Anda di halaman 1dari 21

Tinjauan Pustaka

Sindroma Metabolik Serta Penatalaksanaannya

Di susun Oleh Kelompok B5

Varlye kantohe 102010118


Tristi lukita wening 102012151
Lund Mila E B teme 102013098
Dewa ayu agung gita sugandhi 102013196
Anak agung gede putra saskara 102013206
Akrastivany tandilimbong 102013329
William tanujaya 102013438
Irene mentari L.P 102013465
Nur sri syazana binti rahim 102013521

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11510

1
Tinjauan Pustaka

Abstrak: Sindrom Metabolik yang juga disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom X
merupakan suatu kumpulan faktor-faktor risiko yang bertanggung jawab terhadap
peningkatan morbiditas penyakit kardiovaskular pada obesitas dan DM tipe 2.The National
Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III) melaporkan bahwa
sindrom metabolik merupakan faktor risiko independen terhadap penyakit kardiovaskular,
sehingga memerlukan intervensi modifikasi gaya hidup yang ketat (intensif). Komponen
utama dari sindrom metabolik meliputi : Resistensi insulin, obesitas abdominal/sentral,
hipertensi,dislipidemia, peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar HDL
kolesterol.

Kata kunci: Metabolik, diabetes, obesitas

Abstract: Metabolic syndrome , also called insulin resistance syndrome or syndrome X is a


collection of risk factors responsible for increased morbidity of cardiovascular disease in
obesity and diabetes mellitus type 2. The National Cholesterol Education Program - Adult
Treatment Panel ( NCEP - ATP III ) report that metabolic syndrome is an independent risk
factor for cardiovascular disease , so it requires a lifestyle modification interventions tight
( intensive ) .
The main components of the metabolic syndrome includes: insulin resistance , abdominal
obesity / central , hypertension , dyslipidemia , elevated triglyceride levels , and decreased
levels of HDL cholesterol.

Key words: Metabolic, diabetes, obesity

Pendahuluan

Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi / prothrombotik yang


dapat menimbulkan peningkatan kadar C-reactive protein, disfungsi endotel, peningkatan
agregasi platelet, peningkatan kadar asam urat, mikroalbuminuria dan peningkatan kadar
LDL cholesterol. Akhir-akhir ini diketahui pula bahwa resistensi insulin juga dapat
menimbulkan Sindrom Ovarium Polikistik dan Non Alcoholic Steato Hepatitis (NASH).1

2
Tinjauan Pustaka

Anamnesis

Sebelum melakukan berbagai pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fisik ataupun


pemeriksaan penunjang, perlu dilakukan anamnesis. Pada saat pasien memasuki ruangan,
perlu diperhatikan keadaan umum pasien melalui ekspresi wajahnya, gaya berjalan, dan
tanda-tanda lain yang tampak ketika kita melihat pasien. Keadaan umum pasien dapat
dibedakan menjadi sakit ringan, sakit sedang, atau sakit berat. Bisa juga dalam keadaan
darurat medis atau tidak. Setelah melihat keadaan umum pasien, lakukan inform consent
untuk mengisi data pribadi pasien yang secara umum seperti nama lengkap, usia, tempat
tanggal lahir, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, jenis kelamin,
status perkawinan. Setelah menanyakan identitas pribadi, pada anamnesis ditanyakan
keluhan. Keluhan ditanyakan agar bisa diketahui penyebab penyakit atau ciri-ciri penyakit.
Bedakan keluhan utama dengan keluhan penyerta. Keluhan utama adalah alasan mengapa
pasien datang dan keluhan penyerta adalah tambahan dari keluhan utama. Lalu ditanyakan
riwayat penyakit sekarang seperti sejak kapan sakitnya, sudah berapa lama, makin parah atau
berkurang, apakah ada meminum obat, dan lain-lain yang menunjang diagnosis. Setelah itu,
ditanyakanlah riwayat penyakit dahulu. Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui
apakah pernah mengalami sakit yang sama atau pernah mengalami sakit yang lain. Setelah
riwayat penyakit dahulu dipertanyakan, disertai pula dengan riwayat penyakit keluarga.
Riwayat penyakit keluarga bertujuan untuk mengetahui apakah termasuk penyakit keturunan
atau tidak.1

Dari beberapa anamnesis dasar diatas dapat diketahui kesadaran pasien. Kesadaran
pasien dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu compos mentis, apatis, delirium, somnolen,
sopor, semi koma, koma. Kesadaran pasien dapat dilihat ketika menjawab pertanyaaan yang
diberikan. Tingkat kesadaran pasien dibagi menjadi compos mentis, apatis, delirium,
somnolen, sopor, semi koma (koma ringan), koma. Compos mentis apabila pasien dalam
konsisi sadar sepenuhnya, terhadap diri sendiri maupun lingkungan dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik. Apatis apabila pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya. Delirium apabila ada penurunan kesadaran disertai kekacauan motoric dan
siklus tidur bangun yang terganggu dan pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan
meronta-ronta. Somnolen apabila pasien dalam keadaan mengantuk dan masih dapat pulih
penuh bila dirangsang, tetapi akan tertidur lagi jika rangsang berhenti. Sopor atau stupor
apabila pasien dalam keadaan mengantuk yang dalam, bisa bangun jika dirangsang oleh rasa

