Anda di halaman 1dari 9

1.

Transkrip

No Pertanyaan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3


Persepsi perawat tentang komunikasi pada pasien kronis.
1. “Menurut Ibu-Ibu, apa itu “ Menurut saya, komunikasi yang “ya benar, saya setuju dengan “Saya setuju dengan pendapat
komunikasi dan bagaimana harus diberikan kepada pasien pendapat Ibu Martha, menurut Ibu Martha dan Ibu Tri , bahwa
komunikasi yang seharusnya dengan penyakit kronis adalah saya komunikasi dilakukan komunikasi perawat didalam
dalam merawat pasien komunikasi yang dilakukan dengan dalam merawat pasien dengan merawat pasien penderita
dengan penyakit kronis?” memperhatikan kondisi bio, psiko, penyakit kronis adalah penyakit kronis, haruslah
sosial, dan spiritual pasien. Jadi kita komunikasi yang terapeutik, artinya mampu
harus bisa memposisikan dan memperhatikan latar belakang melihat kondisi dan keadaan
melihat kondisi pasien sehingga dan kondisi pasiennya, jadi pasien. Mencari tahu lebih
mampu menentukan berkomunikasi tidak hanya yang penting pesan dahulu bagaimana perasaannya,
yang tepat dan mampu sampai kepada pasien, tapi juga apa yang sedang dipikirkan,
menempatkan diri dalam dengan melihat apakah pasien terutama mencari tahu latar
berkomunikasi”. tersebut siap untuk melakukan belakang pasiennya. Seperti
diskusi”. yang kita ketahui pasien dengan
penyakit kanker cenderung
depresi, karena merasa dirinya
tidak lagi berharga, merasa
menjadi beban bagi keluarga,
dst sehingga perawat harus
mampu membaca situasi itu.
Sehingga perawat mampu
menempatkan diri dan
bersikap”.
2. “Hmm…saya sungguh “Ya, pasien itu juga merasa “Pasien yang saya rawat “ Menurut pengalaman saya,
terkesan dengan penjelasan dihargai, punya semangat baru cenderung lebih terbuka kepada komunikasi yang baik
Ibu-ibu semua. Jadi untuk meneruskan hidupnya, dan saya, kemudian mereka juga berperanan untuk dapat
berdasarkan pengalaman- tidak menyerah. Misalnya pasien merasa lebih semangat karena menyampaikan informasi
pengalaman tersebut, merasa mual, dan tidak selera memiliki tempat untuk dengan baik, sehingga pasien
dapatkah Ibu menerangkan makan, dengan motivasi yang saya mencurahkan isi hatinya”. mengerti prosedur, ataupun
apa peranan komunikasi berikan maka pasien tersebut mau mematuhi instruksi yang
dalam merawat pasien berusaha lagi untuk makan. diberikan pasien juga ttidak
dengan penyakit kronis?”. Kadang-kadang untuk pasien yang sungkan-sungkan untuk
sudah merasa tidak ada harapan, menyatakan keluhannya kepada
juga termotivasi untuk tetap perawat sehingga pengobatan
berharap. Hal ini karena hal-hal dapat dikontrol dan bila ada
yang saya ceritakan tentang masalah dapat segera dilaporkan
pengalaman dengan pasien yang kepada dokter”.
sebelum-sebelumnya dapat berhasil
dalam pengobatannya”.
3. “Jadi jika kita ingin menarik “Menurut saya komunikasi yang “Komunikasi yang sangat “Komunikasi yang dibutuhkan
kesimpulannya, menurut diperlukan oleh pasien kanker dibutuhkan oleh perawat adalah oleh pasien dengan penyakit
Ibu-ibu semua, komunikasi adalah komunikasi yang holistik, komunikasi terapeutik, kanker adalah komunikasi yang
seperti apa yang sangat memperhatikan bio, psiko, sosial, komunikasi yang mampu memperhatikan keadaan
dibutuhkan oleh pasien dan spiritual pasien sehingga pasien memperhatikan latar belakang dan kebutuhan pasien yang
dengan penyakit kanker ini merasa dekat dengan perawat dan dan situasi atau kondisi yang mengakibatkan pasien
bu?”. memiliki motivasi yang lebih untuk dirasakan oleh pasien, sehingga mematuhi pengobatannya”.
menjalani terapi dan meneruskan pasien semakin bersemangat
hidupnya. Misalnya dengan untuk menjalani prosedur yang
motivasi dan penguatan-penguatan dijalani, dan melakukan
yang dilakukan oleh perawat”. instruksi-instruksi dokter”.
Cara berkomunikasi dengan pasien kronis.
1. “Terima kasih Ibu-ibu “Metode yang dilakukan dalam “Kalau menurut saya, “Menurut saya, metodenya
semuanya. Sekarang kita berkomunikasi (menurut yang saya metodenya adalah dengan adalah dengan memiliki rasa
lanjut dengan topik pelajari dahulu di kampus) yaitu melakukannya dengan tulus, empati, mampu membina
bagaimana cara komunikasi yang melakukan dan menerapkan sesuai dengan hubungan saling percaya dengan
berkomunikasi dengan tahapan-tahapan seperti orientasi, yang tadi, yaitu melakukan pasien, sehingga terdapat feed
pasien kronis. Menurut Ibu- kerja, dan terminasi. Jadi didahului dengan empati, tulus, dan back yang baik dari pasien.”
Ibu semua, apakah metode dengan perkenalan ataupun bila menghargai setiap hal yang
atau teknik komunikasi yang sudah kunjungan kedua atau lebih disampaikan oleh pasien”.
paling tepat dan dapat kita melakukan salam. Bertanya kabar
pergunakan pada pasien untuk membina trust, dan
kanker?”. melakukan kontrak waktu”. Pada
tahap kerja yaitu melakukan diskusi
ataupun mengkomunikasikan topik
yang akan disampaikan, dan bila
ada skill yang diajarkan maka
dilakukan praktik penerapan skill
tersebut, misalnya untuk
