Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian


Di dalam dunia perekonomian, salah satu hal yang paling penting adalah
memperoleh keuntungan. Setiap perusahaan atau industri akan berlomba-
lomba untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Namun memperoleh
keuntungan bukan merupakan satu-satunya hal yang harus menjadi acuan
sebuah perusahaan atau industri dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.
Keberlangsungan usaha (going concern) harus dipertahankan agar perusahaan
atau industri dapat selalu beraktivitas demi memperoleh keuntungan tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlangsungan
usaha adalah dengan melakukan peramalan kebangkrutan. Hal ini dilakukan
untuk mengidentifikasi dimana letak kesalahan perusahaan atau industri yang
harus diperbaiki. Dari hasil ramalan akan dapat diketahui apa saja faktor-
faktor yang menjadi penyebab perusahaan atau industri riskan akan risiko
kebangkrutan.
Kebangkrutan merupakan suatu keadaan dimana orang atau badan atau
perusahaan tidak mempunyai banyak harta atau aset yang dapat dipergunakan
untuk melakukan pembayaran utang-utang atau untuk mempertahankan
keberlangsungannya (perusahaan) yang terjadi secara perlahan. Terjadinya
kebangkrutan dapat dihindari dengan melakukan berbagai tindakan preventif.
Berbagai tindakan preventif untuk mengatasi kebangkrutan dapat
dirumuskan jika perusahaan sudah mempunyai prediksi akan kapan,
bagaimana dan kenapa kebangkrutan terjadi. Prediksi tersebut dapat diketahui
dengan melakukan peramalan kebangkrutan.
Sebelumnya, berbagai penelitian ramalan kebangkrutan telah dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam metode ramalan kebangkrutan yang
ada, seperti Altman Z Score, Zmijewski, Springate ini dengan objek penelitian
yang berbeda-beda dengan hasil ramalan yang beragam pula.
Saimah (2017) melakukan peramalan kebangkrutan pada perusahaan
sub sektor pakan ternak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010

1
– 2015 menyimpulkan bahwa masing-masing metode (Metode Altman Z
Score, Zmijewski dan Springate) memiliki tingkat keakuratan tersendiri
tergantung dari sisi perhitungan mana hasil dilihat. Ahmad Catur Septiadi
(2015) melakukan peramalan pada perusahaan farmasi menyimpulkan bahwa
hasil analisis kebangkrutan model altman lebih akurat dibandingkan dengan
model springate. Berbanding terbalik dengan Martalia (2015) yang
melakukan peramalan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2011 – 2013 menyimpulkan bahwa tingkat akurasi
springate lebih tinggi.
Dengan isu yang ada serta banyaknya penelitian sebelumnya terkait
ramalan kebangkrutan dengan objek yang berbeda-beda, penulis tertarik
untuk menulis skripsi dengan judul : “Perbandingan Metode Altman Z
Score, Metode Zmijewski, dan Metode Springate dalam Melakukan
Peramalan Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Listing di
Bursa Efek Indonesi”

2. Rumusan Masalah
Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah tingkat
kebangkrutan pada perusahaan manufaktur. Berdasarkan latar belakang ini,
rumusan masalah yang ada adalah bagaimana hasil perhitungan analisa
Altman Z Score, Zmijewski dan Springate (S-Score) terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Tujuan dan Kontribusi Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini penulis merumuskan kegunaan dan
tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang diungkapkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil perhitungan
analisa Altman Z Score, Zmijewski dan Springate pada perusahaan
manufaktur sub sektor rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia periode
2007 – 2016.

2
4. Kontribusi Penelitian
Adapun kontribusi dari penelitian yang dilakukan adalah :
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan
manfaat yang positif bagi penulis dan juga pengguna laporan ini di masa
yang akan datang. Selain itu, penulis berharap agar hasil penelitian ini
dapat memberikan kontribusi yang baik untuk turut serta dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan
peramalan kebangkrutan, serta secara khusus memberikan pemahaman
kepada pembaca mengenai kegiatan peramalan kebangkrutan dalam
perusahaan manapun.
b. Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi bahan atau media
informasi atas mata kuliah yang berkaitan serta menambah sarana.
2. Bagi Penulis
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mendapat wawasan dan ilmu
baru terkait peramalan kebangkrutan, yang diharapkan dapat
dipraktikkan secara nyata dalam perusahaan tempat bekerja, guna
menyusun strategi kedepan guna keberlangsungan usaha.
3. Bagi Pembaca
Penulis berharap di masa yang akan datang, hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan referensi penelitian dalam bidang yang sama, selain
untuk menambah wawasan bagi para pembacanya.
4. Bagi Perusahaan yang Diteliti
Diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam hal
mengetahui kondisi kesehatan perusahaan, menilai dan menjaga atau
memperbaiki kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang
serta menentukan langkah-langkah atau kebijakan perusahaan yang
akan diambil guna mengembangkan perusahaanatau
mempertahankan eksistensi.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

1. Kajian Pustaka
1.1. Teori Keagenan (Agency Teori)
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak
manajemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada
pemegang saham. Dalam hal ini, pemegang saham berkewajiban untuk
menjaga dan mengembangkan aset perusahaan (mendapatkan laba dan
menghindari rugi atau kebangkrutan perusahaan).
Hubungan ini tidak selalu harmonis, memang, teori keagenan
berkaitan dengan conflict agency atau konflik kepentingan antara agen dan
pelaku. Hal ini memiliki implikasi antara lain, tata kelola perusahaan dan
etika bisnis. Ketika conflict agency terjadi cenderung menimbulkan biaya
agensi, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mempertahankan
hubungan agensi yang efektif. Oleh karena itu, teori keagenan telah muncul
sebagai model yang dominan dalam literatur ekonomi keuangan, dan secara
luas dibahas dalam konteks etika bisnis.
Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan
terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah
pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan.
Pemegang saham disebut sebagai principal. Sedangkan manajemen orang
yang diberi kewenangan oleh pemegang saham untuk menjalankan
perusahaan yang disebut agen.

2. Kebangkrutan Perusahaan
2.1. Definisi Kebangkrutan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bangkrut diartikan
sebagai “menderita kerugian besar hingga jatuh (tentang perusahaan, toko

4
dan sebagainya); gulung tikar; habis harta bendanya; jatuh miskin”. Dan
kebangkrutan diartikan sebagai “perihal (keadaan) bangkrut dari
perusahaan karena tidak mampu membayar utang-utangnya dan
sebagainya”.
Menurut UU Kepailitan No. 4 Tahun 1998, perusahaan dinyatakan
pailit berdasarkan pada keputusan pengadilan yang berwenang atau
berdasarkan permohonan sendiri jika memiliki 2 atau lebih kreditur dan
perusahaan tidak mampu membayar sedikitnya 1 utangnya yang telah
jatuh tempo.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan
merupakan suatu keadaan dimana orang / badan / perusahaan tidak
mempunyai banyak harta / aset yang dapat dipergunakan untuk melakukan
pembayaran utang-utang atau untuk mempertahankan
keberlangsungannya (perusahaan) yang terjadi secara perlahan.
2.2. Ciri – Ciri Kebangkutan
Menurut ISDA (International Swaps and Derivatives Association),
suatu perusahaan dapat dikatakan bangkrut apabila telah terjadi hal-hal
sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mengeluarkan surat utang berhenti beroperasi (pailit)
b. Perusahaan tidak solven atau tidak mampu membayar utang
c. Timbulnya tuntutan kebangkrutan
d. Proses kebangkrutan sedang terjadi
e. Telah ditunjuknya receivership
f. Dititipkannya seluruh aset kepada pihak ketiga
2.3. Faktor – Faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu (Reni, 2011) :
a. Faktor Umum
a. Sektor Ekonomi
b. Sektor Sosial
c. Sektor Teknologi
d. Sektor Pemerintah

5
b. Faktor Eksternal
a. Sektor Pelanggan atau Nasabah
b. Sektor Kreditor
c. Sektor Pesaing atau Bank Lain
3. Faktor Internal Perusahaan
a. Terlalu besarnya kredit
b. Manajemen yang tidak efisien
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan
d. Pihak – Pihak yang Berkepentingan
2.4. Teori terhadap Analisa Kebangkrutan
1. Prediksi Kebangkrutan
Dalam memprediksi kebangkrutan, ada beberapa indikator yang
dapat digunakan. Menurut Hanafi dan Halim (2014), salah satu
sumbernya adalah aliran kas untuk saat ini ataupun untuk masa yang akan
datang. Sumber lainnya adalah laporan keuangan. Dalam laporan
keuangan, dapat dilihat tingkat kesehatan keuangan dalam suatu
perusahaan yang dapat dijadikan prediksi masa depan dari suat
perusahaan.
Saat sekarang ini telah ada beberapa metode yang dikembangkan
oleh para peneliti yang dapat digunakan untuk meramalkan kebangkrutan
perusahaan, diantaranya yaitu Metode Altman Z Score, Metode
Springate dan Metode Zmijewski. Masing-masing metode mempunyai
perbedaan tersendiri dalam meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan.
Perbedaan terletak pada variabel-variabel yang akan digunakan untuk
melakukan ramalan.
2. Metode Altman Z-Score
Setelah dipelopori Beaver tahun 1966, kemudian Edward Altman
juga melakukan penelitian tentang kebangkrutan perusahaan. Altman
melakukan apa yang Beaver (1966) sarankan di akhir tulisannya, yaitu
melakukan analisis multivariate. Model yang dikemukakan Altman
dikemudian hari menjadi model yang paling popular untuk melakukan

6
prediksi kebangkrutan perusahaan. Model tersebut dikenal dengan nama
Metode Altman Z-Score.
Pengujian dilakukan dengan melihat signifikansi statistik dari
rasio, korelasi antar rasio, kemampuan prediksi rasio, dan judgement dari
peneliti sendiri.
Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki indeks
kebangkrutan 2,99 atau diatasnya, maka perusahaan tidak termasuk
perusahaan yang dikategorikan akan mengalami kebangkrutan.
Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks kebangkrutan 1,81 atau
dibawahnya, maka perusahaan termasuk kategori bangkrut. Hasilnya
menunjukkan bahwa tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan sebesar
94% untuk model pertama Altman dan 95% untuk model Altman yang
telah direvisi.
3. Metode Zmijewski
Perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang
tidak sehat ditunjukkan oleh indikator F-test terhadap rasio-rasio
kelompok, fixed payment coverage, liquidity, trends, rate of return, firm
size, stock return volatility, leverage dan turnover.
Cut-off yang digunakan dalam model ini adalah 0 dimana jika nilai
Z bernilai positif, berarti perusahaan berpotensi mengalami
kebangkrutan. Sedangkan semakin negatif nilai Z dari perusahaan maka
semakin jauh perusahaan dari potensi mengalami kebangkrutan. Tingkat
akurasi dari model Zmijewski ini adalah sebesar 94,9%.

4. Metode Springate
Model Springate adalah model rasio yang menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA) yang dibuat pada tahun 1978. Dalam
metode MDA diperlukan lebih dari satu rasio keuangan yang berkaitan
dengan kebangkrutan perusahaan untuk membentuk suatu model yang
baik. Untuk menentukan rasio-rasio mana saja yang dapat mendeteksi
kemungkinan kebangkrutan, Springate menggunakan MDA untuk

7
memilih 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang popular dalam literatur-
literatur.
Springate mengemukakan nilai cut-off yang berlaku untuk model
ini adalah 0,862. Nilai Z yang lebih kecil dari 0,862 menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Model ini
memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate. Beberapa
orang lain juga telah menguji model ini dan menemukan tingkat akurasi
yang berbeda-beda.
2.5. Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing Metode
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metode
yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan metode mana yang
memiliki kemungkinan untuk menghasilkan hasil ramalan yang mendekati
akurat sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk peramalan
kebangkrutan perusahaan menurut Bapepam dalam Setiawati (2017).
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Altman Z-Score
Berikut adalah kelebihan Metode Altman Z-Score :
a. Menggabungkan berbagai resiko keuangan secara bersama-sama
b. Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan
variabel-variabel independent
c. Mudah dalam penerapan
Berikut adalah kelemahan Metode Altman Z-Score :
a. Nilai Z Score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi
yang salah atau rekayasa keuangan lainnya
b. Formula Z-Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya
masih rendah atau bahkan masih merugi karena nilai Z-Score akan
lebih rendah
c. Perhitungan Z-Score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat
memberikan hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut
mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang di akhir tahun secara
sekaligus
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Zmijewski
Berikut adalah kelebihan Metode Zmijewski :

8
a. Menggabungkan berbagai rasio keuangan secara bersama-sama
b. Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan
variabel-variabel independent
c. Mudah dalam penerapannnya
Berikut adalah kelemahan Metode Zmijewski :
a. Nilai bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang
salah atau rekayasa keuangan lainnya
b. Hanya menggunakan tiga rasio saja
c. Metode Zmijewski tidak ketat dalam menilai tingkat kebangkrutan
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Springate Berikut adalah kelebihan
Metode Springate :
a. Menggabungkan berbagai rasio keuangan secara bersama-sama
b. Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan
variabel-variabel independent
c. Mudah dalam penerapannya
d. Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva merupakan
indikator terbaik untuk mengetahui terjadinya kebangkrutan
Berikut adalah kelemahan Metode Springate :
a. Nilai rasio bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi
yang salah atau rekayasa keuangan lainnya
2.6. Rerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan kebangkrutan perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek serta sebagai perbandingan untuk
melihat bagaimana masing-masing metode melakukan ramalan
kebangkrutan perusahaan tersebut.

9
Rerangka Pemikiran Metode Ramalan Kebangkrutan
6. Penelitian Sebelumnya
Sebelumnya telah ada beberapa yang melakukan penelitian terkait
metode ramalan kebangkrutan dengan menganalisis objek yang berbeda-
beda sesuai dengan wacana dan kebutuhan masing-masing.
Novita Christina (2016) dan Ahmad Catur Septiadi (2015) masing-
masing melakukan peramalan pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 – 2014 dan perusahaan
farmasi menyimpulkan bahwa Metode Altman Z Score lebih akurat dalam
melakukan peramalan kebangkrutan sementara Martalia (2015) melakukan
peramalan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011 – 2013 menyimpulkan bahwa Metode Springate
lebih akurat dalam melakukan peramalan kebangkrutan.
Sementara Saimah (2017) dan Nur Adawiyah (2014) masing-masing
melakukan peramalan pada perusahaan sub sektor pakan ternak di Bursa
Efek Indonesia periode 2010 – 2015 dan perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2012 menyimpulkan
bahwa masing-masing metode memiliki tingkat keakuratan tersendiri
tergantung dari sisi perhitungan mana hasil dilihat, yang dikarenakan
adanya perbedaan dalam penggunaan rasio keuangan, nilai Z, serta nilai cut
off.

10
Sementara Farhatunnisa (2017), Nobat Romande (2015), Eti Mulyati
(2013), Eko Agus Pujianto (2013), Winy Kasmala (2013), masing-masing
melakukan peramalan kebangkrutan pada perusahaan jasa sektor hotel dan
pariwisata, perusahaan sektor telekomunikasi, perusahaan properti dan
perusahaan tekstil hanya melakukan peramalan untuk melihat hasil
perhitungan ramalan kebangkrutan tanpa melakukan perbandingan.
Melihat hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, terlihat bahwa salah dua metode yang sering digunakan adalah
Metode Altman Z Score dan Metode Springate. Dari hasil beberapa
penelitian tersebut, juga dapat dilihat bahwa kedua metode tersebut
mempunyai tingkat akurasi yang paling tinggi.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3. Waktu dan Objek Penelitian