3
Tinjauan Pustaka

nyeri yang kuat tetapi tidak bisa menjawab dengan baik. Semi koma (koma ringan) yaitu
penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak
dapat dibangunkan sama sekali, tetapi reflex seperti kornea dan pupil masih baik, respon
terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.1,2

Koma yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri. Dari keadaan umum pasien compos mentis. Hasil
anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah merasa terlalu gemuk. Keluhan
penyertaadalahsulitmenurunkanberatbadannyasejakusia 38 tahun,
seringlelahdanmudahhauspada 1 tahunbelakanganini. Riwayat penyakit
keluargaayahnyamenderitahipertensidanibunyasudah 10 tahun mengidap penyakit kencing
manis. Dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital atau TTV untuk mengetahui suhu
badan, tekanan darah apakah mengalami hipertensi atau tidak, denyut nadi cepat atau lambat
dan keras atau lemah, dan frekuensi pernafasan. Didapatkan hasil pada TTV yaitu tekanan
darah 1150/90 mmHg, tekanan nadi 80 kali/menit, pernapasan 16 kali/menit, suhu 36,5°C.1,2

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tekanan darah klasifikasi Tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau
lebih yang terdapat pada tabel 1.3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih.3

Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Tinggi 1 (ringan) 140-159 90-99
Tinggi 2 (sedang) 160-179 100-109
Tinggi 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110

Pemeriksaan tinggi badan subyek berdiri tanpa alas kaki atas platform keras dan rata.
Subyek berdiri tegak, kedua kaki rapat pada tumit, lutut lurus, kepala dalam posisi Frankfurt.
Dipastikan sedapat mungkin tumit, bokong, dan skapula menyentuh permukaan
stadiometer/antropometer/dinding bila digunakan microtoise. Kedua lengan tergantung santai
pada sisi tubuh dengan telapak tangan (vilar) menghadap paha. Turunkan bagian atas
pengukur hingga menyentuh puncak kepala. Mata pemeriksa harus setinggi angka yang akan
dibaca dengan ketelitian mendekati 1 mm.3,4

4
Tinjauan Pustaka

Pemeriksaan berat badan, lege artis adalah penimbangan sesudah buang air besar dan
sebelum makan. Timbangan di atas permukaan rata dan keras. Setiap kali sebelum
penggunaan jarum timbangan, jarum tersebut dikembalikan pada titik 0. Subyek berdiri tanpa
bantuan di tengah platform, santai tapi diam, melihat lurus ke muka dalam bidang horizontal
frankfurt (bidang horizontal melalui pinggir bawah orbita dan tragion. Pakaian subyek harus
ditanggalkan semua kecuali pakaian dalam yang ringan atau diberi pakaian khusus yang
beratnya ditimbang dan tanpa alas kaki. Berat badan dicatat dengan ketelitian mendekati 0,1
kg. Sebaiknya penimbangan diulangi 2 kali.
Sebelum pemakaian, timbangan telah ditera (dengan batu timbangan 5 kg).4
Pemeriksaan panggul subyek berdiri tegak dengan perut santai, lengan di sisi tubuh,
kaki rapat, berat tubuh terbagi rata antara kedua tungkai. Pita ukur diletakkan horizontal
melalui titik pada lingkaran panggul yang paling besar. Pita ukur menyentuh kulit tanpa
menekan jaringan lunak.
Pengukuran dilakukan dengan ketelitian mendekati 1 mm. Pemeriksaan lingkar pinggang.
Subyek memakai pakaian sedikit dan ringan agar pita pengukur dapat diletakkan dengan
tepat.
Subyek berdiri tegak dengan perut santai, kedua lengan di sisi tubuh, kaki rapat, dan berat
tubuh terbagi rata antara kedua tungkai. Tentukan pinggir terendah arcus costae dan beri
tanda.4
Tentukan pada garis mix axillar titik crista iliaca dan beri tanda. Tentukan titik tengah pada
garis mid axilla antara kedua titik tersebut dalam bidang horizontal. Subyek diminta bernafas
biasa (normal) pada saat pengukuran untuk mencegah subyek mengkontraksi otot-ototnya
atau menahan nafas.
Nilai Sindrom Metabolik lingkar pinggang menurut EGIR yang terdapat pada tabel 2.3,4
Tabel 2. Nilai Sindrom Metabolik Lingkar Pinggang Menurut EGIR
Jenis Lingkar
kelamin pinggang
Laki ≥ 94
Perempuan ≥ 80

Pemeriksaan IMT
IMT = BB (kg) : [TB (m) x TB (m)]

5
Tinjauan Pustaka

Keterangan : BB = Berat badan


TB = Tinggi badan
Klasifikasi IMT berdasarkan Asia Pasifik terdapat pada tabel 3.3
Tabel 3. Klasifikasi IMT Asia Pasifik

Berat badan
IMT
(BB)
BB kurang < 18,5
BB normal 18,5-22,9
BB lebih: ≥ 23
1. Preobesitas 23-24,9
2. Obesitas 1 25-29,9
3. Obesitas 2 ≥ 30

Nilai sindrom metabolik berdasarkan AACE adalah nilai IMT ≥ 25 Kg/m2.


