Anda di halaman 1dari 3

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda

tercapai titik akhir titrasi.

Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:


a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini
berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi
dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi
biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali.
Kegunaan
1. Penetapan Total Kesadahan Air
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam Kalsium atau
Magnesium. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititar secara kompleksometri dengan larutan EDTA
dan digunakan petunjuk EBT. Pertama-tama EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+ ,kemudian
dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna merah
anggur. Titik akhir pada pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari merah anggur menjadi
biru yang berasal dari larutan penunjuk yang bebas.
2. Penetapan kadar Mg dan MgCl2
Pada pH 10, Mg dapat ditetapkan secara kompleksometri. Mg 2+ dalam contoh dapat
bereaksi dengan EDTA dan menggunakan indicator EBT. Mg dan EBT membentuk senyawa
rangkai yang berwarna merah anggur.Larutan penunjuk yang bebas berwarna biru pada pH 7-11
warna larutan pada titik akhir berubah dari merah menjadi biru.
3. Analisis Kadar Attapulgite dalam Tablet A
Attapulgite dalam tablet A dapat ditetapkan dengan cara titrasi
kompleksometri. Attapulgite dapat dititar dengan EDTA 0,05 M. Dengan indikator EBT akan
menghasilkan titik akhir berwarna biru kecoklatan.
CONTOH SOAL KOMPLEKSOMETRI

Suatu larutan mengandung ion-ion tetrasianokuprat(I) [Cu(CN)4]3- dan tetrasianokadmiat(II)


[Cd(CN)4]2-, kedua-duanya dalam konsentrasi 0,5M. Larutan ini mempunyai pH 9 dan
mengandung 0,1 mol/ltr ion sianida bebas. Dapatkah tembaga(I) sulfida Cu2S dan/atau cadmium
sulfida CdS diendapkan dari larutan dengan mengalirkan gas hidrogen sulfide?

Diketahui :

Ksp Cu2S = 2 x 10-47

Ksp CdS = 1,4 x 10-28

Nilai tetapan ketidakstabilan :

Cu CN 
  4
 5 x 10  28
CuCN  
3-
K [Cu(CN)4] =K 3
4

Cd CN 
2  4
 1,4 x 10 -17
CdCN  
2-
K [Cd(CN)4] =K 2
4

[H+]2[S2-] = 10-23

Penyelesaian :

Untuk mengetahui apakah terbentuk endapan Cu2S dan atau CdS atau tidak, harus dihitung
terlebih dahulu konsentrasi masing-masing ion. Setelah itu dihitung hasil kali konsentrasi dan
dibandingkan dengan nilai Ksp masing-masing endapan. Bila hasil kali konsentrasi lebih besar
dari Ksp maka akan terbentuk endapan, dan sebaliknya.

pH = 9, maka [H+] = 10-9

[S2-] = 10-23 / [H+]2 = 10-23 / 10-18 = 10-5

Cu CN 
  4
 5 x 10 28 ,
CuCN  
4
3

maka Cu 
 
5 x 10 28 x CuCN4 
3
 = 5x10 28
x0,5
= 2,5 x 10-24
CN   4 (0,1) 4

Dengan cara yang sama, maka [Cd2+] = 7 x 10-14

[Cu+]2 [S2-] = (2,5 x 10-24)2 x 10-5 = 6,25 x 10-53

Karena nilai hasil kali konsentrasi < Ksp, maka tidak akan terbentuk endapan Cu2S

[Cd2+] [S2-] = (7 x 10-14) x 10-5 = 7 x 10-19

Nilai hasil kali konsentrasi > Ksp, maka endapan CdS akan terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai