Dasar hukum yang digunakan adalah UU No. 1 Tahun 2015 tentang PENETAPAN PERATURAN
PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG. Beberapa pasalnya sudah
diubah melalui UU No. 8 Tahun 2015 dan kemudian diubah lagi melalui UU No. 10 Tahun
2016.
Karena tidak mungkin pukul rata untuk melaksanakan pilkada serentak, maka UU 8/2015
membaginya menjadi tiga periode:
Desember 2015, untuk kepala daerah yang habis masa jabatan di tahun 2015, serta
yang habis di bulan Januari – Juni 2016. Mereka yang dipilih di tahun 2015, akan
bersaing lagi di tahun 2020;
Februari 2017, untuk kepala daerah yang habis masa jabatan di bulan Juli –
Desember 2016, dan yang habis di tahun 2017. Mereka yang dipilih di tahun 2017,
akan bersaing lagi di tahun 2022;
Juni 2018, untuk kepala daerah yang habis masa jabatan di tahun 2018 dan 2019.
Mereka yang dipilih di tahun 2018, akan bersaing lagi di tahun 2023.
Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), ada 269 Daerah yang melaksanakan
Pilkada Serentak tahun 2015 yang tersebar di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 36 kota yang
mengikuti pilkada serentak tahun 2015. Provinsi Sumatera Utara menjadi penyumbang
terbanyak, dengan 23 kabupaten/kota yang terjun di Pilkada Serentak 2015. Sementara untuk
tahun 2018 ada sebanyak 171 Daerah yang akan melaksanakan Pilkada Serentak.
Berdasarkan UU 8/2015, masih 12 tahun lagi menunggu untuk pilkada yang benar-benar
serentak dilaksanakan di Indonesia—Walikota Sabang hingga Walikota Merauke dipilih di hari
yang sama.
5. Ada Badan Peradilan Khusus Pilkada
Umur minimal calon gubernur dan calon wakil gubernur adalah 30 tahun. Sementara, untuk
posisi calon walikota dan calon wakil walikota, umur minimalnya 25 tahun. Tidak menutup
kemungkinan, anak muda Indonesia bisa menggeser pendahulunya yang sudah uzur dan tidak
lagi bisa beradaptasi dengan cepatnya perkembangan.