Adapun waktu dan tempat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan segera dilaksanakan.
2. Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari
sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Objek dari
penelitian berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
3. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan menggunakan penelitian deskriptif
komparatif dimana penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran
lengkap dan melakukan perbandingan data hasil penelitian dari tiga perlakuan
yang berbeda. Penelitian ini membandingkan hasil ramalan kebangkrutan
serta keakuratan dari masing-masing metode yang digunakan dalam
melakukan peramalan kebangkrutan.
4. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh variable
yang terdapat dalam metode Altman Z Score, Springate dan Zmijewski.
a. Altman Z Score
Z-Score = 0,717(X1) + 0,874(X2) + 3,107(X3) + 0,420(X4) + 0,998(X5)
Keterangan :
X1 = Rasio Likuiditas (Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva)
X2 = Rasio Leverage (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)
X3 = Rasio Profitabilitas (Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak
terhadap Total Aktiva)

12
X4 = Rasio Solvabilitas (Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri terhadap
Total Utang)
X5 = Rasio Aktivitas / Kinerja (Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva)
Altman membagi 3 kategori perusahaan berdasarkan nilai Z-nya, yaitu :
a. Jika nilai Z < 1,81 maka perusahaan dinyatakan sebagai perusahaan
yang tidak sehat dan berpotensi mengalami resiko kebangkrutan
yang cukup tinggi.
b. Jika nilai Z > 1,81 dan < 2,99 maka perusahaan dinyatakan sebagai
perusahaan yang rawan bangkrut.
c. Jika nilai Z > 2,99 maka perusahaan dinyatakan sebagai perusahaan
sehat.
b. Springate (S-Score)
S = 1,03A + 3,07B + 0,66C +0,4D
Keterangan :
A = Working Capital / Total Asset
B = Net Profit before Interest and Taxes / Total Asset
C = Net Profit before Taxes / Current Liabilities
D = Sales / Total Asset
Dengan indikator :
a. Nilai Z > 0,862 berarti perusahaan dalam keadaan sehat.
b. Nilai Z < 0,862 berarti perusahaan dalam keadaan bangkrut.
c. Model Zmijewski
Z = -4,3 -4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3
Keterangan :
X1 = Net Income / Total Asset x 100%
X2 = Total Liabilities / Total Asset x 100%
X3 = Current Asset / Current Liabilities x 100%
Dengan indikator :
a. Nilai Z < 0 berarti perusahaan dalam keadaan sehat.
b. Nilai Z > 0 berarti perusahaan dalam keadaan bangkrut.
5. Populasi Dan Sampel Penelitian
a. Populasi

13
Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Sampel Penelitian
Berikut adalah kriteria dari sampel penelitian yang digunakan :
1. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan
selama.
6. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diberikan kepada
pengumpul data. Data penelitian diambil dari laporan tahunan perusahaan
yang telah diaudit. Data sekunder yang dimaksud diambil dari laporan
keuangan tahunan perusahaan yang di-share oleh Bursa Efek Indonesi
melalui website resminya di www.idx.co.id.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengumpulan dokumen
berupa Annual Report (laporan tahunan) yang dapat diakses pada
www.idx.co.id dengan teknik Purposive Sampling, artinya bahwa populasi
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang dikehendaki.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya mis-
spesifikasi dalam penentuan sampel penelitian selanjutnya.
8. Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian agar dapat
diinterpretasikan dan mudah dipahami adalah :
a. Perhitungan dengan Microsoft Excel
Dalam proses ini, yang dilakukan adalah melakukan penginputan
dan pengolahan semua variabel-variabel penelitian ke dalam Excel dan
melakukan perhitungan nilai Z (Metode Z Score dan Metode Zmijewski)
dan S (Metode Springate). Setelah hasil dari masing – masing metode
didapatkan, selanjutnya ditentukan termasuk ke dalam kategori yang
mana, apakah bangkrut, aman atau grey area (abu-abu).

14
b. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Termasuk dalam
statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik,
diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean
(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan
penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
perhitungan persentase. (Sugiyono, 2016)

15

Anda mungkin juga menyukai