Anda di halaman 1dari 25

A.

TRANSFUSI DARAH
Definisi
Transfusi adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari seseorang (donor)
ke orang lain (resipien).(4,6)Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama
berdasarkan sumbernya, yaitu transfusi allogenik dan transfusi autologus. Transfusi allogenik
adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi
autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit
beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien.(7)

Indikasi transfusi darah


Transfusi darah merupakan pedang bermata dua, yang jika diberikan dengan tepat akan
dapat menyelamatkan penderita, tetapi jika salah diberikan dapat menimbulkan efek samping
yang disebut reaksi transfusi bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, indikasi
transfusi darah harus diketahui dengan baik.(4)

Secara garis besar Indikasi Tranfusi darah adalah :(6)


a. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal,
misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar luas.
b. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada anemia,
trombositopenia, hipotrombinemia, dan lain-lain.

Keadaan yang memerlukan Tranfusi darah :(6)

a. Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila telah turun
hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah sampai kepada fase yang membahayakan
dan tranfusi harus dilakukan secara hati-hati.
b. Anemia haemolitik, biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita dapat
mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5g/dL. Hal ini dipertimbangkan
untuk menghindari terlalu seringnya tranfusi darah dilakukan.
c. Anemia aplastic
d. Leukimia dan anemia refrekter
e. Anemia karena sepsis
Kriteria Donor Darah
Seleksi Donor Darah
Donor darah harus memenuhi beberapa kriteria untuk dapat mendonorkan darahnya,
yaitu keadaan umum baik, usia 17-65 tahun, berat badan 50 kg atau lebih, tidak demam
(temperatur oral < 37,5oC), frekuensi dan irama denyut nadi normal, tekanan darah dalam
batas normal, dan tidak ada lesi kulit yang berat.(5)
Persyaratan lain adalah menjadi donor terakhir minimal 8 minggu yang lalu, tidak hamil,
tidak menderita tuberkulosis aktif, tidak menderita asma bronkial simptomatik, pasca
pembedahan (6 bulan setelah operasi besar, luka operasi telah sembuh pada operasi kecil,
minimal 3 hari setelah ekstraksi gigi atau pembedahan mulut), tidak ada riwayat kejang, tidak
ada riwayat perdarahan abnormal, tidak menderita penyakit infeksi yang menular melalui
darah.(5)
Imunisasi dan Vaksinasi
Calon donor yang baru saja mendapat imunisasi atau vaksinasi dapat diterima sebagai
donor jika tidak ada gejala setelah tindakan tersebut. Jika yang didapat adalah vaksin dengan
virus hidup yang dilemahkan, maka calon donor yang tidak menunjukkan gejala apapun dapat
diterima dengan batasan waktu :(5)
a. Cacar air: dua minggu setelah timbul reaksi imun atau setelah lesi bekas suntikan mereda.
b. Campak, gondong, demam kuning, polio (oral): dua minggu setelah imunisasi terakhir.
c. Campak jerman: dua bulan setelah imunisasi terakhir.

Pengambilan dan Pengumpulan Darah


Informed Consent
Semua calon donor harus mendapat informed consentbeserta penjelasan mengenai risiko
transfusi. Donor harus dijelaskan bahwa darah akan diuji terhadap penyakit infeksi seperti
hepatitis, sifilis, dan HIV.(5)
Reaksi Selama dan Sesudah Donasi
Reaksi pada donor jarang terjadi. Reaksi yang dapat terjadi adalah sinkop, rasa lemas,
frekuensi nafas meningkat, pusing, pucat, dan mual. Reaksi yang jarang terjadi adalah kejang,
kehilangan kesadaran, atau berkemih/ defekasi involunter. Masalah pada jantung, dapat terjadi
walaupun sangat jarang (1 dari 10 juta donor).(5)
Uji Terhadap Darah Donor
Pengujian yang dilakukan pada darah donor meliputi :(5)
a. Penetapan golongan darah berdasarkan ABO
b. Penetapan golongan darah berdasarkan rhesus
c. Uji terhadap antibodi yang tidak diharapkan, dilakukan pada darah dari donor yang pernah
mendapat transfusi
d. Uji terhadap penyakit infeksi, yaitu HBaAg, anti HCV, tes serologi untuk sifilis, dan tes
antibodi HIV.

Teknik Pengambilan Darah


1. Hemaferesis :
Merupakan istilah umum yang merujuk pada pengambilan whole blood dari seorang donor
atau pasien, pemisahan menjadi komponen-komponen darah, penyimpanan komponen
yang diinginkan dan pengembalian elemen yang tersisa ke donor atau pasien.(5)
2. Plasmaferesis :
Merupakan prosedur dimana sejumlah unit darah dari donor diambil untuk mendapatkan
plasmanya, diikuti dengan penginfusan kembali sel-sel darah merah donor.Teknik ini
dilakukan untuk mendapatkan plasma atau fresh frozen plasma.Plasma yang didapatkan
juga dapat difraksinasi menjadi produk seperti albumin serum dan gamma globulin.
Plasmaferesis biasanya dilakukan menggunakan multibag system, namun juga
menggunakan separasi darah sentrifugal.(5)
3. Sitaferesis :
Sejumlah besar trombosit atau leukosit dari donor dapat dikoleksi dari donor tunggal
menggunakan sentrifugasi aliran intermitten atau kontiyu.(5)
4. Plateleferesis/tromboferesis :
Merupakan prosedur dimana trombosit dipisahkan secara sentrifugal dari whole blood.(5)
5. Leukaferesis/granulositaferesis :
Prosedur ini mengambil granulosit dan kemudian mengembalikan darah sisanya ke
donor.(5)
Uji Cocok Silang (Crossmatch)
Uji cocok silang (Crossmatch) atau uji kompatibilitas adalah prosedur yang paling
penting dan paling sering dilakukan di laboratorium transfusi darah. Uji cocok silang secara
umum terdiri dari serangkaian prosedur yang dilakuakn sebelum transfusi untuk memastikan
seleksi darah yang tepat untuk seseorang pasien dan untuk mendeteksi antibodi ireguler dalam
serum resipien yang akan mengurangi atau mempengaruhi ketahanan hidup dari sel darah
merah donor setelah transfusi.(5)
Terdapat 2 jenis uji cocok silang, mayor yaitu menguji reaksi antara sel darah merah
donor dengan serum resipien, dan minor yaitu menguji reaksi antara serum donor dengan sel
darah merah resipien.(5) Uji cocok silang mayor dilakukan pada tes pretransfusi, menggunakan
metode yang akan menunjukkan antibodi aglutinasi,sensitisasi, dan hemolisis, juga tes
antiglobulin. Uji cocok silang minor tidak dilakukan pretransfusi karena uji ini dilakukan
sebagai tes rutin pada darah donor setelah pengumpulan darah.Kombinasi beberapa prosedur
dapat dilakuakn untuk melakukan uji cocok silang. Teknik salin, albumin, enzim, antiglobulin
direk dan indirek.(5) Secara umum uji cocok silang harus mendeteksi sebagian besar
antibodiresipien yang dapat mereaksi sel darah merah donor.(5)

