Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SHOCK HEMORAGIK

DIUSUSUN OLEH:

1. Dwi Nanda F (10216007)


2. Heru Setiawan (10216013)
3. Laurensia Novi M (10216017)
4. Nindia Ayu P (10216024)
5. Risky Dwi (10216029)
6. Vivi Alvionita (10216035)
7. Vivi Putri Yuliantin (10216036)
8. Widy Sebri Pradana (10216037)
9. Yuni Amelia S (10216038)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat serta
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah Askep Shock himoragik untuk memenuhi tugas
makalah Maternitas dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dan tak lupa kelompok kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Baik berupa materi-materi, pemikiran
dan lain sebagainya. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kelompok kami
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat nantinya bagi para pembaca.

Kelompok kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sangat kelompok kami harapkan.

Kediri, 26 Desember 2017

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah kedalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebuhtuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak
mampu mengeluarrkan hasil metabolisme. ( Prawirahardjo Sarwono. 2009, Ilmu Kebidanan
Jakarta: Pt bina pustaka)
Syock hemoragik adalah stock yang dijumpai dalam keperawatan yang disebabkan baik
oleh perdaraha,trauma,atau sebab-sebab lainya. Gejala klinik syock pada umumnya sama yaitu
tekanan darah menurun,nadi cepat dan lemah,pucat,keringat dingin,sianosis jari-jari,sesak
nafas,penglihatan kabur,gelisah dan akhinya syock hipovolemik,syock sepsis
(endatoxsin syock),syock kardiogenik,dan syock neurogenik. Ada beberapa penanganan
keperawatn dalam menghadapi klien mengalami syock-syock tersebut, dimana penangan
tersebut dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak dalam proses persalianan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari syock hemoragik ?
2. Bagaimana etiologi dari syock hemoragik?
3. Bagaimana patofisiologi dari syock hemoragik?
4. Apa saja manefestasi klinis dari syock hemoragik ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mengetahui syock hemoragik ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien yang mengidap syock hemoragik?
7. Bagaimana asuhan keperawatn dari syock hemoragik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari syock hemoragik ?
2. Untuk mengetahui etiologi dari syock hemoragik?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari syock hemoragik?
4. Untuk mengetahui manefestasi klinis dari syock hemoragik ?
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mengetahui syock hemoragik ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien yang mengidap syock hemoragik?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatn dari syock hemoragik?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh yang biasanya terjadi akibat perdarahan yang masif
2.2. Klasifikasi
1. Pre syok (compesated)
Terjadi apabila perdarahan kurang 15% (750ml) volume darah. Pasien mengeluh
pusing, takikardia ringan dengan tekanan darah sistolik 90-100 mmHg. Tidak terjadi
perubahan kesadaran, volume urine yang keluar normal atau sedikit berkurang. Pasien
juga akan terlihat gelisah, berkeringat dingin, dan haus.
2. Syok sedang
Sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia waktu
singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oligouria ( urin kurang 0.5 ml/kgBB/jam)
dan asisdosis metabolik,tetapi kesadaran masih baik,dan tekanan darah sistolik 70-80
mmHg.
3. Perfusi didalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. Mekanisme kompensasi
vasokontriksi pada organ dan jantung. Sudah terjadi auria dan penurunan kesadaran (
delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung ( EKG abnormal,curah
jantu7ng turun). Perdarahan masif >40% dari volume darah menyebabkan henti jantung.
Pada stadium akhir tekanan darh cepat menurun (sistolik 0-40mmHg) dan pasien menjadi
koma, lalu disusul nadi jadi tidak teraba,megap-megap dan akhirnya terjadi mati klinis (
nadi tidak teraba,apneu). Henti jantung karena syok hemoragik adalah disosiasi
elektromagnetik ( kompeks gelombang EKG masih ada,tetapi tidak teraba denyut nadi)
fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada pasien dengan penyakit jantung.
Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American College of Surgeon
Committee on Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem ini berguna untuk memastikan
tanda-tanda dinisyok hemoragik
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi Penderita Semula
Parameter Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan <750 750 - 700 700 – 1100 >1100
darah (ml)
Kehilangan <7% 7% – 30% 30% - 40% >40%
darah (%)
Nadi <100 >100 >50 >30
(x/menit)
Tekanan Normal Menurun Menurun Menurun
darah
Frekuensi 3 – 11 11 – 30 30 – 40 >35
pernapasan
(x/menit)
Produksi >30 11 – 30 5–7 Tidak berarti
urin
(ml/jam)
Gejala pada Normal Cemas Cemas, Bingung, lesu
saraf pusat / bingung
status
mental
Penggantian Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
cairan darah darah
(hukum 3:1)

