Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KURIKULUM, TEORI KURIKULUM DAN TEORI

PENDIDIKAN SERTA KOMPONEN KURIKULUM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum SD
Dosen Pengampu: Dra. Sumilah, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Pipit Diah Noviana (1401415155)
2. Rachmawati Dwi Pangesti (1401415158)
3. Anita Dewi Anggraeni (1401415171)
Rombel : 10

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan bagian yang erat dalam kehidupan masa kini, bahkan di era
globalisasi tingkat pendidikan mempengaruhi daya saing, baik daya saing perseorangan
maupun daya saing bangsa di Internasional. Belajar merupakan pokok dari pendidikan,
proses belajar mengajar dengan menjadikan guru dan peserta didik sebagai komponen
utamanya tidak terikat waktu dan tempat. Salah satu instrumen penting dalam menunjang
proses pembelajaran agar terpadu dan merata adalah dengan menerapkan kurikulum yang
sama.
Berbicara mengenai kurikulum, bangsa kita sendiri Indonesia telah mengalami
banyak perubahan kurikulum bukan hanya subtansinya saja tetapi juga terdapat istilah-
istilah yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Perubahan kurikulum yang ada sering
kali memaksa guru agar bisa mendesain pembelajaraan yang berpusat pada siswa (student
centre). Hal ini baik adanya dan menjadi motivasi bagi guru agar bisa selalu berusaha
mengupdate wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan kurikulum yang berlaku
sehingga pembelajaran dapat didesain sedemikian rupa dan mencapai tujuan
pembelajaran nasional.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengangkat dan mengungkap
kembali tentang konsep kurikulum dalam pendidikan, teorinya, serta komponen–
komponennya, yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep kurikulum dalam pendidikan?
2. Apa saja Teori Kurikulum dan Teori Pendidikan?
3. Apa komponen – komponen dalam kurikulum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kurikulum dalam pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam – macam Teori Kurikulum dan Teori Pendidikan.
3. Untuk mengetahui komponen – komponen dalam kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kurikulum


Pengertian kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari
dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno di Yunani.
Dalam bahasa prancis istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari.
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start
sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang
harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang
yang terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu.
Kurikulum juga dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa
pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut
pandangan lama dan pandangan baru.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan
hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa
yang terjadi dibawa pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan yang tak formal.
Kurikulum formal meliputi
a. Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
b. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
c. Strategi belajar mengajar serta kegiatan kegiatanya.
d. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan kegiatan yang juga direncanakan akan tetapi
tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu. Kurikulum ini
dipandang sebagi pelengkap kurikulum formal. Yang termasuk kurikulum tak formal ini
antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas atau antar sekolah,
perkumpulan bergabagi hobby, pramuka dan lain-lain.
Dalam studi tentang kurikulum, dikenal pula beberapa konsep kurikulum seperti:
1. Kurikulum ideal (ideal curriculum), yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang
baik, yang diharapkan atau dicita-citakan.
2. Kurikulum nyata (real curriculum), yaitu kegiatan kegiatann nyata yang
dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari
kurikulum yang direncanakan.
3. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang
mempengaruhi peserta didik secara positif ketika sedang mempelajari sesuatu.
4. Kurikulum dan pembelajaran (curriculum and instruction) yaitu dua istilah yang
berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Perbedaanya hanya terletak
pada tingkatanya. Kurikulum menunjuk pada suatu program yang bersifat umum,
untuk jangka lama, dan tidak dapat dicapai dalam waktu seketika, sedangkan
pembelajaran bersifat realitas atau nyata, sifatnya khusus dan harus dicapai saat
itu juga.
Secara konseptual kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah, yaitu:
kurikulum sebagai bidang studi, kurikulum sebagai substansi (rencana pengajaran), dan
kurikulum sebagai suatu sistem.
1) Kurikulum sebagai suatu bidang studi
Kurikulum disini berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga
pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi
adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep dasar kurikulum, mereka
juga melakukan kegiatan penelitian dan percobaan guna menemukan hal-hal baru
yang dapat memperkuat dan memperkaya bidang studi kurikulum.
2) Kurikulum sebagai substansi (rencana pengajaran)
Kurikulum sebagai substansi disini maksudnya adalah kurikulum berisi tujuan
yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat
pengajaran dan jadwal waktu pengajaran. Suatu kurikulum digambarkan sebagai
dokumen tertulis yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-
mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan di setujui bersama oleh para
penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.
3) Kurikulum sebagai suatu sistem
Kurikulum sebagai suatu sistem maksudnya adalah kurikulum merupakan
bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem
sekolah. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum
sebagai sistem mempunyai fungsi bagaiamana cara memelihara kurikulum agar tetap
berjalan dinamis.
Peranan dan Fungsi Kurikulum
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Ada 3
peranan yaitu:
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah
sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku siswa
sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan
peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat
pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para siswa selaku
anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi
kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses tersebut.
2. Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya
mewariskan kebuudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai
unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini kurikulum turut aktif
berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir
kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dimasa mendatang
dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dimasa sekarang dan masa mendatang. Untuk
membantu setiap individu dalam mengembangkan semua potensi yang ada
padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berfikir,
kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan
kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian kurikulum
dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju
kebudayaan masa depan.
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi
tertentu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alexander Inglis dalam bukunya Principle
of Secondary Education (1918) bahwa diantara fungsi kurikulum adalah sebagai
berikut:
a) Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of Function)
Individu hidup dalam lingkungan setiap individu harus mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri
senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individupun harus
memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula.
b) Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena
individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maaka pribadii yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
c) Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayannan terhadap perbedaan diantara setiap
orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang
berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat.
d) Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswwa agar mampu melanjutkan studi
lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misalnya melanjutkan studi ke
sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.
e) Fungsi Diagnostik (The Diagnostik Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan
siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika
siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui proses
eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan
mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi
diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang
secara optimal.

