Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Sunanto
NIDN. 0204107802
Prodi Akuntansi Politeknik Sekayu
nanz_plbang@yahoo.com, sunanto.nanz@gmail.com
Hp 081315876844

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pajak daerah, pengaruh
pajak daerah terhadap PAD, hambatan dalam memungut pajak daerah serta faktor-
faktor yang mempengaruhi PAD. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Musi Banyuasin. Data sekunder tersebut dikelola menggunakan analisis regresi
sederhana dengan variabel independennya berupa pajak daerah dan variabel
dependennya berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil menunjukkan antara lain:
terdapat peningkatan potensi pajak daerah dan mengalami penambahan objek pajak
daerah dari 6 jenis pajak daerah menjadi 9 jenis pajak daerah, pajak daerah
berpengaruh signifikan terhadap PAD, adanya hambatan dalam memungut pajak daerah
serta terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi PAD selain pajak daerah. Dalam hal
ini sebaiknya DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin agar dapat meningkatkan potensi
pajak daerah dan mencari upaya untuk mengatasi hambatan dalam memungut pajak
daerah serta tetap memperhatikan dan mempertahankan faktor yang mempengaruhi PAD
selain pajak daerah.

Kata Kunci : Pajak, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD).

PENDAHULUAN satu sumber penerimaan dari dalam negeri


Pembangunan adalah proses adalah dari sektor pajak.
perubahan yang direncanakan untuk Upaya pemerintah dalam
memperbaiki berbagai aspek kehidupan mendukung pelaksanaan pembangunan
masyarakat. Rencana pembangunan telah daerah-daerah di Indonesia, memberikan
ada pada masa pemerintahan Orde Lama kesempatan kepada kepala daerah untuk
yang kemudian dilanjutkan oleh menyelenggarakan otonomi daerah agar
Pemerintah Indonesia sejak masa tidak terjadi ketimpangan pembangunan
pemerintahan Orde Baru dengan sistem antara pusat dan daerah. Pelaksanaan
pemerintahan yang bersifat sentralistik kebijakan pemerintah tentang otonomi
yaitu sistem penyelenggaraan daerah dilandasi oleh 2 (dua) Undang-
pemerintahan sepenuhnya diatur oleh undang di bidang otonomi daerah yaitu
pemerintah pusat. Pembangunan dapat Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun
dilaksanakan apabila ada dana yang 2008 tentang Pemerintahan Daerah dan
tersedia. Pemerintah mendapatkan dana UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
dari berbagai sumber baik dari dalam Perimbangan Keuangan Antara
negeri maupun dari luar negeri, baik sektor Pemerintahan Pusat dan Daerah. Kedua
swasta maupun sektor pemerintah. Salah Undang-undang tersebut merupakan

