Anda di halaman 1dari 6

Assignment Fermentation

Bayu Octavian Prasetya / 121710101118

1. Untuk mengendalikan terjadinya evaporasi media pada fermentasi


submerged culture diperlukan alat penunjang. Jelaskan mekanisme
kerjanya!
2. Untuk mencegah terjadinya pemusatan bahan tidak larut dalam media
selama proses fermentasi menggunakan fermenter berpengaduk yang
menyebabkan ketidakhomogenan media diperlukan beberapa alat
penunjang. Jelaskan mekanisme kerjanya!
3. Untuk mengatur kandungan oksigen terlarut dalam media fermentasi
aerob diperlukan beberapa alat penunjang. Jelaskan mekanisme
kerjanya!
4. Mengapa fermenter harus bisa dioperasikan secara aseptis ?
5. Jelaskan mekanisme kerja fermenter yang tepat digunakan untuk proses
fermentasi menggunakan mikroba yang bersifat shear sensitive!
6. Untuk meningkatkan efisiensi aerasi pada fermentasi batch diperlukan
alat penunjang. Jelaskan mekanisme kerjanya!
7. Jelaskan manfaat water jacket dalam fermenter!
8. Jelaskan parameter yang perlu diperhatikan untuk melakukan proses
scale up!
9. Jelaskan berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi
continuous culture!
10. Jelaskan maksud dan proses fermentasi yang cocok untuk produksi
metabolit mikroba yang bersifat growth associated!
11. Jelaskan perbedaan sifat tumbuh mikroorganisme pada culkture batch
dan continuous!
12. Jelaskan maksud kLa dan dampaknya terhadap pertumbuhan
mikroorganisme!

Bayu Octavian Prasetya, 121710101118 Page 1


Answer :
1. Kondensor digunakan untuk mengendalikan terjadinya evaporasi media
pada fermentasi submerged culture karena prinsip kerja dari kondensor
adalah merubah wujud gas (uap) menjadi liquid sehingga pada proses
fermentasi tidak terjadi kehilangan air. Panas yang ditimbulkan akibat
agitasi akan menguapkan cairan dalam fermentor sehingga apabila tidak
dilengkapi dengan kondensor maka volume cairan akan berkurang.
Apabila volume dalam fermentor berkurang, maka akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi dalam fermentor. Hal ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dalam fermentor.

2. Alat penunjang untuk


mencegah terjadinya
pemusatan bahan tidak larut
dalam media selama proses
fermentasi adalah
menggunakan fermenter
berpengaduk sehingga
menjadi homogenan seperti
baffle yang ditempatkan
secara vertikal pada
fermenter. Dengan alat
tersebut dapat dicegah terjadinya forteks (pusaran) sehingga dapat
meningkatkan efisiensi aerasi. Untuk mekanisme kerjanya sendiri
adalah menghalangi arus perputaran cairan yang berasal dari gerakan
impeller (akibat dari gaya sentrifugasi) sehingga arus yang berputar
pecah dan substrat dapat menyebar secara homogen.

3. Sistem aerasi yaitu sparger dan agitator (impeller) untuk mengatur


kandungan oksigen terlarut dalam media fermentasi aerob karena
dengan menggunakan alat tersebut oksigen dapat terdistribusi secara

Bayu Octavian Prasetya, 121710101118 Page 2


merata. Yang berperan dalam proses pemerataan udara karena
terjadinya proses pemecahan gelembung adalah agitator sedangkan
sparger berfungsi untuk mengeluarkan gelembung gas. Gas-gas akan
keluar bila tekanan gas dalam sparger lebih besar daripada tekanan
fermentor. Mekanisme sparger adalah pengadukan, dimana dengan
adanya pengadukan pada media fermentasi maka akan menimbulkan
adanya aliran udara tanpa gelembung, yang mana aliran tersebut akan
dapat menghomogenkan aliran udara pada media fermentasi sehingga
aerasi pada media fementasi akan stabil dan dapat terkontrol.

4. Teknik aseptis perlu dilakukan dalam pengoprasian fermenter agar


fermentor tetap steril termasuk isinya hingga siklus pertumbuhan sel
selama proses tidak terganggu. Apabila system terganggu maka dapat
mengakibatkan kerugian besar karena produk yang didapat tidak steril
yang disebabkan oleh adanya kontaminan.
Hal-hal yang bisa ditimbulkan dari adanya kontaminan adalah sebagai
berikut:
a. Kontaminan meningkatkan persaingan dalam konsumsi substrat
fermentasi , sehingga perolehan hasil dari fermentasi berkurang.
b. Kontaminan dapat menghambat proses metabolisme m.o yang
bekerja dalam fermentasi.
c. Kontaminan meningkatkan turbiditas sehingga dapat mengacaukan
pengukuran terhadap jumlah sel setiap saat.

5. Mekanisme kerja fermenter yang tepat untuk proses fermentasi


menggunakan mikroba yang bersifat shear sensitive seperti fermentor
jenis Air-lift. Pemilihan Air-lift karena pada fermentor jenis ini
memiliki tabung yang dirancang untuk dapat meningkatkan efisiensi
pindah panas, pindah massa. Selain itu juga dapat memberikan kondisi
shear yang lebih merata dengan memasukkan udara yang digerakkan
oleh riser menuju sparge yang ada pada bagian dasar untuk aerasi.

Bayu Octavian Prasetya, 121710101118 Page 3


Untuk mekanisme kerjanya sendiri berdasarkan perbedaan berat jenis
antara bagian cairan kultur yang kaya udara dalam riser dan cairan
kultur yang kurang udara di dalam downcomer. Dimana media
fermentasi cair digerakkan oleh udara dari bagian riser yang dipompa
menuju bagian dasar melalui sparger.

6. Baffle dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi aerasi


pada fermentasi batch karena dengan alat tersebut dapat dicegah
terjadinya forteks (pusaran) sehingga dapat meningkatkan efisiensi
aerasi. Mekanisme alat ini adalah meningkatkan efisiensi aerasi pada
media fermentasi yang dilakukan dengan memompa udara yang terletak
dibwah bioreactor dengan mencegah pembentukan gelembung oksigen.

7. Water jacket penggunaannya dalam fermenter berfungsi sebagai


pengendali suhu dan sekaligus untuk menghantarkan panas. Suhu pada
fermentor dapat diatur sesuai dengan suhu optimal dari pertumbuhan
mikroba dengan adanya water jacket tersebut. Selain itu kita juga dapat
memonitor perubahan suhu dengan cara mengatur suhu water jacket
yang akan dihantarkan pada fermentor.

Bayu Octavian Prasetya, 121710101118 Page 4


8. Parameter yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses
scale up seperti kLa, tip speed dan Reynold Number karena alasan
sebagai berikut:
 kLa : kecepatan udara saat fermentasi dapat
diatur sedemikian rupa seperti yang dikehendaki sehingga
proses fermentasi dapat optimal.
 Tip speed : kecepatan aliran pengadukan dapat
diatur.
 Reynold Number : agar dapat mengatur kecepatan rotasi
dan diameter dari impeller, viskositas fluida sehingga bilangan
reynold tertentu akan cocok pada fermentasi dari mikroba.

9. Dalam proses fermentasi continuous culture yang perlu


diperhatikan adalah kecepatan pertumbuhan mikroba dan kecepatan
pembentukan produk karena pada continuous culture dilakukan
penambahan substrat dan juga dilakukan pemanenan secara kontinyu
sehingga terjadi keadaan steady state. Volume yang terdapat dalam
proses fermentasi ini akan selalu tetap karena terjadi dalam kondisi
steady state yang artinya kecepatan konversi substrat (input) menjadi
produk dan massa sel akan seimbang dengan kecepatan outputnya
sehingga kecepatan sel dan lingkungan kultur tidak berubah dengan
perjalanan waktu.

10. Metabolit yang dihasilkan pada saat growth associated adalah


metabolit primer. Pemanenan dilakukan pada fase logaritmik
(pertumbuhan) karena pada fase tersebut dihasilkan metabolit primer
sebagai produk utama. Growth associated yaitu proses dengan
pertumbuhan sel dan pembentukan produk berjalan seiring. Proses
fermentasi yang cocok untuk metabolit mikroba yang bersifat growth
associated adalah continuous fermentation karena pada jenis fermentasi
ini dilakukan penambahan medium yang mengandung substrat segar

Bayu Octavian Prasetya, 121710101118 Page 5


dan secara bersamaan dilakukan pemanenan (harfest) secara kontinyu
pada kecepatan aliran yang sama sehingga volume dalam fermenter
konstan.

11. Perbedaan sifat tumbuh mikroorganisme antara batch culture


fermentation dan continuous fermentation terletak pada dilakukannya
penambahan substrat dan pemanenan pada continuous fermentation
sedangkan pada batch culture fermentation tidak.
Pada batch culture fermentation pertumbuhan mikroba melalui
beberapa fase mulai dari adaptasi, logaritmik, stasioner dan kematian.
Karena pada proses fermentasi ini tidak dilakukan penambahan substrat
maka fase log akan berjalan secara singkat sehingga lebih banyak
menghasilkan metabolit sekunder pada fase stasioner.
Sedangkan pada continuous fermentation pertumbuhan mikroba
dikondisikan hanya sampai pada fase logaritmik setelah melalui fase
adaptasi. Hal tersebut dilakukan karena keuntungan dari proses
fermentasi ini sendiri adalah untuk memproduksi metabolit primer yang
terjadi pada fase log. Untuk mempertahankan agar mikroba tetap pada
fase log, dilakukanlah penambahan substrat sesaat sebelum mikroba
memasuki fase stasioner sehingga mikroba selalu memproduksi
metabolit primer karena substratnya tidak pernah habis. Proses
penambahan substrat harus diimbangi dengan pemanenan dengan
kecepatan yang sama sehingga volume dalam fermenter tetap konstan.

12. kLa merupakan kecepatan udara saat fermentasi dan dapat diatur
sedemikian rupa seperti yang dikehendaki sehingga proses fermentasi
dapat optimal. Apabila udara yang dimasukkan sesuai dengan
pertumbuhan mikroba maka proses tersebut akan menunjang
optimalisasi pertumbuhan mikroba.

Bayu Octavian Prasetya, 121710101118 Page 6

Anda mungkin juga menyukai