Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pangan dan makanan mempunyai fungsi yang sangat penting untuk

manusia karena merupakan kebutuhan utama dan menentukan kelangsungan

hidup manusia (Agustina, 2010). Kebutuhan makanan semakin meningkat seiring

meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan makanan yang meningkat masih bisa

dipenuhi dengan dilakukannya penambahan zat kimia pada makanan yang dikenal

sebagai zat tambahan makanan. (Hasna & Dyah, 2011).

Peran bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi

semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan

pangan sintetis. Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan

pangan yang sifatnya mudah rusak (Suntaka, 2014). Jenis bahan tambahan pangan

golongan pengawet yang dilarang penggunaannya dalam produk pangan antara

lain adalah formalin dan asam borat (Permenkes, 2012). Pada masyarakat

sekarang ini penggunaan pengawet yang tidak sesuai masih sering terjadi salah

satunya pada ikan (BPOM, 2004).

Secara geogravis wilayah Kota Lhokseumawe mempunyai luas wilayah

181,06 km². Mayoritas penduduk Kota Lhokseumawe adalah sebagai pedagang,

perikanan dan nelayan. Pemerintah aceh pada tahun 2013 akan merencanakan

target kinerja salah satunya yaitu menghasilkan jumlah produksi olahan perikanan

sebanyak 48 ton (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Aceh, 2013).

Produksi perikanan kelompok nelayan berupa ikan kering (ikan asin), terasi,

udang sabu dan tuna sebanyak 153.912,6 ton (Muzakir M,2015).


Ikan merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi (Mirna,

Karimuna dan Asyik 2016). Ikan menyumbang konsumsi total protein 16,4%

(Steve & Simon, 2015). Ikan yang telah mati cepat sekali membusuk disebabkan

oleh aktivitas mikroba yang terdapat diseluruh lapisan daging ikan, terutama

bagian insang, isi perut, dan kulit. Salah satu cara untuk mengindari pembusukan

adalah dengan penggaraman. Penggaraman merupakan cara pengawetan yang

praktis sekaligus efektif dan efesien untuk ikan-ikan yang ukuran dan jenisnya

tidak seragam. Ikan hasil penggaraman disebut ikan asin (Habibah, 2013).
1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat kandungan formalin pada ikan asin di pasar tradisional

Kota Lhokseumawe?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Mengetahui kandungan formalin pada ikan asin di pasar tradisional Kota

Lhokseumawe.

1.4.2 Tujuan Khusus

Menganalisis ada atau tidaknya formalin dalam ikan asin di pasar

tradisional Kota Lhokseumawe.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai

kandungan formalin sebagai pengawet ikan asin dan kadar yang formalin yang

terkandung dalam ikan asin.

1.5.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka

peningkatan upaya penggunaan bahan pengawet makanan yang sesuai peraturan

Menteri Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai