapat dibagi menjadi tiga, yakni antena pemancar,
antena penerima dan antena pemancar sekaligus
sebagai penerima.
 Antena Pemancar
Gambar 2.3 Bentuk Antena Monopol
Antena ini dapat memancarkan gelombang
elektromagnetik yang akan ditransmisikan melalui  Antena Dipol
medium tertentu (dapat berupa udara atau hampa Antena dipol adalah antena yang memiliki
udara / ruang bebas). Antena dapat berfungsi dua kawat menunjuk ke arah yang saling
sebagai pemancar apabila mempunyai lebar pita berlawanan diatur baik secara horisontal maupun
yang sempit, sehingga secara teori mempunyai vertikal, dengan salah satu ujung setiap kabel
nilai gain yang tinggi. yang terhubung ke radio dan ujung lainnya
menggantung bebas di ruang angkasa. Antena
 Antena Penerima
dipol dapat dibentuk dari dua antena monopol
Antena ini dapat menerima gelombang
arahnya saling belawanan. Antena ini sangat
elektromagnetik yang telah ditransmisikan melalui
praktis dan sederhana, juga digunakan sebagai
media tertentu (dapat berupa udara ataupun hampa
model referensi untuk antena lainnya; sehingga
udara / ruang bebas). Antena dapat berfungsi
gain diukur dalam dBd (desibel dipol) dimana 0
sebagai antena penerima apabila mempunyai lebar
dBd sama dengan 2,15 dBi.
pita yang lebar, sehingga secara teori mempunyai
nilai gain yang rendah.
 Antena Pemancar dan Penerima
Pada dasarnya, antena memiliki karakteistik
yang sama, sehingga dapat berfungsi sebagai
pemancar maupun penerima. Karakteristik ini bisa
disebut sebagai resiprositas antena. Dari teori Gambar 2.4 Ilustrasi Antena Dipol (Polarisasi
resiprositas ini, kita dapat menggunakan Horisontal)
karakteristik ini dalam pengukuran antena, jadi 2.2.3 Berdasarkan Pola Radiasinya
kita dapat mengatur antena yang akan dijadikan Antena yang jenisnya berdasarkan pola
sebagai pemancar atau penerima dengan mengatur radiasinya dipengaruhi oleh direktivitas atau
gain dan polarisasi antena. Sedangkan antena pengarahan dari suatu antena, sehingga dapat
yang akan diuji dapat berfungsi sebagai antena dibagi menjadi empat, yakni antena isotropis,
penerima atau pemancar. antena unidireksional (atau antena direksional
saja), antena omnidireksional, dan antena sektoral.
 Antena Isotropis
Antena isotropik, adalah antena murni
teoritis yang memancar ke segala arah dalam
bidang medan listrik (E) dan bidang medan
magnet (H). Hal ini dianggap menjadi titik dalam
ruang tanpa dimensi dan massa. Antena ini secara
fisik tidak ada, tetapi berguna sebagai model
teoritis untuk perbandingan dengan semua antena
lainnya. Gain antena diukur dengan referensi ke
sebuah radiator isotropik, dan nilainya dinyatakan
Gambar 2.2 Resiprositas Antena a)sebagai dalam satuan dBi (decibels sehubungan dengan
pemancar b)sebagai penerima radiator isotropik).
diperhatikan agar tidak terdapat kerugian dalam
penangkapan sinyal.
Pola radiasi yang horisontal kebanyakan
memancar ke arah mana antena ini di arahkan
sesuai dengan jangkauan dari derajat radiasinya,
sedangkan pada bagian belakang antena tidak
Gambar 2.5 Pola Radiasi Tiga Dimensi Antena memiliki sinyal radiasi. Antena sektoral ini jika di
Isotropis pasang lebih tinggi akan menguntungkan
penerimaan yang baik pada suatu sektor atau
 Antena Unidireksional
wilayah pancaran yang telah ditentukan.