Komponen Transfusi Darah


Komponen Darah adalah bagian darah yang dipisahkan dengan cara fisik/ mekanik misalnya
dengan cara sentrifugasi. Fraksi plasma adalah derivat plasma yang diperoleh dengan cara
kimia/ fraksinasi dengan menggunakan sejumlah besar plasma yang diproduksi di
pabrik. Produk darah adalah istilah umum yang mencakup kedua istilah komponen darah dan
derivat plasma. Macam-macam komponen darah dan derivat plasma:(5)

1. Darah lengkap (whole blood)


Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit dan plasma.Satu unit kantong
darah lengkap berisi 450 mL darah dan 63 mL antikoagulan.Di Indonesia satu kantong
darah lengkap berisi 250 mL darah dengan 37 mL antikoagulan.Suhu disimpan antara 1o-
6o Celsius. lama simpan darah lengkap ini tergantung dari antikoagulan yang dipakai pada
kantong darah; pada pemakaian sitrat fosfat dekstrose (CPD) lama simpan adalah 21 hari,
sedangkan dengan CPD adenine (CPDA) 35 hari. Menurut masa simpan invitro ada 2
macam darah lengkap yaitu darah segar dan darah baru. Darah segar yaitu darah yang
disimpan sampai 48 jam, sedang darah baru yaitu darah yang disimpai sampai dengan 5
hari. Pada darah segar trombosit, faktor pembekuan labil (V, VIII) masih cukup untuk
terjadinya pembekuan sedangkan darah baru kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG) suatu
molekul yang mempermudah pelepasan oksigen dari hemoglobin mulai menurun.(5)
Indikasi
Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volum plasma
dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada perdarahan aktif dengan kehilangan darah
lebih dari 25-30%.(5)
Kontraindikasi
Darah lengkap sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan anemia kronik yang
normovolemik atau bertujuan meningkatkan sel darah merah.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis tergantung keadaan klinis pasien. Pada orang dewasa 1 unit darah lengkap akan
meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl atau hematokrit 3-4%. Pada anak-anak darah lengkap 8
mL/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl. Pemberian darah lengkap sebaiknya melalui
filter darah dengan kecepatan tetesan tergantung keadaan klinis pasien, namun setiap
unitnyasebaiknya diberikan dalam 4 jam.(5)

2. Sel darah merah pekat (packed red blood cell)


Sel darah merah pekat berisi eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit plasma.Sel darah
merah ini didapat dengan memisahkan sebagian besar plasma dari darah lengkap,
sehingga diperoleh sel darah merah dengan nilai hematokrit 60-70%. Volume diperkirakan
150-300 mL tergantung besarnya kantung darah yang dipakai, dengan massa sel darah
merah 100-200 mL. sel darah merah ini disimpan pada suhu 1o-6oC. bila menggunakan
antikoagulan CPDA maka masa simpan dari sel darah merah ini 35 hari dengan nilai
hematokrit 70-80%, sedangkan bila menggunakan antikoagulan CPD masa simpan dari sel
darah merah ini 21 hari. Komponen sel darah merah yang disimpan dalam larutan
tambahan (buffer, dekstrosa, adenin, manitol) memiliki nilai hematokrit 52-60% dan masa
simpan 42 hari. Sediaan ini bukan merupakan sumber trombosit dan granulosit, namun
memiliki kemampuan oksigenasi seperti darah lengkap.(5)
Indikasi
Sel darah merah pekat ini digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada
pasien yang menunjukkan gejala anemia, yang hanya memerlukan massa sel darah merah
pembawa oksigen saja misalnya pada pasien dengan gagal ginjal atau anemia karena
keganasan.(5)
Kontraindikasi
Dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan dalam jumlah banyak dalam waktu
singkat.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Pada orang dewasa, I unit sel darah merah pekat akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl atau
hematokrit 3-4%. Pemberian sel darah ini harus melalui filter darah standar (170μ).(5)

3. Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leucocytes
reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 109leukosit.American Association of
Blood Standard for transfusion menetapkan bahwa sel darah merah yang disebut dengan
sedikit leukosit jika kandungan leukositnya kurang dari 5 x 106 leukosit/unit. Suhu simpan
1o-6oC, sedang masa simpan tergantung pada cara pembuatannya bila pemisahan leukosit
dilakukan dengan memakai kantong ganda (sistem tertutup) masa simpannya sama dengan
darah lengkap asalnya, tapi bila dengan pencucian/filtrasi (sistem terbuka) produk ini
harus dipakai secepatnya (dalam 24 jam).(5)
Indikasi
Produk ini dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang sering
mendapat/ tergantung pada transfusi darah dan pada mereka yang sering mendapat reaksi
transfusi panas yang berulang dan reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau
antibodi leukosit.(5)
Perhatian
Komponen sel darah merah ini tidak dapat mencegah terjadinya graft versus host
disease (GVHD), sehingga komponen darah yang diandalkan untuk mecegah hal itu
adalah bila komponen darah tersebut diradiasi.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Pemberian komponen sel darah ini diberikan dengan menggunakan filter darah generasi
ketiga.(5)

4. Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cel washed)
Sel darah merah yang dicuci dengan normal salin memiliki hematokrit 70-80% dengan
volum 180 mL.pencucian dengan salin membuang hampir seluruh plasma (98%),
menurunkan konsentrasi leukosit, dan trombosit serta debris. Karena pembuatannya
biasanya dilakukan dengan sistem terbuka maka komponen ini hanya dapat disimpan
dalam 24 jam dalam suhu 1o-6oC.(5)
Indikasi
Pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi yang berat atau
alergi yang berulang, dapat pula digunakan pada transfusi neonatal atau transfuse
intrauteri.(5)
Perhatian
Hati-hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya secara terbuka, masih
dapat menularkan hepatitis dan infeksi bakteri lainnya. Karena masih mengandung
sejumlah kecil leukosit yang viable, komponen ini tidak menjamin pencegahan terjadinya
GVHD atau infeksi CMV pasca transfusi.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Sebaiknya semua proses transfusi melalui filter darah tanpa kecuali.

5. Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen, packed red
blood cell deglycerolized)
Sel darah merah beku ini dapat disimpan selama 10 tahun, kandungan sel darah merah
minimal 80% dari jumlah sel darah merah pekat asal, demikian pula hematokrit kurang
lebih 70-80%. Suhu simpan 1o-6oC dan tidak boleh digunakan lebih dari 24 jam karena
proses pencucian biasanya memakai sistem terbuka.(5)
Indikasi
Dapat dipakai untuk menyimpan darah langka.(5)
Perhatian
Risiko terjadinya kontaminasi bakteri dapat terjadi karena sistem terbuka yang dipakai
dimana dapat menularkan hepatitis namun tidak untuk CMV.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Pemberian komponen darah ini melalui filter darah dan sediaan ini memiliki massa
eritrosit yang rendah karena banyak sel darah yang hilang selama proses pembuatan.(5)

6. Trombosit pekat (concentrate platelets)


Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma. Satu kantong
trombosit pekat yang berasal dari 450 mL darah lengkap dari seorang donor berisi kira-
kira 5,5 x 1010 trombosit dengan volume sekitar 50 mL. satu kantong trombosit pekat yang
diperoleh dengan cara trombofersis seorang donor darah berisi sekitar 3 x 1011trombosit,
setara dengan 6 kantong trombosit yang berasal dari donor darah biasa. Volum berkisar
antara 150-400 mL.produk ini memungkinkan transfusi trombosit yang cocok pada pasien
dengan antibodi terhadap trombosit.(5)
Trombosit pekat ini dapat disimpan pada suhu 20o-24oC dengan kantong dara biasa yang
diletakkan pada rotator/agitator yang selalu berputar/bergoyang, trombosit dapat disimpan
selama 3 hari, sedangkan dengan kantong darah khusus dengan cara penyimpanan yang
sama trombosit dapat disimpan selama 5 hari. Produk ini daya hemostatiknya kurang,
sedangkan viability pasca transfusinya lebih baik.Pada suhu 1o-6oC trombosit ini dapat
disimpan selama 3 hari. Produk ini fungsi hemostatiknya lebih baik namun viability pasca
transfusinya kurang.(5)
Indikasi
Diindikasikan pada kasus perdarahan karena trombositopenia (Trombosit < 50.000/uL)
atau trombositopati kongenital/ didapat.Juga diindikasikan pada mereka selama operasi
atau prosedur invasi dengan trombosit < 50.000/uL.Produk ini ditransfusikan intravena
dengan memakai saringan/filter darah standar.

Kontraindikasi dan Perhatian


Biasanya tidak efektif pada pasien dengan destruksi trombosit yang cepat seperti: ITP,
TTP dan KID dan transfusi biasanya dilakukan hanya pada adanya perdarahan yang aktif.
Pasien dengan trombositopenia yang disebabkan oleh sepsis atau hipersplenisme biasanya
refrakter terhadap transfusi trombosit.(5)
Menggigil, panas dan reaksi alergi dapat terjadi pada transfusi trombosit. Transfusi
berulang dari trombosit dapat menyebabkan aloimunisasi terhadap HLA dan antigen
lainnya serta dapat terjadi refrakter yang ditandai dengan tidak adanya peningkatan
trombosit. Pemberian terlalu cepat dapat menyebabkan kelebihan beban, serta penularan
penyakit dapat terjadi seperti halnya transfusi komponen lain.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis yang digunakan adalah 1 unit/10kgBB, biasanya diperlukan 5-7 unit pada orang
dewasa.Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 mL darah lengkap
diperkirakan dapat menaikkan jumlah trombosit sebanyak 9000-11.000/ul/m2 luas
permukaan tubuh. Penghitungan peningkatan jumlah trombosit yang dikoreksi (corrected
count increment = CCI) dapat dihitung lebih akurat dengan memakai rumus :(5)
CCI= (Post tx plt ct) – (Pre tx plt ct) x BSA

(plt transfused x 1011)

Post tx : pasca transfusi

Pre tx : Pratransfusi

BSA : Body surface Area (luas permukaan tubuh)

Keberhasilan transfusi trombosit dapat dipantau dengan menghitung jumlah trombosit


(CCI) 1 jam pasca transfusi dimana CCI>7,5-10 x 109/L atau CCI>4,5 x 109/L yang
diperiksa 18-24 jam pasca transfusi.(5)

7. Trombosit dengan sedikit leukosit (platelets leukocytes reduced)


Trombosit berisi leukosit sekitar 0,5-1 x 108/unit trombosit. Sedangkan trombosit dengan
sedikit leukosit mengandung leukosit hanya 8,3 x 105/unit.(5)
Indikasi
Trombosit ini dipergunakan untuk pencegahan terjadinya alloimunisasi HLA terutama
pada pasien yang harus menerima hemoterapi jangka panjang.(5)
Kontraindikasi dan perhatian
Penggunaan produk ini tidak dapat mempercepat terjadinya pemulihan jumlah
trombosit.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Penggunaannya dengan menggunakan filter/ saringan khusus trombosit dengan sedikit
leukosit.(5)

8. Granulosit feresis (granulocytes pheresis)


Bersisi granulosit, limfosit, trombosit beberapa sel darah merah dan sedikit plasma. Setiap
unit mengandung sekitar 1 x 1010 granulosit, sejumlah limfosit, trombosit, 25-50 mL sel
darah merah, dan mungkin sedikit hidroksietil starch (HES), dengan volume 200-300 mL.
suhu simpan 20-24oC dan harus segera ditransfusikan.(5)
Indikasi
Komponen ini dipakai untuk meningkatkan jumlah granulosit pada pasien sepsis dengan
leukopenia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pemberian antibiotik, dan pada
pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan hipoplasia.(5)
Kontraindikasi dan Perhatian
Efek samping yang mungkin terjadi seperti urtikaria, menggigil, demam, tidak merupakan
indikasi untuk menghentikan transfusi, namun kecepatan transfusi harus diperlambat.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Transfusi diberikan menggunakan saringan darah standar, dan harus cocok serasi sistem
golongan ABO-nya dengan darah pasien. Belum ada kesepakatan mengenai dosis dan
lamanya transfusi leukosit ini, namun paling sedikit 4 hari pemberian transfusi.(5)

9. Plasma segar beku (fresh frozen plasma = ffp)


Plasma digunakan untuk mengganti kekurangan faktor koagulasi. Plasma segar beku ini
berisi plasma, semua faktor pembekuan stabil dan labil, komplemen dan protein plasma.
Disimpan pada suhu -18oC atau lebih rendah dengan masa simpan 1 tahun. Volume sekitar
200-250 mL.(5)
Indikasi
Dipakai pada pasien dengan gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia faktor
pembekuan pekat atau kriopresipitat, misalnya pada defisiensi faktor pembekuan multiple
antara lain: penyakit hati, KID, TTP, dan dilusi koagulopati akibat transfusi massif.(5)
Kontraindikasi dan Perhatian
Plasma sebaiknya tidak digunakan untuk mempertahankan ekspansi volume karena risiko
penularan penyakit yang tinggi.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Produk ini diberikan dalam 6 jam setelah pencairan, dengan memakai saringan/filter
standar. Plasma harus cocok dengan golongan ABO-nya dengan sel darah merah pasien
dan tidak perlu uji silang.Jika plasma diberikan sebagai pengganti faktor koagulasi
dosisnya adalah 10-20 ml/kg (4-6 unit untuk orang dewasa) dapat meningkatkan faktor
koagulasi 20-30%, dapat pula meningkatkan faktor VIII 2% (1 unit/kg).Efek samping
yang terjadi dapat berupa menggigil, demam, dan hypervolemia.(5)

10. KRIOPRESIPITAT FAKTOR ANTI HEMOFILIK (CRYOPRECIPITATED AHF)


Merupakan konsentrat plasma protein tertentu, dibuat dengan mencairkan plasma segar
beku pada suhu 4ËšC selama 12-14 jam atau pada circulating waterbath 4oC selama 75
menit. Suhu simpan adalah -18oC atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun dengan
volum sekitar 10-15 mL.(5)
Kriopresipitat ini berisi faktor VIII 80-120 unit, 150-250 mg fibrinogen, sekitar 40-70%
faktor von willebrand, 20-30% faktor XIII.(5)
Indikasi
Digunakan pada pasien dengan kekurangan F VIII (Hemofilia A) bila F VIII pekat tidak
tersedia, kekurangan F XIII, kekurangan fibrinogen dan untuk pasien penyakit von
willebrand.(5)
Kontraindikasi dan Perhatian
Tidak diberikan pada pasien yang tidak defisiensi faktor-faktor tersebut diatas.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Sebelum dipakai, kriopresipitat harus dicairkan terlebih dahulu dengan menempatkannya
dalam waterbath bersuhu 30-37oC.komponen ini harus diberikan pada pasien dalam waktu
6 jam setelah pencairan atau 4 jam setelah pooling. Dosis untuk hipofibrino genemia
adalah 10 kantong pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg, sedang pada anak-anak
adalah 1 kantong/10 kg dapat meningkatkan fibrinogen 60-100 mg/dl. Efek samping yang
mungkin terjadi adalah reaksi alergi dan demam.(5)

11. Konsetrat faktor VIII ( factor VIII concentrate)


Sediaan ini memiliki volume yang sedikit.Produk yang tersedia dapat diklasifikasikan atas
sediaan konsentrat F VIII dengan kemurnian menengah, kemurnian tinggi atau bebas
imunoafinitas.Konsentrat F VII dengan kemurnian menengah memiliki 1-10% dari total
protein terdiri dari fibrinogen dan protein lainnya.(5)
Indikasi
Diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan perdarahan pada Hemofilia A dengan
defisiensi F VIII sedang sampai berat atau pasien dengan inhibitor F VIII titer rendah
yang kadarnya tidak lebih dari 5-10 Bethesda units/ml.(5)
Kontraindikasi dan Perhatian
Dosis tinggi pemberian konsentrat F VIII dengan kemurnian menengah dapat
meningkatkan fibrinogen secara bermakna.Reaksi yang tidak diharapkan meliputi malaise,
panas, mual, dan menggigil. Pada kemurnian yang tinggi, konsentrat F VIII lebih jarang
menimbulkan efek samping.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Banyaknya aktivitas F VIII koagulan digunakan untuk menggunakan International Units
(IU).Satu IU adalah jumlah aktivitas F VIII koagulan dalam 1 mL plasma normal. Dosis
permulaan untuk mencapai kadar 30-100% dihitung dengan rumus :(5)

(Plasma Volume (PV mL) = 40 mL/kg x BB (kg)

= F VIII yang diinginkan (unit)

(%) PV x kadar yang diinginkan (%) – kadar sekarang (%)


100

Cara lain adalah tiap unit F VIII/kgBB akan meningkatkan 2% (0,02 IU/ml),
pemberiannya dapat melalui infus dengan menggunakan saringan/filter darah standar atau
dengan jarum suntik dengan filter yang telah tersedia bersama sediaannya.(5)
12. Konsentrat faktor IX (factor IX concentrates)
Indikasi
Digunakan untuk mengobati pasien dengan defisiensi F IX yang dikenal sebagai
hemophilia B. pasien dengan inhibitor dapat diobati dengan kompleks konsentrat F IX.
Yang mengandung bypass aktivitas inhibitor F VIII.

Kontraindikasi dan Perhatian


Hati-hati padapemberian pasien dengan penyakit hati. Efek samping dari kompleks F IX
bila diberikan secara cepat adalah menggigil, demam, nyeri kepala, nausea dan flushing.
Pemberian cepat dari F IX koagulasi adalah reaksi vasomotor.(5)

Dosis dan Cara Pemberian


1 unit F IX setara dengan 1 mL plasma manusia.Dosis yang diberikan tergantung gejala
klinis dan kebutuhan pasien. Setiap unit F IX yang diinfuskan per kgBB akan
meningkatkan 1% F IX.(5)

