Difteri
Mengenal Penyakit Difteri: Penyebab, Ciri, Gejala, & Cara Pengobatan
Agar Anda lebih mudah dalam mengenali penyakit difteri, artikel ini akan di susun dalam format
tanya jawab.
Berikut ini adalah pengertian, penyebab, gejala, dan cara penanganan penyakit difteri:
Difteri termasuk ke dalam salah satu infeksi berbahaya yang dapat berujung pada kematian jika
tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa penyebab penyakit difteri?
Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri yang bernama Corynebacterium diphtheriae.
Bakteri difteri berasal dari kelompok bakteri gram positif yang sifatnya sangat mudah menyebar,
sehingga risiko difteri akan mewabah pada suatu daerah menjadi lebih tinggi.
Ciri khas terjangkitnya seseorang dengan bakteri ini dapat dilihat dari terbentuknya lapisan
berwarna abu-abu yang disebut pseudomembran pada tenggorokan dan amandel.
Lapisan berwarna abu-abu tersebut merupakan tumpukan sel-sel mati akibat dari racun yang
dihasilkan oleh bakteri difteri.
Pada awalnya bakteri difteri akan menginfeksi selaput lendir pada hidung dan tenggorokan,
namun pada tingkatan yang lebih lanjut Corynebacterium diphtheriae akan memproduksi zat
racun bernama exotoxin yang tersebar lewat aliran darah dan dapat merusak organ vital seperti
ginjal, jantung, jaringan saraf, dan otak.
Masa inkubasi adalah rentang waktu antara bakteri masuk menginfeksi tubuh hingga mulai
dirasakan gejala-gejala penyakit. Jadi ketika bakteri difteri masuk ke dalam tubuh, Anda tidak
akan merasakan gejala apa pun hingga 2-5 hari ke depan.
Siapa yang paling rentan terkena penyakit difteri?
Jika kita gunakan data tahun lalu sebagai sampel, yang paling banyak terkena penyakit difteri
adalah anak-anak pada usia 1-9 tahun yakni sebesar 59% dari total 415 kasus. Dengan proporsi
usia 1-4 tahun sebesar 23%, dan 5-9 tahun sebesar 36%.
Sisanya terjadi pada anak usia 10-14 tahun sebesar 11%, dan remaja hingga dewasa (15 tahun ke
atas) sebesar 28%.
Untuk bisa mengeceknya Anda bisa membuka mulut anak kemudian minta anak untuk
menjulurkan lidahnya hingga terlihat bagian dalam tenggorokan dan amandelnya. Jika terlihat
ada lapisan berwarna abu-abu seperti ini maka segeralah bawa Anak ke dokter.
Untuk dapat mengonfirmasi bahwa penyakit yang di derita adalah positif difteri, maka tenaga
medis akan mengambil sampel material terinfeksi dari tenggorokan pasien dan mengujinya di
lab.
Jika ingin mengetahui lebih detail mengenai tanda-tanda dan gejala awal penyakit difteri pada
anak, Anda bisa membacanya di artikel berikut:
Bakteri difteri memiliki kemampuan untuk memproduksi racun yang dapat terbawa ke aliran
darah dan tersebar ke berbagai organ di dalam tubuh.
Akan terjadi dampak yang sangat fatal ketika racun ini masuk ke jantung dan sistem saraf.
Apabila racun difteri masuk ke jantung, maka ia dapat merusak otot-otot jantung sehingga
menyebabkan penderitanya mengalami gagal jantung dan berujung pada kematian.
Apabila racun difteri ini merusak saraf pada sistem pernapasan, maka penderitanya akan
mengalami kesulitan bernapas, sesak napas, hingga gagal napas yang akan berujung pada
kematian.
Pada beberapa kasus difteri juga dapat berdampak pada kulit. Penderita difteri jenis ini akan
mengalami borok pada kulit yang dapat menyebabkan kulit menjadi bolong.
Namun Anda harus tahu jika sakit tenggorokan karena difteri ini memiliki ciri-ciri yang sangat
khas; biasanya akan diikuti dengan demam dan tenggorokan menjadi bengkak.
Demamnya tidak terlalu tinggi namun membuat badan terasa panas dingin (menggigil). Dalam
beberapa hari Anda juga akan melihat adanya selaput putih pada bagian dalam tenggorokan di
dekat amandel dan pangkal lidah.
Disaat difteri sedang mewabah seperti saat ini, maka tidak ada salahnya Anda lebih waspada.
Jika dirasa mengalami sakit tenggorokan yang disertai dengan demam lebih baik segera
periksakan ke dokter.
Orang dewasa juga berpotensi sebagai carrier atau pembawa kuman (bakteri difteri). Jadi
meskipun mereka tidak mengalami sakitnya, namun mereka tetap berpotensi menularkan difteri
kepada orang lain yang tidak kebal/ belum diimunisasi.
Namun ada beberapa ciri spesifik yang bisa kita kenali untuk bisa membedakan ketiga penyakit
tersebut.
Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai hal ini, artikel berikut mungkin dapat
membantu Anda:
Selain itu difteri juga bisa ditularkan melalui kontak dengan benda-benda yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Misalnya sapu tangan atau handuk
bekas pakai penderita, atau benda-benda lain yang dapat menjadi media perpindahan bakteri
difteri dari satu orang ke orang lainnya.
Pada kasus yang cukup langka, difteri juga bisa ditularkan melalui kontak langsung pada borok
difteri, yaitu apabila seseorang menyentuh borok penderita difteri maka ada risiko orang tersebut
akan tertular.
Bisa dikatakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit difteri adalah dengan memastikan
setiap anak pada setiap daerah mendapatkan imunisasi DPT lengkap.
Di Indonesia, pemberian vaksin DPT dilakukan 5 kali yakni saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun.
Dan untuk memberikan perlindungan tambahan dapat juga diberikan booster dengan vaksin
bernama Tdap/Td pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin ini dapat berikan ulang setiap rentang
waktu 10 tahun.
Berikut ini artkel yang kami sarankan untuk membantu Anda memahami lebih jauh tentang
manfaat serta efek samping dari imunisasi difteri:
1. Jika salah seorang anggota keluarga mengalami gejala yang mirip gejala-gejala awal
terkena penyakit difteri seperti disebutkan di atas, maka segeralah periksakan ke dokter.
Jangan ditunda-tunda.
2. Hindari kontak langsung dengan penderita, juga kontak dengan barang-barang bekas
pakai penderita seperti sapu tangan atau handuk, hingga penderita mendapatkan
pengobatan dan benar-benar sembuh.
3. Jika salah seorang anggota keluarga terkena difteri, maka anggota keluarga lainnya juga
harus menjalani pemeriksaan. Karena ada risiko terinfeksi.
4. Isolasi barang-barang bekas pakai penderita, dan bersihkan dengan antiseptik hingga
benar-benar steril.
5. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
6. Biasakan mencuci tangan dengan sabun anti kuman sebelum makan.
7. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan berolahraga, makan-makanan yang bergizi
tinggi, istirahat yang cukup, dan konsumsi suplemen vitamin terutama vitamin C.