menurunkan nyeri dengan teknik
relaksasi. Kemudian pada tahap
terminasi melakukan evaluasi dan
apresiasi kepada pasien, serta
penguatan untuk terus melakukan
skill yang telah diajarkan”.
2. “Waah...saya sungguh “Ya, saya setuju dengan Ibu Tri, “Ada, karena pada fase “Ya pasti ada, karena keadaan
terkesan Ibu-ibu, lalu bahwa fase kehilangan sangat kehilangan, pasien cenderung pasien sedang berduka tidak
kemudian muncul mempengaruhi teknik komunikasi menarik diri, pendiam, susah stabil, sehingga perawat harus
pertanyaan apakah ada yang kita gunakan. Tentu, pada diajak berkomunikasi. Biasanya mampu menempatkan diri
hubungan antara fase masa-masa itu perawat berperan saya tidak memaksa, tapi saya dalam keadaan itu dan terus
kehilangan pada penyakit sebagai pendamping, memberikan tetap ada di samping pasien, mendampingi pasien. Tentu
kronis dengan teknik penguatan kepada pasien, dan mengatakan akan datang metode pendekatan yang
komunikasi yang kita mengingatkan untuk berdoa, kembali bila pasien tersebut digunakan berbeda. ”.
pergunakan?. Apa pendapat memohon kepada Tuhan agar sudah siap untuk
Ibu-ibu sekalian?”. menolong dan menguatkannya”. berkomunikasi”.
3. “Jika demikian menurut Ibu- “Sama dengan penjelasan tadi, “Ya, saya juga setuju dengan “ya, saya setuju. Langkah-
ibu sekalian, langkah- bahwa ada tahap orientasi, tahap ibu Martha, yaitu langkah- langkah yang tepat didalam
langkah apa saja yang harus kerja, dan tahap terminasi”. langkah orientasi, kerja, melakukan komunikasi adalah
dilakukan dalam kemudian diakhiri dengan langkah-langkah yang sudah
berkomunikasi dengan terminasi”. disebutkan ibu A”.
pasien penderita penyakit
kronis?”.
4. “Dapatkah Ibu menceritakan “Saya selalu menerapkan “Sedapat mungkin saya selalu “Saya juga berusaha melakukan
bagaimana cara Ibu komunikasi terapeutik, yaitu mengusahakan agar terlebih komunikasi interaktif, kounikasi
melakukan komunikasi mengucapkan salam, kemudian dahulu mengenal pasien, yang memperhatikan kondisi
kepada pasien penyakit memperkenalkan nama saya, dan mengetahui latar belakang, pasien secara holistik, sehingga
kronis dalam setiap asuhan bertanya kabarnya saat itu. Diakhir kemudian mampu menentukan mampu menentukan cara
keperawatan pada saat ini?”. saya juga pamit. Walaupun tidak cara berkomunikasi yang baik”. berkomunikasi yang baik
selalu setiap saat saya mampu terhadap pasien”.
melakukannya, namun saya selalu
mengusahakannya”.
“Menurut Ibu-ibu, Apakah “Sama dengan ibu C, saya juga “Ya, tidak dalam semua “Tidak selalu seperti SPO,
yang semua dilakukan oleh tidak selalu berhasil melakukan keadaan boleh melakukan namun saya sudah berusaha
Ibu-ibu tadi, sudah sesuai sesuai SPO karena berbagai komunikasi sesuai SPO, namun melakukan. Sejauh ini pasien
baik dari segi kepatuhan keadaan, misalnya pasien yang saya juga selalu mengusahakan. merasa puas dengan cara saya
terhadap SPO komunikasi, menjengkelkan, suka nyuruh- Apakah sesuai kebutuhan atau berkomunikasi, dan bagi saya
kebutuhan dan kepuasan nyuruh perawat untuk hal yang tidak, menurut saya, saya sudah tentu mendatangkan kepuasan
pasien maupun kepuasan sebenarnya keluarga bisa lakukan, melakukan sesuai dengan tersendiri bila berhasil
kerja Ibu-ibu sekalian?”. seperti mengambilkan air minum, kebutuhan pasien, sekalipun memberikan sesuatu yang
pada keadaan itu saya tidak bisa kadang apa yang kita sampaikan bermanfaat kepada pasien”.
berkomunikasi sesuai SPO. Kalau tidak selalu berhasil, namun
ditanya apakah sesuai kebutuhan, saya tetap puas dengan
menurut saya, saya sudah komunikasi saya, karena saya
melakukan sesuai kebutuhan dan sudah mengusahakan cara yang
mudah-mudahan sejauh ini pasien terbaik untuk berkomunikasi
saya puas dengan komunikasi yang dengan pasien”.
saya lakukan. Dengan keadaan itu
saya juga merasa bangga dan puas,
bahwa saya bisa memberikan
motivasi dan manfaat kepada
pasien”.
Hambatan dalam berkomunikasi dengan pasien kronis
“Baiklah Ibu-Ibu semuanya, “Ya, ada hambatan. Misalnya “Ya, sama seperti Ibu Martha, “Setuju dengan Ibu Martha, saya
kita masuk pada sesi ketiga karena keterbatasan waktu. Kerjaan saya mengalami hambatan itu, juga mengalami hal yang sama.
yaitu mengenai hambatan terlalu banyak, kondisi sedang namun juga dipengaruhi oleh Kadang-kadang dipengaruhi
dalam berkomunikasi. rempong, ataupun teman sekerja faktor pasien. Misal pasien yang suasana hati, misal lagi ada
Dalam proses komunikasi yang tidak kooperatif, maka saya sok ngatur, sok ngeboss, bahkan masalah di ruangan ataupun
dengan pasien kronis, punya waktu yang terbatas sehingga kadang-kadang merasa lebih masalah dari rumah, maka
adakah masalah/kendala komunikasi saya tidak sesuai”. pintar, maka disitu saya sudah komunikasi verbal saya kadang
yang ditemui oleh Ibu-Ibu? tidak bisa terbuka dan tidak sesuai dengan yang saya
Kalau ada kendala apa saja membangun trust dengan pasien tunjukkan dari mimik muka
yang sering di jumpai?”. karena bawaannya sudah bete”. ataupun bahasa tubuh saya”.