13. Albumin dan fraksi protein plasma (albumin and plasma protein fraction)
Albumin merupakan derivat plasma yang diperoleh dari darah lengkap atau plasmaferesis,
terdiri dari 96% albumin dan 4% globulin dan beberapa protein lain yang dibuat dengan
proses fraksinasi. Fraksi protein plasma adalahproduk yang sama dengan albumin hanya
dalam pemurniannya lebih kurang dibandingkan dengan albumin dalam proses fraksinasi.
Fraksi protein plasma ini mengandung 83% albumin dan 17% globulin.(5)
Indikasi
Digunakan untuk meningkatkan volume sirkulasi/resusitasi misalnya pada pasien luka
bakar, pasien pada keadaan hipovolemia dan hipoproteinemia misalnya pasien dengan
syok, pada sindrom nefrotik atau untuk meningkatkan protein plasma.(5)
Kontraindikasi dan Perhatian
Larutan albumin 25% tidak boleh diberikan pada pasien dengan dehidrasi dan hanya dapat
diencerkan dengan normal salin dan dekstrosa 5%.(5)
Dosis dan Cara Pemberian
Albumin dan fraksi protein plasma tidak membutuhkan filter dalam pemberiannya. Dosis
500 mL (10-20 mL/kg pada anak-anak) diberikan secara cepat untuk mengatasi syok.
Komplikasi Transfusi Darah
Potensi komplikasi transfusi darah itu banyak.Tetapi pada saat ini masalah komplikasi
hanya terdapat pada pasien yang perlu berulang-ulang mendapat transfusi atau memerlukan
sejumlah darah yang banyak.Reaksi imunologi ini disebabkan oleh rangsangan alloantigen
asing yang terdapat pada eritriosit, leukosit, trombosit dan protein plasma. Bila resipien
mendapat transfusi yang mengandung antigen tersebut maka akan terjadi pembentukan
antibodi sehingga kelak bila mendapat transfusi dapat terjadi reaksi mediasi imunologi.
Misalnya reaksi hemolitik karena ketidakcocokan eritrosit, panas, atau reaksi pulmonal yang
disebabkan oleh antigen leukosit atau trombosit, alergi atau reaksi anafilaksis yang disebabkan
antibodi yang bereaksi dengan antigen terlarut di dalam bahan transfusi, biasanya protein
plasma. Komplikasi dapat digolongkan menurut :(5)
1. Komplikasi imunologi
Aloimunisasi Kepada Antigen Transfusi
Aloantibodi bereaksi terhadap antigen eritrosit, sedikit saja resipien dengan multitransfusi
berkembang menjadi aloantibodi eritrosit. Umumnya terdapat pada mereka yang telah
menerima sekitar 10 kali transfusi, biasanya antibodi terhadap system Rh, Kell (K), lalu
Duffy (Fy), dan Kid (Jk). Aloantibodi bereaksi terhadap antigen leukosit, terdapat pada
resipien yang ditransfusi 2 leukosit dan trombosit, umumnya mereka ini wanita multipara
dengan multi transfusi. Aloantibodi terhadap protein plasma, misalnya reaksi anafilaksis
disebabkan karena adanya Ig-A antibodi.(5)
Reaksi Transfusi Hemolitik
Berkembangnya antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen eritrosit menyebabkan
perusakan eritrosit, biasanya eritrosit donor.Klinis dapat berat, mengancam kehidupan
atau ringan saja.Hemolisis segera terjadi di dalam sirkulasi, yang lambat terjadi sistem
retikulo endothelial.Umumnya terjadi karena kesalahan pencatatan dan “ABO
mismatching”. Dapat juga hemolisis terjadi pada darah resipien, bila plasma yang
ditransfusikan mengandung antibodi.(3,5)
Reaksi Transfusi Hemolitik Segera
Gejala dan keluhan transfusi hemolitik segera, terjadi segera sesudah darah yang tidak
cocok dilakukan.Klinis kebanyakan berupa timbulnya panas, dapat dengan
menggigil.Dapat juga dengan cemas, nyeri dada atau punggung, sesak napas, takikardia
dan hipotensi.Keadaan mengancam kehidupan pada adanya gagal ginjal akut, syok, dan
koagulasi intravaskuler. Reaksi hemolisis segera ini terjadi pada: 600.000 transfusi
eritrosit, kematian meningkat hingga 44% bila darah transfusi meningkat mencapai 1
L.(4,5)
Patogenesis kelainan ini dimulai dengan interaksi antara antibodi dan membran sel
eritrosit yang mengembang menjadi terbentuknya kompleks imun, aktivasi kaskade
komplemen, mekanisme koagulasi lewat sitokin dan faktor XII.Mediator vasomotor disini
yaitu histamin, serotonin dan sitokin.Renjatan terjadi karena pelepasan bahan vasoaktif.
Gagal ginjal dipikirkan karena iskemia disebabkan oleh kombinasi hipotensi,
vasokonstriksi dan koagulasi intravaskuler.(5)
Penanganan transfusi harus segera dihentikan begitu dicurigai adanya reaksi
hemolisis.Hidrasi harus dimulai segera untuk mencegah gagal ginjal.Diberikan infus
garam fisiologis untuk memelihara tekanan darah dan meningkatkan urin agar mencapai
100 cc/jam. Manitol atau furosemid dapat digunakan untuk memelihara terbentuknya
urin.(5)
Bila terjadi oligouri karena gagal ginjal berkembang cairan harus dibatasi.Obat vasoaktif
seperti dopamin mungkin efektif mengatasi hipotensi dan gangguan perfusi ginjal.Sekali
terbentuk gagal ginjal pengobatan suportif termasuk pembatasan cairan, memelihara
keseimbangan elektrolit dan dialisis diperlukan.Koagulopati mungkin memerlukan
penanganan khusus.Pemberian heparin awal disarankan dengan dosis moderat, bila tidak
ada kontraindikasi khusus, tetapi penggunaannya masih kontroversial. Pada reaksi
transfusi hemolitik intravaskuler yang berat mungkin diperlukan “exchange
transfusion”.(5)
Reaksi Transfusi Hemolitik Tertunda
Biasanya lebih ringan dari yang segera dan terjadinya perusakan eritrosit terutama
