Di Susun Oleh:
RIYA YUSNAINI
D1A015040
Dosen Pengampu:
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bioekologi, gejala
serangan, teknik pengendalian dan ambang ekonomi dari hama penting tanaman
Kentang.
BAB II
PEMBAHASAN
b.Secara kimia
Pada penelitian yang dilakukan oleh Megasari D. et al. (2013) didapatkan
bahwa populasi kutu daun pada tanaman kontrol mencapai 299,2 individu,
sedangkan populasi pada tanaman dengan perlakuan kitosan yang memiliki
efek insektisida berkisar 32,6-117 individu, dengan populasi terendah pada
perlakuan kitosan 0,9% (32,6 individu).
d. Hayati
Pemanfaatan musuh alami kutu kebul seperti Encarsia formosa,
Eretmocerus eremicus, Macrolophus caliginosus, Nesidiocoris tenuis, dan
Amblyseius swirskii juga dilaporkan efektif mengendalikan kutu kebul
(Stansly dan Natwick 2010 dalam Inayati A. dan Marwoto, 2015).
e. Varietas tahan
Terdapat beberapa genoti pekacang tanah yang dinilai toleran terhadap
hama kutu kebul, yaitu varietas Takar 1, Talam 1, Landak, dan Takar 2.
Varietas Mahesa, Kancil, Jerapah, Bison, Singa, Turangga, dan Domba
tegolong rentan terhadap hama kutu kebul (Kasno A. et al., 2015)
Serangga hama ini berukuran panjang ± 3,52 mm dan memiliki ciri khas bagian
kepala berwarna kuning dengan mata vaset berwarna merah, pada toraks atas
berwarna hitam sedangkan toraks bagian bawah berwarna kuning, abdomen
berwarna hitam dengan garis berwarna hijau dan mempunyai sayap transparan.
fase imago betina 10 hari dan jantan berlangsung sekitar 6 hari (Setiawati et al.
2001). imago dan larva L. huidobrensis baru teramati pada umur tanaman 33
HST (Suryaningsih, 2008). Imago merusak tanaman dengan tusukan ovipositor
saat meletakkan telur dengan menusuk dan mengisap cairan daun .
Telur berukuran 0,1-0,2 mm, berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian
epidermis daun. Larva berwarna putih bening berbentuk silinder berukuran 2,5
mm, tidak mempunyai kepala atau kaki. Larva merusak tanaman dengan cara
mengorok daun sehingga yang tinggal bagian epidermisnya saja.Pupa berwarna
kuning kecoklatan dan terbentuk di dalam tanah (Duriat 2006).
2.5.1 Bioekologi
2.6.1 Bioekologi
2.7.1 Bioekologi
Hama ini berasal dari Amerika Serikat yang merusak daun kentang di
pertanaman dan menyerang umbi kentang di dalam gudang penyimpana. Imago
berupa ngengat kecil yang berwarna coklat kelabu. Ngengat aktif pada malam
hari. Pada siang hari imago bersembunyi di bawah helaian daun atau pada rak-rak
penyimpanan umbi di gudang kentang. Lama stadia imago berkisar antara 10-16
hari. Seekor imago betina mampu menghasilkan telur sebanyak ± 98 butir.
Telur P. operculella berukuran kecil agak lonjong, berwarna putih
kekuningan dan biasanya diletakkan pada pemukaan bawah daun, pada batang
atau di atas umbi yang tersembul dari permukaan tanah. Di gudang penyimpanan,
telur hampir selalu diletakkan di atas umbi. Lama stadia telur 5-11 hari.
Larva P. operculella berwarna putih kelabu dan kepala berwarna coklat tua.
Permukaan atas (dorsal) memiliki bayangan hijau terang atau merah muda. Larva
memakan permukaan atas daun dan cabang atau melipat daun dan hidup di bawah
epidermis daun. Larva juga melubangi umbi kentang di kebun dan di gudang
kentang. Lama stadia larva sekitar 21-35 hari .
Pupa (kepompong) P. operculella terdapat dalam kokon yang tertutup
butiran-butiran tanah dan berwarna kecoklatan. Di dalam gudang, pupa terdapat
pada bagian luar umbi, biasanya menempel di sekitar “mata tunas” atau pada rak-
rak gudang penyimpanan kentang. Stadia pupa berlangsung sekitar 7-15 hari
(Setiawati, 1998).
a. secara biologi
Granulosis (GV) yang menyerang larva P. operculella dinamakan PoGV (P. operculella
Granulosis Virus). Larva P. operculella yang terserang PoGV biasanya berwarna putih
membengkak. Larva P. operculella yang mati terserang PoGV sangat rapuh. Apabila integumen
larva robek akan keluar cairan haemolimfa yang berwarna putih kemerahan (Setiawati, 1998).
2.8.1 Bioekologi
Kerusakan Tanaman Akibat Serangan T. palmi
Hama trips dapat dideteksi sejak tanaman berumur 21 HST, Daun yang terserang trips bergejala
bercak tidak beraturan berwarna keperakan dan berkilau seperti perunggu (brownzing). perlakuan
biorasional yang berkomposisi N.tabacum (tembakau) secara keseluruhan sangat efektif dalam
menekan populasi trips sehingga mampu pula menekan kerusakan tanaman akibat serangan trips
tersebut (Suryaningsih, 2008).
Hama trips Thrips palmi (Novartis 1998, CIP dan Balitsa 1999; Setiawati et al. 2001)
Nama lain hama ini adalah kemereki (bahasa Jawa). Trips menyerang tanaman sepanjang tahun,
dan serangan berat terjadi pada musim kemarau. Serangga dewasa bersayap seperti jumbai sisir
bersisi dua (Gambar 12), sedangkan nimfa tidak bersayap. Warna tubuh nimfa kuning pucat
sedangkan serangga dewasa berwarna kuning sampai coklat kehitaman. Panjang badannya
sekitar 0,8 – 0,9 mm. Gejala kerusakan secara langsung terjadi karena trips mengisap cairan
daun. Daun yang terserang berwarna keperak-perakan atau kuning merah seperti perunggu pada
permukaan bawah daun. Daun berkerut/ keriting karena cairan tanaman dihisap (Monografi
No. 19, Tahun 2005)
2.9.1 Bioekologi
Hama ini memiliki ukuran panjang ± 3,63 mm dan bentuk tubuh agak gemuk,
memiliki belang-belang hitam dibagian tubuh dan sayap depan, dan berwarna
dominan coklat muda juga memiliki ciri khas di punggung yang berbentuk seperti
segitiga atau huruf V .
Menurut Kotambunan dkk (2012) Kepik Lygus sp. menyerang tanaman yaitu pada
bagian daun tanaman Kentang yang masih muda atau daun Kentang yang masih
tertutup. Biasanya daun Kentang yang terserang tidak langsung kelihatan tetapi
serangannya akan terlihat setelah daun terbuka dan bertambah besar. Daun yang
terserang berubah warna yaitu dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan dan
akhirnya mengering.
Populasi hama wereng hijau (.) hanya pada awal pertanaman yaitu 24
hst. Populasi hama wereng hijau tidak berbeda nyata. Gejala daun yang
terserang wereng ini berupa titik tau garis bekas tusukan stilet yang kemudian
mengakibatkan warna daun agak putih hingga transparan, kemudian bekas
hisapan tersebut megering kecoklatan. Diduga wereng memiliki preferensi
serangan pada tanaman muda yang memiliki jaringan yang masih lunak,
sehingga stilet pada alat mulutnya lebih mudah menembus jaringan tanaman
untuk mengisap cairan pada tanaman.