Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Nyeri leher atau bisa disebut nyeri servikal, nyeri tengkukatau Cervical
Syndrome adalah suatu kondisi medis yang umum. Nyeri leher ini biasanya muncul
dari akibat sejumlah gangguan dan penyakit yang mengenai jaringan sekitar leher
seperti penyakit degeneratif pada diskus, ketegangan pada leher, dan cedera leher
meliputi herniasi diskus yang dapat menyebabkan terjepitnya saraf. (Stöppler, 2011).
Presentase kejadian Cervical syndrome ini 36% dari keluhan nyeri di daerah vertebra,
yang kejadiannya terbanyak nomor dua setelah keluhan nyeri pinggang atau low back
pain. Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh rasa tidak enak di leher, bahkan
0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat. Insiden nyeri leher meningkat dengan
bertambahnya usia. Lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki dengan
perbandingan 1,67:1. (Hudaya.P, 2009 dan Turana.Y, 2010)
Diperkirakan 20% sampai 70% populasi pernah mengalami nyeri leher
sesekali dalam hidupnya. Ditambah lagi insidensi nyeri leher meningkat tiap waktu,
10% sampai 20% populasi dilaporkan mempunyai masalah nyeri leher, dengan 54%
individu mengalami nyeri leher dalam 6 bulan terakhir. Prevalensi nyeri leher
meningkat oleh karena usia dan umumnya terjadi pada wanita berusia sekitar 50
tahun (Childs et al, 2008).
Pada umumnya cervical syndrome terutama spondilosis servikalis
frekuensinya meningkat setelah usia 40 tahun dan mengenai lebih dari 70% pasien
dengan usia diatas 70 tahun. Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai frekuensi
terjadinya sama, walaupun perubahan tersebut mungkin lebih berat pada laki-laki.
(Bolman HH 1996)
Cervical syndrome ini dapat sebagai akibat adanya proses patologis pada jaringan
lunak, namun lebih sering akibat kondisi yang berhubungan dengan vertebra servikal.
Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan vertebra servikal antara lain servikal
spondylosis, radikulopathy atau kompresi pada radiks saraf, myelopathy atau
kompresi pada medulla spinalis servikal, cedera, iritasi pada otot-otot paraspinal.
Nyeri servikal dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: proses infeksi, perubahan
degeneratif, trauma, tumor dan kelainan sistemik .
(Turana.Y, 2010).
Di Indonesia, setiap tahun sekitar 16,6% populasi orang dewasa mengeluhkan
rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak enak di leher menjadi
nyeri leher yang berat. Insidensi nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia,
dimana lebih sering mengenai wanita dari pada laki-laki dengan perbandingan 1,67:1
(Hudaya, 2009). Nyeri dianggap proses yang normal, menurut Toxonomy Commite of
the International Association for the Study of Pain (IASP) menyebutkan bahwa nyeri
didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensoris dan emosi yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan baik yang aktual maupun
yang potensial. Dengan adanya nyeri, maka pasien akan mengalami penurunan
produktivitas, penurunan kualitas hidup (Quality of Life) seperti gangguan ADL dan
penurunan keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial (Hudaya, 2009).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI CERVICAL


a. Cervical I-VII
Vertebra cervical I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda dengan
lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena pada atlas
dilukiskan adanya arcus anterior terdapat permukaan sendi, fovea, vertebralis,
berjalan melalui arcus posterior untuk lewatan arcus posterior untuk
lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra cervical II juga disebut aksis, berbeda dengan vertebra
cervical ke-3 sampai ke-6 karena adanya dens atau processus odontoid. Pada
permukaan cranial corpus aksis memiliki tonjolan seperti gigi, dens yang
ujungnya bulat, aspek dentis.
Vertebra cervical III-V processus spinosus bercabang dua. Foramen
transversarium membagi processus transversus menjadi tuberculum anterior
dan posterior. Lateral foramen transversarium terdapat sulcus nervi spinalis,
didahului oleh nervi spinalis.
Vertebra cervical VI perbedaan dengan vertebra cervical I sampai
dengan cervical V adalah tuberculum caroticum, karena dekat dengan arteri
carotico.
Vertebra cervical VII merupakan processus spinosus yang besar, yang
biasanya dapat diraba sebagai processus spinosus columna vertebralis yang
tertinggi, oleh karena itu dinamakan vertebra prominens (Syaifuddin, 2003).
b. Ligamentum
Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi
untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk
menyangga suatu organ (Snell, 2006).
a. Ligamentum longitudinal anterior
Ligamentum longitudinal anterior merupakan suatu serabut
yang membentuk pita lebar dan tebal serta kuat, yang melekat pada bagian
corpus vertebra, dimulai dari sebelah anterior corpus vertebrae cervicalis
II (yang meluas ke kepala pada os occipital pars basilaris dan tuberculum
anterior atlantis) dan memanjang ke bawah sampai bagian atas depan
fascies pelvina os sacrum. Ligamen longitudinal anterior ini lebih tebal
pada bagian depan corpus karena mengisi kecekungan corpus. Ligamen
longitudinal anterior ini berfungsi untuk membatasi gerakan extensi
columna vertebralis. Dimana daerah lumbal akibat berat tubuh akan
mengalami penambahan lengkungan pada vertebra columna didaerah
lumbal.
b. Ligamentum longitudinal posterior
Ligamentum longitudinal posterior berada pada permukaan posterior
corpus vertebrae sehingga dia berada di sebelah depan canalis vertebralis.
Ligamentum ini melekat pada corpus vertebra cervical II dan memanjang
kebawah os sacrum. Ligamentum ini diatas discus intervertebralis
diantara kedua vertebra yang berbatasan akan melebar, sedangkan
dibelakang corpus vertebra akan menyempit sehingga akan membentuk
rigi. Ligamentum ini berfungsi seperti ligamentum-ligamentum lain pada
bagian posterior vertebra colum, yaitu membatasi gerakan ke arah fleksi
dan membantu memfiksasi dan memegang dalam posisi yang betul dari
suatu posisis reduksi ke arah hyperextensi, terutama pada daerah thorakal.
c. Ligamentum intertransversarium
Ligamentum intertransversarium melekat antara processus transversus
dua vertebra yang berdekatan. Ligamentum ini berfungsi mengunci
persendian sehingga membentuk membuat stabilnya persendiaan.

d. Ligamentum flavum
Ligamentum flavum merupakan suatu jaringan elastis dan berwarna
kuning, berbentuk pita yang melekat mulai dari permukaan anterior tepi
bawah suatu lamina, kemudian memanjang ke bawah melekat pada bagian
atas permukaan posterior lamina yang berikutnya. Ligamentum flavum ini
di daerah servikal tipis akan tetapi di daerah thorakal ligamentum ini agak
tebal. Ligamentum ini akan menutup foramen intervertebral untuk
lewatnya arteri, vena serta nervus intervertebral. Adapun fungsi
ligamentum ini adalah untuk memperkuat hubungan antara vertebra yang
berbatasan.
e. Ligamentum interspinale
Ligamentum interspinale merupakan suatu membran yang tipis
melekat pada tepi bawah processus suatu vertebra menuju ke tepi atas
processus vertebra yang berikutnya. Ligamentum ini berhubunganm
dengan ligamentum supra spinosus dan ligamentum ini didaerah lumbal
semakin sempit.

c. Otot pada Leher


Otot yang terdapat pada leher terdiri dari otot sternocleidomastoideus
origonya terletak pada processus mastoideus dan linea nuchae superior,
insersio Pada incisura jugularis sterni dan articulation sternoclavicularis,
fungsi rotasi, lateral flexi, kontraksi bilateral mengangkat kepala dan
membantu pernapasan bila kepal difixasi inervasi nervus accessorius dan
plexus servikal (C1 dan C2) (Daniel, S. Wibowo, 2005).
Otot scaleni terbagi atas 3 serabut, yang pertama otot scalenus
anterior, origo pada tuberculum anterius processus transversus vertebra
cervicalis III sampai VI, insersio pada tuberculum scalene anterior, inervasi
plexus brachialis (C5-C7) dan berfungsi menarik costa I, menekuk leher ke
latero anterior dan menekuk leher ke anterior. Yang kedua otot scalenus
medius origo terletak pada tuberculum posterior processus transversus
vertebra cervicalis II sampai dengan VII, insersio pada costa I di belakang
sulcus a.subclavicula dan kedalam membrane intercostalis externa dari
spatium intercostalis I, inervasi plexus cervicalis dan brachialis (C4-C8) dan
berfungsi mengangkat costa I dan menekuk leher ke lateral costa I. Yang
terakhir otot scalenus posterior origo terletak pada processus transversus
vertebra cervicalis V sampai VII, insersio pada permukaan lateral costa II,
inervasi plexus brachialis (C7-C8) dan berfungsi fleksi leher, membantu rotasi
leher dan kepala serta mengangkat costa I (Daniel, S. Wibowo, 2005).

Otot trapezius dibagi menjadi 3 serabut yaitu yang pertama pars


descendens origo berasal dari linea nuchae superior, protuberantia occipitalis
externa dan ligamentum nuchea, insersio pada sepertiga lateral clavicula,
berfungsi untuk melakukan gerakan adduksi dan retraksi dan menginervasi
nervus accessorius dan rami trapezius (C2-C4). Otot pars tranversa origo
berasal dari servikal, insersio pada sepertiga lateral clavicula, berfungsi untuk
melakukan gerakan adduksi dan retraksi. dan menginervasi nervus
accessorius dan rami trapezius (C2-C4). Yang ketiga pars ascendens origo
berasal dari vertebra thoracalis III sampai XII, dari processus spinosus dan
ligamentum supraspinasum, insersio pada trigonum spinale dan bagian spina
scapulae yang berdekatan, berfungsi untuk menarik ke bawah (depresi) dan
menginervasi nervus accessorius dan rami trapezius (C2-C4) (Daniel, S.
Wibowo, 2005).

Otot levator scapula origo terletak pada tuberculum posterior


processus transversus vertebra cervicalis I sampai IV, insersio pada angulus
superior scapula, berfungsi mengangkat scapula sambil memutar angulus
inferior ke medial dan menginervasi nervus dorsalis scapulae (C4-C8). Otot
ini difungsikan untuk mengangkat pinggir medial scapula. Bila bekerja sama
dengan serabut tengah otot trapezius dan rhomboideus, otot ini menarik
scapula ke medial dan atas, yakni pada gerakan menjepit bagu ke belakang
(Daniel, S. Wibowo, 2005).
Otot longus colli kira-kira membentuk segitiga karena terdiri atas tiga
kelompok serabut. Fungsinya : untuk membengkokkan servikal ke depan dan
ke samping. Inervasinya plexus cervicalis dan brachialis (C2-C8). Otot
longus colli terdiri dari 3 serabut, yang pertama serabut oblique superior
origonya berasal dari tuberculum anterius processus transversus vertebra
cervicalis II sampai V dan insersio pada tuberculum anterior atlas. Yang
kedua serabut oblique inferior, origo berjalan dari corpus vertebra thoracalis
I sampai III dan insersio pada tuberculum anterius vertebra cervicalis VI. Dan
yang terakhir serabut medial, origo terbentang dari corpus vertebra thoracalis
bagian atas dan vertebra cervicalis bagian bawah insersio pada corpus
vertebra cervicalis bagian atas (Daniel, S. Wibowo, 2005).
Otot longus capitis origo terletak pada tuberculum anterius processus
transversus vertebra cervicalis III sampai VI, insersio pada bagian basal os
occipital berfungsi membentuk gerakan flexi, Lateral flexi dan menginervasi
plexus cervicalis (C1-C4) (Daniel, S. Wibowo, 2005).

B. PATOLOGI
1. Definisi

Nyeri leher atau bisa disebut nyeri servikal adalah suatu kondisi medis yang
umum. Nyeri leher ini biasanya muncul dari akibat sejumlah gangguan dan penyakit
yang mengenai jaringan sekitar leher seperti penyakit degeneratif pada diskus,
ketegangan pada leher, dan cedera leher meliputi herniasi diskus. (Stöppler, 2011).

2. Etiologi
Nyeri pada leher dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor musculoskeletal, faktor nervorum, factor vascularisasi, dan faktor
pada persendiannya (Hudaya, 2009). Berbagai macam penyebab dari
sindroma nyeri servikal, meliputi:
a. Trauma
Trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
whiplash injury, kecelakaan akibat kerja atau olahraga yang kontak badan
sehingga mengakibatkan timbulnya nyeri pada leher. Pada beberapa jenis
pekerjaan dapat menyebabkan nyeri leher akibat trauma menahun,
misalnya pada tukang cat plafon, tukang potong rambut, dan seorang
pegawai kantor yang bekerja didepan computer selama kerjanya (Hudaya,
2009).
b. Kesalahan postural
Kebiasaan sikap postural dan posisi yang salah dan berkepanjangan dapat
menyebabkan nyeri pada leher, misalnya kebiasaan tidur menggunakan
bantal yang terlalu tinggi, menggerakkan leher secara spontan.
c. Penyakit degenerative
Penyakit degeneratif merupakan salah satu kondisi yang sering mengenai
leher pada orang setelah usia pertengahan dan meningkat seiring
bertambahnya usia yang menyebabkan nyeri pada leher. Kondisi ini
disebut dengan spondilosis cervicalis yang tampak dari hasil radiologis,
yaitu: perubahan discus intervertebralis, pembentukan osteofit pada
paravertebral dan facet joint, serta perubahan arcus lamina posterior. Pada
kasus sindroma nyeri servikal ini disebabkan oleh kesalahan postural yang
berkepanjangan.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada kasus sindroma nyeri servikal
meliputi:
a. Adanya nyeri pada daerah leher yang bersifat terus-menerus.
Nyeri tersebut berupa nyeri tekan pada otot-otot sekitar leher, scapula,
dan pundak seperti m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m.
ekstensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m.
rhomboideus minor. Nyeri gerak pada gerakan leher yang meliputi gerak
fleksi, ekstensi, rotasi kanan, rotasi kiri, lateral fleksi kanan, dan lateral
fleksi kiri baik gerak pasif maupun aktif.
b. Spasme otot
Adanya spasme otot-otot leher, scapula, dan pundak pada
m.sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. ekstensor leher, m.
upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m. rhomboideus minor.
c. Keterbatasan gerak
Adanya keterbatasan gerak pada leher yang meliputi gerak fleksi,
ekstensi, rotasi kanan, rotasi kiri, lateral fleksi kanan, dan lateral fleksi
kiri baik gerak aktif maupun pasif.
d. Gangguan postural
Gangguan postural sebaga i gerakan kompensasi untuk menghindari
rasa nyeri, misalnya bahu menjadi asimetris atau tidak tegak.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi


C. PENDEKATAN INTERVENSI FISIOTERAPI

1. Pemanasan dengan Sinar Infra Red (IR)


a. Persiapan alat
Persiapan alat yang dilakukan meliputi, persiapan lampu seperti
pemanasan alat selama 5 menit, alat pengatur waktu selama 15 menit.
b. Persiapan pasien
Sebelum dilakukan terapi infra red pasien dilakukan tes sensibilita
kulit terlebih dahulu untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan seperti
luka bakar. Tes sensibilitas dapat dilakukan dengan tes panas dingin agar
terapis mengetahui apakah pasien mempunyai gangguann sensibilitas kulit
atau tidak sebelum diberikan terapi. Lalu Pasien diposisikan senyaman
mungkin, dalam kasus ini minta pasien untuk tengkurap dengan kepala di atas
bantal dan wajah menghadap ke sisi kanan.
c. Pelaksanaan terapi
Lampu infra red diposisikan tegak lurus pada leher dengan jarak
sekitar 35-45 cm dari kulit. Atur waktu pada pengatur waktu selama 15 menit
lalu lampu dihidupkan. Tanyakan pada pasien apakah terasa panas atau
hangat. Jika terasa panas maka lampu infra red dapat dijauhkan atau ditambah
jaraknya.
2. Pemberian Terapi Manual dengan Metode Stretching
a. Otot upper trapezius
Pasien : Duduk menghadap depan, bahu ditekan oleh siku terapis, kepala
bersandar ke samping, telinga menuju bahu.
Arah : Samping dan belakang leher.
Prosedur : pasien duduk, terapis berdiri di belakang pasien dan menstabilkan
bahu dengan satu tangan di atas sisi kepala pasien dan wajah. Instruksikan
pasien untuk tarik napas dan menghembuskan napas, saat pasien
menghembuskan napas berikan tekanan pada kepala dan wajah ke arah lateral
fleksi dengan tekanan lembut, tahan 30 detik dan rilekskan kembali kemudian
diulangi hingga 3 kali.

b. Otot Levator Scapula


Pasien : Menghadap depan, telinga ke bahu dan melihat ke bawah menuju sisi
yang sama.
Arah : Samping dan belakang leher.
Prosedur : pasien duduk, terapis berdiri di belakang pasien dan menstabilkan
bahu dengan siku tangan, dan tangan satunya di atas sisi kepala bagian
belakang. Instruksikan pasien untuk tarik napas dan menghembuskan napas,
saat pasien menghembuskan napas berikan tekanan lembut ke arah lateral
fleksi sedikit rotasi homo lateral, tahan 30 detik dan rilekskan kembali
kemudian ulangi lagi.

c. Otot Sternocleidomastoideus
Pasien : Menghadap depan.
Arah : rotasi ke belakang leher.
Prosedur : pasien duduk, terapis berdiri di belakang pasien dan menstabilkan
bahu dengan siku tangan.tangan yang lain memegang dahi pasien.
Instruksikan pasien untuk tarik napas dan menghembuskan napas, saat pasien
menghembuskan napas berikan tekanan lembut ke arah belakang leher sedikit
rotasi, tahan 30 detik dan rilekskan kembali kemudian ulangi lagi.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
a. Anamnesis Umum
Nama : Tn. R
Tanggal Lahir : 26 Juli 1977
Nomor RM : 840958
Jenis Pemeriksaan : Foto Leher AP + Lateral
Klinis : Cervical Syndrom

Foto Cervical AP/Lateral (CV C1-C7)


- Alignment columna vertebrae cervicalis intak, tidak tampak listhesis
- Tidak tampak fraktur dan destruksi pada tulang
- Mineralisasi tulang baik
- Discus dan foramen intervertebralis baik
- Jaringan lunak sekitar kesan baik

Kesan : Tidak tampak kelainan radiologic pada cervicalis ini

Anda mungkin juga menyukai