2-2 Acc
2-2 Acc
= 0 di x = 0, x = L
dv dvs S 2
dan di x = L (2.47)
dx dx GAs
maka persamaan (2.46) menjadi
EI z
6
x L x Tz Lx x 2 6 Lx x 2
S2 3 2 M
2
S
6
(2.48)
6S6 6 M Tz
dan S 2 (2.49)
(4 ) L (4 ) L
dvb dv dvs
pada x = 0 , u6 (2.50)
dx dx dx
S 6 (1 ) L M Tz (1 ) L
maka u6 (2.51)
EI z (4 ) EI z (4 )
dari persamaan (2.48), (2.49), (2.50) dan (2.51) diperoleh :
S (4 ) EI z
k6, 6 6 (2.52)
u 6 T 0 (1 ) L
4
S S2 6 EI z
k8, 6 8 (2.53)
u 6 T 0 u 6 T 0 (1 ) L2
S S S2 L ( 2 ) EI z
k12, 6 12 6 (2.54)
u 6 T 0 u 6 T 0 (1 ) L
S (4 ) EI z
k12 ,12 12 (2.55)
u12 T 0 (1 ) L
yang memeperlihatkan arah positif dari momen lentur S 5 dan S11 adalah
berlawanan dengan S6 dan S12, maka
k3,3 = k2,2 (2.56)
k5,3 = - k6,2 (2.57)
k9,3 = k 8,2 (2.58)
k11,3 = - k12,2 (2.59)
k9,9 = k 8,8 (2.60)
k11,9 = -k12,8 (2.61)
5
k9,5 = k8,6 (2.63)
k11,5= k12,6 (2.64)
matriks kekakuan yang diperoleh diatas dapat digabungkan menjadi sebuah
matriks sebagai berikut :
k1,1 k1, 2 . . k1,12
k . . . .
2,1
k . . . . .
. . . . .
k12,1 . . . k12,12
(2.65)
6
dimana arah positif (yang dapat dilihat pada Gambar 2.9) :
u = { u1 u2 u3 …….. u12 } (2.66)
dan matriks a adalah sebagai berikut :
1 1 (3 2 ) 2 (1 ) (1 )(3 2 ) 2
2 (1 ) (1 ) 2 b
3 (1 ) 2 (1 )a
4 (1 )(3 2 ) (1 )(1 2 )
2
5 (1 )(1 ) b 2
6 (1 ) 2
a
aT (2.67)
7 (3 2 ) (1 )(1 2 )
2
8 (1 ) 2b
9 (1 ) a 2
10 (3 2 ) 2 (1 ) (1 )(1 2 )
11 (1 ) 2 b
12 (1 ) (1 )a
2
7
6z
1 2 1 a 2 1 1 2 6 z2 1 6 (1 ) 6 1 2 z
b ab
0 1 2 3 2 z 1 4 3
2 2z
b a
2 3 1 a
2z
0 1 4 3
2 2z
b
6z 6z
1 2 2 1 1 2 2 1 6 (1 ) 6 1 2 z
a b ab
2z 2z
0 1 1 3 2 3
b a
2 3
2z
0 1 4 3 2 2z
b
T a b
1 2 6 z 6z
1 2 2
2z
1 6 (1 ) 6 1
a 2
b ab
2z 2z
0 1 3 2 3
b a
1 2 2 z 2z
0 2 3
a b
6z 6z
1 2 1 2 1 2 2 1 6 (1 ) 6 1 2 z
a b ab
0 1 3
2 z
1 4 3 2
2 z
b a
2z 2z
1 3 1 0 2 3
a b
(2.68)
dimana :
x y
dan
a b
untuk memperoleh matriks kekakuan, maka subsitusi persamaan (2.68) kedalam
persamaan (2.69),
k b b
T
dV (2.69)
v
Et 3
dimana :
12(1 v 2 )
8
ditandai dengan adanya elemen-elemen struktur yang berdeformasi melampaui
daerah elastisnya. Sedangkan nonlinearitas geometri terjadi sekalipun perilaku
material masih berada dalam daerah linear elastis dan beban yang terjadi masih
dibawah beban normal.
Nonlinearitas geometri ini terjadi akibat:
1. Perilaku nonlinear antara gaya aksial versus perpanjangan pada kabel yang
berinklinasi dibawah level beban tarik yang berbeda karena adanya defleksi
awal akibat berat sendiri kabel (sag effect)
2. Kombinasi beban aksial dan momen lentur pada gelagar dan menara (P-
effect)
3. Perpindahan besar (large displacement), yang terjadi akibat perubahan
geometri struktur.
9
Ei (2.70)
f e
dengan
e f (2. 71)
Ee Ef
Gambar 2.10. Perilaku kabel yang dipasang miring pada tumpuan sederhana
Jika rasio f/s dari Gambar 2.10 cukup kecil (kurang dari 1/12), maka
struktur catenary dapat diasumsikan sebagai parabola. Sehingga H. J. Ernst
mengasumsikan satu harga modulus Ef sebagai berikut:
10
12 3
Ef (2. 73)
l 2
Subtitusi persamaan (2.73) ke dalam persamaan (2.72) memberikan idealisasi
modulus elastisitas kabel dengan panjang horisontal, l dan gaya tarik, sebagai
berikut:
Ee
Ei
1
l 2 E (2. 74)
12 3
e
11
Struktur yang mengalami fenomena ini harus dianalisis dalam dua tahap,
khususnya untuk struktur jembatan cable stayed. Tahap pertama, beban mati
diterapkan pada struktur yang belum berdeformasi. Tahap kedua, beban hidup di
terapkan pada struktur yang sudah berdeformasi awal akibat beban mati.
(a) (b)
12