Antena unidireksional (atau antena
direksional saja) merupakan jenis antena dengan
lebar berkas yang sempit (narrow beamwidth),
atau sudut radiasi yang kecil dengan daya lebih
terarah, jaraknya jauh dan tidak bisa menjangkau
area yang luas, antena directional mengirim dan
menerima sinyal radio hanya pada satu arah,
umumnya pada fokus yang sangat sempit, dan
biasanya digunakan untuk koneksi point-to-point
(PTP), multiple point (MP), atau point-to-multiple
point (P2MP). Jenis antena direksional antara lain: Gambar 2.8 Pola Radiasi Antena Sektoral
antena grid, dish "parabolic" dan antena Yagi- 2.2.4 Berdasarkan Bentuknya
Uda. Antena yang berdasarkan bentuknya antara
lain antena mikrostrip, parabola, helix, vee, horn
dan loop.
2.2.5 Berdasarkan Gain-nya
Antena yang berdasarkan gainnya
dipengaruhi oleh susunan (array), jumlah dan
frekuensi yang digunakan, sehingga ada dua jenis
Gambar 2.6 Pola Radiasi Tiga Dimensi Antena antena yakni antena HF, VHF dan UHF.
Unidireksional  Antena HF
 Antena Omnidireksional Antena HF adalah antena yang
Antena omnidireksional (atau antena omni menggunakan jalur frekuensi HF (High
saja) mempunyai sudut radiasi yang besar (wide Frequency) yakni dari 3 MHz hingga 30 MHz.
beamwidth) yaitu 360° dengan daya lebih luas,  Antena VHF
jarak yang lebih pendek tetapi dapat melayani Antena VHF adalah antena yang
area yang luas. Antena omnidireksional dalam menggunakan jalur frekuensi VHF (Very High
pemakaiannya tidak dianjurkan, karena sifat daya Frequency) yakni dari 30 MHz hingga 300 MHz.
pancarnya yang terlalu luas se-hingga ada  Antena UHF
kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang Antena UHF adalah antena yang
akan menyebabkan interferensi. menggunakan jalur frekuensi UHF (Very High
Frequency) yakni dari 300 MHz hingga 3 GHz.
2.3. Parameter Antena
Parameter antena digunakan untuk menguji
atau mengukur performa antena yang akan
digunakan. Dalam mempelajari antena kita kenal
beberapa variabel yang erat kaitannya dalam
pemilihan dan penggunaan sebuah antena Berikut
Gambar 2.7 Pola Radiasi Tiga Dimensi penjelasan beberapa parameter antenna yang
Antena Omnidireksional sering digunakan yaitu panjang antena,
 Antena Sektoral direktivitas antena, gain antena, pola radiasi
Antena sektoral hampir mirip dengan antena, polarisasi antena, impedansi antena, lebar
antena omnidireksional yang juga digunakan berkas (beamwidth) antena, lebar pita (bandwidth)
untuk Access Point untuk melayani link Point-to- antena dan efisiensi antena.
Multi-Point (P2MP). Beberapa antena sektoral  Panjang Antena
dibuat tegak lurus , dan ada juga yang horizontal. Panjang fisik antena dihitung berdasarkan
Sudut radiasi antena ini adalah 45-180 derajat dan panjang gelombang (λ) frekuensi kerja pesawat
tingkat ketinggian pemasangannya harus yang menggunakan antena tersebut. Panjang ge-
lombang dihitung dalam satuan meter atau kaki.  Polarisasi Antena
λ= kaki ,atau Polarisasi antena merupakan orientasi
perambatan radiasi gelombang elektromagnetik
λ= meter ...................... (3.3) yang dipancarkan oleh suatu antena dimana arah
Rumus diatas diperoleh dari kecepatan rambat elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai
gelombang radio diruang bebas yaitu 299.792.458 referensi lain. Energi yang berasal dari antena
meter dan dibulatkan menjadi 300 meter per detik, yang dipancarkan dalam bentuk sphere, dimana
atau 983.571.058 kaki per detik, yang dihitung bagian kecil dari sphere disebut dengan wave
jarak antar siklus atau periode. front. Pada umumnya semua titik pada gelombang
 Direktivitas Antena depan sama dengan jarak antara antena.