ekstravaskuler.Terjadi pada 2-10 hari sesudah transfusi, antibodi eritrosit pretransfusi
tidak ditemukan. Tes direk antiglobulin sering positif tapi reaksinya hanya sementara, tes
dapat kembali negatif bila eritrosit yang tak cocok disingkirkan dari sirkulasi.(3,5)
Reaksi ini umumnya bersifat sekunder, terjadi sesudah kemasukan antigen eritrosit,
respons terbentuknya antibodi lambat, puncak reaksi tercapainya juga lambat. Pada reaksi
transfusi hemolitik lambat ini, perusakan eritrosit donor terjadi ekstravaskuler, di mana
eritrosit yang terbungkus IgG dihilangkan disistem retikulo endothelial.(3,5)
Pemeriksaan yang harus dilakukan disini, bila pasien dicurigai kemungkinan terjadinya
hemolitik lambat, darah segar diambil untuk pemeriksaan antibodi direk.(5)
Penanganan, pada umumnya tidak ada terapi khusus, tapi pasien yang dengan reaksi berat
diusahakan dilakukan hidrasi.(5)
Febris Non Reaksi Transfusi Hemolitik
Terjadi pada 0,5-3% pasien yang diberikan transfusi, umumnya pada yang sudah dengan
multipeltransfusi. Gambaran khas berupa menggigil lalu diikuti panasterjadi umumnya
dalam waktu beberapa jam sesudah transfusi. Pening, mual, muntah dapat terjadi.Kadang
reaksinya dapat berat, termasuk dengan keluhan pulmonal, tetapi umumnya reaksi ini
ringan.Reaksi ini disebabkan oleh aloimunisasi terhadap antigen leukosit dan trombosit.
Sebab lain yaitu transfusi sitokin, yang berkembang di dalam trombosit asal darah segar
(Whole Blood) yang disimpan pada suhu kamar. Kemungkinan adanya kontaminasi
bakteri pada reaksi ini harus dipertimbangkan.(4,5)
Bila terjadi reaksi panas ini maka transfusi harus dihentikan.Kemungkinan adanya reaksi
hemolitik harus dipertimbangkan.Dapat diberikan antipiretik dan hidrokortison.
Pencegahan, sebaiknya diberikan darah dengan pengurangan jumlah leukosit.(4,5)
Kerusakan Paru Akut Karena Transfusi
Umumnya berupa “respiratory distress” berat yang tiba-tiba, disebabkan oleh sindrom
edema pulmonal non kardiogenik, mirip “adult respiratory distress syndrome”.Menggigil,
panas, nyeri dada, hipotensi dan sianosis, sebagaimana umumnya edema paru, mungkin
ada. Reaksi dapat terjadi dalam beberapa jam selama transfusi. Pada awalnya mungkin
berat, umumnya akan mereda dalam dalam 48-96 jam dengan bantuan pernapasan tanpa
gejala sisa. Reaksi ini lebih jarang daripada febris, dengan angka kejadian 1 dalam 5000
transfusi.Ini disebabkan transfusiantibodi di dalam plasma donor, yang bereaksi dengan
granulosit resipien. Diduga aglutinasi granulosit dan aktivasi komplemen terjadi dalam
jaringan vaskuler paru, menyebabkan endotel kapiler rusak sehingga terjadi kebocoran
cairan ke dalam alveoli.(5)
Penanganan dengan tindakan mengatasi edema paru dan hipoksia, termasuk bantuan
pernapasan bila diperlukan. Dosis tinggi kortikosteroid mungkin menguntungkan, karena
menghambat agregasi granulosit.(5)
Reaksi Transfusi Alergi
Reaksi alergi pada donor sering terjadi dengan angka kejadian sekitar 1-3%, mungkin
lebih tinggi lagi karena tak dilaporkan.Gambaran berupa urtikaria, “skin rashes”, spasme
bronkus, angio edema sampai renjatan anafilaksis.Karena reaksi ini dapat mengancam
kehidupan. Semua reaksi alergi ini dipikirkan diperantarai oleh IgE resipien terhadap
protein atau bahan terlarut di dalam plasma donor, interaksi antara antigen dengan IgE
merangsang dikeluarkannya antihistamin dari sel mast dan basophil.(5)
Untuk pasien yang dengan riwayat alergi berulang, dapat diberi antihistamin sebagai
pencegahan.Bila dengan antihistamin alergi tidak terkontrol, sebaiknya plasma dikurangi
atau diberi eritrosit yang sudah dicuci. Pada reaksi anafilaksis berat, adanya antibodi
terhadap IgA donor hendaknya diperhitungkan. Reaksi ini dicegah dengan eritrosit yang
dicuci.(5)
Purpura Post Transfusi
Ini merupakan pengembangan trombositopeni yang mengancam kehidupan, terjadi pada
hari ke 5-10 sesudah transfusi.Ini disebabkan oleh berkembangnya aloantibodi yang
ditujukan kepada antigen khusus trombosit. Terapi kortikosteroid mungkin bermanfaat.(5)
Imunomodulasi Yang Berhubungan Dengan Transfusi
Transfusi darah alogenik tidak hanya berarti memberikan eritrosit, tapi juga sejumlah
efektor sel imun, produk sitokin, dan berbagai bahan, yang dapat dikenali sistem
kekebalan resipien sebagai antigen asing. Substansi yang memodulasi sistem kekebalan
host oleh bahan yang ditransfusikan, meningkatkan kemungkinan sindrom klinis yang
umumnya dikenali dngan transfusion-related immunomodulation.(5)
Penyakit Donor Cangkok Versus Host
Semua sel darah mengandung“immunocompetent T Lymphocyte”, bila ditransfusikan ke
resipien yang non imunokompeten, maka sel limfosit T ini akan memperbanyak diri, dan
menyebabkan reaksi penolakan donor transplan (reaksi penolakan). Reaksi penolakan
biasanya berupa panas, diikuti rash kulit berupa eritema, makulopapula mulai dari sentral
ke tepi.Gangguan faal hati, nausea, diare berdarah.Lekopeni diikuti pansitopeni karena
kegagalan sumsum tulang.Umumnya terjadi reaksi peenolakan pada 2-3 minggu semenjak
adanya keluhan yang pertama.Diagnosis berdasar gambaran klinis, ditegakkan dengan
biopsi kulit. Pengobatan dilakukan dengan pemberian kortikosteroid, globulin anti timosit,
siklosporin dan growth factor, tapi hasilnya tidak memuaskan.(5)