Pemeriksaan rasio pinggang dan panggul tujuannya adalah untuk menentukan distribusi
lemak tubuh central di daerah abdomen. Rasio LPe-Lpa = lingkar pinggang / lingkar
panggul.5
Keterangan: LPe = Lingkar perut atau pinggang
LPa = Lingkar panggul

Nilai normal LPe dan LPa yang terdapat pada tabel 4.5
Tabel 4. Nilai Normal LPe dan LPa

Rasio LPe
Jenis kelamin
dan LPa
Pria < 0,90
Perempuan < 0,85

Nilai sindrom metabolik berdasarkan WHO yang terdapat pada tabel 5.


Tabel 5. Nilai Sindrom Metabolik Berdasarkan WHO

6
Tinjauan Pustaka

Rasio LPe
Jenis kelamin
dan LPa

Pria > 0,90


Perempuan > 0,85

Diagnosis banding4,5

SindromMetabolik Diabetes Diabetes Diabetes Hipertensi


Melitustipe 2 mellitus tipe Insipidus
1
Genetic + + - - +
Lelah + + + -
Obesitas + + - -
Poliuria + + + +
Polidipsi + + + +
Hipertensi + + - - +
Kadar LDL ↑ ↑ ↑
Kolesterol ↑ ↑ ↑
total
Kadar HDL ↓ ↓ ↓
trigliserid ↑ ↑ ↑

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang disarankan untuk mengetahui adanya sindrom metabolik


beserta komplikasinya. Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Trigliserida, HDL Kolesterol,
Glukosa Puasa manfaatnya mendeteksi adanya sindrom metabolik berdasarkan kriteria IDF.
Apo B dan LDL Kolesterol Direkmanfaatnya melihat adanya small dense LDL. Small dense
LDL merupakan faktor risiko penting untuk Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan lebih
aterogenik bila dibandingkan dengan LDL biasa. Dengan menentukan konsentrasi apo B
plasma, kita dapat menentukan jumlah partikel small dense LDL, di mana dengan
menggunakan rasio kolesterol LDL/ApoB (konsentrasi kolesterol LDL diukur dengan metode

7
Tinjauan Pustaka

direk) dapat ditentukan adanya small dense LDL. Pada rasio kolesterol LDL direk/ApoB <
1,2, terdapat small dense LDL dalam sirkulasi tubuh.6

Adiponektin manfaatnya melihat apakah terjadi penurunan konsentrasi adiponektin


(hipoadiponektinemia), di mana peningkatan jaringan adiposa viseral akan mengakibatkan
penurunan konsentrasi adiponektin dan peningkatan sitokin proinflamasi yang berperan
penting dalam efek kardiovaskular sindrom metabolik . Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam pp dan
HbA1cmanfaatnya mendiagnosis dan memantau pengendalian hiperglikemia (glukosa darah
puasa terganggu, toleransi glukosa terganggu dan T2DM).6

CRP manfaatnya menilai kondisi inflamasi kronis pada individu sindrom metabolik.
Studi cross sectional yang dilakukan oleh Santos menunjukkan bahwa sindrom metabolik
merupakan suatu kondisi yang dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi CRP dan evaluasi
prospektif menunjukkan bahwa konsentrasi CRP yang tinggi akan memprediksi
perkembangan sindrom metabolik.6

NT-proBNPmanfaatnya melihat risiko gagal jantung pada individu obes. Peningkatan


indeks massa tubuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi, T2DM dan dislipidemia,
sehingga meningkatkan risiko infark miokardial yang mendahului terjadinya gagal jantung.
Selain itu, hipertensi dan T2DM secara independen akan meningkatkan risiko gagal
jantung.2,6

Albumin Urin Kuantitatif (Sewaktu) manfaatnya membantu menentukan pengobatan


yang dapat mencegah atau memperlambat onset penyakit ginjal kronik (PGK) dan penyakit
kardiovaskular (PKV). Albumin Urin Kuantitatif merupakan penanda prognosis untuk risiko
PKV pada individu dengan diabetes maupun tanpa diabetes, sebagai penanda risiko
mortalitas pada individu infark miokardial, dan merupakan prediktor PKV pada individu
dengan hipertensi tidak terkontrol.2,4

SGPT dan Collagen Type IVManfaatnya melihat risiko NASH pada individu dengan
sindrom metabolik. NASH merupakan bagian dari spektrum luasnonalcoholic fatty liver
disease (NAFLD) dan ditandai dengan hepatomegali, peningkatan serum aminotransferase
dan gambaran histologi yang menyerupai hepatitis alkoholik tanpa adanya penggunaan
alkohol berlebihan. Terjadinya fatty liver (yang dideteksi melalui ultrasonografi) yang disertai
dengan adanya inflamasi (ditandai dengan peningkatan hsCRP dan hipoadiponektinemia),

8
Tinjauan Pustaka

proses fibrosis (ditandai dengan peningkatan collagen type IV) serta adanya kematian sel
(ditandai dengan peningkatan enzim SGPT) merupakan kondisi yang terjadi pada NASH.5

Radiologi Chest X-ray untuk mendeteksi adanya kelainan jantung atau paru-paru.
RadiologiUSG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena kelainan
ini dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati.3

Diagnosis kerja

Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari gejala dan tanda -
tanda risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang individu.
Gejala – gejala yang kerap dijumpai pada penderita sindrom metabolic adalah resistensi
insulin dan meningginya kadar insulin plasma, berbagai jenis gangguan kadar gula darah,
terutama DM tipe 2, kadar lemak darah yang abnormal, peningkatan tekanan darah dan gejala
penyakit jantung, peningkatan kadar asam uratdan kelebihan berat badan. 3

Epidemiologi
Di US, peningkatan kejadian obesitas mengiringi peningkatan prevalensi sindrom
metabolik. Prevalensi sindrom metabolik pada populasi usia > 20 tahun sebesar 25% dan
pada usia > 50 tahun sebesar 45%. Pandemi sindrom metabolik juga berkembang seiring
dengan peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada populasi Asia, termasuk Indonesia.
Studi yang dilakukan di Depok pada tahun 2001 menunjukkan prevalensi sindrom metabolik
menggunakan kriteria National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
(NCEP-ATP III) dengan modifikasi Asia Pasifik terdapat 25,7% pada pria dan 25% pada
wanita. Penelitian di DKI Jakarta pada tahun 2006 melaporkan prevalensi sindrom metabolik
yang tidak jauh beda dengan Depok yaitu 26,3% dengan obesitas sentral komponen
terbanyak yaitu 59,4%.2
Dibandingkan dengan komponen-komponen pada sindrom metabolik, obesitas sentral
paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa studi di wilayah
Indonesia termasuk di Jakarta menunjukkan obesitas sentral merupakan komponen yang
paling banyak ditemukan pada individu dengan sindrom metabolik.Sejumlah penelitian
epidemioligi memastikan bahwa sindrom ini umumnya dijumpai pada berbagai kelompok
etnis yang meliputi orang-orang Eropa, Afro-Amerika, Meksiko-Amerika, India, Cina di
Asia, Aborigin- Australia, Polinesia, dan Mikronesia.Pada penelitian di Amerika penyakit
yang tadinya disangka umumnya menyerang orang-orang Skandinavia khususnya kaum
lelakinya, ternyata tidak demikian. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat

9
Tinjauan Pustaka

tahun 1988-1994 yang dpublikasi di majalah kedokteran JAMA tahun 16 Januari 2002
menunjukkan bahwa penyakit itu mulai umum dijumpai di negara-negara maju.2
Penelitian dilakukan terhadap orang-orang yang memiliki tiga atau lebih tanda seperti:
Peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg
Lingkar pinggang melebar (102 cm pada lelaki, 88 cm pada perempuan)
Peningkatan kadar gula darah dan adanya resistensi insulin (>110 mg)
Kadar lemak baik (HDL) rendah (di bawah 40 mg/dL pada laki-laki dan < 50 mg/dL
pada perempuan)
Kadar Trigliserid meningkat di atas 150 mg/dL
Penelitian dilakukan terhadap 8000 orang yang etrdiri dari 3600 kulit putih, 2400
Amerika turunan Afrika, dan 2450 Amerika turunan Meksiko. Jumlah itu dianggap mewakili
populasi AS sesuai dengan usia, jenis kelamin, ras atau etnis.1,2
Hasilnya:
Sebanyak 22% dari sampel di atas bisa digolongkan sebagai Sindrom metabolik (X) yang
berarti mewaliki 24% populasi AS. Pada populasi 20-29 tahun ditemukan 6,7%, dan pada
usia 30-39 tahun meningkat menjadi 20%, dan meningkat lagi menjadi 43% pada sampel usia
60-69 tahun. Di atas 70 tahun persentasenya sekitar 40 %. Tidak ditemukan perbedaan
bermakna dari perempuan (23,4%) dan laki-laki (24%). Meskipun data itu hampir 10 tahun
yang lalu, namun melihat kenyataan saat ini jumlah penderita kencing manis terus meningkat
sehingga dipastikan jumlah penderita sindrom X ini meningkat pula. 2

Etiologi
Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti.Suatu hipotesis
menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolikadalah resistensi insulin.
Resistensi insulin mempunyai korelasi dengantimbunan lemak viseral yang dapat ditentukan
dengan pengukuran lingkar pinggang atau waist to hip ratio. Hubungan antara resistensi
insulin dan penyakit kardiovaskulardiduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang
menimbulkandisfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskular danpembentukan
atheroma. Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi perubahanhormonal yang mendasari
terjadinya obesitas abdominal. Suatu studimembuktikan bahwa pada individu yang
mengalami peningkatan kadarkortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stres kronik)
mengalamiobesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia. Para penelitijuga
mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksishipotalamus-hipofisis-adrenal yang terjadi
akibat stres akan menyebabkanterbentuknya hubungan antara gangguan psikososial dan
infark miokard.5
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan sindroma metabolik yaitu:4,5

10
Tinjauan Pustaka

1. Obesitas
Adipositas adalah fitur utama dari sindrom, yang mencerminkan fakta bahwa prevalensi
sindrom adalah didorong oleh hubungan yang kuat antara lingkar pinggang dan adipositas
yang meningkat. Namun begitu, pasien yang berat badan normal juga mungkin resisten
insulin.
2. Gaya hidup
Banyak komponen dari sindrom metabolik yang dikaitkan dengan gaya hidup, termasuk
jaringan adiposa meningkat (terutama pusat), mengurangi kolesterol HDL, dan trigliserida
kecenderungan meningkat, tekanan darah, dan glukosa dalam genetik rentan. Dibandingkan
dengan individu yang menonton televisi atau video atau menggunakan computer <1jam
setiap hari, dengan mereka yang melakukan perilaku ini selama >4jam setiap hari memiliki
risiko 2 kali lipat untuk terkena sindrom metabolic.
3. Umur
Sindrom metabolik mempengaruhi 44% dari populasi AS lebih tua dari usia 50. Sebagian
besar wanita yang lebih tua dari usia 50 memiliki sindrom daripada pria
4. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan definisi dari sindrom metabolik berdasarkan International
Diabetes Foundation (IDF).Diperkirakan bahwa sebagian besar dari pasien DM tipe 2
memiliki sindrom metabolic.Kehadiran sindrom metabolik pada populasi ini berhubungan
dengan prevalensi lebih tinggi CVD dibandingkan dengan pasien dengan diabetes tipe 2 atau
IGT tanpa sindrom.
5. Penyakit Jantung Koroner
Prevalensi perkiraan sindrom metabolik pada pasien dengan penyakit jantung koroner
(PJK) adalah 50%, dengan prevalensi 37% pada pasien dengan penyakit arteri koroner
prematur (umur 45), terutama pada wanita.Dengan rehabilitasi jantung yang tepat dan
perubahan gaya hidup, prevalensi sindrom dapat dikurangi.

Patofisiologi

1. Resistensi insulin dan peningkatan kadar insulin


Seseorang yang mengalami resistensi terhadap efek horrmon insulin, tubuh akan
kehilangan kemampuan untuk berekasi dengan insulin, sehingga sel beta pancreas harus
mensekresi lebih banyak lagi insulin untuk mengatasi kekurangan sensitivitas terhadap
insulin tersebut. Pada keadaan ini tubuh tidak dapat mentransfer gula dari darah ke dalam
sel secara efisien, sehingga menyebabkan peningkatan gula darah. Sel – sel tubuh menjadi

11
Tinjauan Pustaka

tidak sensitiv terhadap insulin, karena reseptor insulin yang ada pada permukaan sel tidak
dapat merespons insulin secara baik.7
Di dalam masyarakat modern, sebagian besar dari populasi mengalami hambatan
metabolisme karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetic,
kelebihan intake karbohidrat, terutama refined sugar yang terdapat pada junk food dan
kurangnya latihan olahraga. Dengan intake refined sugar atau karbohidrat, maka terjadi
peningkatan sekresi insulin, namun pada penderita resistensi insulin tubuh tidak dapat
melakukan respons yang efisien, sehingga pancreas bereaksi dengan memompa lebih
banyak lagi insulin sebagai cara untuk mengatasi resistensi insulin tadi. Pada penderita ini
juga terjadi peeningkatan konversi dari karbohidrat menjadi lemak dan penekanan proses
pembakaran lemak. Pada orang sehat, sekitar 40% dari karbohidrat yang berasal dari
makanan diubah menjadi lemak, dimana pada penderita resistensi insulin perubahan
tersebut sangat tinggi. Jadi para penderita resistensi insulin tidak boleh mengkonsumsi
banyak karbohidrat dalam jumlah banyak ataupun sedang.7
Gejala – gejala resistensi insulin pada seseorang ialah : kelelahan yang berlebihan,
kekacauan mental, perubahan mood, perasaan gemetar, selalu merasa lapar dan tidak
terpuaskan untuk menyantap karbohidrat yang banyak. Hal ini disebabkan karena tidak
sempurnanya glukosa yang masuk dalam sel, sehingga tidak dapat dihasilkan energy yang
cukup. Pada penderita ini sering terjadi keadaan hipoglikemia akibat tingginya kadar
insulin yang tidak sensitive terhadap sel tubuh, keadaan ini menyebabkan gejala kelelahan
yang berlebihan dan terganggunya fungsi fisik dan mental. Hal ini menyebabkan keinginan
untuk segera menyantap lebih banyak lagi karbohidrat agar gejala hipoglikemia dapat
teratasi. Namun keadaan ini justru akan memacu sekresi insulin yang lebih banyak lagi
dan konversi glukosa menjadi lemak pun menjadi meningkat. Sehingga penderita ini akan
terperangkap dalam lingkaran setan. Peningkatan hormone insulin yang berlebihan
tersebut akan menyebabkan : 7
a. Peningkatan kadar TG
b.Penurunan HDL
c. Peningkatan produksi LDL oleh hati
d.Pembentukan plaque lemak dalam pembuluh darah
e. Peningkatan retensi air dan garam dan menstimulasi perkembangan sel otot
polos pembuluh darah arteri, menyebabkan peningkatan tekanan darah.
f. Terganggunya neurotransmitter didalam otak, menyebabkan gangguan mood
dan insomnia.
g.Tercetusnya rasa lapar terutama pada karbohidrat
h.Peningkatan transfer glukosa menjadi lemak, menyebabkan kelebihan berat
badan (obesitas)