Direktivitas dari sebuah atau deretan antena Selanjutnya dari antena tersebut, gelombang akan
diukur pada kemampuan yang dimiliki antena membentuk kurva yang kecil atau mendekati.
untuk memusatkan energi dalam satu atau lebih ke Dengan mempertimbangkan jarak, right angle ke
arah khusus. Antena dapat juga ditentukan arah dimana gelombang tersebut dipancarkan,
pengarahanya tergantung dari pola radiasinya. maka polarisasi dapat digambarkan sebagai
Direktivitas antena merupakan perbandingan berikut,
kerapatan daya maksimum dengan kerapatan daya
rata-rata. Maka dapat dituliskan pada persamaan
dibawah ini:
....(2.4)

 Gain Antena Gambar 2.9 Polarisasi Antena


Gain (lengkapnya disebut sebagai directive Secara umum ada empat jenis polarisasi,
gain) adalah kemampuan antena mengarahkan yaitu polarisasi vertikal, polarisasi horisontal,
radiasi sinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah polarisasi sirkuler dan polarisasi menyilang
tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat (cross).
diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti  Impedansi Antena
watt,ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk Impedansi input suatu antena adalah
perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang impedansi pada terminalnya. Impedansi input
digunakan untuk gain adalah desibel. Desibel akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau
(Lambang Internasional = dB) adalah satuan obyek-obyek yang dekat dengannya. Untuk
untuk mengukur intensitas suara. Berikut ini mempermudah dalam pembahasan diasumsikan
adalah rumus dari gain menggunakan logaritma: antena terisolasi. Impedansi antena terdiri dari
Gain Daya = 10 log10(Po/Pi) (dB) bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan
Gain Tegangan = 20 log10(Vo/Vi) (dB) dengan :
Gain Arus = 20 log10(Io/Ii) (dB) Zin = Rin + j X ....................(2.7)
..........................(2.5)  Lebar Berkas (Beamwidth) Antena
Berikut ini adalah hubungan gain dengan Lebar berkas adalah besarnya sudut berkas
direktivitas: pancaran gelombang frekuensi radio utama (main
Gain = k.D (dB)............................(2.6) lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari
Dimana k: efisiensi antena; 0 ≤ k ≤1 puncak lobe utama. Besarnya lebar berkas adalah
 Pola Radiasi Antena sebagai berikut:
Pola radiasi antena atau pola antena .............................(2.8)
didefinisikan sebagai fungsi matematik atau Dimana :
pernyataan grafis dari sifat radiasi antena sebagai B = lebar berkas ketika gain bernilai 3 dB(derajat)
fungsi dari koordinat. Pola radiasi ditentukan di f = frekuensi (GHz)
luasan wilayah dan direpresentasikan sebagai d = diameter antena (m)
fungsi dari koordinat direksional. Pola radiasi  Lebar Pita (Bandwidth) Antena
antena adalah plot 3-dimensi distribusi sinyal Pemakaian sebuah antena dalam sistem
yang dipancarkan oleh sebuah antena, atau plot 3- pemancar atau penerima selalu dibatasi oleh
dimensi tingkat penerimaan sinyal yang diterima daerah frekuensi kerjanya. Pada range frekuensi
oleh sebuah antena. Jenis – jenis umum pola kerja tersebut antena dituntut harus dapat bekerja
radiasi antena berupa Pola Daya yang dengan efektif agar dapat menerima atau
menggambarkan normalisasi daya terhadap posisi memancarkan gelombang pada band frekuensi
koordinat spheris, dan Pola Medan yang tertentu. Daerah frekuensi kerja dimana antena
menggambarkan normalisasi medan |E| dan |H| masih dapat bekerja dengan baik dinamakan lebar
terhadap posisi koordinat spheris. pita antena. Misalnya sebuah antena bekerja pada
frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih antara lain frekuensi kerja, tinggi antena pemancar
dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di dan penerima, gain antena pemancar dan
bawah fC) sampai dengan f2 (di atas fC), maka penerima, RSL (Received Signal Level – Aras
lebar pita antena tersebut adalah : Sinyal yang Diterima) dan rugi daya total pada
.....................(2.9) antena pemancar dan penerima.
