DIUSUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat serta
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah Askep Shock himoragik untuk memenuhi tugas
makalah Maternitas dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dan tak lupa kelompok kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Baik berupa materi-materi, pemikiran
dan lain sebagainya. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kelompok kami
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat nantinya bagi para pembaca.
Kelompok kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sangat kelompok kami harapkan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari syock hemoragik ?
2. Untuk mengetahui etiologi dari syock hemoragik?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari syock hemoragik?
4. Untuk mengetahui manefestasi klinis dari syock hemoragik ?
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mengetahui syock hemoragik ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien yang mengidap syock hemoragik?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatn dari syock hemoragik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh yang biasanya terjadi akibat perdarahan yang masif
2.2. Klasifikasi
1. Pre syok (compesated)
Terjadi apabila perdarahan kurang 15% (750ml) volume darah. Pasien mengeluh
pusing, takikardia ringan dengan tekanan darah sistolik 90-100 mmHg. Tidak terjadi
perubahan kesadaran, volume urine yang keluar normal atau sedikit berkurang. Pasien
juga akan terlihat gelisah, berkeringat dingin, dan haus.
2. Syok sedang
Sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia waktu
singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oligouria ( urin kurang 0.5 ml/kgBB/jam)
dan asisdosis metabolik,tetapi kesadaran masih baik,dan tekanan darah sistolik 70-80
mmHg.
3. Perfusi didalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. Mekanisme kompensasi
vasokontriksi pada organ dan jantung. Sudah terjadi auria dan penurunan kesadaran (
delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung ( EKG abnormal,curah
jantu7ng turun). Perdarahan masif >40% dari volume darah menyebabkan henti jantung.
Pada stadium akhir tekanan darh cepat menurun (sistolik 0-40mmHg) dan pasien menjadi
koma, lalu disusul nadi jadi tidak teraba,megap-megap dan akhirnya terjadi mati klinis (
nadi tidak teraba,apneu). Henti jantung karena syok hemoragik adalah disosiasi
elektromagnetik ( kompeks gelombang EKG masih ada,tetapi tidak teraba denyut nadi)
fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada pasien dengan penyakit jantung.
Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American College of Surgeon
Committee on Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem ini berguna untuk memastikan
tanda-tanda dinisyok hemoragik
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi Penderita Semula
Parameter Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan <750 750 - 700 700 – 1100 >1100
darah (ml)
Kehilangan <7% 7% – 30% 30% - 40% >40%
darah (%)
Nadi <100 >100 >50 >30
(x/menit)
Tekanan Normal Menurun Menurun Menurun
darah
Frekuensi 3 – 11 11 – 30 30 – 40 >35
pernapasan
(x/menit)
Produksi >30 11 – 30 5–7 Tidak berarti
urin
(ml/jam)
Gejala pada Normal Cemas Cemas, Bingung, lesu
saraf pusat / bingung
status
mental
Penggantian Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
cairan darah darah
(hukum 3:1)
2.3. Etiologi
1. Hemoragi antepartum :
a. Pelepasan mendadak plasenta yang letaknya normal (solusio plasenta)
b. Perdarahan dari plasenta yang letaknya abnormal (plasenta previa)
c. Perdarahan otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah serebral, perdarahan
otak atau serebral ini dapat tejadi pada kehamilan yang berkaitan dengan hipertensi
misalnya eklampsia dan hipertensi esensial.
d. Perdarahan dengan jumlah kehilangan darah yang telihat jauh lebih sedikit dari pada
jumlah kehilangan , tanda-tanda klinis tidak sesuai dengan hasil pengukuran jumlah
darah yang hilang
2. Intrapartum : ruptura uteri
3. Postpartum : perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir. Syok karena perdarahan,
infeksi, dan eklamsi adalah merupakan tiga hal utama pembawa kematian dalam
kebidanan. Hemoragi postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih
dari traktus genitalia setelah melahirkan.
Hemoragi postpartum ada 2 yaitu :
a. Hemoragi postpartum primer yaitu mencakup semua kejadian peradarahan dalam 24
jam setelah kelahiran.
Penyebab hemoragi postpartum primer :
- Uterus atonik (terjadi karena, misalnya plasenta atau selaput ketuban tertahan)
- Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk seksio
sesarian, episiotomy)
- Koagulasi intravaskular diseminata
- Inversi uterus
b. Hemoragi postpartum sekunder yaitu mencakup semua kasus PPH yang terjadi antara
24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.
Penyebab hemoragi postpartum sekunder :
- Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan
- Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi serviks, vagina,
kandung kemih, rektum
- Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesarian atau ruptru utedisem
2.4. Patofisiologi
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi.
Perubahan ini dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan berkurangnya
volume darah yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis. Reaksi ini menimbulkan
peningkatan frekuensi nadi, vasokonstriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada
organ-organ nonvital, seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Pada perdaharan, terjadi respon-respon hormonal. Corticotropin-releasing hormone
terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan pelepasan glukokortikoid dan beta-
endorphin. Kelenjar pituitari posterior akan melepas vasopressin, menyebabkan retensi air
pada tubulus distal. Renin dilepaskan oleh kompleks juxtamedularis sebagai respon dari
penurunan MAP (Mean Arerial Pressure), sehingga meningkatkan aldosteron dan berujung
resoprsi natrium dan air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut karena
glukagon dan growth hormone meningkat pada gluconeogenesis dan glikogenosis.
Peredaran katekolamin menghambat pelepasan dan aktivitas insulin secara relative sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah.
Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi peningkatan
ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis metabolik dari karbon
dioksida yang diproduksi.
Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik
mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana
pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP. Ginjal juga
mentoleransi penuruunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan
aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik.
Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah
kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
2.5 WOC
Etiologi : solusio
placenta, placenta
previa, rupture uteri, Perdarahan
trauma genital
Kehilangan MK: Kekurangan
vaskuler berlebih volume cairan
Syock hemoragic
vasokontriksi
Kulit pucat Tacipnea
GFR
MK: perubahan MK:
perfusi jaringan Gangguan pola
Oliguria nafas
MK: Gangguan
pola eliminasi
urine
2.5. Manifestasi klinis
1. Lelah
2. Kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta
abdominal).
3. Hipotensi
4. Takikardia
5. Penurunan urine output
6. Penurunan kesadaran
7. Kulit kering dan pucat
8. Diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi, dan tidak sadar.
9. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia kronik.
2.6. Pemeriksaan penunjang
1. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat kemungkinan adanya darah.
2. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat gejala
hemotoraks, suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup di area dekat perdarahan.
3. Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal. Periksa panggul apakah ada
ekimosis yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Lakukan pemeriksaan rectum
untuk mengetahui asal darah yang keluar dari rectum. Pasien dengan riwayat perdarahan
vagina dilakukan pemeriksaan pelvis lengkap dan lakukan tes kehamilan untuk
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
4. Pemeriksaan laboratorium
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya
dilakukan antara lain: analisis complete blood count (CBC), kadar elektrolit, kreatinin,
kadar glukosa, darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan
2.7. Penatalaksanaan
1. Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran
ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 95%.
2. Circulation – kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,
memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari
luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan
langsung pada tempat perdarahan.
3. Transfusi darah
Indikasi transfusi darah antara lain:
a. Perdarahan akut sampai Hb <8 gr/dL atau Ht <30% pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung, Hb <10 gr/dL.
b. Bedah mayor kehilangan darah >11% volume darah.
Pemberian darah tergantung respon penderita terhadap cairan. Tujuan utama
transfuse darah adalah memperbaiki oxygen-carrying capacity. Perbaikan volume
dapat dicapai dengan pemberian larutan kristaloid, yang sekaligus akan
memperbaiki volume interstitial dan intraseluler.
Darah yang baik digunakan adalah yang sepenuhnya crossmatched. Namun
proses crossmatching lengkap memerlukan sekitar 1 jam. Pengobatan mencakup
transfusi darah lengkap, apabila darah lengkap tidak tersedia, plasma biasanya dapat
menggantikan darah lengkap. Plasma tidak dapat memulihkan hematokrit normal,
tetapi manusia biasanya dapat bertahan pada penurunan hematokrit sampai kira-kira
sepertiga normal sebelum menimbulkan akibat serius jika curah jantung mencukupi.
Karena itu pada keadaan akut cukup beralasan untuk menggunakan plasma dalam
menggantikan darah lengkap guna mengobati syok hemoragik.
Kadang-kadang plasma juga tidak tersedia. Dalam hal ini, berbagai pengganti
plasma sudah dikembangkan, yang sama melaksanakan fungsi hemodinamika
hampir tepat dengan sasaran. Salah satunya adalah larutan dekstran. Syarat utama
suatu pengganti plasma yang benar-benar efektif adalah yang tetap tinggal di sistem
sirkulasi yaitu tidak tersaring melalui pori-pori kapiler ke dalam ruang jaringan.