2.3. Etiologi
1. Hemoragi antepartum :
a. Pelepasan mendadak plasenta yang letaknya normal (solusio plasenta)
b. Perdarahan dari plasenta yang letaknya abnormal (plasenta previa)
c. Perdarahan otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah serebral, perdarahan
otak atau serebral ini dapat tejadi pada kehamilan yang berkaitan dengan hipertensi
misalnya eklampsia dan hipertensi esensial.
d. Perdarahan dengan jumlah kehilangan darah yang telihat jauh lebih sedikit dari pada
jumlah kehilangan , tanda-tanda klinis tidak sesuai dengan hasil pengukuran jumlah
darah yang hilang
2. Intrapartum : ruptura uteri
3. Postpartum : perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir. Syok karena perdarahan,
infeksi, dan eklamsi adalah merupakan tiga hal utama pembawa kematian dalam
kebidanan. Hemoragi postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih
dari traktus genitalia setelah melahirkan.
Hemoragi postpartum ada 2 yaitu :
a. Hemoragi postpartum primer yaitu mencakup semua kejadian peradarahan dalam 24
jam setelah kelahiran.
Penyebab hemoragi postpartum primer :
- Uterus atonik (terjadi karena, misalnya plasenta atau selaput ketuban tertahan)
- Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk seksio
sesarian, episiotomy)
- Koagulasi intravaskular diseminata
- Inversi uterus
b. Hemoragi postpartum sekunder yaitu mencakup semua kasus PPH yang terjadi antara
24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.
Penyebab hemoragi postpartum sekunder :
- Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan
- Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi serviks, vagina,
kandung kemih, rektum
- Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesarian atau ruptru utedisem
2.4. Patofisiologi
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi.
Perubahan ini dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan berkurangnya
volume darah yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis. Reaksi ini menimbulkan
peningkatan frekuensi nadi, vasokonstriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada
organ-organ nonvital, seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Pada perdaharan, terjadi respon-respon hormonal. Corticotropin-releasing hormone
terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan pelepasan glukokortikoid dan beta-
endorphin. Kelenjar pituitari posterior akan melepas vasopressin, menyebabkan retensi air
pada tubulus distal. Renin dilepaskan oleh kompleks juxtamedularis sebagai respon dari
penurunan MAP (Mean Arerial Pressure), sehingga meningkatkan aldosteron dan berujung
resoprsi natrium dan air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut karena
glukagon dan growth hormone meningkat pada gluconeogenesis dan glikogenosis.
Peredaran katekolamin menghambat pelepasan dan aktivitas insulin secara relative sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah.
Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi peningkatan
ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis metabolik dari karbon
dioksida yang diproduksi.
Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik
mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana
pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP. Ginjal juga
mentoleransi penuruunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan
aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik.
Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah
kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
2.5 WOC

Etiologi : solusio
placenta, placenta
previa, rupture uteri, Perdarahan
trauma genital
Kehilangan MK: Kekurangan
vaskuler berlebih volume cairan

Syock hemoragic

perifer Ginjal Hipoksia


mengeluarkan
kotekolamin
hipovolemi Sianosis

vasokontriksi
Kulit pucat Tacipnea

GFR
MK: perubahan MK:
perfusi jaringan Gangguan pola
Oliguria nafas

MK: Gangguan
pola eliminasi
urine
2.5. Manifestasi klinis
1. Lelah
2. Kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta
abdominal).
3. Hipotensi
4. Takikardia
5. Penurunan urine output
6. Penurunan kesadaran
7. Kulit kering dan pucat
8. Diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi, dan tidak sadar.
9. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia kronik.
2.6. Pemeriksaan penunjang
1. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat kemungkinan adanya darah.
2. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat gejala
hemotoraks, suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup di area dekat perdarahan.
3. Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal. Periksa panggul apakah ada
ekimosis yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Lakukan pemeriksaan rectum
untuk mengetahui asal darah yang keluar dari rectum. Pasien dengan riwayat perdarahan
vagina dilakukan pemeriksaan pelvis lengkap dan lakukan tes kehamilan untuk
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
4. Pemeriksaan laboratorium
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya
dilakukan antara lain: analisis complete blood count (CBC), kadar elektrolit, kreatinin,
kadar glukosa, darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan
2.7. Penatalaksanaan
1. Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran
ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 95%.
2. Circulation – kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,
memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari
luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan
langsung pada tempat perdarahan.
3. Transfusi darah
Indikasi transfusi darah antara lain:
a. Perdarahan akut sampai Hb <8 gr/dL atau Ht <30% pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung, Hb <10 gr/dL.
b. Bedah mayor kehilangan darah >11% volume darah.
Pemberian darah tergantung respon penderita terhadap cairan. Tujuan utama
transfuse darah adalah memperbaiki oxygen-carrying capacity. Perbaikan volume
dapat dicapai dengan pemberian larutan kristaloid, yang sekaligus akan
memperbaiki volume interstitial dan intraseluler.
Darah yang baik digunakan adalah yang sepenuhnya crossmatched. Namun
proses crossmatching lengkap memerlukan sekitar 1 jam. Pengobatan mencakup
transfusi darah lengkap, apabila darah lengkap tidak tersedia, plasma biasanya dapat
menggantikan darah lengkap. Plasma tidak dapat memulihkan hematokrit normal,
tetapi manusia biasanya dapat bertahan pada penurunan hematokrit sampai kira-kira
sepertiga normal sebelum menimbulkan akibat serius jika curah jantung mencukupi.
Karena itu pada keadaan akut cukup beralasan untuk menggunakan plasma dalam
menggantikan darah lengkap guna mengobati syok hemoragik.
Kadang-kadang plasma juga tidak tersedia. Dalam hal ini, berbagai pengganti
plasma sudah dikembangkan, yang sama melaksanakan fungsi hemodinamika
hampir tepat dengan sasaran. Salah satunya adalah larutan dekstran. Syarat utama
suatu pengganti plasma yang benar-benar efektif adalah yang tetap tinggal di sistem
sirkulasi yaitu tidak tersaring melalui pori-pori kapiler ke dalam ruang jaringan.
Selain itu larutan tidak boleh toksik dan mengandung bahan yang mempunyai
ukuran molekul cukup besar untuk mendesak tekanan osmotik koloid. Sejauh ini
bahan yang paling memuaskan untuk tujuan tersebut adalah dekstran, suatu polimer
posakarida glukosa yang besar. Dekstran dengan besar molekul yang sesuai tidak
dapat melewati pori kapiler dank arena itu dapat menggantikan protein plasma
sebagai bahan osmotik koloid.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus

Seorang ibu datang ke rumah sakit Amelia pada tanggal 10 januari 2018.

3.1 Pengkajian
I. Biodata :

Identitas pasien :

Nama : Ny. A
Umur : 38 thn
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kalimantan Barat

Identitas penanggung jawab :

Nama : Tn.P
Umur : 40 thn
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Kalimantan Barat
II. Riwayat Penyakit :
a. Keluhan Utama
Pasien mngatakan banyak mengeluarkan darah setelah melahirkan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kehilangan darah dalam jumlah banyak ditandai dengan seringnya
ganti pembalut sebanyak 8 kali sehari. Pasien mengatakan ia lemah, darah yg keluar
berwarna merah, merasa haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas
dingin, dan mual.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan ia pernah mengalami pre-eklampsia/eklampsi pada waktu hamil
pertama pada umur 27 tahun.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga mempunyai hipertensi.
e. Riwayat Obstetri
 Riwayat menstruasi meliputi:
Menarche : Usia 14 tahun.
Lamanya siklus : 7-10 hari.
Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali per hari.
Baunya : Khas menstruasi.
Keluhan waktu haid : Disminorea.
HPHT : 8 mei 2017.
 Riwayat perkawinan meliputi :
 Usia kawin : 25
 kawin yang keberapa : 1
 Usia mulai hamil : 27 tahun
 Riwayat hamil meliputi
 Apakah ada abortus : tidak ada
 Retensi plasenta : tidak ada
f. Pola aktifitas sehari-hari :
 Makan dan minum :
Komposisi makanan : cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
Frekuensi : 3x sehari.
 Eliminasi :
Pola dan defekasi : 3-4 hari post partum
jumlah warna : normal
konsistensi : normal
 Istirahat atau tidur :

Gangguan pola tidur karena perubahan peran menjadi ibu untuk 2 anak dan terjadi
kelelahan yang berlebihan.

 Personal hygiene meliputi :


Pola atau frekuensi mandi : 2 kali sehari.
Menggosok gigi : 2 kali sehari.
Keramas : seminggu 2x.
Perawatan mengganti balutan atau duk : sehari 8 kali.
g. Sirkulasi
Kehilangan darah 400-500ml (kelahiran per vagina), 600-800 ml (kelahiran sesaria),
meskipun penelitian menunjukan kehilangan darah sering dileceehkan. Riwayat anemia
kronis, defek kaogulasi kongenital/insidetal. Ideopatik trombositopenia purpura
h. Integritas Ego
Cemas, ketakutan, khawatir

3.2 Analisa data


NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. Ds: Etiologi Kekurangan volume cairan


- Pasien mengatakan
minum air putih +4 gelas
(+1000cc)/hari Perdarahan
- Pasien mengatakan ganti
pembalut 8x per hari
Do: Kehilangan
- Terjadi perdarahan vaskuler berlebih
- Turgor kulit kembali > 3,
kulit kering, mukosa bibir
kering, feses konsistensi
cair volume 3000cc
output dan 1000cc input ,
warna kuning.
- TD 130/80 mmHg, Nadi
80x/menit, suhu 37,5°C,
RR 22x/menit.
2. Ds: Syock hemoragic Perubahan perfusi jaringan
- Pasien mengeluh lemah
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien mengatakan Jaringan Perifer
jantungnya berdebar-debar
dan berkeringat dingin Hipovolemia
- Pasien mengatakan BAK
sehari 2x
Do:
- Nadi 50x/menit Turgor kulit
- Kuku mudah patah, rambut menurun
kering mudah putus, menipis.
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- CRT>3detik
- Hb 4,5gram/dl
- EKG: Distritmia
3. Ds: Hipoksia Gangguan pola nafas
- Pasien mengatakan sesak
-
Do: Sianosis
- RR: 30x/menit
- Suara nafas whezing (+)
- Bibir sianosis Takipnea
- Retraksi dinding dada (+)
- Penggunaan otot bantu
nafas (+)
4. Do: Ginjal Gangguan eliminasi urin
- Pasien mangatakan susah mengeluarkan
buang air kecil kotekolamin
- Pasien mengatakan sakit
saat buang air kecil
Ds: vasokontriksi
- Pasien sudah terpasang
kateter
- Pasien tampak grimice GFR menurun

Oliguria
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan(kehilangan aktif) b.d kehilangan vaskular berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia
3. Gangguan pola nafas b.d hipoksia
4. Gangguan pola eliminasi urin b.d