2. Komplikasi non imunologi


Kelebihan Cairan
Transfusi eritrosit atau plasma dapat menyebabkan kelebihan cairan di dalam
sirkulasi.Pada anemia berat terjadi ekspansi volume sehigga volume cairan normal, maka
pada anemia dengan gagal jantung, transfusi harus hati-hati karena dapat menyebabkan
edema paru yang berakibat fatal. Pada orang tua transfusi diberikan dengan ritme 2 mL
darah/kgBB/jam.(5)
Transfusi Masif
Pengaruh metabolik, kompisisi darah yang disimpan lain dengan darah di dalam sirkulasi,
bila sejumlah besar darah simpanan diberikan dengan cepat maka ion K menyebabkan
risiko pada pasien dengan gagal ginjal, syok dengan asidosis, atau pada hemolisis. Adanya
sitrat sebagai antikoagulan dapat menyebabkan hipokalsemia.(5)
Hipotermia.Hipotermia terjadi bila sejumlah besar darah yang dingin diinfuskan. Anak
dan orang tua sensitifakan hal ini. Pada pasien berat, dengan transfusi massif ini dapat
mengalami asidosis, hipoksemia, hipotermia, hipokalsemi, dan hipo atau hiperkalemia
dapat terjadi, dengan risiko aritmia jantung.(5)
Pengaruh pengenceran.Transfusi dengan sejumlah besar produk darah menyebabkan
pengenceran trombosit dan faktor koagulasi yang labil.Sejumlah pasien dengan sepsis,
renjatan dan koagulasi intravaskular dapat memberat dengan pengaruh transfusi ini.
Mikroagregat dan mikroembolisasi paru.Selama penyimpanan eritrosit, terbentuk
agregat yang terdiri dari trombosit, leukosit dan fibrin.Semua produk darah disaring
dengan saringan berlubang 170 um, tapi alat ini tidak dapat menghilangkan mikroagregat,
lalu disaring dengan saringan yang lubangnya 40 um. Seorang dengan transfusi sejumlah
besar darah simpanan lalu mengalami sindrom disfungsi pulmonal dengan hipoksia,
dipikirkan karena tersebarnya obstruksi mikrovaskular karena mikroagregat.(5)
Lain-lain. Dapat saja komplikasi berupa emboli udara, terutama jika wadah yang dipakai
sebagai tempat darah berupa gelas (botol), tetapi setelah yang dipakai plastik maka ini
terhindarkan.(5)
Plasticizer.Bila kantong plastik dibuat dari PVC yang mengandung “phthalate”, bahan ini
lipofilik maka dapat larut kedalam cairan darah tergantung kepada suhu dan waktu
penyimpanan. Bahan ini memungkinkan keracunan, maka kantong plastik diganti dengan
bahan lain.(5)
Hemosiderosis transfusi.Terjadi karena transfusi yang berulang-ulang.Misalnya anemia
kronik karena kegagalan sumsum tulang. Tiap kantong darah mengandung besi sekitar
0,25 g.(5)

Komplikasi infeksi pada transfusi darah


Hepatitis Karena Transfusi
Penularan infeksi hepatitis virus A sangat jarang terjadi dibandingkan dengan hepatitis virus B
dan hepatitis virus C. keadaan ini bisa terjadi karena viremia virus hepatitis A sangat pendek
dan tidak menyebabkan karier. Diperkirakan kejadian infeksi hepatitis virus B pasca transfusi
sekitar 1 dari 300.000 kali transfusi, sedangkan penularan hepatitis C pasca transfusi
diperkirakan lebih besar dari perkiraan penularan hepatitis B pasca transfusi. Penularan pasca
transfusi hepatitis C sering menyebabkan fibrosis bahkan dapat menyebabkan karsinoma
hepatik. Penularan hepatitis pasca transfusi ini dapat dicegah atau diminimalkan dengan
seleksi donor yang baik dan ketat serta penapisan virus B dan C.(8)
Virus HIV tipe 1 dan 2
Infeksi HIV pasca transfusi jarang terjadi. Di Amerika serikat 1,9% kasus infeksi HIV melalui
transfusi darah dan komponen darah. Saat ini dengan seleksi donor yang baikterhadap HIV-1
kejadian diperkirakan hanya 1 dari 500.000 kali transfusi dan HIV-2 hanya 1 dari 10.000.000
kali transfusi.(8)
Virus Human T Lymphotropic I dan II
Pada transfusi penularan lewat komponen sel darah, tapi tidak dari komponen plasma yang
diinginkan. Limfoma sel T dewasa muncul pada usia 40-60, menggambarkan adanya masa
infeksi laten yang lama sebelumserangan klinisnya muncul. Dalam waktu beberapa bulan atau
tahun pasca transfusi.(5)
Virus Cytomegalo
Infeksi hanya terjadi padatransfusi komponen darah seluler, sedangkan penderita yang
mendapat transfusi plasma beku segar dan kriopresipitat tidak terjadi transmisi virus ini.
Risiko transmisi dari komponen darah yang sero-positif berkisar 8-25% dimana, risiko ini
akan berkurang menjadi kkira-kira 4% bila darah yang diberikan adalah komponen darah
rendah leukosit dengan virus sitomegalo sero-negatif.(8)
Virus Epstein Barr
Sembilan puluh persen darah donor mempunyai antiboditerhadap virus epsteiin-barr, karena
infeksi berhubungan dengan leukosit maka nampaknya akan aman dengan menggunakan
darah yang leukositnya dikurangi.(5)
Infeksi yang Disebarkan Arthropoda
Malaria merupakan penyakit infeksi global namun di AS penularan secara transfusi
jarang.Donor yang melewati daerah endemik, setahun tidak boleh menjadi donor. 3 tahun bila
pernah tinggal di daerah endemik.(5)
Babesiosis, infeksi yang disebabkan protozoa, menginfeksi eritrosit, disebarkan oleh kutu,
keluhan mulai dari tidak ada keluhan sampai yang ringan seperti influenza ataumalaria,
dengan anemia hemolitik, diobati dengan kinin atau klindamisin. Infeksi ini jarang yang
fatal.(5)
Penyakit Lyme, disebabkan oleh Borrelia burgdorferi, tidak ada catatan tentang penyakit ini
pada penularan karena transfusi.(5)
Kontaminasi Bakteri
Kontaminasi merupakan penyebab mayor fatalitas pada transfusi.Sumber kontaminasi ini,
kantong, donor bacteremia asimptomatik, pembersihan kulit tidak adekuat. Transfusi
trombosit yang disimpan pada suhu kamar lebih sering menimbulkan febris dibanding eritrosit
yang didinginkan.(5)
Organisme yang sering menimbulkan kontaminasi pada transfusi eritrosit antara lain Yersinia,
pseudomonas, enterobakter, dan seratia, pada trombosit lebih bervariasi termasuk
stafilokokus, streptokokus, klebsila, dan salmonella. Keluhan dapat berupa seperti febris non
hemolitik sampai sepsis akut dengan panas, hipotensi dan kematian.Keluhan yang berat
dihubungkan dengan mikroorganisme dengan endotoksin. Pengobatan sama seperti pada
sepsis karena organisme lain yang sesuai.(5)
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO (World Health Organization Blood Transfusion Safety). The Clinical Use of Blood
in Medicine, Obstetrics, Pediatrics, Surgery & Anesthesia, Trauma & Burn. GENEVA
2. Dobson B Michael. Penuntun Praktis Anestesi (Anasthesia at the District Hospital).
Jakarta. EGC.1994
3. Kiswari Rukman, dr. Hematologi & Transfusi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2014
4. Bakta I Made, Prof, dr. Hematologi Klinis Ringkas. EGC. 2006
5. Staf Pengajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed.IV.
Badan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2006
6. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran universitas Indonesia. Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak 1. Infomedika. Jakarta. 2005
7. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Neonatologi Ed.1. Cetakan ke-1. Badan
penerbit IDAI. Jakarta. 2008
9. Rizzo C Donald, PhD. Delmar’s Fundamental of Anatomy & Physiology. DELMAR.
2001
Mola Komplit Mola Parsial
Tanda/Gejala  Aborsi spontan pada trimester  Aborsi spontan trimester
ke-2 pertama
 Uterus Membesar  Uterus kecil
 Perdarahan hebat  Perdarahan sedang
 Preeklampsia