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu


Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
1
aspirasi Daerah di Indonesia yang dari tahun ke tahun sehingga
menginginkan peningkatan peran dan mengoptimalkan sumber-sumber
kemandirian dalam mengelolah penerimaan PAD menjadi sangat penting.
kewenangan dan tanggung jawab untuk Pajak daerah berperan sebagai
pelayanan masyarakat dan pembangunan salah satu sumber PAD. Kabupaten Musi
daerah. Banyuasin merupakan daerah otonom
PAD merupakan pendapatan yang memaksimalkan penerimaan pajak
daerah dari pajak daerah, retribusi daerah, daerah dibantu oleh Dinas Pendapatan
hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan (DPPKAD) Kabupaten Musi Banyuasin.
asli daerah yang sah. PAD bersumber dari Pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin
dalam daerah itu sendiri sehingga periode tahun 2007 sampai dengan tahun
peningkatan dalam penerimaan PAD dapat 2010 terdiri dari pajak hotel, pajak
meningkatkan kemampuan keuangan restoran, pajak hiburan, pajak reklame,
daerah sehingga tingkat ketergantungan pajak penerangan jalan, dan pajak
pemerintah daerah terhadap pemerintah pengambilan bahan galian golongan C.
pusat menjadi rendah. Sedangkan, pajak daerah Kabupaten Musi
Realisasi PAD Kabupaten Musi Banyuasin periode tahun 2011 sampai
Banyuasin dalam periode tahun 2007 dengan tahun 2012 terdiri dari pajak hotel,
sampai dengan 2012 mengalami pajak restoran, pajak hiburan, pajak
peningkatan yaitu dari Rp. 28,28 Miliar reklame, pajak penerangan jalan, pajak
pada tahun 2007 menjadi Rp. 96,73 Miliar mineral bukan logam dan batuan, pajak air
pada tahun 2012, dan rata-rata kenaikan bawah tanah, pajak sarang burung walet,
yaitu sebesar 30,45%. Perkembangan dan bea perolehan hak atas tanah dan
realisasi PAD Kabupaten Musi Banyuasin bangunan.
dapat dilihat pada tabel berikut: Berdasarkan latar belakang
Tabel 1. Realisasi PAD Kabupaten Musi pemilihan judul di atas, maka peneliti
Banyuasin periode tahun 2007 menguraikan permasalahan yang harus
sampai dengan tahun 2012 dibahas, yaitu:
(dalam ribu rupiah ) 1. Seberapa besar potensi pajak daerah di
Tahun Realisasi Kenaikan (%) Kabupaten Musi Banyuasin?
2007 28.015.084 - 2. Bagaimana hambatan yang dihadapi
2008 31.260.166 11,58 oleh DPPKAD Kabupaten Musi
Banyuasin dalam pemungutan pajak
2009 35.050.058 12,12
daerah?
2010 64.021.754 82,65 3. Adakah pengaruh pajak daerah
2011 80.644.882 25,96 terhadap PAD di Kabupaten Musi
2012 96.732.349 19,94 Banyuasin?
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan 4. Apa sajakah faktor-faktor yang
Keuangan dan Aset Daerah mempengaruhi Pendapatan Asli
(DPPKAD) Kabupaten Musi Daerah (PAD)?
Banyuasin
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Tabel 1 dapat di lihat bahwa Pengertian Anggaran Pendapatan dan
realisasi PAD Kabupaten Musi Banyuasin Belanja Daerah (APBD)
mengalami beberapa kali peningkatan APBD merupakan salah satu mesin
dalam periode tahun 2007 sampai dengan pendorong perekonomian daerah. APBD
tahun 2012. Hal ini menyatakan bahwa oleh pemerintah daerah digunakan sebagai
potensi di daerah Kabupaten Musi dasar untuk melakukan aktivitas
Banyuasin dapat memberikan kontribusi pengeluaran dana masyarakat dalam
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu
Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
2
melakukan pemberian pelayanan kepada daerah. Dana perimbangan terdiri dari
masyarakat. dua jenis, yaitu dana bagi hasil dan
Menurut Undang-undang No. 12 dana transfer.
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
menyebutkan bahwa APBD adalah meliputi:
rencana keuangan tahunan pemerintahan a) Sisa lebih perhitungan anggaran
daerah yang disetujui oleh Dewan daerah;
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan b) Penerimaan pinjaman daerah;
ditetapkan dengan peraturan daerah c) Dana cadangan daerah; dan
tentang APBD. d) Hasil penjualan kekayaan daerah
APBD yang merupakan suatu yang dipisahkan.
gambaran atau tolak ukur penting
keberhasilan suatu daerah di dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD)
meningkatkan potensi perekonomian Pendapatan daerah adalah semua
daerah. Artinya, jika perekonomian daerah penerimaan kas yang menjadi hak daerah
mengalami pertumbuhan maka akan yang diakui sebagai penambah nilai
berdampak positif terhadap peningkatan kekayaan bersih dalam satu tahun
PAD. anggaran dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah. PAD adalah semua
Penerimaan Daerah penerimaan daerah yang berasal dari
Penerimaan daerah adalah uang sumber ekonomi asli daerah.
yang masuk ke kas daerah. Penerimaan Menurut Permendagri (2006: 13),
daerah terdiri atas pendapatan dan PAD terdiri dari:
pembiayaan. Pendapatan daerah adalah 1. Pajak daerah
hak pemerintah daerah sebagai 2. Retribusi Daerah
