Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Dan Peranan Ilmu Pengetahuan Terhadap Pengembangan

Kebudayaan Nasional

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu


yang Diampu oleh Drs.Abbas Kaluku, M.Pd

Disusun oleh
Supriono K. Bulukaya (411416064)
Fikram radjiku (4114166034)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya, makalah Hubungan Dan Peranan Ilmu Pengetahuan Terhadap
Pengembangan Kebudayaan Nasional.

Dapat terselesaikan tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu. Di samping itu penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya guna mengetahui dan
memahami pengembangan peserta didik.

Ucapan terima kasih kepada bapak Drs.Abbas Kaluku, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah filsafat ilmu, serta pihak–pihak yang telah memberi dukungan dalam
penulisan makalah ini.

Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada gading, yang tak retak” penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, guna kesempurnaan makalah
ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Gorontalo, Februari 2018

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................

Bab I Pendahuluan.................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................

Bab II Pembahasan..................................................................................................

2.1 Pembahasan...................................................................................

2.1.1 Ilmu Dan Masyarakat.......................... ...........................................

2.1.2 Pengertian Dan Unsur-Unsur Kebudayaan.....................................

2.1.3 Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu Dan Kebudayaan.................

2.1.4 Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional......

2.1.5 Strategi Kebudayaan.......................................................................

Bab III Penutup........................................................................................................

3.1. Simpulan..................................................................................................

3.2. Saran........................................................................................................

Daftar Pustaka..........................................................................................................
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan


sehari – hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan
pengaruhnya terhadap masyarakat.

Namun, dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan


sehari – hari, seolah manusia sekarang ini tidak dapat hidup tanpa ilmu
pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang
memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan pangan, sandang dan papan, sangat
tergantung dengan ilmu, meski yang paling sederhana pun.

Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang


berubah secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis
menjadi “ tempat tergantung ” kehidupan manusia. Penemuan – penemuan
secara empiris memberikan kemungkinan baru yang ternyata ada gunanya
dalam praktis. Ilmu yang semula rasional – empiris menjadi rasional
ekperimental. Dengan demikian, ilmu mempunyai akibat yakni berguna dalam
kehidupan masyarakat.

Ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam pengembangan


kebudayaan Nasional. Keduanya mempunyai hubungan yang erat.
Kebudayaan Nasional dapat tumbuh dan berkembang jika didukung dan di
imbangi dengan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, maka kita akan
dapat mempromosikan kebudayaan di daerah kita, mengenalkan kebudayaan
kita ke daerah lain, agar mereka lebih mengenal kebudayaan kita.

Maka dari itu, dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana
hubungan dan peranan ilmu pengetahuan terhadap pengembangan kebudayaan
Nasional, agar dapat digunakan sebagai acuan untuk lebih memperdalam ilmu
pengetahuan, sehingga kebudayaan Nasional pun dapat berkembang dengan
sempurna.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Ilmu Dan Masyarakat?
2. Apa Pengertian Dan Unsur-Unsur Kebudayaan?
3. Bagaimana Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu Dan Kebudayaan?
4. Bagaimana Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional?
5. Apa Strategi Kebudayaan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Ilmu Dan Masyarakat
2. Mengetahui Pengertian Dan Unsur-Unsur Kebudayaan
3. Memahami Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu Dan Kebudayaan
4. Memahami Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional
5. Mengetahui Strategi Kebudayaan
BAB II

Pembahasan

2.1.1. Ilmu Dan Masyarakat

Pada masa lampau kedudukan ilmu dalam kehidupan sehari-hari belum


dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap
masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu “umat manusia menjamin
urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu
pengetahuan”.

Dewasa ini, manfaat dari hadirnya ilmu sangat dirasakan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa
ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang
memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan pangan, sandang dan papan, sangat
tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah dewasa ini berdasarkan pada dua
keyakinan berikut:

1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja
untuk mengerti realitas dengan baik, melainkan juga untuk menguasainya
lebih mendalam menurut segala aspeknya.
2. Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan primer, seperti air,
makanan, udara, cahaya, kehangatan, dan tempat tinggal tidak akan cukup
tanpa penyelidikan itu.

Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara
radikal, dari tidak berguna sama sekali ke dalam kehidupan praktis menjadi “tempat
tergantung” kehidupan manusia.

2.1.2. Pengertian Dan Unsur-Unsur Kebudayaan

Menurut Surajiyo ( 2007 : 137-138 ) Kata kebudayaan berasal dari kata


Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian ke-bu-da-ya-an dapat diartikan hal – hal yang bersangkutan
dengan akal. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu
perkembangan dari majemuk budi – daya, yang berarti daya dari budi.
Menurut Prof. Dr. H. A. Enno Van Gelder “culture” berasal dari kata
Latin “colour” yang berarti mengerjakan, memelihara, dan memuja.

Definisi kebudayaan dari para ahli sangat beragam, sehingga pemilihan


definisi kebudayaan dari para ahli baik dari budayawan Indonesia ataupun dari luar
Indonesia

a. Ki Hajar Dewantoro

Kebudayaan berarti budi daya manusia atau hasil perjuangan manusia


terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat)
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai.

b. Sutan Takdir Alisyahbana

Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah


manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu
sangat luas sebab semua tingkah laku dan perbuatan tercakup di dalamnya
dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir termasuk di dalamnya
perasaan. Karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.

c. Koentjoroningrat

Kontjoroningraat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseuruhan sistem


gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

d. A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn


A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya culture a critical review
of consepts and definitions mengatakan bahwa kebudayaan adalah
manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas – luasnya.

e. Malinowski

Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan


atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu
menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan keselamatannya, maka timbul kebudayaan yang
berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu,
seperti lembaga kemasyarakatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah suatu pencapaian yang khas
dalam bidang – bidang sosial, politik, ekonomi, intelek, seni, agama dari suatu
kelompok manusia

Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu
kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu.
Menurut C. Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan. Masing–masing unsur
kebudayaan itu antara lain :

1. Sistem religi dan upacara keagamaan. Merupakan produk manusia


sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan
perasaan yang luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat
kekuatan lain yang Maha Besar. Oleh karena itu, manusia takut sehingga
menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia
sebagai homo socius. Manusia menyusun organisasi kemasyarakatan yang
merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Misal, gotong royong, dsb.
3. Sistem pengetahuan merupakan produk dari manusia homo sapiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri , di samping itu dapat
juga dari pemikiran orang lain.
4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia
sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara
umum harus meningkat. Dalam tingkat sebagai food gathering, kehidupan
manusia memang sama dengan binatang. Akan tetapi dalam tingkat
tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah bercocok
tanam, kemudian beternak, lalu mengusahakan kerajinan, berdagang,
manusia makin dapat mencukupi kebutuhannya yang terus meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan merupakan produksi dari manusia sebagai
homo homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu
dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia
dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat.
6. Bahasa merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa
manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang
kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi
bahasa tulisan.
7. Kesenian merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah
manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan
selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia
semata – mata tidak hanya memenuhi kebutuhan isi perut saja, tetapi mereka
perlu juga pandangan mata yang indah serta suara yang merdu. Semuanya
itu dapat dipenuhi melalui kesenian.

Wujud kebudayaan yang menjadi isi (curriculum) pendidikan dikenal


sebagai ilmu pengetahuan (knowledge). Karena luasnya scope kebudayaan
dibandingkan dengan keterbatasan waktu, fasilitas dan tenaga pendidikan, maka
demi suksesnya fungsi pendidikan harus ada ketetapan unsur kebudayaan apa yang
urgen di pendidikan. Program pendidikan dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai
sebagai target. Demikian pula kemampuan dan minat individual, membatasi bidang
apa yang hendak yang dipilih seseorang sebagai lapangan pendidikannya. Faktor–
faktor inilah yang melahirkan bidang – bidang atau jurusan–jurusan pendidikan
atau keahlian seseorang.
2.1.3. Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu Dan Kebudayaan

Menurut surajiyo (2007:137) Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Untuk


mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan
mempergunakan sistem, mempunyai objek formal dan material. Karena
pengetahuan adalah bagian dari unsur kebudayaan , maka ilmu yang merupakan
bagian dari pengetahuan dengan sendirinya juga merupakan salah satu unsur
kebudayaan.

Kecuali ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antar ilmu dan


kebudayaan ada hubungan timbal - balik. Perkembangan ilmu tergantung pada
perkembangan kebudayaan, sedangkan Perkembangan ilmu dapat memberikan
pengaruh pada kebudayaan . Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan
saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat berkembang dengan
subur. Di sini ilmu mempunyai dua peran ganda:

1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung perkembangan


kebudayaan,
2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.

2.1.4. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional

Menurut surajiyo (2007:140) Pengembangan kebudayaan Nasional pada


hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang ini bersifat
konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi tujuan
Nasional. Langkah – langkah yang sistematik menurut Endang Daruni Asdi (1991),
adalah sebagai berikut :

1. Ilmu dan kegiatan keilmuan disesuaikan dengan kebudayaan yang ada


dalam masyarakat kita, dengan pendekatan edukatif dan persuasif yang
menghindari konflik – konflik, bertitik tolak dari reinspretasi nilai yang ada
dalam argumentasi keilmuan.
2. Menghindari scientisme dan pendasaran terhadap akal sebagai satu-satunya
sumber kebenaran.
3. Meningkatkan integritas ilmuwan dan lembaga keilmuan, dan
melaksanakan dengan konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.
4. Pendidikan keilmuan sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Etika
dalam kegiatan keilmuan mempunyai kaidah imperatif.
5. Pengembangan ilmu disertai pengembangan bidang filsafat. Filsafat ilmu
hendaknya diberikan di pendidikan tinggi. Walaupun demikian, kegiatan
ilmiah tidak berarti lepas dari kontrol pemerintah dan kontrol masyarakat.