3.4 Intervensi Keperawatan


no Diagnosa intervensi rasional
1 Kekurangan a Tinjau ulang catatan kehamilan a. Membantu dalam
volume dan persalinan atau kelahiran, membuat rencana
cairan(kehilangan perhatikan faktor-faktor perawatan yang tepat dan
aktif) b.d penyebab atau pembrat pada memberikan kesempatan
kehilangan situasi hemoragi(mis, laserasi, untuk mencegah atau
vaskular berlebihan fragmen plasenta tertahan, membatasi terjadinya
sepsis, aproksio plasentae, komplikasi
emboli cairan amniotik, atau b. Perkiraan kehilangan
retensi janin mat sealama lebih darah, arterial versus
dari 5 minggu) vena, dan adanya
b Kaji dan catatat jumlah, tipe, bekuan-bekuan
dan sisi prdarahan : timbang membantu membuat
dan hitung pembalut : simpan diagnosa banding dan
bekuan dan jaringan untuk menentukan kebutuhan
dievaluasioleh dokter penggantian
c Kaji lokasi uterus dan derajat c. Derajat kontraktilitas
kontraktilias uterus. Dengan uterus membantu dalam
perlahan massase penonjolan diagnosa banding.
uterus dengan satu tangan Peningkatan
sambil menempatkan tangan kontraktilitas
kedua tepat diatas simfisis miumetrium dapat
pubis menurunkan kehilangan
d Perhatikan hipotensi atau drah. Penempatan satu
takikardia, pelabangan tangan diatas simfisis
pengisian kapiler, atau sianosis pubis mencegah
dasar kuku, membran mukosa, kemungkinan inversi
dan bibir. uterus selama masase.
e Pantau perameter d. Tanda-tanda ini
hemodinamik, seperti tekanan menunjukkan
vena sentral atau tekanan baji hipovolemik dan
arteri pulmonal bila ada. terjadinya syok.
f Lakukan tiraibaring dengan Perubahan pada TD tidak
ditinggikan 20-30’ dari tubuh dpat dideteksi volume
horizontal. cairan telah menurun
g Pertahankan aturan puasa saat sampai 30% - 50%.
menentukan/ kebutuhan klien. Sianosis adalah tanda
h Pantau masukan dan haluaran : akhir dari hipoksia.
perhatikan berat jeni urin e. Memberi pengukuran
i Hindari pengulangan atau lebih langsung dari
gunakan kewaspadaan bila volume sirkulasi dan
melakukan pemeriksaan vainal kebutuhan penggantian.
dan atau rerctal f. Perdarahan dapat
j Beri lingkungan yang tenang menurunkan reduksi
dan dukungan fisiologis aktifitas. Pengubahan
posisi yang tepat
meningkatan aliran balik
vena, menjamin
prsediaan darah ke otak
dan organ vital lainnya
lebih besar.
g. Mencegah anspirasi isi
lambung dalam kejadian
dimana sensorium
merubah atau interfensi
pembedahan diperlukan.
h. Bermanfaat dalam
memperkirakan luas atau
signifikasi kehilangan
cairan. Volume perfusi
atau sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan
keluaran 30 – 50 ml/jam
atau lebih besar.
i. Dapat meningkatkan
hemoragi bila laserasi
servikal, vaginal, atau
parineal atau hematom
terjadi (catatan :
pemeriksaan cermt
mungkin untuk
memantau hematoma)
j. Meningkatkan
relaksasi : menurunkan
ansietas dan kebutuhan
metabolik.
2 Perubahan perfusi a Perhatikan Hb/Hr sebelum dan a Nilai bandingan
jaringan b.d setelah kehilangan darah.kaji membantu
hipovolemia status nutrisi, tinggi dan berat menentukan
badan baretnya kehilagan
b Tanda-tanda vital darah.status yang
c Perhatikan tingkat kesadaran ada sebeumnya dari
dan adanya perubahan perilaku kesehatan yang
d Kaji warna dasar kuku, mukosa buruk
mulut, gusi lidah dan suhu kulit meningkatkan
e Kaji payudara setiap hari luasnya cedera dari
perhatikan ada atau tidaknya kekurangan oksigen
laktasi dan perubahan pada b Leasnya
ukuran payudara keterlibatan
hipofisis dapat
dihubungkan
dengan derajat dan
durasi hipotensi.
Peningkatan
frekuensi
pernafasan dapat
menunjukan upaya
untuk
mengatasiasiosiodis
metabolik
c Perubahan
sensorium adalah
indikator dini dari
hipoksia. Sinosis,
tanda lanjut,
mungkin tidak
tampak sampai
kadar PO2 turun
dibawah 50 mmhg.
d Pada kompensasi
fasokonstriksi dan
pirau organ vital,
sirkulasi pada
pembulu darah
perifer diturunkan,
yang
mengakibatkan
sianosis dan suhu
kulit dingin,
e Kerusakan atau
keterlibatan
hipofisis anterior
(sindrom sheehan)
menurunkan kadar
prolaktin,
mengakibatkan
tidak adanya
produksi asi dan
akhirnya
menurunkan
jaringan payudara.
3 Gangguan pola a. Aukskultasi bunyi nafas dan a. Bunyo nafas
nafas b.d hipoksia catat adanya suara tambahan menurun atau
b. Observasi TTV tidak bila nafas
c. Observasi kedalaman dan terdapat
frekuensi pernafasan opstruksi kecil
d. Kolaborasi pemberian oksigen b. Sebagai acuan
e. Kolaborasi pemberian obat untuk tindakan
selanjutnya
c. Mengetahui
perubahan yang
terjasdi pada
pernafasan
apakah dalam
batas normal
d. Pemberian kadar
oksigren dan
karbondioksida
dapat
mrningkatkan
funsi pernafasan
e. Untuk
mempercepat
penyembuhan
4 Gangguan pola a. Monitor keadaan bladder a. menentukan
eliminasi urin b.d setiap 2 jam masalah
penurunan b. Ukur intake dan output b. Memonitor
kapasitas kandung cairan setiap 4 jam keseimbangan
kemih c. Berikan cairan 2.000 ml/hari cairan
dengan kolaborasi c. Menjaga defisit
d. Kurangi minum setelah jam cairan
6 malam d. Membantu
e. Kaji dan monitor analisis memonitor
urine elektrolit dan berat keseimbangan
badan cairan
f. Lakukan latihan gerakan
g. Lakukan relaksasi ketika e. Meningkatkan
duduk berkemih fungsi ginjal dan
h. Ajarkan teknik latihan bladder
dengan kolaborasi f. Relaksasi pikiran
dokter/fisioterapi dapat
i. Kolaborasi dalam meningkatkan
pemasangan kateter kamampuan
berkemih
g. Menguatkan otot
pelvis
h. Mengeluarkan
urin