penambahan nilai kekayaan sedangkan 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
pembiayaan daerah adalah semua yang dipisahkan
penerimaan yang perlu dibayar kembali 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang
dan/atau pengeluaran yang akan diterima sah
kembali pada tahun anggaran berikutnya.
Menurut Undang-Undang (2004: Sedangkan Menurut Taufik (2009: 185),
33) tentang Perimbangan Keuangan antara PAD terdiri dari:
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 1. Pajak Daerah yaitu penerimaan
menyebutkan bahwa sumber-sumber pemerintah daerah yang berasal dari
pendapatan daerah adalah: daerah, pajak yang dikelola
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pemerintah daerah kabupaten/kota.
pendapatan yang diperoleh daerah 2. Retribusi Daerah yaitu penerimaan
yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah daerah yang berasal dari
daerah sesuai dengan peraturan retribusi daerah.
perundang-undangan yang meliputi: 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
a) Pajak daerah; yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan
b) Retribusi daerah; Kekayaan Darah yang Dipisahkan
c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yaitu penerimaan daerah yang berasal
yang dipisahkan; dan dari pengelolaan kekayaan daerah
d) Lain-lain PAD yang sah. yang dipisahkan. Lain-lain
2. Dana perimbangan, yaitu dana yang Pendapatan Asli Daerah yang Sah
bersumber dari pendapatan APBN 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang dialokasikan kepada daerah yang Sah yaitu penerimaan dari PAD
untuk mendanai kebutuhan daerah yang bukan merupakan klasifikasi
dalam rangka pelaksanaan otonomi PAD yang disebutkan sebelumnya.
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu
Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
3
pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk
Berdasarkan uraian di atas, dapat kepentingan pembiayaan rumah tangga
kita ketahui bahwa PAD sangat penting pemerintah daerah tersebut.
sebagai sumber pembiayaan dan sebagai Penyelenggaraan pemerintah daerah dan
tolok ukur dalam pelaksanaan otonomi pembangunan.
daerah. Sehingga untuk melaksanakan
otonomi daerah, pemerintah harus dapat
mengidentifikasi sektor-sektor yang dinilai Pajak Daerah Berdasarkan UU Nomor
potensial sebagai pendorong pembangunan 18 Tahun 1997
daerah, terutama dalam memaksimalkan Pajak daerah di Indonesia
PAD. berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 1997
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Pengertian Pajak Daerah daerah yang dikutip oleh Pahala (2010: 40)
Pajak daerah adalah pajak yang yaitu pajak Daerah Tingkat II
dipungut oleh pemerintah daerah dan (kabupaten/kotamadya).
penggunaannya untuk membiayai sebagian Pajak Daerah Tingkat II terdiri dari:
belanja daerah. Pajak daerah adalah a. Pajak Hotel dan Restoran;
kontribusi wajib kepada Daerah yang b. Pajak Hiburan;
bersifat memaksa berdasarkan Undang- c. Pajak Reklame;
Undang. Ketentuan tentang pajak daerah d. Pajak Penerangan Jalan;
diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000 e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan
yang telah diubah dengan UU Nomor 28 Bahan Galian Golongan C;
Tahun 2009. f. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Menurut Soemarso (2007: 626) , dan Air Permukaan.
pengertian pajak daerah yaitu: Pajak
daerah merupakan pungutan wajib yang Berdasarkan uraian diatas maka
dikenakan oleh pemerintah daerah tanpa setiap pemerintah daerah hanya dapat
imbalan langsung yang seimbang, yang menetapkan pajak daerah sesuai dengan
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan kewenangan yang diberikan kepadanya
perundang-undangan yang berlaku yang oleh peraturan perundang-undangan pajak
digunakan untuk membiayai daerah.
penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Klasifikasi Pajak Daerah
Sedangkan Menurut Pahala (2010: 10) Kabupaten Musi Banyuasin
, pengertian pajak daerah yaitu: Pajak memiliki 9 pajak daerah pada tahun 2012.
daerah merupakan pajak yang ditetapkan Klasifikasi pajak daerah kabupaten/ kota di
oleh pemerintah daerah dengan peraturan Kabupatan Musi Banyuasin berdasarkan
daerah, yang wewenang pemungutannya Peraturan Pemerintah No.91 Tahun 2010
dilaksanakan oleh pemerintah daerah yaitu:
dalam melaksanakan penyelenggaraan 1. Pajak Hotel adalah pajak atas
pemerintahan dan pembangunan di daerah pelayanan yang diberikan oleh hotel.
karena pemerintah daerah di Indonesia 2. Pajak Restoran adalah pajak atas
terbagi menjadi dua yaitu pemerintah pelayanan yang disediakan oleh
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota restoran.
yang diberi kewenangan untuk 3. Pajak Hiburan adalah pajak atas
melaksanakan otonomi daerah, penyelenggaraan hiburan.
Berdasarkan definisi di atas dapat 4. Pajak Relame adalah pajak atas
disimpulkan bahwa pajak daerah penyelanggaraan reklame
merupakan pajak yang dipungut oleh 5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak
pemerintah daerah berdasarkan peraturan atas penggunaan tenaga listrik, baik
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu
Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
4
yang dihasilkan sendiri maupun yang mempelajari literature-literature yang
diperoleh dari sumber lain. menunjang penelitian.
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah pajak atas kegiatan Jenis dan Sumber Data
pengambilan mineral bukan logam Jenis data yang digunakan dalam
dan batuan, baik dari sumber alam di penelitian ini berupa data sekunder. Data
dalam dan atau permukaan bumi tersebut bersumber dari DPPKAD
untuk dimanfaatkan. Kabupaten Musi Banyuasin. Data
7. Pajak Air Tanah adalah pajak atas sekunder yang penulis peroleh dari
pengambilan dan atau pemanfaatan DPPKAD berupa data realisasi
air permukaan. penerimaan PAD periode tahun 2007
8. Pajak Sarang Burung Walet adalah sampai dengan tahun 2012 serta data nilai
Pajak atas kegiatan pengambilan dan potensi pajak daerah yang terdapat di
atau pengusaha sarang burung walet. Kabupaten Musi Banyuasin.
9. Bea Perolehan Hak Ats Tanah dan
Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas HASIL
perolehan hak atas tanah dan atau Gambaran Umum Deskriptif Data
bangunan. Penelitian
Penelitian ini menggunakan data
METODOLOGI PENELITIAN sekunder yang didapat dari Dinas
Lokasi dan Waktu Tempat Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Pengumpulan Data Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Musi
Penelitian ini dilakukan di Banyuasin. Berdasarkan data yang
Kabupaten Musi Banyuasin bertempat di diperoleh, didapat sampel Realisasi
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) , potensi
dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten pajak daerah dan realisasi pajak daerah
Musi Banyuasin dengan alamat Jalan Kabupaten Musi Banyuasin dalam periode
Kolonel Wahid Udin LK.1 Kelurahan tahun 2007 sampai dengan tahun 2012.
Serasan Jaya Sekayu Telp. (0714) 321138.
Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Deskriptif Data Pajak Daerah
Mei hingga bulan Juli 2013. Pajak daerah merupakan pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah
Teknik Pengumpulan Data tanpa imbalan langsung yang seimbang,
Menurut Sugiyono (2010 :193), yang dapat dipaksakan berdasarkan
macam-macam teknik pengumpulan data peraturan perundang-undangan yang
berdasarkan tekniknya adalah : berlaku untuk membiayai penyelenggaraan
1. Observasi pemerintah daerah dan pembangunan
Observasi adalah teknik pengumpulan daerah.
data yang dilakukan oleh penulis Sesuai dengan UU Nomor 22
dengan pengamatan langsung ke Tahun 1999 tentang pokok-pokok
DPPKAD Kabupaten Musi pemerintahan di Daerah yang mengatur
Banyuasin. tentang pemberian otonomi yang lebih luas
2. Wawancara kepada daerah serta lahirnya UU Nomor
Wawancara adalah teknik 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
pengumpulan data yang digunakan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
penulis untuk melakukan wawancara Pemerintah Daerah. UU Nomor 22 Tahun
dengan narasumber. 1999 berpengaruh terhadap dasar hukum
3. Dokumentasi peraturan pajak daerah dan retribusi daerah
Dokumentasi adalah teknik yang di Indonesia sehingga lahirlah UU Pajak
dilakukan penulis dengan Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 18
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu
Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
5
Tahun 1997. Undang-undang yang Tabel 3. Potensi Pajak Daerah Kabupaten
melandasi pajak daerah mengalami Musi Banyuasin tahun 2011
beberapa kali perubahan. UU Nomor 18 sampai dengan 2012 (dalam
Tahun 1997 berubah menjadi UU Nomor ribuan rupiah)
34 Tahun 2000 hingga terakhir berubah TAHUN
No URAIAN
menjadi UU Nomor 28 Tahun 2009. 2011 2012
1 Pajak Hotel 585.000 653.500
Potensi Pajak Daerah 2 Pajak Restoran 2.000.000 4.610.000
Sumber penerimaan daerah yang 3 Pajak Hiburan 95.750 105.250
4 Pajak Reklame 184.825 202.500
berasal dari daerah itu sendiri adalah PAD.
Pajak
Pajak daerah merupakan sumber 5 Penerangan Jalan 2.800.000 4.600.000
penerimaan daerah yang berasal dari Pajak Mineral
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setiap Bukan Logam
daerah memiliki potensi pajak daerahnya 6 dan Batuan 800.000 1.200.000
masing-masing begitupun dengan pajak 7 Pajak Air Tanah 50.000 50.000
Pajak Sarang
daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Musi
8 Burung Walet 50.000 50.000
Banyuasin. Adapun potensi pajak daerah 9 Bea Perolehan
yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Hak Atas Tanah
Banyuasin dapat dilihat sebagai berikut: dan Bangunan 7.500.000 9.000.000

Jumlah 14.065.575 20.471.250


Tabel 2. Potensi Pajak Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin tahun 2007 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
sampai dengan 2010 (dalam Keuangan dan Aset Daerah
ribuan rupiah) (DPPKA) Kabupaten Musi
TAHUN Banyuasin
No URAIAN
2007 2008 2009 2010
Pajak
1 Hotel 240.200 351.650 395.865 369.000
Berdasarkan data pada Tabel 5,
Pajak dapat dilihat potensi pajak daerah
2 Restoran 101.100 148.000 175.000 310.000 Kabupaten Musi Banyuasin yang
Pajak
3 Hiburan 5.000 50.000 65.500 70.500 mengalami peningkatan yaitu
Pajak Rp.3.488.000.000 pada tahun 2007 dan
4 Reklame 120.000 148.850 165.735 174.825
Pajak Rp.4.619.325.000 pada tahun 2010. Tabel
5 Penerangan 6 juga menampilkan data potensi pajak
Jalan 1.622.500 1.375.000 1.475.000 2.250.000
Pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin dalam
6 Galian periode tahun 2011 sebesar
Golongan C 1.400.000 1.500.012 1.440.000 1.445.000
Jumlah 3.488.800 3.573.512 3.717.100 4.619.325 Rp.14.065.575.000 yang mengalami
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan peningkatan sebesar Rp.20.471.250.000
Keuangan dan Aset Daerah pada tahun 2012. Peningkatan ini
(DPPKAD) Kabupaten Musi disebabkan oleh penambahan pajak daerah
Banyuasin baru pada tahun tersebut berupa pajak air
tanah, pajak sarang burung walet dan bea
perolehan atas tanah dan bangunan.
Pajak hotel mengalami penurunan
pada tahun 2010 dikarenakan realisasi
wisma pariwisata untuk tahun 2009 tidak
mencapai target sehingga target wisma
pariwisata untuk tahun 2010 diturunkan
agar bisa mencapai target. Wisma
pariwisata tidak mencapai target pada
tahun 2009 disebabkan oleh omzet per

