Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN KOREKSI STATIK TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM)

PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) UNTUK PEMODELAN RESISTIVITAS


LAPANGAN PANAS BUMI “SS”

Putri Hardini1, Dr. Ahmad Zaenudin, M.T1., Royo Handoyo2


1
Teknik Geofisika Universitas Lampung dan 2ELNUSA GEOSAINS

Sari

Metode magnetotellurik (MT) merupakan metode elektromagnetik pasif yang memiliki


jangkauan kedalaman yang lebih dalam dari metode geofisika lainnya. Hasil pengukuran
magnetotellurik mengalami pergeseran statik akibat perbedaan topografi dan heterogenitas
lapisan permukaan, sehingga perlu dilakukan koreksi statik Time Domain Elektromagnetik
(TDEM). TDEM merupakan metode elektromagnetik aktif yang akurat untuk lapisan
dangkal. Hasil pengolahan koreksi statik pada semua lintasan daerah penelitian memiliki
persebaran nilai resistivitas yang lebih akurat. Perkiraan lapisan penudung (claycap) terlihat
jelas pada lintasan ke-3 disekitar titik MT-19 dan MT-18 dengan nilai resistivitas < 10 ohm.m
dan pada kedalaman 1000 meter msl.

Kata kunci: Magnetotellurik, TDEM, Claycap, Resistivitas.

Abstract

Magnetotelluric method is a passive electromagnetic method which has a range of depths


deeper than other geophysical methods. Measurement result magnetotelluric is due static shift
in difference topography and has heterogeneity of the surface layer, so that involves to be
corrected static Time Domain Electromagnetic (TDEM). TDEM an active elektromagnetic
method that accurate for shallow layers. Processing result by static correction in all research
areas has a distribution of resisitivity value that is more accurate. Estimation of cap layer
(claycap) clearly visible in the line 3 around the point MT-19 dan MT-18 with resistivity
value < 10 ohm.m and at depth 1000 meters from mean sea level (msl).

Keywords: Magnetotellurics, TDEM, Claycap, Resistivity


PENDAHULUAN pada semua interval frekuensi atau periode.

Panas bumi merupakan suatu energi Koreksi efek statik pada data MT dapat

yang terkandung dalam batuan panas dan dilakukan melalui pemodelan, khususnya

cairan yang mengisi pori - pori patahan efek statik yang disebabkan oleh faktor

dalam kerak bumi. Untuk memanfaatkan topografi (Chouteau & Bouchard, 1988).

potensi panas bumi sebagai energi yang Koreksi statik dilakukan dengan pengamatan

renewable maka dilakukan eksplorasi data Time domain Elektromagnetic (TDEM)

geofisika dengan tujuan penyelidikan pada titik yang sama untuk mengoreksi data

daerah prospek dan potensi sumber daya MT yang mengalami efek statik.

yang terkandung pada daerah panas bumi. Dengan koreksi statik diharapkan data

Eksplorasi tersebut dilakukan dalam MT akan lebih akurat baik secara horizontal

tahapan-tahapan sehingga diperoleh data maupun vertikal. Dari data MT terkoreksi

yang akurat. TDEM, selanjutnya dibuat model untuk

Salah satu metode yang digunakan mengidentifikasi zona claycap pada

adalah metode magnetotellurik (MT) yang lapangan ini.

dapat menembus kedalaman puluhan meter


Tujuan
sampai ribuan meter. Metode ini
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
memanfaatkan gelombang elektromagnetik
1. Penerapan koreksi statik (TDEM) pada
alam. Dalam prosesnya metode ini bekerja
pemodelan data MT untuk mendapatkan
sama dengan metode inversi dan forward model resistivitas 2 dimensi secara vertikal
dalam penggambaran model panas bumi dan maupun horizontal.
untuk mengetahui distribusi resistivitas dari 2. Pemodelan resistivitas untuk deliniasi zona
area prospek panas bumi yang diteliti. claycap pada lapangan “SS”.

Karena adanya heterogenitas dekat- TINJAUAN GEOLOGI


permukaan dan topografi di sekitar titik Sejarah tektonik Pulau Sumatra
pengamatan dapat menyebabkan adanya berhubungan erat dengan dimulainya
efek statik atau static shift pada data peristiwa pertumbukan antara Lempeng
magnetotellurik (MT). Manifestasi efek India - Australia dan Asia Tenggara, sekitar
statik tersebut berupa pergeseran vertikal- 45,6 juta tahun yang lalu, yang
kurva resistivitas semu secara serba sama mengakibatkan rangkaian perubahan
sistematis dari pergerakan relatif lempeng- India - Australia yang semula mempunyai
lempeng disertai dengan perubahan kecepatan 86 milimeter/tahun menurun
kecepatan relatif antar lempengnya berikut menjaedi 40 milimeter/tahun karena terjadi
kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya dapat proses tumbukan tersebut (Char-shin Liu et
dilihat pada Gambar 1. Gerak Lempeng al, 1983 dalam Natawidjaja, 1994).

Perbedaan kedalaman subduksi antara Pulau Pulau Jawa umumnya terletak pada bagian
Sumatera dengan Pulau Jawa -Nusatenggara yang lebih dalam dan menempati batuan
menyebabkan jenis magma -yang dihasilkan vulkanik.
Pada kedalaman yang lebih besar seperti di Sedangkan sistem panas bumi di
pulau Jawa, magma yang dihasilkan lebih Sumatera memiliki magma yang bersifat
bersifat basa dan lebih cair dengan lebih asam dan lebih kental yang berkaitan
kandungan gas magmatik yang lebih tinggi dengan kegiatan gunung api andesitik-
sehingga menghasilkan erupsi gunung api riolitis. Dan reservoir panas bumi terdapat
yang lebih kuat yang menghasilkan – pada batuan sedimen dan ditemukan pada
endapan vulkanik yang lebih tebal dan kedalaman yang lebih dangkal.
terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir di

Gambar 1. Proses tektonik (Anonymuos, 2006).


Gambar 2. Sistem panas bumi (Anonymous, 2006).

Sistem panas bumi tersusun oleh DATA DAN METODA


beberapa parameter seperti, sumber panas Data yang digunakan dalam penelitian
(heat source), reservoir, batuan penudung, ini merupakan data sekunder yang terdiri
sumber fluida dan siklus hidrologi yang dari data Magnetotellurik dengan format
ditunjukkan pada Gambar 2. (.Edi) dan data Time Domain
Sistem panas bumi dikontrol oleh Elektromagnetik (TDEM). Data ini diambil
adanya (Suharno, 2010): oleh tim survey Nonnavigasi Seismik,
1. Sumber panas (heat source) berupa Elnusa Geosains pada tahun 2010.
plutonik,
2. Batuan berporos atau reservoir tempat Metode
uap panas terjebak didalamnya Data dengan format (.EDI) diolah dengan
3. Lapisan penutup, biasanya berupa batu menggunakan WinGLink kemudian
lempung, dilakukan koreksi statik dengan
4. Keberadaan srtuktur geologi (patahan, Menggunakan data TDEM dengan format
perlipatan, collapse, rekahan dan (.USF) yang telah diinput ke WinGLink
ketidakselarasan),
5. Daerah resapan air atau aliran air bawah HASIL DAN PEMBAHASAN
permukaan (recharge area) Dalam penelitian ini dilakukan
pengolahan data terhadap 21 titik
pengamatan yang tersebar pada tiga lintasan,
yaitu Lintasan 1, Lintasan 2 dan Lintasan 3, Pergeseran vertikal kurva sounding MT
yang membentang antara Timur Laut - pada skala logaritmik ekivalen dengan
Barat Daya. Kondisi geologi daerah ini perkalian harga resistivitas-semu dengan
berupa pegunungan dengan lintasan 1 (Line suatu konstanta k > 1 (pergeseran ke atas)
1) terdiri dari 8 titik MT yang atau k < 1 (pergeseran ke bawah).
pengukurannya di mulai dari MT-01 s.d Pemodelan 1-D kurva sounding MT yang
MT-08, line 2 memiliki 7 titik pengukuran mengalami pergeseran vertikal sebesar k
dan line 3 dengan 6 titik pengukuran. Jarak menghasilkan model 1D yang merupakan
masing-masing titik berkisar antara 1,5 km. kelipatan k dan k½ masing-masing untuk
Diperlihatkan pada Gambar 3 yang resistivitas dan ketebalan yang sebenarnya
melampirkan satu titik MT yang mengalami (Sternberg dkk., 1988; Hendro & Grandis,
pergeseran statik, yaitu MT02. 1996).
Dari kurva tersebut tampak kurva ρxy Salah satu contoh titik dapat dilihat
(merah) dan kurva ρyx (biru) mengalami pada Gambar 13 yang memperlihatkan
shift (pergeseran). Hal ini terjadi karena data kurva sounding yang telah dikoreksi dengan
MT tidak begitu stabil pada lapisan dangkal menggeser kedua kurva resistivitas -
karena perbedaan topografi yang mencolok sehingga berhimpit dengan kurva TDEM
yang disebut juga karena efek galvanic yang disebut dengan proses pengikatan.
(distorsi galvanic).

Kurva ρxy

Gambar 3. Kurva sounding MT-02


Kurva ρxy
Dari pengolahan data yang dilakukan, Salah satu titik yang dibahas sebelumnya
dihasilkan model 2D yang memakai koreksi yaitu titik MT-02 dapat diperhatikan pada
dan yang telah dikoreksi ditampilkan pada model tanpa TDEM memiliki nilai yang
Pada Gambar 7a merupakan model 2D sama pada lapisan permukaan. Seperti
yang tidak dikoreksi statik. Pola dari nilai halnya yang telah dibahas pada bagian 1D
resistivitas rendah hanya terlihat sedikit dan tadi yang menjadi penyebab model memiliki
tipis dari titik MT-01 sampai MT-05, persebaran nilai resistivitas yang tinggi.
sedangkan pada MT-06 sampai MT-08 Semua titik MT mengalami pergeseran
hampir semua titik memiliki nilai yang statik yang disebabkan oleh perbedaan
diindikasikan sebagai lapisan resistif topografi antara satu titik dengan titik
(resistivitas tinggi), sehingga hampir pada lainnya. Oleh karena pengaruh inilah yang
semua titik didominasi oleh resistivitas yang menjadi dasar dilakukan koreksi TDEM, dan
tinggi yang ditandai dengan warna kebiruan. model tersebut yang akan diinterpretasi pada
Hal ini menandakan pemusatan satu nilai pembahasan penelitian ini. Selanjutnya akan
resistivitas saja hampir pada setiap lapisan dibahas ketiga model 2D yang terkoreksi
seperti telah dijelaskan pada pembahasan TDEM yang ditunjukkan oleh Gambar 4.
model satu dimensi dibagian sebelumnya. Pada Gambar 5 (a, b dan c) terlihat tiga
Sedangkan Gambar 4b merupakan model zona kontras dari gambar tersebut, yaitu
2D yang telah terkoreksi statik. Model zona dengan nilai resistivitas rendah yang
inilah nantinya dapat diinterpretasi untuk ditandai dengan warna merah memiliki
mendapatkan analisis data yang baik untuk rentang nilai resisitivitas 1 s.d 10 ohm-m
pencitraan bawah permukaan. pada elevasi yang relatif dangkal yaitu
Kedua model diatas sangat kontras berkisar antara 500 m s.d 1000 m. Zona ini
berbeda karena pergeseran kurva sounding disebut juga dengan zona konduktif.
yang cukup jauh. Sama halnya dengan Line Kemungkinan pada lapisan dangkal ini
2 dan Line 3 juga memiliki hasil yang sama merupakan batuan yang memiliki nilai
dan memiliki perbedaan kontras resistivitas konduktivitas besar.
yang sangat berbeda tetapi dengan pola yang
mengarah pada nilai yang sama.
(a)

