Anda di halaman 1dari 9

Momen Lentur ( S6 dan S12 )

Untuk menentukan koefisien kekakuan yang bekerja dengan rotasi u6 dan


u12, balok ditujukan pada bending momen dan shear seperti pada Gambar 2.7.
Defleksi dapat ditentukan dari persamaan (2.39), tetapi konstanta C1 dan C2 pada
persamaan ini harus dievaluasi dari perbedaan kondisi batas. Dengan kondisi batas
pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Momen lentur S6 dan S12

 = 0 di x = 0, x = L
dv dvs  S 2
dan   di x = L (2.47)
dx dx GAs
maka persamaan (2.46) menjadi

EI z 
6
 x  L x   Tz  Lx  x 2   6  Lx  x 2 
S2 3 2 M
2
S
6
(2.48)

6S6 6 M Tz
dan S 2   (2.49)
(4   ) L (4   ) L
dvb dv dvs
pada x = 0 ,    u6 (2.50)
dx dx dx
S 6 (1   ) L M Tz (1  ) L
maka u6   (2.51)
EI z (4   ) EI z (4   )
dari persamaan (2.48), (2.49), (2.50) dan (2.51) diperoleh :
S  (4   ) EI z
k6, 6   6   (2.52)
 u 6 T  0 (1   ) L

4
S    S2  6 EI z
k8, 6   8       (2.53)
 u 6 T  0  u 6 T  0 (1   ) L2

S   S  S2 L  ( 2   ) EI z
k12, 6   12    6   (2.54)
 u 6 T  0  u 6 T  0 (1   ) L

S  (4   ) EI z
k12 ,12   12   (2.55)
 u12 T  0 (1   ) L

Gaya Geser ( S3 dan S9 )


Koefisien kekakuan berhubungan dengan displacement u3 dan u9 dapat diperoleh
secara langsung dari hasil sebelumnya. Dimana arah positif dari momen lentur
pada bidang yx dan zx adalah berbeda. Dapat dilihat secara jelas pada (Gambar
2.8)

Gambar 2.8. Gaya geser S3 dan S9

yang memeperlihatkan arah positif dari momen lentur S 5 dan S11 adalah
berlawanan dengan S6 dan S12, maka
k3,3 = k2,2 (2.56)
k5,3 = - k6,2 (2.57)
k9,3 = k 8,2 (2.58)
k11,3 = - k12,2 (2.59)
k9,9 = k 8,8 (2.60)
k11,9 = -k12,8 (2.61)

Momen Lentur ( S5 dan S11 )


Sama dengan sebelumnya maka :
k5,5= k6,6 (2.62)

5
k9,5 = k8,6 (2.63)
k11,5= k12,6 (2.64)
matriks kekakuan yang diperoleh diatas dapat digabungkan menjadi sebuah
matriks sebagai berikut :
 k1,1 k1, 2 . . k1,12 
k . . . . 
 2,1
k   . . . . . 
 
 . . . . . 
 k12,1 . . . k12,12 

2.2.1. Elemen Pelat Kontinum


Pelat lentur yang dimodelkan disini ialah pelat lentur persegi dengan tiga
derajat kebebasan untuk setiap titik nodalnya, yaitu translasi arah sumbu Z dan
rotasi dalam arah vektorial sumbu X dan Y, sehingga elemen pelat lentur ini
mempunyai 12 derajat kebebasan, seperti terlihat pada Gambar 2.9 berikut ini

Gambar 2.9. Rectangular plate elemen

Sebuah fungsi perpindahan digunakan untuk menghitung kekakuan dari pelat


lentur yang berbentuk rectangular berbentuk :
uz = au
u z  c1  c2 x  c3 y  c4 x 2  c5 xy  c6 y 2  c7 x3  c8 x 2 y  c9 xy 2  c10 y 3  c11 x3 y  c12 xy 3

(2.65)

6
dimana arah positif (yang dapat dilihat pada Gambar 2.9) :
u = { u1 u2 u3 …….. u12 } (2.66)
dan matriks a adalah sebagai berikut :
1 1    (3  2 ) 2 (1   )  (1   )(3  2 ) 2 
 
2 (1   ) (1   ) 2 b 
3   (1   ) 2 (1   )a 
 
4 (1   )(3  2 )   (1   )(1  2 )
2

5   (1   )(1   ) b 2 
 
6    (1   ) 2
 a 
aT    (2.67)
7 (3  2 )    (1   )(1  2 )
2
 
8   (1   ) 2b 
 
9 (1   ) a 2

10  (3  2 ) 2 (1   )   (1   )(1  2 ) 
 
11   (1   ) 2 b 

12  (1   ) (1   )a
2 

7
 6z 
 1  2 1    a 2 1   1  2  6 z2 1  6 (1   )  6 1     2 z
b ab 
 
 0 1    2  3  2 z 1  4  3 
2 2z

 b a 

  2  3 1    a
2z
0 1  4  3 
2 2z 

b
 6z 6z 
 1  2  2  1   1  2  2   1  6 (1   )  6 1     2 z 
 a b ab 
 2z 2z 
 0 1   1  3     2  3  
b a
 
   2  3 
2z
0 1  4  3 2  2z

b 
T  a b 
  1  2  6 z 6z
  1  2  2
2z 
1  6 (1   )  6 1     
 a 2
b ab
 2z 2z 
 0  1  3    2  3  
 b a 
  1  2  2 z 2z 
0    2  3 
 a b 
 6z 6z 
 1  2 1    2  1  2  2   1  6 (1   )  6 1     2 z 
 a b ab 


0  1  3 
2 z

 1  4  3 2 
2 z 

b a
 2z 2z 
  1  3 1    0    2  3  
 a b 
(2.68)
dimana :
x y
 dan  
a b
untuk memperoleh matriks kekakuan, maka subsitusi persamaan (2.68) kedalam
persamaan (2.69),
k  b b
T
dV (2.69)
v

Et 3
dimana :  
12(1  v 2 )

2.3. Nonlinearitas Pada Jembatan Cable stayed


Jembatan cable stayed merupakan struktur yang kompleks sehingga
mempunyai efek nonlinieritas yang cukup berpengaruh baik material maupun
geometri dibawah pembebanan statis maupun dinamis. Nonlinearitas material

8
ditandai dengan adanya elemen-elemen struktur yang berdeformasi melampaui
daerah elastisnya. Sedangkan nonlinearitas geometri terjadi sekalipun perilaku
material masih berada dalam daerah linear elastis dan beban yang terjadi masih
dibawah beban normal.
Nonlinearitas geometri ini terjadi akibat:
1. Perilaku nonlinear antara gaya aksial versus perpanjangan pada kabel yang
berinklinasi dibawah level beban tarik yang berbeda karena adanya defleksi
awal akibat berat sendiri kabel (sag effect)
2. Kombinasi beban aksial dan momen lentur pada gelagar dan menara (P-
effect)
3. Perpindahan besar (large displacement), yang terjadi akibat perubahan
geometri struktur.

2.3.1. Efek sagging


Berat sendiri kabel menyebabkan terjadinya deformasi sepanjang kabel
yang cukup besar sehingga mengurangi kekakuan kabel. Rendahnya kekakuan
kabel untuk menahan beban lentur mengakibatkan kabel hanya dapat
mengimbangi beratnya sendiri dengan mengambil bentuk rantai yang digantung
(catenary) diantara dua tumpuan dengan inklinasi tertentu.
Penyelesaian yang ditawarkan oleh H. J. Ernst untuk masalah sagging ini
adalah dengan memodelkan suatu idealisasi modulus elastisitas yang dianalisis
dan perubahan bentuk geometri kabel akibat pertambahan gaya tarik. Gambar II.6
mengilustrasikan seutas kabel dengan modulus E =  yang memiliki perletakan
sendi di ujung kiri dan perletakan rol diujung kanan. Dengan bertambahnya gaya
N menuju tidak berhingga, bentuk dan kabel mendekati garis lurus dan titik B
berpindah ke B’ sehingga perpanjangan kabel di ujung rol ini adalah s = l1-s. Jika
gaya tarik bertambah dan N menuju N1 = N + N, maka perpanjangan menjadi
s = s — s1. Dan perpanjangan ini dapat didefinisikan suatu asumsi regangan
kabel sebagai f dengan modulus elastisitas Ef = /f. Sedangkan modulus
elastisitas kabel dan hubungan tegangan-regangan adalah Ee dengan regangan e.
Dari dua fenomena (f dan e) ini dapat dihitung sebuah idealisasi modulus
elastisitas Ei, yang memenuhi kondisi keduanya secara simultan sebagai berikut:

9

Ei  (2.70)
 f  e

dengan
 
e  f  (2. 71)
Ee Ef

dimana Ef = modulus elastisitas gravitasi dan Ee = modulus elastisitas Hookean.


Subtitusi persamaan (2.70) kedalam persamaan (2.71) akan menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
Ef Ee Ee
Ei   (2. 72)
Ef  Ee 1  Ef / Ee

Gambar 2.10. Perilaku kabel yang dipasang miring pada tumpuan sederhana

Jika rasio f/s dari Gambar 2.10 cukup kecil (kurang dari 1/12), maka
struktur catenary dapat diasumsikan sebagai parabola. Sehingga H. J. Ernst
mengasumsikan satu harga modulus Ef sebagai berikut:

10
12 3
Ef  (2. 73)
 l  2
Subtitusi persamaan (2.73) ke dalam persamaan (2.72) memberikan idealisasi
modulus elastisitas kabel dengan panjang horisontal, l dan gaya tarik,  sebagai
berikut:
Ee
Ei 
1
 l  2 E (2. 74)
12 3
e

dimana Ei, = modulus ekivalen (idealisasi); Ee = modulus elastisitas dari hubungan


tegangan-regangan; l = panjang proyeksi kabel dengan inklinasi tertentu ke bidang
horisontal;  = kerapatan massa kabel;  = tegangan yang terjadi pada kabel.
Persamaan (2.74) menunjukkan bahwa modulus ekivalen (idealisasi) juga
merupakan fungsi dari tegangan yang terjadi pada kabel. Jika jenis dan besar
pembebanan pada struktur mempengaruhi gaya tarikan kabel, maka besar
tegangan dan modulus ekivalen yang terjadi pada kabel juga berubah.

2.3.2. Large displacement


Jembatan cable stayed merupakan sistem struktur nonlinear dengan kabel
yang berinklinasi sebagai perletakan elastik pada sepanjang gelagarnya. Walaupun
perilaku materialnya masih linear elastik, tetapi respon beban-perpindahan yang
terjadi kemungkinan berperilaku nonlinear dibawah beban normal.
Efek nonlinearitas perpindahan besar pada struktur jembatan cable stayed
disebabkan gaya-gaya aksial tekan dan momen lentur yang bekerja secara
simultan pada struktur (gelagar dan menara) sehingga terjadi beban yang
eksentris. Akibat lendutan yang terjadi pada struktur maka gaya aksial tekan yang
bekerja memberikan momen tambahan.
Perpindahan geometrik dan elemen-elemen struktural jembatan cable
stayed bentang panjang ini ditandai dengan fenomena perpindahan besar (large
displacement), rotasi besar (large rotation), dan regangan kecil (small strains).
”Besar” di sini mempunyai arti perpindahannya tidak valid lagi dengan asumsi
perpindahan kecil (small displacement) pada persamaan analisis linear.

11
Struktur yang mengalami fenomena ini harus dianalisis dalam dua tahap,
khususnya untuk struktur jembatan cable stayed. Tahap pertama, beban mati
diterapkan pada struktur yang belum berdeformasi. Tahap kedua, beban hidup di
terapkan pada struktur yang sudah berdeformasi awal akibat beban mati.

(a) (b)

Gambar 2.11. Kondisi jembatan akibat pembebanan


(a) Kondisi awal jembatan untuk beban mati
(b) Kondisi awal jembatan untuk beban hidup

2.3.3. Efek P – delta


Efek nonlinear ini disebabkan oleh gaya-gaya aksial tekan dan momen
lentur yang bekerja secara simultan pada struktur (gelagar dan menara) sehingga
terjadi beban yang eksentris. Akibat lendutan yang terjadi pada struktur maka
gaya aksial tekan yang bekerja memberikan momen tambahan. Tingkat
ketidaklinearan tergantung pada besarnya beban aksial tekan dibandingkan
dengan beban Euler dan besar lendutan yang dihasilkan akibat beban lentur.
Secara umum pengaruh ketidaklinearan akibat efek P – delta dapat dianggap
kecil. Anggapan ini tetap dapat digunakan untuk gelagar yang tipis atau menara
yang mempunyai momen inersia kecil dengan memberikan pembebanan yang
ekstrim dan menguji kebenaran anggapan.

12

Anda mungkin juga menyukai