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu


Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
6
bulan berkurang dan dipakai jika ada
acara-acara tertentu saja. 45,54
Pada tahun 2008 terjadi penurunan
potensi pajak penerangan jalan (PPJ)
204,49
sebesar Rp.247.500.000 dari tahun 2007.
Penurunan ini terjadi karena adanya 24,27
perubahan dalam proses penyetoran PPJ 4,01
0 2,42
yang dilakukan oleh non PLN. Pada tahun
2007, proses penyetoran PPJ dilakukan ; 1; 2007 ; 2; 2008 ; 3; 2009
pada bulan Desember namun pada tahun ; 4; 2010 ; 5; 2011 ; 6; 2012
2008 proses penyetoran PPJ dilakukan
pada bulan Januari. Sumber : Data yang diolah
Potensi pajak pengambilan bahan
galian golongan C dapat ditemui di Gambar 3. Potensi Pajak Daerah
kecamatan Sekayu, Sanga Desa, Lawang Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2007
Wetan. Pajak pengambilan bahan galian sampai dengan 2012 (dalam persentase)
golongan C mengalami penurunan pada
tahun 2009. Penurunan pajak ini Pembahasan
disebabkan oleh realisasi pasir bangunan Hipotesis yang telah dibuat pada
dan tanah urug tidak melampai target penelitian ini adalah penambahan pajak
sehingga potensinya diperkecil untuk daerah berpengaruh terhadap PAD.
tahun 2009. Pengujian hipotesis dengan aplikasi SPSS
Pajak air tanah adalah pajak yang menghasilkan beberapa hasil pengujian
dipungut atas pemanfaatan air bawah tanah yang dapat dilihat sebagai berikut:
dan pengambilan air bawah tanah untuk Tabel 12. Hasil Uji Statistik
sumur bor atau sumur gali. Potensi pajak UJI STATISTIK HASIL UJI
air tanah di Kabupaten Musi Banyuasin STATISTIK
tidak mengalami peningkatan pada tahun Koefisien Determinasi
2012 karena realisasi pajak ini pada tahun (R2)
2011 tidak melampaui target. Realisasi R 0,935
tidak terlampaui dikarenakan wajib pajak R Square (R2) 0,873
ini masih minim dan salah salah satu wajib Adjusted R Square 0,842
pajak menutup usahanya. Wajib pajak Standar Error of the
yang dikenakan pajak ini di Kabupaten Estimate 11.480.780,83
Musi Banyuasin adalah Pertamina Signifikansi Simultan
Talisman Jambi Merang dan Rumah (Uji Statistik F) 0,006
Makan Pagi Sore. Sedangkan Potensi Signifikansi Parsial (Uji
pajak sarang burung walet juga tidak Statistik t) 0,006
mengalami kenaikan karena harga pasar
sarang burung walet sering kali merosot Berdasarkan hasil pengujian di atas
serta kurangnya kesadaran dari wajib pajak diketahui bahwa secara simultan (uji f)
untuk menyetorkan pembayaran pajak maupun secara parsial (uji t) pajak daerah
tersebut. berpengaruh terhadap PAD. Hasil
Kenaikan potensi pajak daerah Kabupaten pengujian ini sesuai dengan penelitian
Musi Banyuasin selama periode 2007 Novalita (2005) dan penelitian Ruswandi
sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat (2009) yang menyatakan bahwa pajak
pada gambar berikut: daerah memiliki pengaruh terhadap PAD.
Pajak daerah memiliki pengaruh
terhadap PAD berdasarkan hasil uji