3.3. Pengambilan dan Pengolahan Data
 Efisiensi Antena Dalam analisis perhitungan jangkauan dari
Efisiensi antena adalah parameter yang kedua antena, pengamblan data dilakukan dengan
diambil untuk menghitung besarnya rugi-rugi mengamati langsung spesifikasi antena yang
pada terminal antena dan dari struktur antena. digunakan di lapangan. Antena yang digunakan
Rugi-rugi antena disebabkan oleh pantulan karena adalah antena omnidireksional 15 dBi Vezatech
ketidakcocokan impedansi (mismatch impedance) VOA-2415 dengan spesifikasi sebagai berikut:
antara transmisi kabel dan antena.  Frekuensi Kerja : 2,4 ~ 2,5 GHz
3. Penggunaan Antena dalam UAV  Gain : 15 dBi
3.1. Sekilas Mengenai GCS (Ground Control  VSWR : < 2,0 : 1
Station)  Polarisasi : Vertikal
GCS (Ground Control Station) adalah pusat  Impedansi Masukan : 50 Ω
pengendali berbasis darat atau laut yang  Daya Masukan Maksimum : 50 Watt
menyediakan fasilitas bagi pengendalian pesawat  Lebar Berkas Horisontal : 360°
tanpa awak (UAV) oleh manusia baik di udara  Lebar Berkas Vertikal : 8°
maupun luar angkasa.
 Radome Material : Fiberglass
 Tipe Konektor : N-Female
 Dimensi : 1,03 meter
 Suhu : -40°C - 80°C
 Light Port : DC Ground
Gambar 3.1 GCS (Ground Control Station)
GCS dapat memberikan informasi  Mount : U-Bolts
mengenai parameter-parameter apa yang yang Dalam prakteknya, antena ini harus
dibutuhkan ketika UAV sedang terbang, seperi dipasang pada menara tinggi agar didapatkan
posisi relatif geosentris (altitude, azimuth / jangkauan yang lebih luas dibandingkan ketika
bearing, dan proyeksi jarak dari titik acuan), dipasang di atas tanah dengan pemasangan seperti
kecepatan UAV, kecepatan angin, suhu, tekanan antena VHF Ground Plane.
udara, frekuensi yang digunakan, dan aliran bit Sedangkan untuk antena Yagi yang
data maupun video yang ditangkap oleh kamera digunakan merupakan pengembangan dari
yang terpasang pada UAV. Oleh karenanya, GCS perusahaan dimana hal ini dimaksudkan agar
dilengkapi juga dengan anenometer yang diperoleh jangkauan sesuai yang diinginkan.
berfungsi untuk mengukur kecepatan angin, Rentang frekuensi yang digunakan adalah 2,4 –
termometer yang berfungsi untuk mengukur suhu, 2,5 GHz dengan gain sebesar 15 dBi dan VSWR
dan manometer / barometer untuk mengukur < 1,5. Impedansi masukan sebesar 50 Ω dengan
tekanan udara. daya masukan maksimum 50 watt dengan tipe
GCS terdiri dari pengendali jarak jauh konektor N-Male / N-Female. Polarisasi yang
yang dapat digunakan saat UAV lepas landas digunakan adalah polarisasi sirkuler dengan lebar
maupun saat mendarat. Monitor komputer berkas horisontal 8° dan lebar berkas vertikal 8°.
berfungsi untuk mengamati pergerakan dan posisi
UAV ketika UAV sedang terbang. UAV akan
bergerak sesuai pada titik-titik yang telah
ditentukan dan diprogram oleh komputer.
3.2. Indikator dalam Perhitungan Cakupan Gambar 3.2 Dimensi Penting Antena Yagi [6]
Antena Berdasarkan gambar diatas, ada beberapa dimensi
Ada banyak parameter yang berkaitan penting, meliputi :
dengan antena, yang telah dijelaskan sebelumnya  Ring, besarnya adalah 2 λ.
