Anda di halaman 1dari 4

Bahaya nya Menjadikan Agama Sebagai Bahan Candaan

Januari 21, 2018 oleh muslimahactivity

Buletin Annisa Edisi Januari 2018

Stand-up comedy atau lawakan tunggal adalah salah satu genre


profesi melawak yang pelawaknya (disebut komika, comic) membawakan lawakannya di atas
panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan
cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Orang yang melakukan kegiatan ini disebut
pelawak tunggal (stand-up comedian), komik, atau komik berdiri (komik tunggal). Lawakan
mereka biasanya direkam dan kemudian dijual menjadi melalui DVD, internet, atau televisi.

Komedi tunggal biasanya dilakukan oleh satu orang (ada juga yang berbentuk grup),
membawakan materi yang original atau dibuat sendiri (ada juga yang membawakan lawakan
umum), dan biasanya dilakukan di kafe – kafe. Orang yang melakukannya dinamakan Stand
Up Comedian, Stand Up Comic, atau hanya disebut Comic. Biasanya para Comic
membawakan materi mereka dengan gaya monolog, walaupun ada beberapa jurus yang
mengharuskan mereka berinteraksi dengan penonton.

Genre ini biasanya dibandingkan dengan lawakan berkelompok (grup lawak), seperti
grup Srimulat dan Warkop DKI dari Indonesia, atau Monty Python dari Inggris.

Baru- baru ini mantan artis cilik Joshua Suherman menyinggung agama Islam saat melawak
di atas panggung stand up commedy. Terkait hal itu, ahli hukum pidana Nasrullah Nasution
menilai bekas artis cilik itu bisa terjerat undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE).

“Karena penyampaianya melalui media elektronik maka dikenakan UU ITE Pasal 27 ayat 3
pasal 28 ayat 2 UU No 19 Tahun 2016 atas perubahan UU No 11 tahun 2008 tentang ITE dan
atau Pasal 156a KUHP dengan ancaman empat tahun penjara,” ujarnya saat
dihubungi Kiblat.net pada Kamis (01/11/2018).
Rasulullah SAW juga bercanda

Freedom of speech atau kebebasan berbicara yang dianggap sebagai salah satu pilar penting
dalam sistem demokrasi, telah melahirkan individu-individu yang seakan tak tahu batas.
Dengan dalih kebebasan ini, banyak orang menjadi merasa tak bersalah dalam berucap, meski
apa yang mereka sampaikan sebenarnya menyinggung agama. Ditambah lagi dengan kondisi
ajaran Islam dan kaum muslimin yang saat ini kerap dikriminalisasi oleh berbagai pihak, hal
itu seakan menjadi lampu hijau bagi siapapun yang keberpihakannya jelas bukan kepada
Islam untuk bisa menyuarakan kebencian mereka itu.

Peristiwa ini bukan kali pertama Islam dijadikan bahan lawakan murahan para komika dan
komedian yang menurut mereka hanya sebagai bentuk hiburan saja. Padahal publik sudah
tahu, bahwa sebenarnya tak ada yang menghibur jika yang diangkat adalah isu agama.
Namun, nampaknya hal ini sulit untuk terpatri di benak para komika yang aktivitas
komedinya itu bersumber dari peradaban barat. Peradaban barat ini telah kita ketahui
bagaimana kebenciannya terhadap Islam dan ajarannya. Bagaimana di dalam Islam apakah
boleh seorang muslimin dan muslimat bercanda???.

Tentu Boleh…Ada kalanya kita mengalami kelesuan dan ketegangan setelah menjalani
kesibukan. Atau muncul rasa jenuh dengan berbagai rutinitas dan kesibukan sehari-hari.
Dalam kondisi seperti ini, kita membutuhkan penyegaran dan bercanda. Kadang kala kita
bercanda dengan keluarga atau dengan sahabat. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat
manusiawi dan dibolehkan. Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
melakukannya. Sebagai manusia biasa, kadang kala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bercanda. Beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para
sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka
gembira. Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada
batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas tetapi
hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali
yang benar.

Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak
hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum (HR Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau
bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul, hanya saja aku
selalu berkata benar. (HR. Ahmad dengan sanad yang shahîh)

Itulah cara Rasulullah SAW dalam bercanda.

