Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sikap merupakan salah satu konsep yang menjadi perhatian utama dalam ilmu
psikologi sosial. Sikap juga merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal / subjektif
yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung, namun
bisa dilihat apabila sikap tersebut sudah direalisasikan menjadi perilaku. Oleh karena
itu sikap bisa dilihat sebagai positif dan negatif. Apabila seseorang suka terhadap suatu
hal, sikapnya positif dan cenderung mendekatinya, namun apabila seseorang tidak suka
pada suatu hal sikapnya cenderung negatif dan menjauh.
Selain melalui perilaku, sikap juga dapat diketahui melalui pengetahuan,
keyakinan, dan perasaan terhadap suatu objek tertentu. Jadi, sikap bisa diukur karena
kita dapat melihat sikap seseorang dari yang sudah disebutkan sebelumnya. Sikap tentu
saja terdapat di setiap dalam diri individu, dan sikap pasti berbeda beda di antara satu
individu dan individu lain. Sikap juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang,
dimana hal tersebut di pengaruhi oleh bagimana sikap itu diperoleh. Thurstone
berpendapat tentang adanya komponen afektif pada sikap, Rokeach berpendapat pada
sikap adanya komponen kognitif dan konatif (Walgito, 2011).Sedangkan komponen
sikap menurut Mar’at 1984 (dalam Rahayuningsih, S. U., 2008) mencakup tiga hal
yaitu:
1. Komponen kognitif berhubungan dengan belief (kepercayaan dan keyakinan),
ide, konsep. Bagian dari kognitif yaitu: persepsi, stereotype, opini yang dimiliki
individu mengenai sesuatu.
2. Komponen afeksi berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang,
menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah
emosi. Afeksi merupakan komponen rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian sikap individu
b. Unsur sikap meliputi kongnisi, afeksi dankecenderungan bertindak
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

2.2 Tujuan Masalah


a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan individu
b. Untuk dapat mengetahui Unsur sikap meliputi kongnisi, afeksi dan
(kecenderungan bertindak
c. Untuk dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sikap
Sikap berasal dari kata “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan
aksi / tindakan atau dapat dianalogikan dengan keadaan seorang gladiatordalam arena
laga yang siap menghadapi singa sebagai lawannya dalam pertarungan.Secara harfiah,
sikap dipandang sebagai kesiapan raga yang dapat diamati (Sarwono,2009).Sikap
adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen mengenal aspek aspek tertentu dalam lingkungannya.
1. Pengertian Sikap Menurut Para Ahli
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap. Berikut ini
pengertiansikap dari beberapa ahli:

a. Notoatmodjo s. (1997) :sikap adalah reaksi atau respons yang


masihtertutup dan seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek.
b. Bimo walgito, (2001) : sikap adalah organisasi pendapat,,
keyakinanseseorang mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang
disertaiadanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut
untukmembuat respons atau berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
c. Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses
yangberlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman
individualmasing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap
berbagaiobjek dan situasi.
d. Sikap merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai
terhadapsesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan,
ataukecenderungan perilaku seseorang Zanna & Rempel, 1988.
e. Sikap merupakan kecenderungan psikologis yang diekspresikan
denganmengevaluasi entitas tertentu dengan beberapa derajat kesukaan
atauketidaksukaan (Eagly & Chaiken, 1993).
f. Sikap merupakan evaluasi terhadap beberapa aspek perkataan sosial Baron&
Byrne, 2006.

2. Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood sikap adalah suatu bentuk


evaluasiatau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaanmendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukungatau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
a. LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensiatau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalamsituasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap
stimulussosial yang telah terkondisikan.
b. Secord & Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai
keteraturantertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisitindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya.Dari definisi-definisi mengenai sikap diatas dapat disimpulkan
bahwa sikap adalahsuatu kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap
suatu hal yang bersifat mendekati(positif) atau menjauhi (negatif) ditinjau dari
aspek afektif & kognitif dan mengarahkanpada pola perilaku tertentu.
Sedangkan definisi sikap terhadap operasi peneliti simpulkansebagai
kecenderungan dan keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat
mendekati(positif) dan menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif dan
kognitif dan mengarahkanpada pola perilaku tertentu.

A. Definisi Individu
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial,
individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah
tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang
majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan
kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia
keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki
peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek
aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek
lainnya. Apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang
bersangkutan. Proses yang meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai
pada dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini
maka individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup,
yang akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu
masayarakat. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga
kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya.
Kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. (Hartomo, 2004:
64). Dengan demikian manusia merupakan mahluk individual tidak hanya dalam arti
keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan pribadi yang khas, menurut corak
kepribadiannya dan kecakapannya. Pengertian Individu Menurut Para Ahli:
1. Menurut Viniagustia
Merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyataan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas.
2. Menurut Marthen Luter
Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi
lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.
Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh
kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Raga, merupakan bentuk
jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang
lain, sekalipun dengan hakikat yang sama. Rasa, merupakan perasaan manusia yang
dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang
menyangkut dengan keindahan. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan
manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam
diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca
indera. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan
hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi.
Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial
yang sering disebut masyarakat

Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Individu yang
saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu tersebut akan
memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.
Setiap individu mempunyai ciri khas yang berbeda dengan individu lainnya, seperti
bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, perasaan dan memiliki tingkat
pemahaman/arti tersendiri terhadap suatu objek. Jadi individu adalah kondisi internal
dari seorang manusia yang berfungsi sebagai subjek.
Individu adalah seseorang/seorang manusia secara utuh. Utuh di sini diartikan
sebagai suatu sifat yang tidak dapat dibagi-bagi. Merupakan satu kesatuan antara
jasmaniah dan rohaniah yang melekat pada diri seseorang. Keduanya tidak dapat
dipisahkan untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia baik selaku individu
maupun masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki individu tidak
seluruhnya hasil dari pengalaman sendiri, tetapi lebih banyak dari belajar dan meniru
orang lain. Karena itu dalam memenuhi nalri ingin tahu dan mencari kepuasanpun tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan kelompok.

B. Unsur-unsur Sikap

C. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap


Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam:
1. Adopsi Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang -
ulang dan terus menerus, lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri
individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk
sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk
sikap menegenal hal tersebut.
4. Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang
traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi
antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula
dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sesuai
yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena
kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk
dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam
interaksi manusia berkenaan dengan objek teretntu (Hudaniah, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan
selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
a. Faktor Genetik dan Fisiologik
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi – kondisi
fisiologik. Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif
terhadap obat-obatan, tetapi ia menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga
secara rutin harus mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
b. Pengalaman Peribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan
lebih lama berbekas. Menurut Oskamp, dua aspek yang secara khusus memberi
sumbangan dalam membentuk sikap. Pertama adalah peristiwa yang memberikan
kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu peristiwa traumatik yang merubah
secara drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan anggota tubuh karena
kecelakaan. Kedua yaitu munculnya objek secara berulang - ulang (repeated
exposure). Misalnya, iklan kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di
berbagai media akan semakin besar kemungkinan orang akan memilih untuk
membelinya.
c. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama.Contoh: Prasangka (sikap tidak
toleran, tidak fair).

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar indivuidu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
a. Kebudayaan
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain
daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Contoh : Sikap orang kota dan orang desa
berbeda terhadap kebebasan dalam pergaulan.
b. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap
orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang juga
senang musik.
c. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah dengan sikap
orang orang yang dianggapnya penting. Ada kecenderungan bahwa seorang
individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Misalnya
seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak - anak santri
kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam
mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi
masyarakat dalam pemilihan umum.
e. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran - ajarannya.

Anda mungkin juga menyukai