“Lalu, bagaimana upaya Ibu- “Tidak ada upaya yang bisa “Mencoba menyadari dan “Berusaha untuk mengevaluasi
ibu sekalian dalam dilakukan, hanya bisa berupaya mengingatkan diri bahwa diri, membereskan hati agar
mengatasi masalah/kendala menyampaikan informasi sesingkat manusia unik, dan memiliki dapat berkomunikasi dengan
tersebut?”. mungkin, tanpa melakukan karakter yang berbeda sehingga baik”.
interaktif secara mendalam, dan saya harus mampu menangani
tidak melakukan evaluasi terutama dengan baik. Saya juga
berkaitan dengan skill”. menyampaikan pesannya
dengan tegas, agar pasien
mengerti bahwa yang saya
maksudkan adalah sesuatu yang
penting untuk dipikirkan”.
“Setelah Ibu-ibu melakukan “Pesannya tersampaikan, hanya saja “Pesannya tersampaikan, hanya “Bisa lebih baik didalam
berbagai upaya tersebut, pasien sering tidak puas”. saja komunikasi yang dilakukan berkomunikasi, dan mampu
menurut Ibu-ibu cenderung datar saja”. membangun komunikasi dengan
bagaimanakah hasil yang pasien. Kadang-kadang justru
diperoleh atau dicapai pasien yang akan bertanya
kemudian?”. kepada saya, dan memberikan
semangat kepada saya untuk
semangat menghadapi
permasalahan yang ada”.

Mengidentifikasi harapan dalam berkomunikasi dengan pasien kronis.


“Diskusi kita semakin lama “Saya berharap intervensi “Kalau menurut saya, agar “Harapan saya, perawat lebih
semakin hangat ya Ibu-ibu, komunikasi yang dilakukan oleh perawat tidak jutek, tapi mampu berkomunikasi dengan
sekarang kita sampai pada perawat adalah komunikasi yang mencoba memahami karakter baik. Kan kasihan pasien-pasien
sesi terakhir yakni mengenai mampu memberikan semangat yang dan situasi pasien ketika itu, sudahlah dia minder, merasa
harapan. Dapatkah Ibu-ibu baru kepada pasien, memberikan perawat dijutekin”. kurang dihargai, bahkan
menyampaikan harapannya penguatan dan motivasi yang baik”. dijauhi/dihindari orang bahkan
terkait pelaksanaan keluarga sendiri karna bau,
intervensi komunikasi pada maka seharusnya perawat hadir,
pasien penyakit kronis?”. dan menjadi seperti keluarga si
pasien”.

“Bagaimanakah menurut “Saya sangat setuju sekali. Namun “Ya, menurut saya perlu, “Ya, saya setuju. SDM perawat
Ibu-ibu dalam hal sumber menurut saya yang terlebih dahulu mengingat pentingnya perlu dibekali khusus tentang
daya manusia, apakah perlu harus diubah adalah mindset komunikasi itu sendiri”. komunikasi terapeutik, agar
keterampilan khusus terkait perawat itu sendiri, bagaimana mampu melakukan asuhan yang
komunikasi teraupetik dan perawat mampu memandang maksimal kepada pasien. Jadi
penyakit kronis?”. pasiennya secara holistik bio, psiko, tidak hanya melakukan asuhan,
sosial, dan spiritual. Jadi tidak tetapi juga mampu menjadi
hanya menganggap pasien sebagai tempat berbagi suka-duka bagi
objek untuk melakukan pelayanan pasien”.
asuhan, tapi juga menganggap
mereka sebagai orang-orang yang
perlu ditemani dalam menghadapi
penyakitnya. Tentu saja dalam
batas-batas yang dapat dilakukan
oleh perawat”.
“Terakhir sebagai penutup, “Menurut saya menyenangkan, “Menurut saya komunikasi “Sebenarnya komunikasi
dapatkah Ibu-ibu sekalian karena dengan berkomunikasi terhadap pasien itu menarik, merupakan hasil dari bagaimana
memberikan pernyataan dengan pasien juga memberi karena dibutuhkan kemampuan seseorang selama hidupnya
secara singkat mengenai apa manfaat bagi saya terutama dengan untuk mengetahui situasi dan berkomunikasi dalam sehari-
dan bagaimana intervensi permasalahan-permasalahan hidup kondisi dengan baik. Juga hari, namun masih belum
komunikasi pada pasien yang belum saya alami, sehingga menarik, karena terus terang terlambat, hanya butuh latihan
kronis sesuai dengan apa sebagai menambah bekal melalui komunikasi dengan dan kemauan untuk terus-
yang pernah dialami oleh pengetahuan ketika akan pasien, saya bisa belajar menerus mencoba dengan lebih
Ibu-ibu semuanya?”. menghadapi hal yang sama berbagai jenis karakter baik”.
nantinya”. manusia”.

2. Verbatim

Anda mungkin juga menyukai