(b)
Gambar 4. Model 2 Line 1 (a) tanpa Koreksi TDEM ; (b) dengan Koreksi
TDEM
(a)

(b)

(c)

Gambar 5. Model 2D (a) Line 1 ; (b) Line 2; (c) Line 3


Zona yang memiliki nilai resistivitas KESIMPULAN
sedang yang ditandai dengan warna Dari penelitian yang telah dilakukan,
kehijauan memiliki rentang nilai 12 s.d 100 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
ohm-m, pada umumnya tersebar pada 1. Dari data terukur yang didapat, hampir
elevasi 1000 s.d -1000 m dengan ketebalan semua kurva sounding (tiap titik
yang bervariatif. Ketebalan zona ini sangat pengukuran) mengalami pergeseran
bervariasi bahkan ada yang muncul pada statik sehingga diperlukan koreksi
permukaan. Zona tersebut merupakan zona TDEM agar model yang dihasilkan
resistivitas sedang. optimal.
Zona terakhir adalah zona yang 2. Dari pengolahan data didapatkan 3
memiliki nilai resistivitas tinggi, biasanya model 2D area penelitian. Model
disebut dengan lapisan resistif yang ditandai perlapisan dibagi dalam tiga zona, yaitu
dengan warna kebiruan, memiliki nilai zona dengan nilai resistivitas rendah
resistivitas berkisar dari >100 ohm-m. Zona (zona konduktif) dengan nilai 1-10
ini tersebar pada elevasi dibawah 2000 m ohm-m tersebar pada kedalaman kurang
yang merupakan zona batuan sumber dari 1 km,zona dengan nilai resistivitas
(source rock). sedang 10 s.d 100 ohm-m tersebar pada
Namun pada ketiga model ini, nilai kedalaman lebih dari 1 km, dan zona
resistivitas pada setiap line dan setiap titik dengan nilai resistivitas tinggi (zona
tidak tersebar secara merata. Berdasarkan resistif) > 100 ohm-m berada pada
kriteria panas bumi daearah Sumatera, zona kedalaman lebih dari 2 km yang
claycap memiliki resistivitas yang rendah merupakan batuan sumber.
dengan kedalaman dangkal yaitu ±1000
meter, maka model yang mengindikasikan 3. Zona claycap (zona konduktif) diduga
zona clay itu adalah pada model 2D line 3, berada pada kedalaman 1000 m sampai
dimana daerah yang di duga “dome” 1500 m dengan nilai resistivitas berkisar
diindikasikan sebagai claycap, yang berada < 10 ohm-m.
pada kedalaman antara 1000 m sampai 1500
m. UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terima kasih kepada
orangtua yang selalu mendoakan, kepada dosen
pembimbing skripsi dan penguji yang telah
meluangkan waktu membimbing selama
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Grandis, H. 2010. Study Efek Statik Pada


Data Magnetotellurik dengan
Menggunakan Pemodelan 2D. ITB:
Bandung.

Hendro, A.L. dan Grandis, H. 1996. Koreksi


Efek Statik Pada Data Magnetotellurik
Menggunakan Data Elektromagnetik
Transien. Proceedings Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia, Jakarta.

Saptadji, N. 2010. Teknik Panas Bumi.


Bandung.

Suharno. 2010. Pengembangan Prospek


Panas Bumi. Universitas Lampung:
Bandar Lampung.

http/ /Sekilas-Tentang-Panas-Bumi.html,
diakses tanggal 20 November 2012.

http://geologi/geologi-sumatera.html,
diakses tanggal 20 November 2012.

http://taman.blogsome.com/2006/10/30/bagi
an-dari-bumi/trackback/), diakses
tanggal 15 Sepetember 2012.

http://geoful.wordpress.com/panas-
bumi/html, diakses tanggal 21
November 2012.

Anda mungkin juga menyukai