Anda di halaman 1dari 5

A.

Pendahuluan
Dewasa ini keuangan syariah menjadi pembaharuan keuangan yang terus
mengalami perkembangan di Indonesia. Tidak hanya di dalam negeri, di antara
perdebatan dalam menentukan restrukturisasi perekonomian dan keuangan global,
Islamic finance menjadi alternatif keuangan yang mulai dilirik oleh masyarakat dunia.
Hal ini berkaitan dengan keberhasilan keuangan syariah yang mampu bertahan
pada krisis Subprime Mortgage tahun 2008. Aset 500 bank Islam dunia mengalami
peningkatan hingga 28,6%, dimana total aset pada 2009 tercatat sebesar $822 milyar
dibanding tahun 2008 sebesar $639 milyar.
Peningkatan permintaaan masyarakat akan sistem keuangan syariah diiringi
perkembangan teknologi mendorong adanya inovasi-inovasi untuk menyesuaikan
sistem keuangan konvensional yang ada dengan sistem syariah. Inovasi produk atau
dikenal dengan istilah financial engineer menjadi kunci pasar keuangan untuk lebih
kompetitif dan lebih berkembang dengan cepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Islamic financial engineering merupakan disiplin ilmu yang berusaha
memanfaatkan perkembangan mutakhir teori-teori keuangan untuk menciptakan
produk-produk finansial yang sesuai dengan hukum Islam dalam menangani
kebutuhan-kebutuhan finansial yang semakin kompleks. Salah satu produk yang
dikembangkan adalah short sales pada pasar keuangan. Makalahh ini akan membahas
terkait Islamic financial engineering khususnya adalah produk short sales yang
dikembangkan pada pasar keuangan.

B. Pengertian short selling


1. Pengertian
Short selling adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan,
adalah suatu cara untuk memperoleh profit dari penurunan harga dari sekuriti seperti
saham atau obligasi. Sebagai kebalikan dari "short" ini adalah "long" yaitu strategi yang
digunakan apabila diperkirakan harga akan mengalami suatu kenaikan.
Short selling adalah suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham di mana
investor/trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum
dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan
mengembalikan pijaman saham ke pialangnya pada saat saham turun.
Penjual "short" berutang kepada pialang, di mana pialang tersebut meminjam
saham termaksud dari investor lainnya yang memiliki saham yang ditransaksikan
secara "long" ; pialang tersebut biasanya sangat jarang sekali melakukan pembelian
saham secara nyata guna dipinjamkan kepada penjual "short".[2]. Pemberi pinjaman
saham tersebut tidaklah kehilangan haknya untuk menjual saham yang dipinjamkannya,
sehingga dengan demikian saat suatu saham dipinjamkan maka terdapat
dua investor yang berhak untuk menjual saham yang sama dalam waktu yang
bersamaan pula.
2. Skema short selling
a. Seorang investor melakukan peminjaman saham (ada peraturan yang berbeda-beda
disetiap negara yang membatasi batasan perbandingan jumlah peminjaman yang
dapat dilakukan dengan dana yang tersedia sebagai deposit pada akun pialang.).
b. Investor menjualnya dan hasilnya dikreditkan kedalam akunnya pada
perusahaan pialang saham.
c. Investor harus "menutup" posisinya dengan cara melakukan pembelian kembali
saham . Apabila harga turun maka ia akan memperoleh keuntungan namun apabila
harga naik maka akan merugi.
d. Investor akhirnya mengembalikan saham tersebut kepada sipemberi pinjaman.

