Anda di halaman 1dari 13

KROMOSOM RAKSASA Pada KELENJAR SALIVA

Drosophila melanogaster
LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Genetika 1
yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.pd
dan Andik Wijayanto, S.Si, M.Si

Kelompok 7 :
Offering C
Mutia Nandani (150341607687)
Nur Alimah (160341606091)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2018
A. Judul
Kromosom Raksasa Kelenjar Ludah Drosophila melanogaster
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bentuk kromosom raksasa Drosophila
melanogaster.
2. Mengetahui dan memahami struktur kromosom raksasa Drosophila
melanogaster

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk kromosom raksasa Drosophila melanogaster?
2. Bagaimana struktur kromosom raksasa Drosophila melanogaster ?

D. Dasar Teori
Kromosom merupakan molekul asam nukleat yang tersusun dari molekul
DNA yang tergabung dengan protein tertentu (bukan histon pada makhluk hidup
prokariot) atau bergabung dengan protein histon (pada makhluk hidup eukariot)
dan memiliki kemampuan untuk melakukan replikasi sendiri (Corebima, 1994).
Pada sel-sel eukariot, selain ditemukan di dalam inti, kromosom juga ditemukan
di dalam organel tertentu, misalnya kloroplas pada tumbuhan dan mitokondria.
struktur kromosom di dalam mitokondria makhluk hidup berupa molekul DNA
unting ganda yang melilit dan tidak barasosiasi dengan protein-protein semacam
histon atau berupa molekul DNA unting DNA yang telanjang (Corebima, 1994).
Berbeda dengan kromosom di dalam mitokondria, kromosom di dalam inti sel
eukariot merupakan nucleoprotein yang terdiri dari DNA unting ganda yang
berasosiasi dengan protein histon, protein non histon bahkan RNA (Gardner,
1991).
Kromatin adalah penyusun kromosom yang terdiri dari kompleks DNA
yang berbentuk panjang, tipis, dan terurai sehingga tidak terlihat di bawah
mikroskop cahaya (Campbell, 2010). Kromosom terkondensasi memiliki banyak
salinan sekuen DNA, namun karena berada dalam kondisis terpadatkan, salinan
sekuen DNA ini tidak ikut bertanggung jawab untuk mengekspresikan informasi
genetic, bagian ini disebut heterokromatin. Kromosom secara umum terdiri dari
bagian utama yaitu sentromer dan lengan kromosom. Sentomer merupakan
bagian yang berfungsi untuk menghubungkan lengan-lengan kromosom
(Fairbanks dan Andersen, 2005 : 309).
Berdasarkan letak sentromer, kromosom dibedakan menjadi empat macam
yaitu metasentris, submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Metasentris adalah
kromosom dengan posisi sentromer tepat di tengah sehingga kedua lengan terlihat
sama panjang. Submetasentris adalah kromosom yang letak semtromernya sedikit
menjauhi salah satu lengan kromosom. Akrosentris adalah kromosom yang letak
sentromernya berada pada bagian subterminal sehingga salah satu lengan
kromosom terlihat sangat pendek sedangkan yang lain sangat panjang. Telosentris
adalah kromosom dengan posisi sentromer pada ujung kromosom, sehingga
kromosom hanya terdiri dari satu lengan (Suryo, 1994 : 10).
Beberapa sel dari larva insekta tertentu memiliki kromosom raksasa,
misalnya pada D. melanogaster. Kromosom raksasa ini terdapat dalam sel kelenjar
ludahnya (Kimball, 1990). Kromosom raksasa ditemukan pada tahap interfase
pada waktu pembelahan sel, dimana pada waktu itu kromosom melakukan
replikasi berulang-ulang tanpa diikuti pembelahan sel sehingga memiliki ukuran
lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat
dilihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu
replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang tidak terpisah satu dengan
yang lain. Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap.
Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang renggang sedangkan pita
gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat, mengalami
kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. DNA umumnya terdapat pada
pita-pita yang gelap (Kimball, 1990). Kromosom raksasa ini merupakan hasil
duplikasi berulang-ulang dari kromosom tanpa disertai pembelahan sel. Duplikat-
duplikat homolog ini baik paternal maupun maternal, terletak berdampingan
secara sempurna, sehingga menghasilkan bentukan menyerupai kabel yang
berserabut banyak. Pada kelenjar ludah D. melanogaster setiap kromosom raksasa
merupakan hasil sembilan siklus replikasi. Kromosom raksasa yang terdapat pada
kelenjar ludah Drosophila melanogaster ini umumnya menyerupai kromosom
raksasa dalam jaringan lainnya tetapi memiliki lokasi gembungan yang berbeda-
beda.
E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Kaca benda
2. Kaca penutup
3. Mikroskop cahaya binokuler
4. Mikroskop stereo
5. Jarum pentul
6. Pipet tetes
Bahan :
1. Larva Drophila melanogaster instar 3
2. Larutan fisiologis NaCl 0,9%
3. Larutan HCl 1N
4. Larutan FAA
5. Acetokarmin

F. Langkah Kerja
Larva Drosophila melaogaster diletakka di kaca benda dan ditetesi degan
larutan fisiologis (NaCl 0,9%).

Bagia kepala badan larva dipisahkan meggunakan jarum pentul dengan cara
kedua ujugnya ditarik bersamaan.

Sisa badan larva dibuang kemudian dicari kelenjar ludah pada bagian kepala
(bentuknya seperti sepasag ginjal dan transparan.

Lemak yang menempel di bagian kelenjar ludah dibersihkan hingga tersisa


kelenjar ludah saja.

Kelenjar ludah ditetesi dengan larutan fiksatif kemudian ditunggu beberapa


saat higga kelenjar ludah berwarna putih.

Kelenjar ludah ditetesi dengan asetokarmin

Kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop


cahaya.
G. Data Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1.
- Kelenjar ludah pada larva
instar III Drosophila
melanogaster

Sumber : Dokumen Pribadi


2. 1
- Kromosom raksasa pada
Drosophila melanogaster

1. Heterokromatin (gelap
tebal)
2. Eukromatin (terang,
tipis bentuk memanjang)
2

Sumber : Tonzetich, 2004

H. Analisis Data
Pada praktikum kali ini digunakan kelenjar saliva yang berbentuk seperti
sepasang ginjal bening dan berada di bagian anterior tubuh larva sebagai bahan
utama pengamatan kromosom raksasa dari larva Drosophila melanogaster instar
III. Pada praktikum ini kami tidak menemukan adanya kromosom raksasa yang
dimaksud, tetapi menurut literatur kromosom polytene memiliki lima lengan
panjang dan satu lengan pendek. Lengan tersebut terdiri atas lengan terpanjang
yaitu kromosom X, sepasang lengan 2, sepasang lengan 3, dan satu lengan 4.
Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R
(right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan 3L mengalami
duplikasi sebanyak 20 kali.

I. Pembahasan
Drosophila melanogaster atau lalat buah merupakan organisme yang
sering dijadikan bahan penelitian karena beberapa faktor. Diantaranya adalah
ukurannya yang kecil, mudah untuk diperbanyak pada skala laboratorium,
memiliki siklus hidup yang singkat, hanya memiliki empat pasang kromosom dan
memilki kromosom politen (Zhao, 2014). Hewan ini termasuk pada serangga yang
mengalami metamorfosis secara semurna.
Terdapat 3 macam larva pada tahapan perkembangan Drosophila
melanogaster, yaitu larva instar 1, 2, da 3. Pada praktikum yang telah
dilaksanakan, larva yang digunaka adalah larva instar 3. Hal tersebut disebabkan
karena pada larva instar 3 tubuh telah terlihat transparan sehingga memudahkan
isolasi, memiliki organ tubuh telah lengkap dan terdapat banyak kromosom
politen (Singh, 2010).
Kelenjar saliva dipilih untuk isolasi kromosom politen karena kromosom
politen yang terdapat pada kelenjar saliva mengalami replikasi lebih banyak dari
pada di tempat yang lain (Passaarge, 2007). Selain pada saliva pada larva lalat
kromosom politen juga dapat ditemukan pada pertengahan lambung,
proventrikulus, tubulus malphigi, dan rektum. Beberapa lalat dewasa juga
memiliki kromosom politen yang terdapat pada sel-sel di telapak kakinya. Selain
pada Drosophila melanogaster kromosom politen juga ditemukan pada 4 ordo
insecta yaitu diptera, collembola, lepidoptera, dan ortophtera pada makrouklear
anlagen infusoria, pada beberapa organ dan jaringan mamalia, serta pada sinergid,
atipoda, haustoria, da endosperm dari tumbuhan angiospermae.
Pengambilan kelenjar saliva dilakukan dengan menarik kedua bagian
ujung dari tubuh mennggunakan jarum yang dilakukan di bawah mikroskop
stereo. Kemudian diambil kelenjar saliva yang berebentuk sperti depasang ginjal
dan transparan. Pada pengamatan kromosom ini tidak ada prosedur untuk
penyacahan.
Kromosom politen adalah kromosm berukuran besar (raksasa) yang umum
dimiliki oleh serangga bersayap dua (dipteran) seperti genus Drosophilla sp.
Kromosom ini mengandung tumpukan kromosom yang dihasilkan dari
pengulangan siklus duplikasi kromosom tanpa adalnya pembelahan inti/
pembelahan sel. Proses tersebut dinamakan endoreduplikasi. Sehingga kromosom
ini dapat berukuran 1000x lebih besar dari kromosom. Hal tersebut menyebabkan
kromosom ini dapat diamati pada mikroskop cahaya (Russel, 2010).