pada Bab 2. Namun, karena antena digunakan  Disc, besarnya adalah 0,4 λ
sebagai bagian dari pengendalian UAV, dan  Panjang Driven Element, besarnya adalah λ/2
indikator yang digunakan hanya berupa jarak untuk keperluan praktis, namun pada
tempuh dari suatu UAV, maka tidak semua kenyataannya, gelombang tidak dilewatkan
parameter antena tersebut dimasukkan ke dalam melalui ruang hampa melainkan dilewatkan pada
perhitungan cakupan antena. Indikator tersebut sebuah antena yang terbuat dari logam kemudian
dilewatkan kembali melalui udara. Sehingga, Dengan menggunakan frekuensi 2,4 GHz,
panjang driven element dalam kasus ini adalah maka diperoleh nilai dimensi antena sebagai
sebesar 0,95 λ/2 dimana 0,95 merupakan nilai berikut:
velocity factor tembaga. Velocity Factor (VF)  Panjang Ring = 2 λ = 25 cm
adalah perbandingan antara cepat rambat  Panjang Disc = 0,4 λ = 5 cm
gelombang pada medium dielektrik dengan cepat  Panjang Driven Element L = 0,95 λ/2 ≈ 5,94
rambat gelombang pada ruang hampa. Nilai VF cm
ini berbanding terbalik dengan akar permitivitas  Jarak Driven Element dengan Ring = λ/4 =
relatif suatu dielektrik[7]. Bila permitivitas relatif 3,125 cm
tembaga bernilai 1,1 , maka VF akan bernilai 0,95  Panjang reflektor = 5,94 cm + 7% x 5,94 cm ≈
atau 95%. 6,36 cm
 Jarak Driven Element dengan Ring, besarnya  Panjang Direktor 1 = 5,94 cm – 5% x 5,94 cm
adalah λ/4 ≈ 5,64 cm
Namun, antena Yagi tidak hanya  Panjang Direktor 2 = 5,64 cm–0,005λ≈5,58 cm
membutuhkan driven element saja namun juga  Panjang Direktor 3 = 5,58 cm–0,005λ≈5,52 cm
membutuhkan reflektor untuk memantulkan sinyal
 Panjang Direktor 4 = 5,52 cm–0,005λ≈5,46 cm
dan direktor untuk mengarahkan atau
 Panjang Direktor 5 = 5,46 cm–0,005λ≈5,39 cm
memfokuskan sinyal sesuai dengan arah sudut
yang diinginkan. Panjang reflektor, umumnya 7 %  Panjang Direktor 6 = 5,39 cm–0,005λ≈5,33 cm
lebih panjang dibandingkan dengan panjang ,dan seterusnya.
driven element sedangkan untuk panjang direktor  Jarak antar direktor = 36,6/f(MHz)=36,6/2400=
1 dibuat 5 % lebih pendek dari Driven Element. 1,525 cm
Jika akan dibuat Yagi yang memiliki elemen lebih Namun, untuk penambahan direktor ke 5,
dari 3 elemen, maka direktor berikutnya (direktor direktor ke 6, dan seterusnya, tidak menambah
2) biasanya dipotong sedikit lebih pendek dari nilai gain secara signifikan sehingga tidak perlu
direktor 1. Demikian juga dengan direktor 3, adanya penambahan direktor. Berikut ini adalah
direktor 4 dan seterusnya [8], dengan demikian, perhitungan nilai gain pada antena Yagi:
antena Yagi dengan elemen direktor dan reflektor Antena Yagi adalah antena dipol, sehingga
sekilas mirip dengan antena log-periodik karena memiliki gain sebesar 2,1 dBi, antena ini juga
panjang elemen direktor yang semakin lama memiliki reflektor dan direktor, yang masing-
semakin mengecil seiring bertambahnya jumlah masing memiliki nilai 5 dB. Namun karena
elemen, mengikuti aturan deret geometris digunakan secara bersama, sehingga nilai gain
meluruh. Antena Yagi juga memiliki polarisasi reflektor berkurang menjadi 3 dB. Penambahan
linier seperi antena log-periodik. Rumus direktor yang kedua akan menambah gain sebesar
umumnya adalah sebagai berikut[9]: 2 dB, dan penambahan direktor yang ke tiga dan
τ = ln+1/ln = Dn/Dn+1........................(3.1) empat akan menambah gain masing-masing
Dimana: sebesar 1 dB.[10] Apabila direktor kelima, keenam,
τ : rasio desain, umumnya 0,7 < τ < 0,95 dan seterusnya ditambah hingga direktori
ln : panjang direktor monopol (inch atau cm) keempatbelas, maka akan menambah gain hingga
Dn: jarak antar elemen direktor (inch atau cm) 1 dB, sehingga total gain untuk antena Yagi
Z0 = 276 log10(2Sn/d).....................(3.2) dengan 14 elemen direktor adalah 2,1
Dimana: dBi+(5+3+2+1+1+1) dB = 15,1 dBi. Hal ini
Z0 : impedansi masukan (Ω) sesuai dengan grafik hubungan jumlah elemen
d : diameter kawat (inch atau cm) dengan gain dibawah ini:
Sn : jarak celah kedua monopol (inch atau cm)
α=tan-1(ln/Dn)=tan-1(Ln(1-τ)/2Dn) (3.3)
Dimana:
α: sudut berkas (derajat, umumnya 10 - 45 derajat)
Ln: panjang elemen direktori (inch atau cm); Ln =
2 ln + S
Gambar 3.4 Hubungan Jumlah Elemen yang
Digunakan pada Antena Yagi dengan Gain[11]
Setelah kita mengetahui spesifikasi antena
yang akan digunakan, selanjutnya dihitung
cakupan antena dengan menggunakan rumus
berikut:
Gambar 3.3 Antena Log-Periodik [9] Antena Omnidireksional :
Antena ini memancar ke segala arah dalam bidang Pr : Daya pada Penerima (dBm)
horisontal, sehingga menggunakan perhitungan Pt : Daya pada Pemancar (dBm)
ground reflection dua arah yang meliputi jalur Gt : Gain Pemancar (dB)
langsung dengan jalur ground reflection. Gr : Gain Penerima (dB)
Rumusnya adalah sebagai berikut: L : Rugi Daya Total (dB)
Pr(dBm)=Pt(dBm)+Gt(dB)+Gr (dB)+20 log10ht+20 log10hr Lfs : Free Space Losses (dB)
–L(dB)–40 log10d ..............(3.4) Selanjutnya, kedua antena Yagi akan dipasang
Dimana: pada jarak yang saling berjauhan. Dengan
Pr : Daya pada Penerima (dBm) menggunakan rumus diatas, kita akan dapat
Pt : Daya pada Pemancar (dBm) menghitung seberapa jauh jangkauan antena Yagi
Gt : Gain Pemancar (dB) sehingga UAV masih bisa dapat melakukan
Gr : Gain Penerima (dB) komunikasi dengan GCS. Antena pada GCS
ht : tinggi antena pemancar (meter) (pemancar) dan penerima memiliki spesifikasi
hr : tinggi antena penerima (meter) yang sama, gain sebesar 15,1 dB. Agar dapat
d : jarak penerima-pemancar (meter) terjadi komunikasi antara pemancar dan penerima,
L : Rugi Daya Total (dB) maka ditetapkan SOM (System Operating
Kedua antena jenis omnidireksional akan Margin) sebesar -10 dB dengan sensitivitas pada
dipasang pada jarak yang saling berjauhan. penerima sebesar -81 dBm. Semakin kecil
Dengan menggunakan rumus diatas, kita akan sensitivitas, maka semakin bagus. Sehingga
dapat menghitung seberapa jauh jangkauan antena diperoleh nilai RSL (Received Signal Level)
omnidireksional sehingga UAV masih bisa dapat sebesar -91 dB dari rumus RSL.
melakukan komunikasi dengan GCS. Antena pada Berikut ini adalah perhitungan jarak kedua antena
GCS (pemancar) dan penerima memiliki apabila diberikan daya pemancar 18 dBm dengan
spesifikasi yang sama, gain sebesar 15 dB dan rugi daya total sebesar 1 dB:
tinggi antena 1 meter dengan penambahan tiang Free Space Losses :
11 meter sehingga tinggi antena menjadi 12 meter. Lfs = 92,45 + 20 log10 d(km) + 20 log10 f(GHz)
Agar dapat terjadi komunikasi antara pemancar = 92,45 + 20 log10 d(km) + 20 log10 2,4
dan penerima, maka ditetapkan nilai SOM = 100,05 + 20 log10 d(km)
(System Operating Margin) minimum sebesar -10 Pr (dBm) = Pt(dBm) + Gt(dB) + Gr(dB) – L(dB) – Lfs(dB)
dB dengan sensitivitas pada penerima sebesar -81 -91 = 18+15+15–1– (100,05 + 20 log10 d(km))
dBm. Semakin kecil sensitivitas, maka semakin d = 83,66 km
bagus. Sehingga diperoleh nilai RSL (Received Sehingga antena harus dipasang pada jarak 83,66
Signal Level) sebesar -91 dB dari rumus berikut: km.
RSL(dBm)=SOM(dB)+Rx Senv(dBm)....(3.5) 3.4. Analisis Data
Dimana: Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas,
RSL : Received Signal Level – Aras Sinyal terlihat bahwa untuk antena omnidireksional
Diterima (dBm) dengan panjang satu meter yang dipasang diatas
SOM : System Operating Margin (dB) tiang setinggi 11 meter dengan frekuensi 2,4 GHz
Rx Senv : Sensitvitas / Kepekaan Penerima (dBm) dan gain 15 dB memiliki jangkauan sebesar 33,82
Berikut ini adalah perhitungan jarak kedua antena km. Sedangkan untuk antena Yagi dengan driven
apabila diberikan daya pemancar 18 dBm dengan element, 14 elemen direktor, dan sebuah reflektor
rugi daya total sebesar 1 dB: yang memiliki gain 15 dB dengan frekuensi 2,4
Pr (dBm) = Pt (dBm) + Gt (dB) + Gr (dB) + 20 log10 ht + GHz akan memiliki jangkauan sebesar 83,66 km.
20 log10 hr – L(dB) – 40 log d Berdasarkan spesifikasi kedua jenis antena
-91 = 18 +15 + 15 + 20 log10 12 + 20 log10 12 – tersebut, terlihat bahwa sudut pancar horisontal
1 – 40 log d pada antena omnidireksional lebih luas yakni 360
d = 33.820,6 meter ≈ 33,82 km derajat sehingga sinyal dapat dipancarkan ke
Sehingga kedua antena harus dipasang pada jarak segala arah, namun sinyal yang dipancarkan tidak
33,82 km. optimal. Hal ini mengakibatkan jangkau sinyal
Antena Yagi: menjadi lebih sempit, sedangkan pada antena
Amtena ini memiliki pemancaran yang terfokus Yagi memiliki sudut pancar yang lebih sempit
pada suatu arah tertentu, sehingga menggunakan yakni 8 derajat. Hal ini mengakibatkan sinyal
perhitungan Path Loss Friis yang hanya meliputi yang dipancarkan menjadi lebih fokus, sehingga
jalur langsung (Line-of-Sight).Berikut ini adalah jangkauan sinyal menjadi lebih jauh.
rumus perhitungan Path Loss oleh Friis: Kedua jenis antena ini dapat digunakan
Pr(dBm)=Pt(dBm)+Gt(dB)+Gr(dB)–L(dB)–Lfs(dB)..........(3.6) untuk transmisi jarak jauh (long range) karena
Dimana: menggunakan frekuensi 2,4 GHz, sehingga
informasi yang dibawa oleh UAV tidak hanya [2]Aditia, Rian, Perancangan dan Analisis
berupa data bit namun juga video. Oleh Kinerja Dipole Fraktal Kurva Koch Tipe Planar
karenanya, pada UAV juga dipasang kamera yang pada Pita Frekuensi UHF Televisi, Laporan
terletak dibawah badan pesawat dan antena Tugas Akhir Teknik Elektro Undip, Semarang,
omnidireksional dengan dimensi yang lebih kecil 2011.
daripada antena omnidireksional yang digunakan [3]Adiyanto, Molin, Perancangan Antena
untuk GCS agar dapat dilacak keberadaan UAV Wajanbolic, Laporan Tugas Akhir PENS-ITS,
oleh GCS pada saat UAV mengudara. Surabaya, 2009.