2.2 Teori Kurikulum dan Teori Pendidikan


Teori Kurikulum
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem,
dan sebagai bidang studi. Konsep pertama, kurikulum sebagai substansi, suatu kurikulum
dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau
sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk
kepada dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-
mengajar, jadwal, dan evaluasi. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu system,
yaitu suatu system kurikulum. System kurikulum merupakan bagian dari system
persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat. Suatu system kurikulum
mencakup system personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Konsep ketiga,
kurikulumm sebagain sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan
bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum
sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar
tentang kurikulum.
Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan
Charless dan McMurry, tetapi secara definitive berawal dari hasil karya Frankin
Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang sebagai ahli kurikulum Yng pertama, ia
perintis pengembangan praktek kurikulum. Menurut Bobbit teori kurikulum itu
sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada
dasarnya sama terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupa
mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Mulai tahun
1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan pendidikan yang
berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum berubah dari yang menekankan
pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan
Charles) kepaada kehidupan psikologis anak pada saat inii. Anak menjadi pusat perhatian
pendidikan. Perkembangan teori kurikulum selanjutnya di bawakan oleh Hollis Dasweel.
Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara di
bagian Amerika Serikat. Ia mengembangkan kurikulum yang berpusat pada masyarakat
atau pekerjaan. Maka Caswell mengembangkan kurikulumyang bersifat interaktif. Dalam
pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru
berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan stuktur organisasi dari
penysusun kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum merumuskan tujuan,
memilih isi, menetukan kegiatan belajar, desain kurikulum menilai hasil. Pada tahun 1947
di Univertas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang kurikulum. Sebagai hasil
diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori kurikulum:(1) mengidentifikasi
masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan kurikulum dan konsep-
konsep yang mendasarinya, (2) menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut
dengan struktur yang mendukungnnya, (3) mencari atau meramalkan pendekatan-
pendekatan pada masa yang akan datang untuk memecahkan masalah tersebut.

Teori Pendidikan
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu
kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa kurikulum, dan suatu teori
kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum dapat
dipandang sebagai rencana konkret penerapan dari suatu teori pendidikan. Minimal ada
empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli pendidikan dan dipandang
mendasari pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikann klasik, pendidikan pribadi,
pendidikan interaksional, dan teknologi pendidikan.
1. Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik dapat dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu
pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu.
Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan, dan meneruskan semua warisan
budaya tersebut kepada generasi berikutnya.
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan daripada proses
atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan atau materi ilmu tersebut diambil
dari khazanah ilmu pengetahuan, berupa disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan
dan dikembangkan oleh para ahli tempo dulu.
2. Pendidikan Pribadi
Pendidikan pribadi lebih mengutamakan peranan siswa. Konsep pendidikan
ini bertolak dari anggapan dasar bahwa, sejak dilahirkan, anak telah memiliki potensi-
potensi, baik potensi untuk berfikir, berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk
belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi
menciptakan lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama-hama. Tugas guru
seperti halnya seorang petani adalah mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air,
udara, dan sinar mataharri yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tanaman
(peserta didik). Pendidika bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta
didik menjadi subjek pendidikan.
3. Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik
tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Keduanya juga
mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah
pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan
budaya lama. Mereka lebih berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang, tidak
seperti pendidikan klasik yang lebih melihat ke masa lalu.
4. Pendidikan Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk
sosial. Dalam kehidupannya manusia selalu membutuhkan manusia lain, selalu hidup
bersama, berinteraksi, dan bekerjasama. Karena kehidupan bersama dan kerja sama
ini, mereka dapat hidup, berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan hidup dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
Kedudukan Kurikulum dalam pendidikan
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya
membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat
berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Dalam
lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan
anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa interaksi tertulis. Orang tua sering
tidak mempunyai rencana yang jelas dan rinci kemana anaknya akan diarahkan, dengan
cara apa mereka akan dididik, dan apa isi pendidikannya. Interaksi pendidikan antara
orang tua dengan anaknya juga sering tidak disadari. Dalam kehidupan keluarga interaksi
pendidikan dapat terjadi setiap saat, setiap kalii orang tua bertemu, berdialog, bergaul,
dan bekerjasama dengan anak-anaknya. Pada saat demikian banyak perilaku dan
perlakuan spontan yang diberikan kepada anak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan-
kesalahan mendidik besar sekali. Orang tua menjadi pendidik juga tanpa dipersiapkan
secara formal. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai ayah dan ibu,
meskipun mungkin saja sebenarnya mereka belum siap untuk melaksanakan tugas
tersebut. Karena sifat-sifatnya tidak formal, tidak memiliki rancangan yang konkret dan
adakalanya juga tidak disadari, maka pendidikan dalam liingkungan keluarga disebut
pendidikan informal. Pendidikan tersebut tidak memiliki kurikulum formal dan tertulis.
Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik di
sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru.

2.3 Komponen – Komponen Kurikulum


Kurikulum juga disebut-sebut sebagai inti pendidikan dan menjadi ciri utama
sekolah sebagai institusi yang bergerak dalam pelayanan pendidikan. Kurikulum
pendidikan didalamnya terdiri dari lima komponen, yaitu:
1. Tujuan pendidikan
Dalam praktek pendidikan, baik dilingkungan keluarga di sekolah maupun
dimasyarakat luas, banyak sekali tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh
pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya.
Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritische Pedagogik
dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan umum
b. Tujuan tidak sempurna
c. Tujuan sementara
d. Tujuan perantara
e. Tujuan incidental
2. Isi/ materi pendidikan
Yang termasuk dalam isi/materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik
langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan dikeluarga, disekolah dan
dimasyarakat, ada syarat utama dalam pemilihan materi pendidikan yaitu:
a. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
b. Materi harus dengan peserta didik.
3. Strategi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuahaktivitas dalam kurun waktu tertentu. Strategi atau
rencana yang disusun untuk mencapai sasaran dan tujuan yang sebelumnya telah
ditentukan oleh sekelompok orang.
4. Pengelolaan kurikulum
Merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumber daya
pendidikan lainya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal
yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal,
sehingga perlu adanya pengelolaan meliputi:
a. Kegiatan perencanaan
b. Kegiatan pelaksanaan
c. Kegiatan penilaian
5. Evaluasi
Suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk suatu
proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam
dunia pendidikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran. Serta kurikulum
dalam pengertian yang lebih luas adalah semua kegiatan dan pengalaman belajar serta
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik
disekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum
mengemban peranan dan fungsi yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Konsep
kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum dalam
pendidikan sebagai inti pendidikan dan menjadi ciri utama sekolah sebagai institusi yang
bergerak dalam pelayanan pendidikan.

3.2 Saran
Berkaitan dengan apa yang telah dibahas pada bab sebelumnya, penulis
mempunyai beberapa saran terutama untuk para pembaca, agar senantiasa
mengembangkan ilmu dan belajar untuk mewujudkan anak didik bangsa yang cerdas dan
berkarakter melalui kurikulum yang digunakan. Sebagai pendidik, hendaknya juga selalu
siap sedia terhadap perubahan kurikulum seiring perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohd. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga kependidikan.
Arifin, Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakkarya
Sudirman. 2012. Teori Kurikulum. Diakses pada Selasa, 5 September 2016
http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.co.id/2012/05/teori-kurikulum.html

Anda mungkin juga menyukai