Gambaran Villi membengkak menyeluruh, Villus membengkak sebagian


tidak ada tanda fetus cord, atau dengan adanya fetus cord, dan/atau
membran amnion membran amnion
Histologi Adanya tanda hiperplasia sel Sedikit hiperplasia sel trofoblas
trofoblas, dikaitkan dengan atypia. dengan atypia jarang. Ada
Tidak ada pembuluh darah fetus. pembuluh darah fetus.
Sitogenetik 46,XX (biandrogenetic: semua 69,XXY or 69,XXX (triploidy)
paternal)
PGTD Berkisar 20% 5%
Choriocarcinoma 2 sampai 3% Tidak ada laporan
Transfusi Darah Masif
Transfusi darah masif umumnya didefinisikan sebagai kebutuhan transfusi satu sampai dua kali
volume darah pasien. Pada kebanyakan pasien dewasa, equivalent dengan 10-20 unit.

Koagulopati
Penyebab utama perdarahan setelah transfusi darah masif adalah dilutional thrombocytopenia.
Secara klinis dilusi dari factor koagulasi tidak biasa terjadi pada pasien normal. Studi Koagulasi
dan hitung trombosit, jika tersedia, idealnya menjadi acuan transfusi trombosit dan FFP. Analisa
Viscoelastic dari pembekuan darah (thromboelastography dan Sonoclot Analisa) juga
bermanfaat.

Keracunan Sitrat
Kalsium berikatan dengan bahan pengawet sitrat secara teoritis dapat menjadi penting setelah
transfusi darah dalam jumlah besar. Secara klinis hypocalcemia penting, karena menyebabkan
depresi jantung, tidak terjadi pada pasien normal kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap-tiap 5
menit. Sebab metabolisme sitrat terutama di hepar, pasien dengan penyakit atau disfungsi hepar (
dan kemungkinan pada pasien hipothermi) memerlukan infuse calcium selama transfusi massif ).

Hypothermia
Transfusi Darah masif adalah merupakan indikasi mutlak untuk semua produk darah cairan
intravena hangat ke temperatur badan normal. Arhitmia Ventricular dapat menjadi fibrilasi
,sering terjadi pada temperatur sekitar 30°C. Hypothermia dapat menghambat resusitasi jantung.
Penggunaan alat infus cepat dengan pemindahan panas yang efisien sangat efisien telah sungguh
mengurangi timbulnya insiden hypothermia yang terkait dengan transfusi.

Keseimbangan asam basa


Walaupun darah yang disimpan adalah bersifat asam dalam kaitan dengan antikoagulan asam
sitrat dan akumulasi dari metabolit sel darah merahs (carbondioxida dan asam laktat), berkenaan
dengan metabolisme acidosis metabolik yang berkaitan dengan transfusi tidaklah umum. Yang
terbanyak dari kelainan asam basa setelah tranfusi darah massif adalah alkalosis metabolic
postoperative.Ketika perfusi normal diperbaiki, asidosis metabolic berakhir dan alkalosis
metabolic progresif terjadi, sitrat dan laktat yang ada dalam tranfusi dan cairan resusitasi diubah
menjadi bikarbonat oleh hepar.

Konsentrasi Kalium Serum


Konsentrasi kalium Extracellular dalam darah yang disimpan meningkat dengan waktu. Jumlah
kalium extracellular yang transfusi pada unit masing-msaing kurang dari 4 mEq perunit.
Hyperkalemia dapat berkembang dengan mengabaikan umur darah ketika transfusi melebihi 100
mL/min. Hypokalemia biasanya ditemui sesudah operasi, terutama sekali dihubungkan dengan
alkalosis metabolisme.

Referensi:
Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th Edition. Mc Graw-Hill Companies, Inc.
United State.
Penyakit trofoblastik gestasional (PTG) adalah suatu spektrum dari dua kondisi
premaligna yaitu; partial mola hidatidosa dan complete mola hidatidosa, hingga tiga kondisi
tumor ganas yaitu; invasive mola, koriokarsinoma gestasional, dan placental site hrophoblastic
tumor (PSTT) yang nantinya ketiga keadaan ini lebih dikenal dengan neoplasia trofoblastik
gestasional.1
Jaringan trofoblastik gestasional terbentuk dari sel perifer blastokista beberapa hari
setelah konsepsi. Jaringan tersebut dibagi menjadi 2 lapisan yaitu; lapisan luar sinsitiotrofoblas
yang dibentuk oleh sel-sel besar multinucleated dan lapisan dalam dari sel mononuclated yang
membentuk sitotrofoblas. Sinsitiotrofoblas menginvasi endometrium secara agresif membentuk
suatu hubungan antara fetus dan ibu yang dikenal sebagai plasenta. Normalnya pertumbuhan
trofoblas diatur secara ketat oleh mekanisme yang belum bisa ditentukan untuk mencegah
perkembangan metastasis lebih lanjut. Penyakit trofoblastik gestasional ganas muncul ketika
mekanisme pengontrol ini gagal, menghasilkan invasi dari jaringan trofoblas yang mencapai
miometrium, yang mengizinkan penyebaran secara hematogen dan pembentukan emboli tumor.1
Penyakit trofoblastik gestasional relatif jarang didiagnosis, insidensi lebih tinggi (lebih
dari 1 dalam 300 kehamilan) pada beberapa populasi seperti; Brazil, Filipina, dan suku asli
Indian Amerika. Dalam bab selanjutnya akan dibahas lebih detail mengenai definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, diagnosis, dan penanganan dari penyakit trofoblastik gestasional.

Anda mungkin juga menyukai