4. Kesimpulan [4]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
1. Beberapa parameter antena yang /30026/4/Chapter%20II.pdf,
memengaruhi jangkauan antena sehingga diakses 6 Desember 2012.
UAV dapat mengudara jauh antara lain: [5]dono.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/antena-
Frekuensi yang digunakan, sudut pancar atau bab1.doc, diakses 6 Desember 2012.
lebar berkas, daya pada pemancar, aras sinyal [6]http://en.wikipedia.org/wiki/Wave_propagation
yang diterima (RSL), gain atau penguatan _speed, diakses 16 Desember 2012.
dari pemancar dan penerima,rugi daya total [7]http://id.haryantoblog.com/2011/05/perhitunga
pada pemancar dan penerima, serta tinggi n-antena-yagi-untuk-modem-gsm/, diakses 16
antena pemancar dan penerima. Desember 2012.
2. Aras sinyal yang diterima (Received Signal [8]http://ridwanlesmana.tripod.com/Antena_Yagi
Level – RSL) dipengaruhi oleh dua faktor, _2m.pdf,diakses 16 Desember 2012
yakni SOM (System Operating Margin) dan [9]Williams, Richard A. 1987. Communication
kepekaan atau sensitivitas penerima. Agar System Analysis and Design: a system approach.
dapat terjadi komunikasi antara pemancar Prentice-Hall.
dan penerima, nilai SOM ditetapkan minimal [10]http://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-
sebesar -10 dB. Sedangkan untuk kepekaan diklat/teknik/elektronika/Perhitungan-Gain.pdf
penerima pada antena pemancar yang ,diakses 23 Desember 2012.
digunakan sebesar -81 dBm. Semakin kecil [11] 1974. The ARRL Antenna Book 13th Edition.
kepekaan penerima yang dipakai, maka US:The American Radio Relay League.
semakin bagus pula pemancar sehingga nilai
RSL semakin kecil. BIODATA
3. Berdasarkan dari hasil perhitungan, untuk
antena omnidireksional dengan panjang satu Andi Pangerang ( L2F009073 )
meter yang dipasang diatas tiang setinggi 11 dilahirkan di Jakarta, 10 Mei
meter dengan frekuensi 2,4 GHz dan gain 15 1993. Dia telah menempuh
dB memiliki jangkauan sebesar 33,82 km. pendidikan di SD
Sedangkan untuk antena Yagi dengan driven Muhammadiyah 5 Jakarta
element, 14 elemen direktor, dan sebuah Selatan (hingga kelas 2), SD
reflektor yang memiliki gain 15 dB dengan Negeri Pelita Bandung (kelas
frekuensi 2,4 GHz akan memiliki jangkauan 3), SD Negeri 7 Batursari
sebesar 83,66 km. Demak (hingga lulus), SMP
4. Berdasarkan spesifikasi dari kedua jenis Negeri 3 Mranggen Demak, SMA Negeri 1
antena, sudut pancar horisontal pada antena Semarang dan sampai sekarang masih
omnidireksional lebih luas yakni 360 derajat menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro
sehingga sinyal dapat dipancarkan ke segala Konsentrasi Telekomunikasi, Fakultas Teknik,
arah, namun sinyal yang dipancarkan tidak Universitas Diponegoro Semarang.
optimal sehingga mengakibatkan jangkauan
sinyal menjadi lebih sempit. Sedangkan pada Semarang, September 2013
antena Yagi memiliki sudut pancar horisontal
Menyetujui
yang lebih sempit yakni 8 derajat sehingga
Dosen Pembimbing
mengakibatkan sinyal yang dipancarkan
menjadi lebih fokus, dan jangkauan sinyal
menjadi lebih jauh.
5. Daftar Pustaka
[1]Setyawan, Budi, Pembuatan Antena 5/8
lambda Pada Band VHF (30-300 Mhz) Dengan
Achmad Hidayanto, ST. MT
Sistem Polarisasi Circular, Laporan Tugas Akhir
NIP. 196912211995121001
Teknik Elektro Undip, Semarang, 2009.

Anda mungkin juga menyukai