3.5 Implementasi Keperawatan


no Diagnosa Implementasi TTD
1 Kekurangan volume a menijau ulang catatan
cairan(kehilangan aktif) b.d kehamilan dan persalinan atau
kehilangan vaskular kelahiran, perhatikan faktor-
berlebihan faktor penyebab atau pembrat
pada situasi hemoragi(mis,
laserasi, fragmen plasenta
tertahan, sepsis, aproksio
plasentae, emboli cairan
amniotik, atau retensi janin
mat sealama lebih dari 5
minggu)
b mengkaji dan catatat jumlah,
tipe, dan sisi prdarahan :
timbang dan hitung pembalut
: simpan bekuan dan jaringan
untuk dievaluasioleh dokter
c mengaji lokasi uterus dan
derajat kontraktilias uterus.
Dengan perlahan massase
penonjolan uterus dengan
satu tangan sambil
menempatkan tangan kedua
tepat diatas simfisis pubis
d memperhatikan hipotensi
atau takikardia, pelabangan
pengisian kapiler, atau
sianosis dasar kuku, membran
mukosa, dan bibir.
e memantau perameter
hemodinamik, seperti tekanan
vena sentral atau tekanan baji
arteri pulmonal bila ada.
f melakukan tiraibaring dengan
ditinggikan 20-30’ dari tubuh
horizontal.
g mempertahankan aturan
puasa saat menentukan/
kebutuhan klien.
h memantau masukan dan
haluaran : perhatikan berat
jeni urin
i mengindari pengulangan atau
gunakan kewaspadaan bila
melakukan pemeriksaan
vainal dan atau rerctal
j memberi lingkungan yang
tenang dan dukungan
fisiologis
2 Perubahan perfusi jaringan a memperhatikan Hb/Hr
b.d hipovolemia sebelum dan setelah
kehilangan darah.kaji status
nutrisi, tinggi dan berat badan
b mengkaji tanda-tanda vital
c memperhatikan tingkat
kesadaran dan adanya
perubahan perilaku
d mengkaji warna dasar kuku,
mukosa mulut, gusi lidah dan
suhu kulit
e mengkaji payudara setiap hari
perhatikan ada atau tidaknya
laktasi dan perubahan pada
ukuran payudara
3 Gangguan pola nafas b.d a. mengaulkustasi bunyi nafas
hipoksia dan catat adanya suara
tambahan
b. mengobservasi TTV
c. mengobservasi kedalaman
dan frekuensi pernafasan
d. berkolaborasi pemberian
oksigen
e. berkolaborasi pemberian
obat
4 Gangguan pola eliminasi a. memonitor keadaan
urin b.d penurunan bladder setiap 2 jam
kapasitas kandung kemih b. mengukur intake dan
output cairan setiap 4 jam
c. memberikan cairan 2.000
ml/hari dengan kolaborasi
d. mengurangi minum setelah
jam 6 malam
e. mengkaji dan monitor
analisis urine elektrolit dan
berat badan
f. melakukan latihan gerakan
g. melakukan relaksasi ketika
duduk berkemih
h. Mengajari teknik latihan
dengan kolaborasi
dokter/fisioterapi
i. berolaborasi dalam
pemasangan kateter