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu


Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
7
statistik artinya bahwa setiap kenaikan pengeluaran pemerintah daerah dalam
atau penambahan pajak daerah akan rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
mempengaruhi nilai PAD. Hal ini tentu pembangunan.
sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat
sebelumnya bahwa penambahan pajak Faktor-faktor yang Mempengaruhi
daerah berpengaruh terhadap PAD Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sehingga hipotesis tersebut dinyatakan PAD memiliki sumber penerimaan
diterima. lainnya selain pajak daerah. Sumber
Pajak daerah pada penelitian ini penerimaan lainnya tersebut merupakan
merupakan sumber pendapatan daerah faktor-faktor mempengaruhi PAD selain
yang dipungut oleh pemerintah daerah pajak daerah yaitu:
dibantu oleh DPPKAD Kabupaten Musi 1. Retribusi daerah yaitu penerimaan
Banyuasin. Kenaikan pajak daerah dapat daerah yang berasal dari retribusi
terus di pantau setiap tahunnya dengan daerah.
melihat realisasi pajak daerah tercapai atau 2. Hasil Pengelolaan Kekayaan Darah
tidak. Jika realisasi komponen pajak yang Dipisahkan yaitu penerimaan
daerah melebihi target yang telah dibuat daerah yang berasal dari pengelolaan
maka potensi pajak daerah tersebut bisa kekayaan daerah yang dipisahkan.
dinaikkan. Namun, jika realisasi 3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
komponen pajak daerah berada dibawah Sah yaitu penerimaan dari PAD yang
target maka potensi pajak daerah tersebut bukan merupakan klasifikasi PAD
tidak dinaikkan untuk tahun selanjutnya. yang disebutkan sebelumnya.
Pajak daerah memiliki pengaruh
terhadap PAD sehingga setiap peningkatan Retribusi daerah, hasil pengelolaan
pajak daerah sebesar Rp.1 maka PAD juga kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-
akan meningkat Rp.3,648 ribu per tahun. lain pendapatan asli daerah yang sah
Nilai PAD yang naik setiap tahun adalah mengalami peningkatan dan penurunan
tujuan diadakannnya otonomi daerah agar setiap tahun dalam periode tahun 2007
pemerintah daerah tidak bergantung pada sampai tahun 2012. Hal tersebut dapat
pemerintah pusat untuk membiayai dilihat sebagai berikut ini:

Tabel 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) (dalam ribu
rupiah)
TAHUN
o URAIAN
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pajak Daerah 3.841.538 3.691.064 5.666.153 8.214.830 20.157.106 18.394.708
2 Retribusi Daerah 4.505.554 3.740.224 2.240.938 3.269.845 1.615.367 2.506.482
3 Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan 1.448.327 2.127.103 7.054.440 5.809.446 7.086.557 9.528.703
Lain-lain
4 Pendapatan Daerah
yang Sah 18.219.665 21.701.775 20.088.527 46.727.633 51.785.852 66.302.456
JUMLAH 28.015.084 31.260.166 35.050.058 64.021.754 80.644.882 96.732.349
Sumber : Data yang diolah

