Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Tendon (juga disebut sinew atau urat) adalah sekumpulan jaringan ikat berserat kuat yang
menghubungkan jaringan otot dengan tulang. Jaringan ini cukup kuat untuk menahan tegangan.
Jaringan tendon sangat mirip dengan ligamen dan fascia; ketiganya terbuat dari kolagen. Ligamen
menghubungkan tulang dengan tulang lain; fasciae menghubungkan otot dengan otot. Tendon dan
otot bekerja sama untuk menggerakkan kerangka tubuh.
Fungsi tendon, setiap otot biasanya memiliki dua tendon untuk mengikat dua tulang yang
berbeda dengan otot yang melintasi sendi. Hal ini memungkinkan tendon untuk bertindak sebagai
katrol. Tendon berfungsi sebagai kekuatan untuk tarikan otot ke tulang. Kontraksi otot menarik
tendon, kemudian tulang, sehingga terjadi gerakan. Tulang-tulang berhubungan pada sendi oleh
ligamen dan jaringan ikat lainnya, sehingga kontraksi tendon menghasilkan gerakan-gerakan
tertentu, tergantung pada otot dan sendi yang terlibat.
Ruptur adalah robek atau putusnya otot yang diakibatkan karena trauma, dimana dapat
terjadi pada perut otot atau pada sambungan musculotendineus. Biasanya seseorang yang
mengalami ruptur mengalami tanda dan gejala seperti : Adanya nyeri terutama saat terjadi
gerakan, kekuatan otot berkurang, spasme dan gangguan ekstensibilitas dan fleksibilitas otot,
adanya oedema dan hematoma serta kadang-kadang didahului oleh rasa seolah-olah ada yang
putus atau robek.
Secara umum ruptur bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung bisa terjadi karena adanya benturan benda keras yang menyebabkan robekan pada otot.
Sedangkan secara tidak langsung, bisa terjadi karena penarikan otot yang melampaui batas
maksimal kemampuan otot untuk memanjang.
Dalam perkembangannya kasus terjadinya ruptur sangat jarang ditemukan, kalaupun ada
hanya beberapa saja. Oleh sebab itu penanganan fisioterapi pada kasus ini secara umum adalah
bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan ekstensibilitas dan fleksibilitas serta kekuatan
otot.

B. Etiologi
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan resiko
rupture
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul. (Anderson Silvia Prince. 2006).
C. Patofisiologi
Anatomi Tendon
Tendon terdiri dari jaringan padat dan jaringan ikat fibrosa yang tersusun secara pararel.
Endotendon mengelilingi jaringan tendon dan epitendon mengelilingi unit tendon keseluruhan.
Kedua jaringan ikat membawa suplai darah instrinsik ke struktur internal tendon. Selubung
tendon terdapat diatas tempat tendon melintasi sendi. Selubung tendon terdiri dari dua lapisan,
lapisan parietal di luar dan lapisan visceral di dalam. Selubung ini mensekresikan cairan sinovial
untuk membantu tendon bergerak. Tendon, yang berselubung, mesotendonnya membawa suplai
darah ekstrinsik ke tendon. Tendon yang tidak berselubung ditutupi oleh paratendon, yang
memungkinkan tendon untuk bergerak dan memasok suplai darah ekstrinsik.
Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang
baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri yang hebat
2. Memar
3. Terdapat kelemahan
4. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena
5. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat
6. Ketidakmampuan untuk menanggung beban
7. Terdapat deformitas

E. Faktor Resiko
1. Umur : 30-40 tahun
2. Jenis kelamin : > = 5:1♂ ♀
3. Obesitas
4. Olahraga
5. Riwayat ruptur tendon sebelumnya
6. Penyakit tertentu artritis, DM
F. Penatalaksanaan
Pengobatan awal dapat dilakukan dengan kompres es, imobilisasi dalam posisi plantar
fleksi, memakai kruk, dan analgetik bila diperlukan.
Terapi definitif terdiri dari 3 pilihan : pembedahan, perbaikan perkutan, dan perbaikan
tertutup (non bedah). Penelitian terkini menunjukkan hasil yang sama antara operatif dan non
operatif (imobilisasi dalam plantar fleksi dengan gips). Pasien dapat kembali berolah raga tanpa
restriksi dalam 6 bulan pada setiap grup yang diteliti. Penelitian meta analisis lain menunjukkan
resiko ruptur ulang lebih rendah pada operatif daripada non operatif. Tetapi terapi operatif
memiliki resiko lain diantaranya infeksi, adhesi dan gangguan sensibilitas kulit. Resiko tersebut
diperkecil dengan teknik bedah perkutan. Penggunaan Alat Penyokong fungsional juga dapat
mengurangi komplikasi.

G. Proses Penyembuhan Tendon


Penyembuhan tendon terjadi secara intrinsik maupun ekstrinsik. Penyembuhan intrinsik
didukung oleh suplai intrinsik yang memasok kira-kira seperempat dari volume tendon.
Penyembuhan ekstrinsik adalah hasil dari stimulasi jaringan peritendinous untuk
berproliferasi dan memasok kebutuhan sel dan kapiler yang dibutuhkan untuk proses
penyembuhan. Proses ini bertanggung jawab untuk pembentukan adhesi tendon untuk semua
struktur yang berdekatan dari luka menjadi satu dan terbentuk scar. Telah terbukti secara
eksperimental bahwa suplai darah intrinsik tidak cukup untuk mendukung penyembuhan utama
tendon dalam banyak kasus. Penyembuhan tendon di dalam selubung lebih lama dibandingkan
dengan penyembuhan bagian tendon diluar selubung.
Urutan penyembuhan tendon adalah sebagai berikut:
Fase inflamasi (0-10 hari)
Urutan biologis ini sama dengan penyembuhan luka pada umumnya, kecuali dalam kasus ini,
penyembuhan berlangsung lebih lambat. Bahkan, pada lima sampai tujuh hari setelah terluka,
tendon menjadi lebih lemah.
Fase proliferasi (4-21 hari)
Sebuah kalus fibrovascular terbentuk di sekitar tendon dan menyatukan semua struktur luka
menjadi satu bagian.
Fase Maturasi/Pematangan (28-120 hari)
Orientasi longitudinal dari fibroblas dan fiber dimulai. Pada 45 hari, kolagen lisis dan
pembentukan kolagen mencapai kesetimbangan. Pada 90 hari, pembentukan awal bundel kolagen
mulai terlihat dan pada 120 hari bundel ini tampak seperti yang terlihat pada tendon normal.
H. Asuhan keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1. Kaji tempat cedera untuk nyeri, pembengkakan, warna kulit dan status neurovaskularisasi
2. Kaji penyebab cedera
3. Kaji perlunya penghilang rasa sakit
4. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
5. Kaji penyembuhan luka
6. Kaji integeritas gips
7. Kaji status hidrasi
8. Kaji adanya tanda-tanda kompllikasi
9. Kaji kemampuan klien untuk mematuhi program pengobatan
Pemeriksaan penunjang
1. Sinar-X
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
3. Musculoskeletal Ultrasonografi
4. Foto rontgen. (muttaqin, A.2011)

I. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculosceletal
3. Kerusakan integritas jaringan
4. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Daftar pustaka

Anderson Silvia Prince. (2006). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.

Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGC

Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta

Ningsih, lukman nurna. 2011. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
musculoskeletal. Salemba medika. Jakarta.
Lembar pengesahan

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

Mahasiswa

( )

Anda mungkin juga menyukai