Selain itu larutan tidak boleh toksik dan mengandung bahan yang mempunyai
ukuran molekul cukup besar untuk mendesak tekanan osmotik koloid. Sejauh ini
bahan yang paling memuaskan untuk tujuan tersebut adalah dekstran, suatu polimer
posakarida glukosa yang besar. Dekstran dengan besar molekul yang sesuai tidak
dapat melewati pori kapiler dank arena itu dapat menggantikan protein plasma
sebagai bahan osmotik koloid.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh Kasus
Seorang ibu datang ke rumah sakit Amelia pada tanggal 10 januari 2018.
3.1 Pengkajian
I. Biodata :
Identitas pasien :
Nama : Ny. A
Umur : 38 thn
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kalimantan Barat
Nama : Tn.P
Umur : 40 thn
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Kalimantan Barat
II. Riwayat Penyakit :
a. Keluhan Utama
Pasien mngatakan banyak mengeluarkan darah setelah melahirkan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kehilangan darah dalam jumlah banyak ditandai dengan seringnya
ganti pembalut sebanyak 8 kali sehari. Pasien mengatakan ia lemah, darah yg keluar
berwarna merah, merasa haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas
dingin, dan mual.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan ia pernah mengalami pre-eklampsia/eklampsi pada waktu hamil
pertama pada umur 27 tahun.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga mempunyai hipertensi.
e. Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi meliputi:
Menarche : Usia 14 tahun.
Lamanya siklus : 7-10 hari.
Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali per hari.
Baunya : Khas menstruasi.
Keluhan waktu haid : Disminorea.
HPHT : 8 mei 2017.
Riwayat perkawinan meliputi :
Usia kawin : 25
kawin yang keberapa : 1
Usia mulai hamil : 27 tahun
Riwayat hamil meliputi
Apakah ada abortus : tidak ada
Retensi plasenta : tidak ada
f. Pola aktifitas sehari-hari :
Makan dan minum :
Komposisi makanan : cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
Frekuensi : 3x sehari.
Eliminasi :
Pola dan defekasi : 3-4 hari post partum
jumlah warna : normal
konsistensi : normal
Istirahat atau tidur :
Gangguan pola tidur karena perubahan peran menjadi ibu untuk 2 anak dan terjadi
kelelahan yang berlebihan.
Oliguria
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan(kehilangan aktif) b.d kehilangan vaskular berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia
3. Gangguan pola nafas b.d hipoksia
4. Gangguan pola eliminasi urin b.d
3.6 Evaluasi
Tgl Dx Evaluasi
11-01-2018 Kekurangan volume cairan S :
Jam 11.00 (kehilangan aktif )b.d Pasien mengatakan pendarahan sudah
kehilangan vaskular berlebihan berkurang
0:
TD 120/90 mmHg, Nadi 80x/menit, suhu
36,5°C, RR 22x/menit.
A:
masalah teratasi sebagian
p:
lanjutkan intervensi keperawatan
PENUTUP
4.1. Kesimpulan :
Shock hemoragik adalag shock yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang besar
(500ml). disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan
xtopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, reptur uteri dan perlukaan jalan lahir.
Shock hemoragik reversible dibagi dalam dua stadium :
a. shock reversible dini (early reversible shock) yang dapat dikompensasikan.
b. Shock reversible lanjut (late reversible shock) yang dalam keadaan dekompensasi.
Shock hemoragidalam obsetri dapat dijumpai pada:
a. Antepartum : plasenta previa,solusio plasenta
b. Intrapartum : ruptura uteri
c. Postpartum : perdarahan postpartum,luka-luka jalan lahir
4.2. Saran
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang
perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan
pasien yang mengalami shock sehingga dapat melakukan pertolongan segera.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mngalami shock.
DAFTAR PUSTAKA
Price S, Wilson L. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed. Vol. 1. Jakarta:
EGC; 1103.
Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif. FKUI; 1104.
Heller, Luz. 1997. GAWAT DARURAT GINEKOLOGI DAN OBSTETRI . Jakarta: EGC.
DSOG., Chalik, dr. TMA. 1997. HEMORAGI UTAMA OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .
Jakarta: Widya Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. ILMU KEBIDANAN . Jakarta: YBP-SP.
Rab, Prof. Dr. H. Tabrani. 1999. PENGATASAN SHOCK . Jakarta: EGC.