Anda di halaman 1dari 8

a.

Definisi Open Fraktur


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak
dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan
ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.1,7
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh ruda
paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya
sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia
dan fibula.1
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul
komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar
menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma
langsung (chairuddin rasjad,2008).
Fraktur kruris merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan fibula. Fraktur kruris
merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada tulang panjang
lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan yang
hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya
bergeser karena berada langsung dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur
terbuka.3

1
b. Anatomi Tibia dan Fibula

Gambar Os tibia dan fibula7


Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris. Ini
merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke
proksimal untuk membentuk articulation genu dan ke distal terlihat semakin mengecil.
Os fibula atau calf bone terletak sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia. Extremitas
proximalis fibula terletak agak posterior dari caput tibia, dibawah articulation genus dan
tulang ini tidak ikut membentuk articulation genus.4
Fascia cruris merupakan tempat perleketan musculus dan bersatu dengan
perosteum. Ke proximal akan melanjutkan diri ke fascia lata, dan akan melekat di sekitar
articulation genus ke os patella, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan capitulum
fibulae. Ke posterior membentuk fascis poplitea yang menutupi fossa poplitea. Disini
tersusun oleh serabut-serabut transversal yang ditembus oleh vena saphena parva.
Fascia ini menerima serabut-serabut tendo m.biceps femoris femoris disebelah lateral
dan tendo m. Sartorius, m.gracilis, m.semitendinosus, dan m.semimembranosus
disebelah medial. Ke anterior, fascia ini bersatu dengan perosteum tibia serta
perostenium capitulum fibulae dan malleolus fibulae. Ke distal, faascia ini melanjutkan
diri ke raetinaculum mm.extensorum superior dan retinaculum mm. flexorum. Fascia ini
menjadi tebal dan kuat dibagian proximal dan anterior cruris, untuk perlekatan m.tibialis
anterior dan m.extensor digitorum longus. Tetapi, fascia ini tipis dibagian posterior yang
menutupi m.gastrocnemeus dan m.soleus. disisi lateral cruris, fascia ini membentuk
septum intermusculare anterius dan septum intermusculare posterius. Musculus di

2
region cruris dibedakan menjadi tiga kelompok. Yaitu (a) kelompok anterior, (b)
kelompok posterior dan (c) kelompok lateralis.4
c. Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila
terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan
lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan
lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama
pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya
pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat
menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur.
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim.1,2

d. Klasifikasi Fraktur Terbuka


klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)
TIPE 1
Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang
yang menembus kulit. terdapat sedikit kerusakan jaringan lunak, tanpa penghancuran
dan fraktur tidak kominutif.
TIPE 2
Laserasi kulit melebihi 1cm tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak, avulsi kulit,
serta fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang.
TIPE 3

3
Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur
neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh
karena trauma dengan kecepatan tinggi.
tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:
TIPE 3 a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat
ataupun adanya flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat
TIPE 3 b
Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan,
terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebat serta fraktur
komunitif yang hebat.
TIPE 3 c
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan
tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.1

e. Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejala fraktur adalah sebagai berikut (Lukman & Ningsih, 2011):
 Nyeri dan terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen.
 Setelah terjadi fraktur, bagian yang fraktur tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap regid
sepertinormalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang dapat diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempatmelekat
nya otot.
 Pada fraktur tulang panjang, terjadinya pemendekan tulang yang
sebenarnyaterjadi karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur.
 Saat tempat fraktur di periksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitusakibat
gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

4
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagaiakibat trauma
dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa terjadisetelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cidera.

f. Pemeriksaan Penunjang
Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun
demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta
eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya,
maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi
sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis:
 Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.
 Untuk konfirmasi adanya fraktur.
 Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya.
 Untuk mengetahui teknik pengobatan.
 Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.
 Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.
 Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.
 Untuk melihat adanya benda asing.

g. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur terbuka.9
1. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .
2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat
mengancam jiwa .
3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .
4. Lakukan debridement dan irigasi luka .
5. Lakukan stabilisaasi fraktur .
6. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang , mengalami fraktur

5
Tahap-Tahap Penanganan Fraktur Terbuka
1. pembersihan luka
pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis
secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
2. eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)
semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat
pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan
subkutaneus, lemak, fascia, otot dan fragmen2 yang lepas
3. pengobatan fraktur itu sendiri
fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi
terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi
dengan fiksasi eksterna.
4. penutupan kulit
apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari
terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila
penutupan membuat kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft
serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum
pada luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi
tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure.
yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang
mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.
5. pemberian antibiotic
pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam
dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi
6. pencegahan tetanus
semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus.
pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian
toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin
(manusia).8

h. Komplikasi
1. perdarahan, syok septik sampai kematian
2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik
3. tetanus

6
4. gangrene
5. perdarahan sekunder
6. osteomielitis kronik
7. delayed union
8. non union dan malunion
9. kekakuan sendi
10. Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama).2

7
8

Anda mungkin juga menyukai