Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Asi Eksklusif Bagi Petugas Puskesmas PDF
Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Asi Eksklusif Bagi Petugas Puskesmas PDF
Upaya Perbaikan Gizi (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu
golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta
usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan
penanggulangan kemiskinan secara nasional.
UPGK perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara
nyata dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi,
geografri, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian
bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan
meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya
manusia yang memadai.
Masalah pelaksanaan ASI eksklusif masih memprihatinkan. data dari survey
demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu
yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya baru
mencapai 47%. Sedangkan dalam Repelita VI diatargetkan 80%. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam
Repelita VI tersebut, masih banyak upaya yang harus dilakukan.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI
termasuk ASI Eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti dengan telah
dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air
Susu Ibu) oleh Bapak Presiden pada Hari Ibu tanggal 22 Desember 1990
bertemakan “Dengan ASI, Kaum Ibu Mempelopori Peningkatan Kualitas Manusia
Indonesia”. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya mensukseskan peningkatan
penggunaan ASI secara lebih sungguh-sungguh dan berkesinambunag.
Untuk membantu pelaksanaan kegiatan peningkatan penggunaan ASI di
masyarakat, diperlukan pedoman bagi petugas kesehatan, di tingkat puskesmas
yang memuat secara terinci tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
rangka peningkatan pemberian ASI Eksklusif, khususnya kegiatan pemantauan
dan tindak lanjut yang harus dilakukan berdasarkan hasil tersebut.
A. PENGERTIAN
ASI Eksklusif adalah perilaku dimana kepada bayi sampai dengan umur 4
(empat) bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa makanan dan atau
minuman lain kecuali sirup obat.
B. TUJUAN
C. KEGIATAN
1. Pengamatan situasi
Langkah-langkah kegiatan:
merekap jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif tingkat kecamatan
memberikan penyuluhan/pembinaan pada kader dalam GNPP-ASI
penghitungan prosentase cakupan AE1, AE2, AE3 dab AE4 berdasarkan data
kohort balita dan anak pra sekolah
membuat grafik
menginformasikan data tersebut kepada forum lintas program, lintas sektor
terkait, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga swadaya masyarakat
setempat.
d. Kelompok-kelompok potensial
Tenaga gizi Puskesmas harus mengatahui kelompok potensial yang dapat
digunakan sebagai sasaran yang strategis dalam memberikan penyuluhan dan
motivasi kepada masyarakat. Kelompok ini mempunyai potensi yang cukup
besar dalam memsukseskan program, oleh karena itu perlu diciptakan
kerjasama yang baik antara petugas puskesmas dan kelompok potensial yang
ada di kecamatan. Kelompok potensial di tingkat kecamatan antara lain PKK,
Kelompok Wanita Tani (KWT) Karang Taruna, Kelompok Arisan dan Pengajian.
Data ASI Eksklusif, latar belakang budaya, sumberdaya dan sarana, dan
kelompok potensial diinformasikan kepada berbagai pihak baik lintas program,
lintas sektor terkait dalam pertemuan yang terpadu. Cara penyajian hasil dengan
menggunakan grafik, peta dan diagram. Dari pertemuan tersebut diharapkan
dapat dihasilkan kesepakatan tentang berbagai kegiatan yang dapat dilakukan
oleh setiap program/sektor atau LSM, sehingga mereka dapat berpartisipasi
untuk mempercepat pencapaian tujuan program ASI Eksklusif di Puskesmas.
Melalui pertemuan tersebut juga dapat diketahui masalah yang ada dan cara
pemecahannya.
3. Kegiatan Intervensi
2). Orientasi
1) Pelatihan
Tujuan:
(1) meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas (tenaga pelaksana gizi/TPG)
dan bidan di desa dalam memantau pemberian ASI Eksklusif
(2) melakukan penyuluhan yang tepat dan efektif sesuai hasil pemantauan
b) Kader
Tujuan:
(1) meningkatkan pengetahuan kader dalam pemantauan kecenderungan
pemberian ASI Eksklusif
(2) melakukan penyuluhan sederhana
2) bimbingan teknis
Tujuan: memperoleh gambaran hasil kegiatan penyuluhan dan pemantauan
kegiatan PP-ASI sehingga dapat dilakukan penyesuaian dan perbaikan yang
diperlukan yang diperlukan.
Bimbingan teknis dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas pembantu, desa
dan posyandu.
c. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
melalui penyuluhan massal, penyuluhan keluarga, penyuluhan kelompok dan
penyuluhan perorangan:
1) Penyuluhan massal
Penyuluhan massal dilakukan dengan memanfaatkan sarana/budaya yang ada
di masyarakat, seperti:
media tradisional, dengan memanfaatkan budaya setempat, seperti; wayang,
lenong, srimulat, dll
media cetak, misalnya, tabloit dengan menggunakan bahasa lokal
media elektonika, seperti radio, televisi (bila memungkinkan)
2) Penyuluhan keluarga
Dalam melakukan penyuluhan keluarga mencakup semua anggota keluarga
yang berpengaruh terhadap ibu seperti: Ayah, ibu, anak, anggota keluarga
lainnya (pengasuh anak, kakek, nenek, mertua).
3) Penyuluhan kelompok
Untuk penyuluhan kelompok dapat dilakukan pada:
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
PKK
Organisasi Wanita, misalnya Dharma Pertiwi, Dharma Wanita, dll
Kelompok khusus seperti, arisan, pengajian, dll.
4) Penyuluhan perorangan
Penyuluhan perorangan dapat dilakukan kepada:
Ibu-ibu balita
Tokoh: Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dll
Pamong: Kepala dusun, Kepala desa, Camat, dll.
Petugas: Kesehatan, BKKBN, Pertanian, Guru, dll
Swasta dan pengusaha
1. Indikator pemantauan
Dalam pemantauan ini pemberian ASI Eksklusif digunakan kode sebagai berikut:
2. Sasaran pemantauan
Sasaran pemantauan ASI Eksklusif adalah ibu-ibu yang melahirkan bayi pada
periode Januari - Desember setiap tahun (kohort tahunan)
3. Instrumen pemantauan
Register kohort balita dan anak pra sekolah (0-72 bulan)
4. Pelaksana pemantauan
Petugas\Puskesmas
5. Waktu pemantauan
Pemantaun dilaksanakan setiap bulan sesuai kegiatan Posyandu.
6. Cara pemantauan
1) kutip kolom 11-22 (sesuai bulan pelaksanaan posyandu) register kohort balita
dan anak pra sekolah (0-72 bulan)
2) rekapitulasi AE4
3) mengolah data dan menghitung proporsi AE4
4) menyajikan data dalam bentuk diagram ataupun peta
7. Pengolahan data
Rumus:
Jumlah bayi yang diberikan ASI saja sampai umur\4 bulan (AE4)
% AE4 ----------------------------------------------------------------------------------------------------- x 100% =
Jumlah seluruh bayi yang berumur 4 bulan
contoh sbb:
1) jumlah data AE4 (yaitu bayi yang hanya diberikan ASI saja sampai umur 4
bulan) misalnya 30 orang
2) jumlah bayi yang berumur 4 bulan, misalnya 80 orang
3) hitung persentase menyusui eksklusif sampai bayi 4 bulan sbb:
30
Persentase AE4 = ------------------ x 100% = 50%
60
Catatan:
Cara menghitung persentase AE1, AE2 dan AE3 sama seperti di atas. Setelah
selesai proses penghitungan, maka klasifikasikan hasil monitoring adalah
sebagai berikut:
warna hijau (baik), bila persentase AE4 80%
warna kuning (sedang) bila persentase AE4 antara 50% - < 80%
warna merah (kurang) bila persentase AE4 < 50%
8. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk:
a) Diagram balok
Hasil pengolahan data disajikan berupa diagram balok dengan menggunakan
warna seperti tersebut di atas. Penyajian data diharapkan dapat
menggambarkan kecenderungan situasi pemberian ASI Eksklusif dari waktu ke
waktu.
contoh:
Kecenderungan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu “Galuh”
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Jan Peb Mar April Mei
b) Peta
Penyajian data untuk menggambarkan situasi pemberian ASI Eksklusif dapat
juga dilakukan dalam bentuk peta.
Contoh:
Peta pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Kecamatan Sewon, DIY Bulan
Agustus, 1997
Bahan rujukan informasi penting yang berkaitan dengan perilaku ASI
Eksklusif
Manfaat menyusui:
• Lebih mudah pemberiannya (ekonomis dan praktis)
• Menyusui mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
• Menyusui dapat menjarangkan kelahiran (cara alamiah penunjang KB) jika
bayi disusui hanya ASI saja selama 4 bulan pertama, tanpa diselingi
makanan lainnya
• Menghindarkan ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara
• Uterus cepat pulih
• Ibu lebih sehat dan bayi tidak kegemukan
• Mencegah timbulnya Diabetes Millitus pada masa bayi/anak-anak
• Interaksi antara ibu dan bayi yang penting untuk perkembangan
kejiwaan/mental anak
Jadi tidak boleh memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi selain ASI
sampai dengan usia 4 bulan, agar pertumbuhan dan kesehatan bayi tetap
terjaga baik.
7. Mengapa hanya ASI saja yang diberikan kepada bayi sejak lahir hingga
umur 4 bulan:
• ASI saja cukup. Pada periode usia bayi 0-4 bulan, kebutuhan gizi bayi baik
kualitas maupun kuantitas terpenuhi dari ASI saja, tanpa harus diberikan
makanan ataupun minuman lainnya
• Pemberian makanan lain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi
kemampuan bayi untuk menghisap. Daya cerna bayi hanya cocok untuk ASI
• Zat kekebalan dalam ASI maksimal dan dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi
• Asam lemak esensial dalam ASI bermanfaat untuk pertumbuhan otak,
sehingga merupakan dasar perkembangan kecerdasan bayi dikemudian hari
PENGERTIAN
Pemberian ASI Eksklusif
Bayi hanya diberikan ASI saja, langsung atau tidak langsung (diperas). Secara
keseluruhan, pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sbb:
1. Hanya ASI sampai umur 4 bulan
2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada
bayi baru lahir
4. Menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand)
5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama, yang bernilai gizi
tinggi) kepada bayi
6. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari
7. Cairan lain yang dibolehkan hanya vitamin/mineral dan obat dalam bentuk
drops atau sirup (WHO/Unicef, 1989).
Cara mengatasinya:
• Susuilah bayi sesuai kebutuhan
• Susuilah bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan
• Keluarkan ASI dengan pompa atau manual dengan tangan bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi
• Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat
• Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal.
e. Radang payudara
Terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan. Tanda-tandanya adalah:
• Kulit payudara tampak lebih merah
• Payudara mengeras
• Nyeri dan berbenjol-benjol
Cara mengatasinya:
• Tetap menyusui bayi
• Bila disrtai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan
menghilangkan rasa nyeri
• Bila belum berhasil segera rujuk ke Puskesmas
• Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur.
f. Payudara abses
Abses pada payudara disebabkan karena radang payudara. Untuk sementara
payudara yang abses tidak dipakai untuk menyusui. Rujuk ke Puskesmas.
Setalah sembuh bayi dapat menyusui kembali.
h. Bingung puting
Bila ibu bekerja atau karena sesuatu hal bayi terpaksa diberikan susu buatan,
berikan dengan sendok, jangan dengan dot susu botol karena menyusui dari dot
berlainan dengan puting ibu. Ini untuk menghindari agar bayi tidak bingung
puting.
Relaktasi
Apabila menyusui terhenti untuk sementara karena sesuatu sebab dan ibu ingin
menyusui lagi, maka caranya adalah dengan memberikan kesempatan pada bayi
menghisap payudara 8-10 kali sehari, tiap kali selama 15 menit. Apabila puting
menjadi nyeri atau lecet, teruskan pemberian ASI tetapi waktunya lebih pendek,
yaitu 2-3 menit tiap kali. Kalau ASI belum keluar, beri susu formula pengganti
ASI sebagai tambahan. Rata-rata ASI diproduksi lagi setelah 1-2 minggu.