12
Tinjauan Pustaka

i. Penekanan terhadap hormone glucagon (berperan meningkatkan proses


pembakaran lemak dan gula).7

2. Peningkatan kadar lemak dalam darah


Pada penderita sindrom metabolic terjado kecenderungan meningkatnya trigliserid
rich lipoprotein (suatu partikel fatty protein) dalam darahnya setelah makan. Tingginya
kdar insulin menyebabkan hati memproduksi very low density lipoprotein trigliserid
(VLDL-TG). Hal tersebut sangatlah berbahaya, karena dapat menyebabkan perlemakan
hati, atherosclerosis dan obesitas. Kombinasi dari tingginya TG dan rendahnya HDL
kolesterol merupakan faktor prediksi yang baik bagi kemungkinan timbulnya penyakit
jantung. Sehabis makan, pada saat kadar gula darah meninggi, pancreas mamompa insulin
yang akan mengubah gula darah yang tidak terpakai menjadi glikogen yang akan disimpan
didlama hati dan otot, untuk penggunaan lebih lanjut bila diperlukan. Pada keadaan
dimana persediaan glikogen sudah penuh/maksimal, insulin akan merubah kadar gula
darah menjadi lemak yang disebut trigliserida, sehingga insulin juga disebut fat-producing-
hormone.7
Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat dikurangi secadra bermakna dengan
menjalankan diet sangat rendah karbohidrat. Diet dengan refined carbohydrate, yaitu
karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi, rendah protein dan rendah lemak, akan
menyebabkan peningkatan sekresi insulin, sehingga menyebabkan peninggian kadara
trigliserida. Sebaliknya diet dengan rendah refined carbohydrate akan menurunkan kadar
trigliserida dan meningkatkan kadar HDL kolesterol.7
Peningkatan kadar insulin juga dapat menyebabkan penekanan sekresi glucagon, suatu
hormone yang penting untuk pembakaran lemak. Selain itu terjadi juga peningkatan kadar
asam urat, sehingga menimbulkan gejala penyakit pirai dan batu ginjal. Juga kadar
plasminogen-aktivator-1 akan meningkat, hal ini dapat menyebabkan kemampuan untuk
memecah penggumpalan darah berkurang, sehingga meningkatkan resiko timbulnya
serangan jantung dan stroke.7
3. Peningkatan tekanan darah
Sekitar 50% dari penderita hipertensi mengalami ketidakseimbangan biokimiawi yang
tampak pada sindrom metabolic, terlihat dari resistensi insulin dan peningkatan kadar
insulin. Tingginya kadar insulin dapat menimbulkan retensi air dan mineral tubuh,
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.7
4. Obesitas abdominal
Jika seseorang mengalami penimbunan lemak disekitar perut, dan merasa sangat sulit
untuk menghilangkannya sekaligus menurunkan berat badan, maka besar
kemungkinannya orang tersebut menderita sindrom metabolic. Insulin mempunyai efek

13
Tinjauan Pustaka

yang sangat besar terhadap sel – sel lemak didaerah perut, dan peninggian kadar insulin
akan menimbulkan penimbunan lemak terutama di daerah abdomen dan tubuh daerah
atas. Penimbunan lemak ini tidak hanya terjadi dibawah kulit saja, namun juga terjadi
penimbunan lemak di sekitar rongga perut dan organ – organ didalam rongga perut. Pada
tahap permulaan penimbunan lemak terjadi disekitar haati, lambung, pancreas, usus dan
ginjal. Dengan progresivitas sindrom metabolic, penimbunan akan merambah ke jantung
dan juga mulai menembus organ – organ lain sehingga timbul perlemakan hati, ginjal dan
pancreas.7
Obesitas abdominal lazim terlihat pada laki – laki dan waniita dengan bentuk tubuh
android atau bentuk apel dan setiap individu dengan sindrom metabolic. Bentuk tubuh
apa pun, kalau mengalami kelebihan berat badan akan berpotensi mengalami sindrom
metabolic.
Bila penimbunan lemak tersebut terjadi didaerah bukan abdomen, misalnya pada
paha, pinggul, atau daerah lain, maka risiko orang tersebut untuk menderita hipertensi dan
diabetes tidak sebesar penderita dengan kelebihan lemak di daerah abdomen. Hal ini
disebabkan karena pada daerah tersebut tidak terdapat rongga, sehingga lemak tidak dapat
tertimbun di dalam organ – organ yang terdapat di dalam rongga seperti dalam rongga
perut. Dalam hal ini lemak hanya tertimbun dalam lapisan antara kulit dan otot,
menimbulkan gambaran kulit dengan cellulite.7

Manifestasi klinis

Dikatakan sindrom metabolik apabila terdapat 3 kriteria dari beberapa kriteria


sindrom metabolik yang terdapat pada gambar 1.7

14
Tinjauan Pustaka

Gambar 2. Sindrom Metabolik


Pada kasus terdapat lebih dari 3 kriteria dari kriteria sindrom metabolik yaitu:7

Sindrom
Kategori metabolik (ATP Tuan A
III)
Lingkar perut ≥ 94 cm 169 cm
Lingkarpinggang 0,90 cm 115cm
Tekanan darah ≥ 130/85 mmHg 150/90 mmHg
Triglisid ≥ 150 mg/dL 300 mg/dL
GDP < 110 mg/dL 110 mg/dL
GD2PP <140 160mg/dL

 Obesitas Abdominal
 Atherogenic Dislipidemia
 Peningkatan tekanan darah
 Resistensi Insulin
 Komponen Proinflammatory
 Prothrombotic State
 Vascular abnormalities (disfungsi endothelial, ACR ≥ 30mg/g)
 Hiperurisemia 3

Perlu di ketahui bahwa untuk menegakkan diagnosis sindroma metabolic dapat dilakukan
berdasarkan beberapa kriteria rujukan seperti kriteria NCEP-ATP III (National Cholesterol
Education Program – The Adult Treatment Panel III), kriteria WHO (World Health
Organozation), AHA (American Heart Association), danjuga IDF (International Diabetes
Federation). Dalam melakukan pelayanan kami menggunakan kriteria terkini yaitu
berdasarkan kriteria dari IDF tahun 2005 sebagai berikut:7

15
Tinjauan Pustaka

Penatalaksanaan
Non-medikamentosa

Latihan Fisik :

Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam
tubuh, dan merupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik terbukti
dapat menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot rangka. Pengaruh
latihan fisik terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam 24 – 48 jam dan hilang dalam 3
sampai 4 hari. Jadi aktivitas fisik teratur hendaklah merupakan bagian dari usaha
untuk memperbaiki resistensi insulin. Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan derajat aktifitas fisiknya. Manfaat paling besar dapat diperoleh bila
pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur dalam jangka panjang. Kombinasi
latihan fisik aerobik dan latihan fisik menggunakan beban merupakan pilihan terbaik.
Dengan menggunakan dumbbell ringan dan elastic exercise band merupakan pilihan
terbaik untuk latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging selama 1 jam
perhari juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermakna pada laki2
tanpa mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan. 3,4

Diet

16
Tinjauan Pustaka

Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Review dari Cochrane Database
mendukung peranan intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Bukti-bukti dari suatu studi besar menunjukkan bahwa diet rendah sodium dapat
membantu mempertahankan penurunkan tekanan darah. Hasil-hasil dari studi klinis
diet rendah lemak selama lebih dari 2 tahun menunjukkan penurunan bermakna dari
kejadian komplikasi kardiovaskular dan menurunkan angka kematian total.3,4
The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) merekomendasikan
tekanan darah sistolik antara 120 – 139 mmHg atau diastolik 80 – 89 mmHg sebagai
stadium pre hipertensi, sehingga modifikasi gaya hidup sudah mulai ditekankan pada
stadium ini untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Berdasarkan studi dari the
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), pasien yang mengkonsumsi diet
rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidrat terbukti mengalami penurunan tekanan
darah yang berarti walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. 3,4
Penurunan asupan sodium dapat menurunkan tekanan darah lebih lanjut atau
mencegah kenaikan tekanan darah yang menyertai proses menua. Studi dari the
Coronary Artery Risk Development in Young Adults mendapatkan bahwa konsumsi
produk2 rendah lemak dan garam disertai dengan penurunan risiko sindrom metabolik
yang bermakna. Diet rendah lemak tinggi karbohidrat dapat meningkatkan kadar
trigliserida dan menurunkan kadar HDL kolesterol, sehingga memperberat
dislipidemia. Untuk menurunkan hipertrigliseridemia atau meningkatkan kadar HDL
kolesterol pada pasien dengan diet rendah lemak, asupan karbohidrat hendaklah
dikurangi dan diganti dengan makanan yang mengandung lemak tak jenuh
(monounsaturated fatty acid = MUFA) atau asupan karbohidrat yang mempunyai
indeks glikemik rendah. Diet ini merupakan pola diet Mediterrania yang terbukti
dapat menurunkan mortalitas penyakit kardiovaskular. Suatu studi menunjukkan
adanya korelasi antara penyakit kardiovaskular dan asupan biji-bijian dan kentang.
Para peneliti merekomendasikan diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan
sayuran untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang dari
diet rendah karbohidrat belum diteliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek,
terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan kadar HDL-cholesterol
dan menurunkan berat badan.3,4
Pilihan untuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan mengganti makanan

17
Tinjauan Pustaka

yang mempunyai indeks glikemik tinggi dengan indeks glikemik rendah yang banyak
mengandung serat. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat menurunkan kadar
glukosa post prandial dan insulin. 4

Medika mentosa

Obat untuk obesitas: 8

 Derivat amfetamin (dexfenfluramin, fenfluramin) dapat menekan nafsu


makan.