2.1.5. Strategi Kebudayaan

Menurut Syam ( 1988: 67 ) Strategi kebudayaan merupakan upaya


bagaimana menangani kebudayaan khususnya di Indonesia yang beragam budaya.
Politik pembinaan kebudayaan Nasional ada baiknya kita selalu berpegang pada
asa Tri-kon dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu :

1. Asas konsentrasi, bahwa pengembangan kebudayaan harus


berpusat (consentrasi) pada kebudayaan Nasional, Social-heritage yang
diwarisi dari generasi sebelumnya.
2. Asas konvergensi, bahwa hukum perkembangan itu ialah kerja sama antara
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam ialah sosio-kultural yang sudah
berakar. Sedang faktor luar ialah menerima unsur – unsur kebudayaan luar
(asing) dengan prinsip selektif. Politik “pintu terbuka” dengan “sensor” ini
baik dengan komunikasi aktif, maupun karena pengaruh – pengaruh antar
hubungan pergaulan bangsa kita dengan bangsa–bangsa lain yang kurang
disadari (pasif).
3. Asas kontinuitas, bahwa perkembangan yang terpusat pada kebudayaan
Nasional itu, dengan menerima kebudayaan luar secara selektif akan
berlangsung terus–menerus.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan Nasional Indonesia yang
disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru
dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan Barat. Unsur tersebut antara lain
adalah teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi, dan ilmu
pengetahuan. Adapun Sanusi Pane berpendapat bahwa kebudayaan Nasional
Indonesia sebagai kebudayaan Timur harus mementingkan kerohanian, perasaan,
dan gotong royong. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak boleh melupakan
sejarahnya. Menurut Slamet Sutrisno ada lima langkah strategi, yakni sebagai
berikut :

a) Akulturasi, berarti percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam


percampurannya masing – masing unsurnya lebih tampak.
b) Progresivitas, berarti maju. Progresivitas dalam kebudayaan mengandung
pengertian bahwa kebudayaan harus bergerak maju sehingga harus
mengarah ke masa depan
c) Sistem pendidikan di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan
sosial. Oleh karena itu, nilai – nilai pelajaran sejarah kebudayaan yang
sifatnya humaniora perlu diberikan kepada pelajar maupun mahasiswa, agar
mereka memperoleh pengertian yang benar dan tepat tentang kebudayaan.
d) Kebijaksanaan bahasa Nasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa
resmi di Indonesia, melalui bahasa Nasional tersebut telah dilakukan
komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang persatuan.
e) Sosialisasi Pancasila sebagai dasar Negara melalui Pendidikan Moral
Pancasila di sekolah dasar, menengah, dan mata kuliah Pancasila di
Perguruan Tinggi.

Selain kelima langkah di atas, perlu satu langkah lagi yang esensial, yakni
mengikutkan rakyat sebab rakyat yang merupakan sumber kekuatan, rakyat
merupakan pendukung kebudayaan, dan untuk rakyat juga semua ini dilakukan.
Dari kehidupan rakyatlah dapat diperoleh sumber budaya atau ilham bagi pencipta
kebudayaan, sehingga kebudayaan yang diciptakan dapat mengakar pada rakyat.
BAB II

Penutup

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan Ilmu adalah
bagian terpenting dalam membangun dan mengembangkan masyarakat
terutama kebudayaan nasional di suatu negara. Ilmu dan kebudayaan
memiliki hubungan ketergantungan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
bagaikan mata koin yang terdiri dari dua sisi yang saling melengkapi.
Kebudayaan yang ada dan berlaku di masyarakat harus dilandasi oleh ilmu,
agar kebudayaan yang ada tersebut dapat berkembang seperti yang
seharusnya. Sebaliknya, ilmu itu tidak akan dapat berkembang tanpa diiringi
oleh kebudayaan.

Di Negara Indonesia ada beberapa kalangan tertentu yang


memisahkan ilmu menjadi dua bagian, yakni : Ilmu alam dan Ilmu sosial.
Tapi dalam kenyataannya ilmu itu tidak boleh dipisahkan karena itu bisa
menjadi hambatan psikologi dan intelektual demi perkembangan keilmuan
di negara Indonesia. Perbedaan paham ini tidak boleh kita biarkan dan
harus dihindari, kita harus segera mencari solusi yang terbaik agar
perbedaan itu tidak menjadi penghambat perkembangan budaya Nasional
negara kita.

3.2. Saran

Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari dosen
pengampu dan rekan-rekan supaya kami bisa lebih baik lagi, dan untuk
menambah pengetahuan kami tentunya.
Daftar Pustaka

Surajiyo. 2007. “Hubungan dan Peranan Ilmu terhadap Pengembangan


Kebudayaan Nasional”. http://research.mercubuana.ac.id/?p=84. Di
akses online 01 Februari 2018

Syam, Mohammad Noor, 1988. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai