Dosen Pembimbing:
Dr. NOPI STIYATI P, S. Si, MT
Oleh:
DINA PUSPITA SARI
(H1E114208)
2015/2016
METODA ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN YANG
DISEBABKAN OLEH KLORIN BEBAS DAN PENGAMBILAN CONTOH
AIR PERMUKAAN
Abstrak
Tinjauan Teoritis
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang
dijumpai dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk
terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl)
atau dalam bentuk ion klorida di air laut.
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejak
lama klorin dikenal sebagai deodorant dan desinfektan yang sangat baik, yang
dijadikan standard an pengolahan air minum diseluruh lingkungan.
Klorin digunakan sebagai disinfektan pada pengolahan air minum. Klorin
yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor (Cl2) atau kalsium hipoklorit
[Ca(OCl)2]. Peranan klorin sebagai desinfektan pada air minum sejak puluhan
tahun lalu merupakan hal yang sangat berarti bagi peningkatan kualitas kesehatan
manusia.
Klorin yang digunakan sebagai disinfektan pada proses pengolahan air
bersih, pengolahan air minum, kolam renang dan pada air pendingin untuk
memusnahkan mikro-organisme yang terdapat dalam air, ternyata juga bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik yang terdapat di dalam dan membentuk
kloroamina tersubstitusi. Pada air yang terklorinasi tersebut ditemukan juga
senyawa organik lainnya seperti trihalomethanes yang meliputi chloroform,
dichlorobromo-methane, dibromochloromethane dan bromoform.
Pembuangan limbah yang mengandung klorin ke perairan, berpotensi
mencemari perairan dan ekosistem yang ada di perairan. Gas buang dari
pembakaran senyawa organoklorin juga dapat mengganggu habitat kehidupan di
lingkungan tersebut.
Metode Penelitian
Pada jurnal penelitian, Analisis pendahuluan meliputi pengamatan
terhadap total bakteri E. Coli. Pengukuran total E. coli yang digunakan di PDAM
adalah metode membran filter. Disiapkan vakum filter yang telah disterilisasi
kemudian diletakkan diatasnya kertas saring dengan pinset. Dimasukkn sampel air
sebanyak 100 mL ke dalam corong stainless. Kemudian sampel disaring dengan
menggunakan vakum. Kertas saring diangkat dimasukkan kedalam media agar-
agar. Diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Dihitung bakterinya dengan
menggunakan colony counter.
Proses penetapan analisis titik retak klorinasi untuk masing-masing
desinfektan baik NaOCl maupun Ca(OCl)2 menggunakan metode DPD
spektrofotometri dengan menetapkan absorbans sampel pada panjang gelombang
515 nm. Ke dalam labu ukur 100 mL dibuat 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8;
0,9 ppm dengan dimasukkan masing-masing 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0;
4,5 mL larutan induk 10 mg Ca(OCl)2/L, kemudian masing-masing labu
diencerkan dengan sampel, kemudian ditambahkan tablet DPD no.1, didiamkan
selama 45 menit, setelah itu di ukur absorbansinya dengan instrument
spektrofotometer UV-Vis. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk NaOCl.
Dari data residu klor yang di dapat lalu diplot terhadap dosis klor, titik
retak klorinasi kedua desinfektan yang dibandingkan pada keadaan dimana residu
klor mengalami penurunan pada dosis klor tertentu dan akan kembali naik apabila
dosis klor ditambahkan.
Hasil Penelitian
Dalam penetapan titik retak klorinasi, apabila penambaham dosis klor aktif
semakin besar, maka konsentrasi residu klor aktif akan semakin meningkat
Dengan mengetahui titik retak klorinasi, jumlah klor yang dibutuhkan agar proses
klorinasi berlangsung dapat diketaui. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi
residu klor aktif aik sesuai dengan banyaknya klor yang ditambahkan. Namun
konsentrasi residu klor mengalami penurunan yang drastis ketika penambahan
dosis klor 0,5 mg Ca(OCl)2 /L dan kembali naik pada penambahan dosis klor 0,6
mg Ca(OCl)2/L. Kondisi yang terjadi pada penambahan 0,5 mg Ca(OCl)2 dengan
residu klor sebesar 0,292 mg Cl2/L dikatakan sebagai titik retak klorinasi.
Pembahasan
Air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah, dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum. Air DAS Bedadung dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan rumah tangga. Air baku yang dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan rumah tangga berangsur-angsur meninggalkan limbah yang dapat
mencemari sumber air baku air minum.
Mikroorganisme didalam air berasal dari berbagai sumber seperti tanah,
sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai),
kotoran manusia atau hewan, dan sebagainya. Kalau bahan buangan cukup
banyak, berarti bakteri Coliform akan ikut berkembang biak. Air dari sungai
dialirkan menggunakan pompa Submersible yang menjorok kedasar sungai
kemudian ditangkap atau dikumpulkan dalam sebuah bangunan yang disebut
dengan intake. Sampah yang ada didalam intake berupa sampah yang berukuran
kecil dan jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan pada air sungai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa desinfektan
kalsium hipoklorit dan dapat digunakan dalam proses klorinasi untuk air hasil
olahan PDAM dan desinfektan kalsium hipoklorit lebih efisien
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah
instansi PDAM agar bisa mempertahankan sisa khlor dalam rerservoir yang
ditetapkan oleh Ditjen PPM dan PLP (1993) yaitu sebesar 0,1 – 0,3 mg/l.
Sedangkan untuk mempertahankan sisa khlor agar keberadaannya tetap terjaga
hingga ke konsumen di jarak terjauh dari IPA, maka PDAM perlu menambahkan
injeksi kaporit di beberapa titik-titik tertentu sehingga memungkinkan air
memenuhi syarat kesehatan.
Daftar Referensi