Gambar 1. Kromosom politen pada Drosopila melanogaster (Snustad, 2006)


Awalnya kromosom politen merupakan kromosom normal akan tetapi
mengalami pembelahan DNA (pada fase S) tanpa disertai dengan pembelahan
sentromer dan pembelahan sel (fase M) sehingga DNA pada kromosom tersebut
menjadi melimpah dan terlihat berukuran lebih besar akibat terbentuknya puff.
Kromosom Politen pada umumnya ditemukan pada fase larva serangga karena
kromosom yang terbentuk akibat replikasi berulang (Tickle, 2011).
Kromosom politen termasuk peristiwa poliploidi yang terjadi tanpa adanya
pemisahan pada sister chromatin, sehingga menyebabkan kromosom yang
menduplikasi bertabrakan satu sama lain, yang membentuk tumpukan strain yang
tersusun secara paralel. Kromosom politen Drosophila memiliki fitur tambahan
yaitu pasangan kromosom politen homolog dan semua centromer dari kromosom
politen Drosophila congeal ke tubuh yang disebut Chromocenter. Setiap
kromosom akan membentk 9 round replikasi, yang akan memproduksi sejumlah
500 copy pada tiap sel (Snustad, 2006).
Politen kromosom bergabung pada sentromer dengan struktur protein
khusus yang disebut chromocenter. Kromosom politen mengandung struktur
heterochromatin dan euchromatin. Heterochromatin merupakan bagian pita yang
berwarna gelap akibat pemadatan bagian kromosom yang tidak banyak
mengandung gen. Sedangkan euchromatin memiliki warna yang lebih terang
akibat bagian kromosom tersebut mengandung banyak gen yang aktif
ditranskripsi, sehingga tidak terjadi pemadatan (Gilbert, 2014).
Kromosom politen memiliki lima lengan panjang dan satu lengan pendek.
Lengan tersebut terdiri atas lengan terpanjang yaitu pada kromosom X, sepasang
lengan ke-2, sepasang lengan ke-3, dan satu lengan ke-4. Lengan 2 diberi notasi
2R (right arm) dan 2L (left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L
(left arm). Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan 3L mengalami duplikasi sebanyak 20
kali. Namun kromosom 4 sulit dibedakan karena ukurannya sangat kecil (Suryo
1995).
Kromosom politen yang terdapat pada Drosophila melanogaster ini
berfungsi untuk berbagai penelitian akibat strukturnya yang besar sehingga mudah
untuk mengamati bagian yang tengah mengalami transkripsi. Selain itu kromosom
politen juga membantu dalam menentukan lokasi gen dan menganalisis perubahan
struktur pada kromosom (Mc Clean, 2007).
Dalam praktikum ini digunaka asetokarmin sebagai zat warna, untuk
memeperjelas struktur dari kromosom politen. Pengamatan menggunakan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Kromosom politen akan tampak
seperti pita yang memiliki bagian gelap dan terang. Namun pada praktikum yang
dilakukan tidak dapat ditemukan kromosom politen.

J. Kesimpulan
1. Kromosom raksasa memiliki ukuran yang lebih besar hingga mencapai 1000x
dari kromosom biasa. Hal tersebut dikarenakan peristiwa endoreduplikasi.
Bentuk dari kromosom ini adalah seperti pita yang tersusun atas bagian gelap
dan terang. Kromosom ini tersusun dari 5 lengan panjang dan 1 lengan
pendek.
2. Struktur kromosom raksasa terdiri dari heterokromatin yang merupakan pita
berwarna gelap dan tidak mengandung banyak gen, eukromatin yang
merupakan pita berwarna terang yang mengandung banyak gen sehingga
tidak terjadi pemadatan. Pada bagian tengah terdapat protein khusus yang
terletak di sentromer yaitu kromosenter.