C. Short Selling Menurut Pandangan Syariah


Menurut Nafik (2009:203) short selling adalah penjualan pendek. Transaksi ini
merupakan penjualan sekuritas yang tidak dimiliki oleh investor tetapi dipinjam
terlebih dahulu dari broker. Penjualan pendek dilakukan karena pelakunya
mengestimasi dan berharap harga sekuritas akan turun. Ide penjualan pendek adalah
menjual sekarang dengan harga mahal, dan membeli nanti jika harga sudah menurun.
Pada sistem short selling ini, ada dua harapan yang berada antara pihak penjual
(peminjam sekuritas) dan pihak pemilik sekuritas (pihak yang meminjamkan sekuritas).
Pihak penjual sekuritas mengharapkan keuntungan dan kemerosotan harga, dengan cara
meminjam sekuritas kemudian menjual sekarang dan akan membelinya kembali pada
harga yang lebih rendah lalu mengembalikan sekuritas tersebut kepada pemiliknya.
Pengembaliannya memiliki jumlah lembar yang sama seperti saat meminjam, tapi nilai
dari saham itu sendiri telah berbeda.
Pihak pemilik mengharapkan keuntungan dari kenaikan sekuritas yang
dipinjamkan. Nilai sekuritasnya diharapkan naik karena harga pada saat dikembalikan
lebih tinggi daripada ketika dipinjamkan. Kerugian akan didertia oleh pihak peminjam
sekiuritas apabila harga tidak turun. Sebaliknya, kerugian akan diderita pihak yang
meminjamkan sekuritas jika harga tidak naik.
Pasar modal konvensional masih terjadi jual beli sekuritas yang belum dimiliki
oleh pihak yang menjualnya. Hukum Islam mengharamkan jenis perdagangan seperti
itu, berdasarkan hadis Nabi SAW: “Tidak diperbolehkan pinjaman dan jual beli, tidak
juga dua syarat dalam satu jual beli, dan tidak boleh menjual barang yang bukan
milikmu” (HR. Ahmad Ibn Hanbal, Abu Daud, alTarmizi, al-Nasa‟i, dan Ibn Majah)
dan juga hadis Nabi SAW lainnya, yaitu: “Tidak halal (memberikan) pinjaman dan
penjualan, tidak halal (menetapkan) dua syarat dalam suatu jual beli, tidak halal
keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung resikonya, dan tidak halal (melakukan)
penjualan sesuatu yang tidak ada padamu” (HR. Al Khomsah dari „Amr bin Syu‟aib
dari ayahnya dari kakeknya).
Transaksi semacam itu masih banyak terjadi, yang dalam peristilahan bursa efek
disebut short selling. Transaksi ini selain dilarang oleh syariah dan tidak boleh
diperdagangkan di dalam pasar modal syariah seperti yang tertuang dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional No: 40/DSN-MUI/X/2003 pasal 5 ayat 2, butir b juga
bermaksud untuk mencegah adanya spekulasi yang akan merusak harga dan mekanisme
pasar.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transaksi short selling seperti
permainan saham dimana pada akhirnya salah satu pihak untung dan salah satu pihak
rugi. Investor atau peminjam sekuritas dan pihak yang meminjamkan sekuritas harus
bisa memprediksi harga saham yang terjadi di masa depan. Transaksi ini melibatkan
pihak-pihak yang pandai dalam berspekulasi. Jika suatu transaksi melibatkan spekulasi
maka pihak yang meminjam sekuritas ini bisa dikatakan sebagai spekulan bukan
sebagai investor.
Mekanisme short selling yang dilarang :
a) Akun Margin: Akun margin dilarang karena mengandung riba. Hal ini benar
adanya karena dalam aturan akun margin, pemilik akun margin harus membayar
sejumlah uang tertentu dalam bunga yang harus disetor karena jasa pembelian
dengan hutang.
b) Cornering: Hal yang dilarang karena mengandung ikhtikar. Ikhtikar adalah bahasa
lain dari menimbun yang berarti membeli barang yang dibutuhkan masyarakat
dalam jumlah banyak kemudian menahannya agar harganya semakin naik untuk
kemudian mengambil keuntungan.
c) Short selling: Short Selling mengandung bai’ al maksyuf. Bai’ al maksyuf adalah
sesuatu yang mengandung gharar(ketidakjelasan), yaitu jual beli barang secara
tunai namun penjual bukan pemilik barang atau diizinkan untuk dijual.