Tabel di atas memberikan informasi bahwa pengelolaan kekayaan daerah yang


retribusi mengalami penurunan pada tahun dipisahkan mengalami penurunan tahun
2008, 2009 dan 2011 serta mengalami 2010 serta mengalami peningkatan tahun
peningkatan tahun 2010 dan 2012. Hasil 2008, 2009, 2011 dan 2012. Lain-lain
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu
Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
8
pendapatan daerah yang sah mengalami memberikan saran sebagai masukan bagi
penurunan tahun 2009 serta mengalami DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin:
peningkatan tahun 2008, 2010, 2011 dan 1. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi
2012. penurunan potensi pajak daerah
Kabupaten Musi Banyuasin maka
KESIMPULAN untuk mengatasi hal tersebut dihimbau
Berdasarkan hasil analisis dan hasil agar pemerintah daerah tidak hanya
pembahasan bab sebelumnya mengenai melihat realisasi untuk menetapkan
potensi pajak daerah periode tahun 2007 target tapi melihat penyebab terjadinya
sampai dengan tahun 2012, pengaruh penurunan potensi pajak daerah
pajak daerah terhadap Pendapatan Asli tersebut.
Daerah (PAD) Kabupaten Musi 2. DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin
Banyuasin, hambatan dalam memungut menghadapi kendala atau hambatan
pajak daerah serta faktor-faktor yang dalam pemungutan pajak daerah maka
mempengaruhi PAD maka dapat dibuat untuk mengatasi hambatan tersebut
simpulan sebagai berikut: DPPKAD perlu:
1. Potensi pajak daerah di Kabupaten a. Mengadakan sosialisasi ke setiap
Musi Banyuasin mengalami kecamatan di Kabupaten Musi
peningkatan dan mengalami Banyuasin untuk memberikan
penambahan objek pajak daerah yang pemahaman ke masyarakat tentang
mulanya ada 6 jenis pajak daerah aturan perpajakan baik itu
menjadi 9 jenis pajak daerah selama peraturan daerah maupun peraturan
periode tahun 2007 sampai dengan bupati
tahun 2012. b. Mencanangkan pengadaan
2. Hambatan yang dihadapi oleh kendaraan roda empat di setiap
DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin UPTD kecamatan masing-masing
yaitu kurangnya kesadaran masyarakat agar memudahkan untuk
untuk membayar pajak daerah, sarana menjangkau lokasi objek pajak
dan prasarana yang dimiliki UPTD ataupun masyarakat di daerah-
kurang serta pelayanan yang diberikan daerah.
kepada wajib pajak kurang maksimal c. Menambah pegawai baru untuk
karena terbatasnya sumber daya memberikan pelayanan yang
manusia maksimal.
3. Pajak daerah berpengaruh signifikasi 3. Untuk memaksimalkan penerimaan
terhadap PAD dengan probilitas pajak daerah sebagai tujuan
signifikansi sebesar 0,006. Hal tersebut diadakannya otonomi daerah maka
dibuktikan dengan hasil penelitian DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin
yaitu setiap peningkatan pajak daerah disarankan untuk meningkatkan
sebesar Rp.1 maka PAD juga akan control terhadap objek pajak daerah
meningkat Rp.3,648 ribu per tahun. yang telah ada sehingga nantinya akan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tetap bisa berpotensi dan memiliki
PAD selain pajak daerah adalah pengaruh terhadap PAD di Kabupaten
retribusi daerah, Hasil Pengelolaan Musi Banyuasin.
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah.

Berdasarkan hasil penelitian dan


pembahasan yang dilakukan, penulis

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu


Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
9
DAFTAR PUSTAKA Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak
Daerah & Retribusi Daerah Edisi
Novalita, Betta Sari. 2005. Peranan Pajak Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Daerah Dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
[skripsi]. Jakarta: Universitas Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Gunadarma Bandung

Nordiawan, Deddi., Iswahyudi Sondi Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan


Putra., Maulidah Rahmawati. 2009. Aplikasi. Jakarta: Erlangga
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta:
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi
Salemba Empat
Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers
Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun
Undang-undang No. 33 Tahun 2004
2010 Tentang Jenis Penetapan Pajak
Tentang Perimbangan Keuangan
Daerah yang Dipungut Berdasarkan
antara Pemerintah Pusat dan
Penetapan Kepala Daerah Atau
Pemerintah Daerah
Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak
Undang-undang No. 12 Tahun 2008
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Tentang Pemerintahan Daerah
13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah
Data dengan SPSS 17. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta
Taufik, Irwan. R. 2009. Perencanaan dan
Penganggaran Keuangan Daerah di
Indonesia. Yogyakarta: Sekolah
Pascasarjana UGM
Triyanto. 2011. Profil Kabupaten Musi
Banyuasin. (Online). (Situs Resmi
Pemkab MUBA, diakses 24 Juni
2013)
Ruswandi, Rina Rahmawati. 2009.
Analisis Pengaruh Pajak Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Sumedang
skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor
S.R, Soemarsono. 2007. Perpajakan.
Jakarta: Salemba Empat
Sarwono, Jonathan. 2009. Teori dan
Praktek Pemasaran dengan SPSS.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu


Vol. II No.1 (Januari-Juni 2015), ISSN : 2407-2184
10

Anda mungkin juga menyukai