Bahayanya menjadikan Agama sebagai bahan Candaan


Mengolok-olok Allah atau Rasul-Nya atau Kitab-Nya atau agama-Nya, walaupun dengan
bercanda dan sekalipun sekadar untuk membuat orang lain tertawa, sesungguhnya merupakan
kekufuran dan kemunafikan. Perbuatan ini seperti yang pernah terjadi pada masa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu mereka yang mengatakan, “Kami belum pernah
melihat para pembaca (al-Quran) kami yang lebih buncit perutnya, lebih berdusta lisannya,
dan pengecut saat berhadapan dengan musuh.” Maksudnya adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Lalu turunlah ayat tentang mereka,

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu
mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main
saja.’” (QS. At-Taubah: 65)

Karena itulah, mereka datang kepada Nabi Shalallahu shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengatakan, “Sesungguhnya kami membicarakan hal itu ketika kami dalam perjalanan,
dengan tujuan untuk menghilangkan payahnya perjalanan.” Namun Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah,

Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?”
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” (QS. At Taubah: 65-
66)

Jadi, segi kerasulan, wahyu dan agama adalah segi yang terhormat, tidak boleh seorang pun
bermain-main dengan itu, tidak untuk olok-olok, membuat orang lain tertawa ataupun
menghina. Barangsiapa yang melakukannya berarti ia telah kafir, karena perbuatannya itu
menunjukkan penghinaan terhadap AllahSubhanahu wa Ta’ala, para rasul-Nya, kitab-kitab-
Nya, dan syariat-syariat-Nya.

Akibat yang mereka terima: azab di dunia dan akhirat

Ayat-ayat di bawah ini adalah peringatan bagi siapa saja yang tinggal di mana saja dan kapan
saja termasuk kaum Muslim, kafir dan munafiq di zaman modern ini untuk tidak mengingkari
dan memperolok-olok ayat-ayat Allah Ta’ala agar tidak mendapatkan azab Allah Ta’ala baik
di dunia berupa kebinasaan maupun di akhirat berupa siksaan di neraka, di mana mereka
tidak akan dikeluarkan darinya dan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat.

Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah yang lebih buruk,
karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. (QS.
Ar-Ruum [30]: 10)

Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan
disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al-
Kahfi [18]: 106)

Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-
olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak
dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat. (QS. Al-
Jaatsiyah [45]: 35)
Oleh karena itu, barangsiapa melakukan perbuatan tersebut, hendaknya bertaubat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala atas apa yang telah diperbuatnya, karena perbuatan ini termasuk
kemunafikan, dari itu hendaknya ia bertaubat kepada Allah, memohon ampunan dan
memperbaiki perbuatannya, serta menumbuhkan di dalam hatinya rasa takut terhadap
Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengagungan terhadap-Nya, rasa takut dan cinta terhadap-Nya.
Hanya Allah-lah yang kuasa memberi hidayah.
(Majmu Fatawa wa Rasa`il Ibnu Utsaimin, Juz 2, hlm. 156)

Khatimah

Tidak menutup kemungkinan jika di masa yang akan datang, Islam yang sudah diperjuangkan
oleh darah para syuhada ini akan kembali diperolok dan dijadikan bahan tertawaan semata.
Keniscayaan itu sangat mungkin terjadi, selama umat Islam belum memiliki pemikiran yang
satu dalam mengemban agama ini, belum mempunyai perasaan marah yang sama ketika
agamanya dihinakan, serta absennya sebuah peraturan menyeluruh yang akan menjaga
kemuliaan Islam dan ajarannya di tengah-tengah masyarakat. Tentu saja hal itu tak akan
terwujud jika masih ada pemikiran dan pemahaman bathil yang menggerogoti benak umat.
Semua itu baru akan terwujud jika terterap institusi kenegaraan yang senantiasa menjadikan
Islam sebagai satu-satunya asas dalam menjaga aqidah umat, menyelesaikan problematika
hidup manusia, dan mengemban Islam ke seluruh dunia. Institusi tersebut tiada lain adalah
institusi khilafah ‘alaa minhajin nubuwwah yang juga telah dikabarkan oleh Rasulullah akan
kembali hadir di tengah-tengah umat di akhir zaman ini. Cukuplah ayat berikut menjadi
pengingat kita,

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu
mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main
saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu
berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…”
(QS. At Taubah: 65-66)

Wallahu’alam…

Anda mungkin juga menyukai