Es: valvulopati jantung

 Orlistat: menghambat lipase lambung dan pankreas, serta mengurangi


absorpsi lemak.

 SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti fluoksetin

 Sibutramin: mempercepat rasa kenyang dan mengurangi asupan


makanan.

Obat untuk menurunkan kadar glukosa : 8

METFORMIN
Metformin diperkenalkan sejak tahun 1995, mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah tanpa meningkatan sekresi insulin dan meningkatkan beratbadan. Mekanisme utamanya
adalah dnegan menurunkan glukoneogenesis pada tingkat mitokondriadi hepatosit yang
berakibat terjadinya penurunan produksi glukosa di hati, dengan demikian menurunkan kadar
gula darah puasa. Metformin juga berkhasiat meningkatkan up take glukosa perifer. Efek
tersebut diduga multiple efek yang meliputi peningkatan afinitas ikatan insulin dengan
reseptor insulin, baik pada sel otot dan sel eritrosit Terdapat 7 kelebihan dari metformin pada
sistem cardiovasculair :8
1. Menurunkan resistensi insulin
2. Efek homeostasis dan fungsi pembuluh darah
3. Potensial terhadap terapi sindrom metabolik pada DM tipe II
4. Antiartherogenik
5. Menghambat proses glikasi

18
Tinjauan Pustaka

6. Proteksi pembuluh darah


7. Mencegah komplikasi cardiovasculair disease pada DM tipe II dengan faktor resiko
tinggi.8

Obat untuk hiperlipidemia : 8

GEMFIBROZIL
Gemfibrozil termasuk dalam obat golongan fibrat. Obat-obat yang tergolong kelompok
ini dapat dianggap sebagai hipolipidemik berspektrum luas. Selain menurunkan kadar
trigliserida Serum, kelompok fibrat juga cenderung menurunkan kadar kolesterol-LDL dan
menaikkan kolesterol-HDL. Fibrat bekerja sebagai ligan untuk reseptor transisi nukleus,
reseptor alfa peroksisom yang diaktivasi proliferator, dan menstimulasi aktivitas lipoprotein
lipase.

Indikasi : hiperlipidemia tipe IIa, IIb, III, IV dan V, serta pencegahan penyakit
jantung pada pria usia 40-55 tahun yang merespon dengan cukup terhadap diet dan
tindakan-tindakan lain yang sesuai. Dislipidemia yang berhubungan dengan diabetes
mellitus (DM). Xanthoma yang berhubungan dengan dislipidemia.

Preventiv

Ada 3 cara untuk mencegah sindrom metabolik yaitu :

a. Mengurangi kadar insulin yang meningkat 7


 mengurangi intake refined carbohydrat
 makan protein berkelas tinggi
 makan sayur dan buah – buahan segar
b. Membantu insulin bekerja lebih baik 7
 Selenium
 Chromium picolinat
 Lipoic acid
c. Perbaiki fungsi liver 7

Komplikasi5

 DM
 Stroke
 Penyakit jantung koroner
 Hipertensi
Prognosis

19
Tinjauan Pustaka

Jika ditangani dengan baik maka akan dapat hidup seperti orang normal. Jika tidak, maka
akan terjadi komplikasi yang lebih buruk.3

Penutup

Sindrom metabolic merupakan kumpulan gejala yang keberadaanya menunjukkan


peningkatan faktor risko kejadian penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Obesitas
sentral mimiliki kolerasi paling erat dengan sindrom metabolic dibandingkan dengan
komponen lain. Penatalaksanaan sindro metabolic mesih mengacu pada tiga komponen,
sejauh ini belum ada penatalaksanaan yang berbeda bila dibandingkan dengan komponen
secara individual.

Daftar pustaka

1. Greenstein, Ben, & Wood, Diana. At a Glance SistemEndokrin. Jakarta :Erlangga. 2010.
2. Sindrom Metabolik. Oktober 2009. Diunduh dari http://dokter-
alwi.com/sindrommetabolik.html 21 November 2015.

20
Tinjauan Pustaka

3. Sindrom metabolic. Febuari 2005. Diunduhdariwww.akademik.unsri.ac.id 21 November


2015
4. Soegondo S, Purnamasari D. SindromMetabolik, Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam A.F. Buku ajar ilmupenyakitdalamjilid III. Edisi ke-
6. Jakarta: Interna Publishing, 2014.h.2535-2543.
5. Sindrom metabolic. Maret 2008. Diunduhdaridarihttp://www.permatacibubur.com 21
November 2015.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan Medik.
Jakarta: Pusat Penerbit FKUI, 2006.
7. Kurnia, Y. sindrom X dan Obesitas. Dalam Majalah Kedokteran Fakultas Kedokteran
UKRIDA Meditek. Agustus-Desember 2003; vol.11:12-27.
8. Syarif, Aamir. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2008.

21

Anda mungkin juga menyukai