D. Solusi Parsial pada Produk Short Selling


Dari ketiga mekanisme yang berkaitan dari short selling diatas sudah jelas
bahwa akun margin dan cornering bertentangan degan fatwa MUI. Akun Margin
dinyatakan dilarang karena mengandung riba. Hal ini harus diyakini karena riba
bertentangan dengan Syariah islam. Contohnya seperti kita meminjam uang tertentu
dan mengembalikannya dengan tambahan bunga, hal ini merupakan riba yang dilarang
oleh Syariah islam. Akan tetapi akun margin akan berbeda jika tawaran yang
dipinjamkan dirubah menjadi bagi hasil (mudharabah) pada perusahaan efek syariah
yang berpegang pada aturan lain juga yaitu tanpa spekulasi didalamnya.
Mekanisme yang berkaitan dengan short selling yang kedua adalah cornering.
Cornering dinyatakan mengandung ikhtikar(menimbun). Proses cornering adalah
ketika seseorang meminjamkan sahamnya kepada para short seller. Pemilik saham
mengetahui hal tersebut dan ketika ia tau para short seller telah menjual sahamnya, ia
kemudian meggunakan powernya untuk menaikkan harga saham tersebut sehingga
harga saham naik dan mendapatkan untung dari periode buy in. Jika cornering dikaitkan
dengan menimbun merupakan suatu hal yang kurang tepat, karena saham bukanlah
kebutuhan utama untuk hidup. Namun dalam proses ini terdapat indikasi menzalimi
atau merugikan orang lain, maka jenis transaksi dilarang oleh syariat islam.
Short selling dinyatakan mengandung bai’ al maksyuf yang berarti menjual
barang yang bukan miliknya. Dalam proses short selling, seorang broker tidak dapat
melakukan short jika ia belum mendapatkan pinjaman saham. Si pemberi pinjaman pun
tau jika sahamnya akan dipinjam maka berarti akan dilakukan short. Oleh karena itu
kurang tepat apabila short selling mengandung bai’ al maksyuf. Hal tersebut
dikarenakan pengertian dari short selling menurut bursa efek Indonesia yang berbunyi:
“adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual
pada saat transaksi dilaksanakan”. Sedangkan pengertian short selling menurut SEC
(Securities and Exchange Commision) AS atau investopedia: “penjualan surat-surat
berharga yang tidak dimiliki oleh penjualnya atau yang dimiliki oleh penjualnya namun
tidak dipindahtangankan. Agar surat-surat berharga ini bisa disampaikan kepada para
pembeli, para penjual short akan meminjam surat-surat berharga, biasanya dari para
broker-dealer atau investor institusi.”
Dari perbedaan pengertian tersebut maka pengenaan bai’ al maksyuf
dikarenakan pemahaman pengertian transaksi short selling dari Bursa Efek Indonesia
yang tidak selengkap SEC. Oleh karenanya mungkin ini mengakibatkan tidak
dilakukannya pengamatan lanjutan pada proses short selling yang mewajibkan
memiliki pinjaman sebelumnya.
Dari perbedaan pengertian diatas, bukan berarti short selling halal dipraktekan.
Jika melihat ciri dari short seller, seseorang yang dapat mengambil keuntungan ketika
harga saham turun kemungkinan dapat mendhzalimi pihak lain, akan tetapi jika
turunnya harga saham disebabkan oleh aktivitas pasar merupakan hal yang tidak dapat
diduga dan tidak mendzalimi siapapun, short seller hanyalah orang yang
memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang, sehingga jika mengaitkannya
dengan kezaliman, short seller tidaklah menzalimi siapapun.
Dilihat dari sisi etika, short selling lebih dapat dikatakan sebagai hal yang
bertentangan dengan etika atau norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini dikarenakan
ketika banyak orang merugi dan sebagian orang meraup keuntungan adalah sesuatu
yang masih belum diterima masyarakat secara sehat dan tidak biasa. Sehingga
masyarakat tidak dapat menerimanya.

E. Kesimpulan
Islamic financial engineering merupakan disiplin ilmu yang berusaha
memanfaatkan perkembangan mutakhir teori-teori keuangan untuk menciptakan
produk-produk finansial yang sesuai dengan hukum Islam dalam menangani
kebutuhan-kebutuhan finansial yang semakin kompleks. Salah satu produk yang
dikembangkan adalah short sales pada pasar keuangan.
Short selling adalah suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham di mana
investor/trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum
dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan
mengembalikan pijaman saham ke pialangnya pada saat saham turun. Short selling
merupakan produk yang bertentangan dengan fatwa MUI karena didalam
mekanismenya tidak sesuai dengan syariat islam. Akan tetapi apabila dilihat lebih
dalam, mekanisme short selling tidak sepenuhnya bertentangan degan syariat islam.

Anda mungkin juga menyukai