K. Diskusi
1. Bagaimana kenampakan kromosom raksasa?
Jawab:
Kromosom raksasa memiliki ukuran yang lebih besar, memiliki 4 lengan
kromosom yang berbentuk linear dan berkumpul dalam kromosenter, pada tiap
lengan terbentuk garis-garis
2. Apa makna pita gelap dan pita terang pada kromosom raksasa?
Jawab:
Pita gelap menunjukkan band heterokromatin karena benda dalam kondisi yang
terpadatkan., sedangkan pita terang menunjukkan interband eukromatin karena
eukromatin tidak mengalami pemadatan. Heterokromatin tidak aktif dalam
transkripsi karena tidak terdiri dari gen-gen yang aktif, namun terdiri dari
banyak sekuens pengulangan DNA. Sedangkan eukromatin mengandung gen-
gen yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi sehingga
menjadi bagian yang aktif dalam melakukan replikasi.
3. Bagaimana ukuran kromosom raksasa?
Jawab:
Menurut Wolfe (1993), kromosom raksasa ukurannya mencapai 100 kali
kromosom biasa pada tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600
mikron. Panjang kromosom politen bisa mencapai 2000 mikron, karena
ukurannya yang besar kromosom politen dapat langsung diamati di bawah
mikroskop cahaya.
4. Apa fungsi kromosom raksasa?
Jawab:
Menurut Klug & Cummings (1994), kromosom politen digunakan sebagai
model dalam berbagai penelitian kromosom. Fungsi lainnya yaitu dapat
mendukung pertumbuhan larva agar menjadi lebih cepat. Hal tersebut diakibat
dari melimpahnya jumlah salinan gen dalam sel sehingga kecepatan kerja
enzim menjadi meningkat. Didalam tubuh larva Drosophila melanogaster
kromosom politenberguna untuk memenuhi kebetuhan sel pada larva yang
membutuhkan banyak protein (Fairbanks & Andersen, 1999).
5. Selain pada Drosophila melanogaster kromosom raksasa dapat ditemukan pada
apa saja?
Jawab:
Pada 4 ordo insecta yaitu diptera, collembola, lepidoptera, dan ortophtera pada
makrouklear anlagen infusoria, pada beberapa organ dan jaringan mamalia,
serta pada sinergid, atipoda, haustoria, da endosperm dari tumbuhan
angiospermae.
DAFTAR RUJUKAN

Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2010. Biologi. Terjemahan dari Biology
oleh wulandari, D.T. Erlangga : Jakarta
Corebima, A.D. 1994. Genetika. Malang : Universitas Negeri Malang
Fairbanks, D.I., E.W. Jones. 2005. Genetics : The Continuity of Life. Brooks/Cole
Publishing Company, California
Gardner, E.J, et al. 1991. Principles of Genetics. New York : John Wiley and
Sons,
Gilbert, S. F. 2014. Developmental Biology, 10th edition. Sinauer Assciates, Inc.:
Sunderland. Hal: 32.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.
McClean. 1997. Drosophila Polytene Chromosomes. [online] http://
http://www.ndsu.edu/pubweb/~mcclean/plsc431/chromstruct/chrmo1.htm.
diakses pada tanggal 10 April 2018.
Passarge, E. 2007. Color Atlas of Genentics . George Thieme Verlag KG: New
York. Hal 178-199.
Russel, P.J. 2010. i Genetic Molecular Approach Third Edition. Pearson Benjamin
Cummings: San Fransisco.
Singh, B. N., Singh, S., dan Banerjee,P. 2010. A Comparison Between Polytene
Chromosome of wo Sibling Species of Drosophila : D. ananassae and D.
pallidosa. Dros. Inf. Serv. 95 (1) : 50-54.
Snustad, D.P., & Simmons, M.J. 2012. Principle of Genetics Sixth Edition. John
Wiley & Sons, Inc.: United State of America.
Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tonzetich, J. 2004. Orcein Staining and The Identification of Polytene
Chromosome. Methods Mol Biol. 47 (24) : 9-16.[10] Manhattan 2007.
Aceto Orcein Staining.
(Online)http://www.kstate.edu/wgrc/protocols/cytogenetics/aetoorcein.htm
(diakses 8 April 2018 )
Tickle, C. & Wolper, L. 2011. Principles of Development. UK : Oxford. Hal: 527
Zhao, L., Saeleo, P., Jones, C.D., & David,J. 2014. Drosophila melanogaster
Population. AAAC . 343:769-772.
Lampiran

1. Larva
2.
Gambar 3. Pengamatan dengan
mikroskop
Sumber: stereo
Pengamatan pribadi
Sumber: Pengamatan pribadi

Gambar 4. Kelenjar Saliva


Sumber: Pengamatan pribadi

Anda mungkin juga menyukai