3.6 Evaluasi

Tgl Dx Evaluasi
11-01-2018 Kekurangan volume cairan S :
Jam 11.00 (kehilangan aktif )b.d Pasien mengatakan pendarahan sudah
kehilangan vaskular berlebihan berkurang
0:
TD 120/90 mmHg, Nadi 80x/menit, suhu
36,5°C, RR 22x/menit.
A:
masalah teratasi sebagian
p:
lanjutkan intervensi keperawatan

11-01-2018 Perubahan perfusi jaringan b.d S :


Jam 11.00 hipovolemia Pasien sudah merasa sudah bisa
beraktivitas seperti semula
O:
- Nadi 60x/menit, Hb 9
gram/dl,CRT>3detik
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
11-01-2018 Ganguan pola nafas b.d S : Pasien mengatakan sesak sudah
Jam 11.00 hipoksia berkurang
O:
- RR: 20x/menit, bibir normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
11-01-2018 Ganguan pola eliminasi urin b.d S : Pasien mengatakan sudah tidak sakit
Jam 11.00 penurunan kapasitas kandung pada saat buang air kecil
kemih O : kateter sudah terlepas dan pasien sudah
bisa buang air kecil
A: Masalah teratasi
P:Hentikan intervensi
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan :
Shock hemoragik adalag shock yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang besar
(500ml). disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan
xtopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, reptur uteri dan perlukaan jalan lahir.
Shock hemoragik reversible dibagi dalam dua stadium :
a. shock reversible dini (early reversible shock) yang dapat dikompensasikan.
b. Shock reversible lanjut (late reversible shock) yang dalam keadaan dekompensasi.
Shock hemoragidalam obsetri dapat dijumpai pada:
a. Antepartum : plasenta previa,solusio plasenta
b. Intrapartum : ruptura uteri
c. Postpartum : perdarahan postpartum,luka-luka jalan lahir

Penangananya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera darah


yang hilang.

4.2. Saran
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang
perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan
pasien yang mengalami shock sehingga dapat melakukan pertolongan segera.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mngalami shock.
DAFTAR PUSTAKA

Price S, Wilson L. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed. Vol. 1. Jakarta:
EGC; 1103.
Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif. FKUI; 1104.
Heller, Luz. 1997. GAWAT DARURAT GINEKOLOGI DAN OBSTETRI . Jakarta: EGC.
DSOG., Chalik, dr. TMA. 1997. HEMORAGI UTAMA OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .
Jakarta: Widya Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. ILMU KEBIDANAN . Jakarta: YBP-SP.
Rab, Prof. Dr. H. Tabrani. 1999. PENGATASAN SHOCK . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai