Anda di halaman 1dari 15

Amwaluna, Vol. 1 No.

2 (Juli, 2017), Hal 231-245

APLIKASI MAQASHID SYARIAH DALAM BIDANG PERBANKAN SYARIAH

Sandy Rizki Febriadi


Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba)
Jalan Ranggagading No. 8 Bandung
prisha587@gmail.com

ABSTRAK
Maqashid Syari'ah merupakan tujuan-tujuan umum yang ingin diraih oleh syariah dan
diwujudkan dalam kehidupan. Maqashid Syariah merupakan konsep penting dalam kajian
hukum Islam. Para ahli hukum Islam menjadikan maqashid syari'ah sebagai ilmu yang harus
dipahami oleh mujtahid. Inti dari teori maqashid syari‟ah adalah untuk jalb al-masahalih wa
daf‟u al-mafasid, mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan, menarik
manfaat dan menolak madharat. Maka istilah yang sepadan dengan inti dari maqashid
syari‟ah tersebut adalah maslahah (maslahat). Maqashid Syari‟ah tidak lahir secara tiba-tiba,
tetapi melewati fase-fase, yaitu: fase pra kodifikasi, dan fase kodifikasi. Dalam sistem
ekonomi yang hendak dibangun, sistem ekonomi dikatakan sukses berjalan apabila bisa
mensejahterakan masyarakatnya. Maka sistem ekonomi harus bisa mengupayakan untuk
mencapai tujuan utamanya, yaitu social welfare. Lahirnya bank syariah ditujukan untuk
mewujudkan kesejahteraan umat secara luas. Dengan mengacu pada tujuan utama ini, istilah
Maqashid Syari‟ah menjadi sandaran utama dalam setiap pengembangan operasional dan
produk yang ada di bank syariah.

Keyword: Maqashid Syari'ah, Maslahat, Perbankan Syari’ah

ABSTRACT
Maqashid Sharia is a common goal to be achieved by sharia and embodied in life. Maqashid
Sharia is an important concept in the study of Islamic law. Islamic jurists make Maqashid
Sharia an important science that must be understood by mujtahid. The essence of the
maqashid theory of sharia is to jalb al-masahalih wa daf'u al-mafasid, manifest good at the
same time avoid evil, benefit and reject madharat. So the suitable term with the essence of the
maqashid sharia is maslahah. Maqashid Sharia is not exist suddenly, but passes through
phases as known: pre-codified phase and codification phase. In the economic system, the it is
said as successful economic system if it can prosper the people. So the economic system must
be able to achieve its main goal, social welfare. The existence of Islamic banking is intended
to realize the welfare of people widely. With reference to this main objective, the term
Maqashid Sharia becomes the main guidelines in every operational development and
products that exist in sharia banking.

Keywords: Maqashid Sharia, Maslahah, Sharia Banking

I. PENDAHULUAN
Maqashid Syari'ah merupakan pentingnya maqashid syari'ah tersebut,
tujuan-tujuan umum yang ingin diraih oleh para ahli teori hukum menjadikan
syariah dan diwujudkan dalam kehidupan. maqashid syari'ah sebagai ilmu yang harus
Maqashid Syariah salah satu konsep dipahami oleh mujtahid yang melakukan
penting dalam kajian hukum Islam. Betapa ijtihad. Adapun inti dari teori maqashid
231
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

syari‟ah adalah untuk jalb al-masahalih bertumpu pada pendekatan yang terpilah-
wa daf‟u al-mafasid atau mewujudkan pilah dengan mengeksploitasi prinsip
kebaikan sekaligus menghindarkan takhayyur dan talfiq. (Anderson, 1976:
keburukan, menarik manfaat dan menolak 42). Telah menjadi kebutuhan yang sangat
madharat. Maka istilah yang sepadan mendesak bagi para mujtahid muslim saat
dengan inti dari maqashid syari‟ah ini untuk merumuskan suatu metodologi
tersebut adalah maslahah (maslahat), sistematis yang mempunyai akar Islam
karena penetapan hukum dalam Islam yang kokoh jika ingin menghasilkan
harus bermuara kepada maslahat. hukum yang komprehensif dan
Allah Swt sebagai syari‟ yang berkembang secara konsisten. (Esposito,
menetapkan syari'at tidak menciptakan 1982: 101).
hukum dan aturan begitu saja. Tetapi Penelitian ini bertujuan antara lain:
hukum dan aturan diciptakan dengan pertama, untuk mengetahui pengertian dan
tujuan dan maksud tertentu. Ibnu Qayyim urgensi maqashid syari‟ah? Kedua, untuk
menyatakan bahwa tujuan syari'at adalah mengetahui sejarah dan klasifikasi
kemaslahatan hamba di dunia dan akhirat. maqashid syari‟ah? Ketiga, untuk
Syari'at semuanya adil, semuanya berisi mengetahui aplikasi maqashid syari‟ah
rahmat, dan semuanya mengandung dalam bidang perbankan syari’ah.
hikmah. Setiap masalah yang menyimpang Berdasarkan uraian di atas, maka
dari keadilan, rahmat, maslahat, dan pengetahuan tentang maqashid syari‟ah
hikmah pasti bukan ketentuan syari'at. dalam kajian hukum Islam merupakan
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 1991: 11). suatu keniscayaan. Penelitian singkat ini
Di era modern ini, umat Islam akan mencoba mengemukakan secara
dihadapkan pada perubahan-perubahan sederhana teori maqashid syari‟ah
sosial yang telah menimbulkan sejumlah tersebut. Dalam penelitian ini penulis
masalah serius berkaitan dengan hukum menggunakan metode yuridis normatif
Islam. Di lain pihak, metode yang yaitu penelitian hukum yang
dikembangkan para mujtahid dalam mempergunakan sumber data sekunder.
menjawab permasalahan tersebut terlihat Normatif, karena penelitian ini akan
belum memuaskan. Dalam penelitian mengkaji dan menguji data-data sekunder
mengenai pembaruan hukum di dunia yang bertitik tolak dari persoalan
Islam, disimpulkan bahwa metode yang penerapan maqashid syariah dalam bidang
umumnya dikembangkan oleh mujtahid perbankan syariah. Secara operasional
dalam menangani isu-isu hukum masih penelitian yuridis normatif dilakukan
232
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

dengan penelitian kepustakaan (Library deskriptif analitis, karena tidak


Reaseach). menggunakan rumus-rumus dan angka-
Data penelitian pada umumnya angka dengan menggunakan metode
terbagi kepada dua macam, antara lain: berfikir deduktif.
Pertama, data sekunder yang diperoleh
melalui data-data kepustakaan. Data II. PEMBAHASAN
kepustakaan, dikenal juga studi literatur A. Pengertian dan Urgensi Maqashid
(Library Research) merupakan penelitian Syari’ah
kepustakaan, yang dilakukan dengan Maqashid syari‟ah menurut Al-
mencari data dari buku, jurnal, peraturan Khadimi (2001: 14). terdiri dari dua kata,
perundang-undangan, dan tulisan-tulisan maqashid dan syari'ah. Kata maqashid
ilmiah lainnya. Pada penelitian ini akan merupakan bentuk jama' dari maqshad
diteliti maqashid syariah dengan referensi yang berarti maksud dan tujuan. Ia
ayat-ayat Al-Quran, Hadits, dan kitab- merupakan mashdar mimi yang diambil
kitab para fuqaha. Kedua, data primer, dari kata kerja qashada, yaqshidu,
yaitu data yang diperoleh langsung dari qashdan. Secara bahasa, maqshad
populasi dengan menggunakan metode mempunyai beberapa pengertian: pertama,
wawancara atau menyebarkan kuisioner. sandaran, pengarahan (penjelasan), dan
Jenis dara ini dikenal dengan istilah Field istiqamah dalam menempuh jalan. Allah
Research (penelitian lapangan) yang ta’ala berfirman: Dan hak bagi Allah
pengumpulan datanya dilakukan dengan (menerangkan) jalan yang lurus, dan di
melakukan studi lapangan, baik dengan antara jalan-jalan ada yang bengkok. (QS.
cara observasi, wawancara, angket, dan An-Nahl (16): 9). Kedua, pertengahan,
kuesioner. Teknik pengumpulan data pada tidak berlebihan dan juga tidak
penelitian ini menggunakan studi kekurangan. Firman Allah: Dan
kepustakaan atau studi dokumen sebagai sederhanalah kamu dalam berjalan. (QS.
data sekunder yaitu menganalisis sumber- Luqman (31): 19).
sumber bacaan yang bersifat teoritis ilmiah Adapun syari'ah adalah kosa kata
yang relevan agar dapat dijadikan dasar bahasa Arab yang secara harfiah berarti
analisis penelitian untuk memecahkan ”jalan menuju sumber air” atau ”sumber
persoalan yang dikemukakan.Penelitian ini kehidupan”. (Al-Fairūzābādiy, 1995: 659).
menggunakan teknik analisis dengan Syariah adalah sumber air dan ia adalah
metode kualitatif melalui suatu cara tujuan bagi orang yang akan minum. (Ar-
penelitian yang menghasilkan data Razy, 1995: 141). Syariah juga ketetapan
233
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

(aturan) Allah swt. kepada hamba-Nya beriman, penuhilah seruan Allah dan
berupa agama yang telah disyariahkan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada mereka. Orang-orang Arab kepada suatu yang memberi kehidupan
menerapkan istilah ini khususnya pada kepada kamu. (QS. Al-Anfal (8): 24). (Al-
jalan setapak menuju sumber mata air Khadimi, 2001: 14). Maka kata syariah
yang tetap dan diberi tanda yang jelas mempunyai pengertian hukum-hukum
terlihat mata. Jadi, syari‟ah berarti jalan Allah yang ditetapkan untuk manusia agar
yang jelas kelihatan untuk diikuti. (Ibnu dipedomani untuk mencapai kebahagiaan
Manzur, tth: 40-44). Al-Qur’an hidup di dunia maupun di akhirat.
menggunakan kata syir’ah dan syariah Dengan demikian, kata maqashid
dalam arti agama, atau dalam arti jalan syariah berarti tujuan dan rahasia yang
yang jelas yang ditunjukkan Allah bagi telah ditetapkan syari‟ pada setiap hukum-
manusia. Allah ta’ala berfirman: Untuk hukum-Nya. Menurut Ar-Raisuni (1992:
tiap-tiap umat diantara kamu, Kami 7), maqashid syari‟ah berarti tujuan yang
berikan aturan dan jalan yang terang. ditetapkan syariat untuk kemaslahatan
(QS. Al-Maidah (5): 48). Juga kata manusia. Maka maqashid syari‟ah berarti
syari‟ah pada firman-Nya: Kemudian kandungan nilai yang menjadi tujuan
Kami jadikan kamu berada di atas suatu pensyariatan hukum. Maqashid syari‟ah
syariat (peraturan) dari urusan (agama adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai
itu), Maka ikutilah syariat itu dan dari suatu penetapan hukum. (Jaya, 1996:
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang- 5).
orang yang tidak mengetahui. (QS. Al- Izzuddin ibn Abd As-Salam,
Jatsiyah (45): 18). sebagaimana dikutip oleh Khairul Umam
Dari uraian di atas, kata syariah (2001: 105), mengatakan bahwa segala
identik dengan sumber mata air karena air taklif hukum selalu bertujuan untuk
menjadi sumber kehidupan bagi manusia, kemaslahatan hamba (manusia) dalam
hewan dan tumbuhan. Maka syari’ah kehidupan dunia dan akhirat. Allah tidak
(agama Islam) ini menjadi sumber membutuhkan ibadah seseorang, karena
kehidupan jiwa dan kemaslahatan yang ketaatan dan maksiat hamba tidak
dapat mengantarkan kepada keselamatan memberikan pengaruh apa-apa terhadap
di dunia dan akhirat. Maka syari’ah kemulian Allah. Jadi, sasaran manfaat
menjadi sumber kehidupan, kebaikan dan hukum tidak lain adalah kepentingan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah manusia. Sementara itu Wahbah al-Zuhaili
ta’ala berfirman: Hai orang-orang yang mendefinisikan maqashid syari'ah dengan
234
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

makna-makna dan tujuan-tujuan yang bermu'amalah antar sesama manusia dapat


dipelihara oleh syara' dalam seluruh dikembalikan. Abdul Wahhab Khallaf
hukumnya atau sebagian besar hukumnya, (1968: 198) menyatakan bahwa nash-nash
atau tujuan akhir dari syari'at dan rahasia- syari'ah itu tidak dapat dipahami secara
rahasia yang diletakkan oleh syara' pada benar kecuali oleh seseorang yang
setiap hukumnya. (Az-Zuhaili, 1986: mengetahui maqashid syari‟ah (tujuan
1017). hukum).
Kajian teori maqashid syari‟ah B. Sejarah Dan Klasifikasi Maqashid
dalam hukum Islam adalah sangat penting. Syari’ah
Urgensi itu didasarkan pada pertimbangan- Seperti halnya tabiat
pertimbangan sebagai berikut. Pertama, perkembangan ilmu-ilmu lain yang
hukum Islam adalah hukum yang melewati beberapa fase mulai dari
bersumber dari wahyu Tuhan dan pembentukan hingga mencapai
diperuntukkan bagi umat manusia. Oleh kematangannya, ilmu Maqashid Syariah
karena itu, ia akan selalu berhadapan pun tidak lepas dari proses ini. Maqashid
dengan perubahan sosial. Dalam posisi Syari‟ah tidak lahir secara tiba-tiba di
seperti itu, apakah hukum Islam yang dunia dan menjadi sebuah ilmu seperti saat
sumber utamanya (Al-Qur'an dan Sunnah) ini, tetapi ia juga melewati fase-fase
turun pada beberapa abad yang lampau seperti di atas. Untuk lebih memudahkan
dapat beradaptasi dengan perubahan sosial. dalam melihat fase perkembangan ini,
Jawaban terhadap pertanyaan itu baru bisa maka akan dibagi menjadi dua fase; fase
diberikan setelah diadakan kajian terhadap pra kodifikasi, dan fase kodifikasi.
berbagai elemen hukum Islam, dan salah Pertama, fase pra kodifikasi.
satu elemen yang terpenting adalah teori Maqashid syariah sebenarnya sudah ada
maqashid syari‟ah. sejak nash Al-Qur’an diturunkan dan
Kedua, dilihat dari aspek historis, hadits disabdakan oleh Nabi. Karena
sesungguhnya perhatian terhadap teori ini maqashid syariah pada dasarnya tidak
telah dilakukan oleh Rasulullah Saw., para pernah meninggalkan nash, tapi ia selalu
sahabat, tabi’in dan generasi mujtahid menyertainya. Seperti yang tercermin
sesudahnya. Ketiga, pengetahuan tentang dalam ayat “wa ma arsalnaka illa
maqashid syari‟ah merupakan kunci rahmatan lil‟alamin”, bahwa Allah Swt.
keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya, menurunkan syariat-Nya tidak lain adalah
karena di atas landasan tujuan hukum untuk kemaslahatan makhluk-Nya.
itulah setiap persoalan dalam
235
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

Oleh karena itu, setelah Nabi Saw. berpikir mereka sesuai dengan maqashid
wafat dan wahyu terputus, sementara syariah.
persoalan hidup terus berkembang, dan Diantara peristiwa-peristiwa baru
masalah-masalah baru yang tidak pernah yang muncul ketika masa sahabat dan
terjadi pada masa Nabi menuntut tidak terjadi pada saat Nabi Saw. masih
penyelesaian hukum, maka para sahabat hidup antara lain, diriwayatkan bahwa
mencoba mencari sandarannya pada ayat- Umar mendengar Hudzaifah telah menikah
ayat Al-Quran maupun hadits, dan jika dengan seorang perempuan yahudi,
mereka tidak menemukan nash yang sesuai kemudian Umar meminta Hudzaifah untuk
dengan masalah tadi pada Al-Quran menceraikannya. Karena Hudzaifah
maupun hadits, maka mereka akan mengetahui bahwa pernikahan dengan ahli
berijtihad mencari hikmah-hikmah dan kitab diperbolehkan, maka ia pun bertanya
alasan dibalik ayat maupun hadits yang kepada sahabat Umar, a haramun hiya?
menerangkan tentang suatu hukum, jika (apakah perempuan itu haram bagi saya?)
mereka menemukannya maka mereka akan Umar kemudian menjawab: tidak. Tapi
menggunakan alasan dan hikmah tersebut saya khawatir ketika hal ini bisa menjadi
untuk menghukumi persolan baru tadi. fitnah bagi perempuan-perempuan
Pada umumnya para sahabat tidak muslimah, serta menyebabkan munculnya
mengalami kesulitan dalam menghukumi perzinahan. Atsar tersebut menjelaskan
suatu persoalan baru yang muncul, karena bahwa Umar melarang Hudzaifah
mereka sehari-hari telah bergaul dengan menikahi perempuan Ahli Kitab. Karena
Rasulullah Saw., mereka mengetahui dapat menimbulkan bahaya
peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab (dharar/keburukan) yaitu perbuatan zina
diturunkannya sebuah ayat, mereka dari kalangan muslimah atau sahabat-
melihat bagaimana Nabi saw. menjalankan sahabat lain akan mengikuti dan
sesuatu atau meninggalkannya dalam mencontoh dengan menikahi perempuan
situasi dan kondisi yang berlainan, mereka Ahli Kitab dan mengakibatkan banyaknya
mengerti alasan kenapa Nabi Saw. lebih perempuan muslimah yang tidak menikah.
mengutamakan sesuatu dari pada yang lain (Az-Zuhaily: 6655).
dan seterusnya, yang hal ini semua pada Contoh lainnya, kesepakatan para
akhirnya mengkristal dan melekat dalam sahabat untuk melarang Abu Bakar bekerja
diri mereka hingga kemudian membentuk dan berdagang untuk mencari nafkah bagi
rasa dan mempertajam intuisi serta cara keluarganya ketika ia menjabat sebagai
khalifah, dan akan mencukupi kebutuhan
236
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

hidupnya serta keluarganya dari uang harga kebutuhan-kebutuhan naik.


negara, demi kemaslahatan rakyat Rasulullah saw. sendiri enggan
sehingga ia tidak sibuk memikirkan menetapkan harga meskipun waktu itu
urusannya sendiri dan menelantarkan harga-harga naik, dengan memberi isyarat
kepentingan rakyatnya. (Ibnu Sa’ad, 1991: bahwa tas’ir mengandung unsur tidak rela
137). dan pemaksaan terhadap orang untuk
Suatu saat Umar ra menjumpai menjual harganya. Namun Sa’id bin Al-
orang yang menjual dagangannya di pasar Musayyab dan Rabi’ah bin Abdurrahman
dengan harga yang jauh lebih rendah dari mengeluarkan fatwa boleh tas‟ir dengan
harga umum. Maka ia kemudian alasan kemaslahatan umum, serta
mengancam orang tersebut dengan menjelaskan alasan kengganan Rasul
mengatakan; terserah kamu mau memilih, untuk tas’ir adalah tidak adanya tuntutan
apakah barang daganganmu kamu naikkan yang medesak waktu itu, karena naiknya
seperti harga umum di pasar ini, atau kamu harga-harga dipicu oleh perubahan kondisi
pergi membawa barang daganganmu dari alam, yaitu kemarau panjang yang terjadi
pasar ini . Hal ini dilakukan Umar untuk waktu itu. (Al-Jundi: 209). Sementara pada
menjaga stabilitas harga dan kemaslahatan masa tabi’in kenaikan harga dipicu oleh
umum. Dan masih banyak lagi contoh lain merebaknya penimbunan barang,
seperti pembukuan Al-Quran, pembuatan kerakusan para pedagang, serta
mata uang, pembagian ghanimah, shalat melemahnya kecenderungan beragama,
tarawih berjamaah, menggugurkan had sehingga hal ini menuntut penetapan harga
sariqah pada musim krisis, dan umum untuk menjaga keseimbangan dan
sebagainya, yang mencerminkan kelekatan menghindari praktek penimbunan.
para sahabat dengan maqashid syariah. Kedua, fase kodifikasi. Menurut
Begitu pula ketika masa tabi’in, Ar-Raisuni, barangkali orang yang paling
mereka bergerak dan melangkah pada awal menggunakan kata maqashid dalam
jalan yang telah dilalui oleh guru-gurunya judul karangannya adalah Al-Hakim At-
yaitu para sahabat. Sehingga corak yang Tirmidzi (w. 320 H), yakni dalam bukunya
terlihat dalam penggunaan maqashid As-Shalatu wa Maqasiduha. Tapi jika
syariah untuk menyelesaikan masalah- ditelusuri karangan-karangan yang sudah
masalah baru pada masa ini masih sama memuat tentang maqashid syari’ah, maka
dengan masa sebelumnya. Misalnya akan ditemukan jauh sebelum At-Tirmidzi.
tentang masalah tas’ir (penetapan harga Karena Imam Malik (w. 179 H) dalam
untuk menjadi patokan umum) ketika Muwaththa‟ sudah menuliskan riwayat
237
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

yang menunjuk pada kasus penggunaan (w. 716 H), Ibnu Taimiyyah (w. 728 H),
maqashid pada masa sahabat. Kemudian Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah (w. 751 H),
setelah itu diikuti oleh Imam Syafi’i (w. baru setelah itu disusul oleh As-Syatibi (w.
204 H) dalam karyanya yang sangat 790 H).
populer Ar-Risalah, dimana ia telah Dari sini kita bisa menyimpulkan
menyinggung pembahasan mengenai ta‟lil bahwa dalam ilmu maqashid syariah As-
ahkam (pencarian alasan pada sebuah Syatibi melanjutkan apa yang telah
hukum), sebagian maqashid kulliyyah dibahas oleh ulama-ulama sebelumnya.
seperti hifdz an-nafs dan hifdz al-mal, yang Namun apa yang dilakukan oleh As-
merupakan cikal bakal bagi tema-tema Syatibi bisa menarik perhatian banyak
ilmu maqashid. pihak karena ia mengumpulkan persoalan-
Setelah Imam Syafi’i baru muncul persoalan yang tercecer dan dibahas
Al-Hakim At-Tirmidzi, disusul Abu Bakar sepotong-sepotong oleh orang-orang
Muhammad Al-Qaffal al Kabir (w. 365 H) sebelumnya menjadi sebuah pembahasan
dalam kitabnya Mahasinu As- Syariah, tersendiri dalam kitabnya Al-Muwafaqat
yang mencoba membahas alasan-alasan dimana ia mengkhususkan pembahasan
dan hikmah hukum supaya lebih mudah mengenai maqashid ini dalam satu bagian
dipahami dan diterima oleh manusia. kitabnya. Ia juga mengembangkan dan
Setelah itu datang Imam Haramain (w. 478 memperluas apa yang telah dibahas oleh
H) dalam kitabnya Al-Burhan yang ulama-ulama sebelumnya mengenai
menyinggung tentang dlaruriyyat, maqashid ini, juga menyusunnya secara
tahsiniyat dan hajiyat, yang juga menjadi urut dan sistematis seperti sebuah disiplin
tema pokok dalam Ilmu Maqashid. ilmu yang berdiri sendiri, sehingga lebih
Kemudian datang Al-Ghazali (w. 505 H) mudah untuk dipelajari. Hal inilah yang
yang membahas beberapa metode untuk menjadi kontribusi signifikan As-Syatibi
mengetahui maqashid, dan menawarkan dalam ilmu maqashid syariah.
cara untuk menjaga maqashid syariah dari Lebih jauh, hingga Ibnu ‘Asyur (w.
dua sisi al-wujud (yang mengokohkan 1393 H) pada akhirnya mempromosikan
eksistensinya) dan al-„adam (menjaga hal- maqashid syariah ini sebagai sebuah
hal yang bisa merusak maupun disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Pasca
menggagalkannya). Kemudian Ar-Razi (w. Ibn Asyur hingga saat ini, Maqashid al-
606 H), lalu Al-Amidi (w. 631 H), dan Syari‟ah menapaki jalan menuju puncak
‘Izzuddin bin ‘Abd As-Salam (w. 660 H), kejayaan, dengan indikator utama
kemudian Al-Qarafi (w. 684 H), At-Thufi dijadikanya Maqashid Syari‟ah sebagai
238
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

rujukan dan dalil pokok dalam menjawab maqashid al-mukallaf adalah:


sebagian besar persoalan kontemporer, Maqashid al-mukallaf hendaklah
terutama tentang hubungan Islam dengan selaras dengan maqashid syariah
modernitas, sosial, politik dan ekonomi itu sendiri. Sehingga bila ada yang
global, serta persoalan membangun global ingin mencapai sesuatu yang lain
ethics (etika global) dalam upaya dari maksud awal pensyariatannya,
merealisasikan perdamaian dunia. sesuatu itu dianggap telah
(Mawardi, 2010: 198-199). menyalahi syariat.
Adapun berkenaan dengan Selanjutnya pada pandangan As-
klasifikasi Maqashid Syari‟ah, As-Syatibi Syatibi, tujuan Syari’ (Allah) menciptakan
(1997: 7) membaginya kepada dua bagian: syariat untuk merealisasikan kebaikan
1. Maqashid Syari', yaitu tujuan- (maslahat) kepada hamba dan menolak
tujuan yang diletakkan oleh Allah keburukan (mafsadah) yang menimpa
dalam mensyariatkan hukum. mereka. Dengan bahasa yang lebih mudah,
Menurut as-Syatibi, Maqasid Syari' aturan-aturan hukum yang Allah tentukan
terbagi empat bagian: hanyalah untuk kemaslahatan manusia itu
a. Tujuan Syari' (Allah) sendiri. As-Syathibi kemudian membagi
menciptakan Syariat. maslahat ini kepada tiga bagian penting
b. Tujuan Syari' (Allah) yaitu dharuriyyat (primer), hajiyyat
menciptakan Syariat untuk (sekunder) dan tahsiniyat (tersier).
difahami. 1. Ad-Dharuriyyat, yaitu sesuatu
c. Tujuan Syari' (Allah) yang mesti ada demi terwujudnya
menjadikan Syariat untuk kemaslahatan agama dan dunia.
dipraktikkan. Apabila hal ini tidak ada, maka
d. Tujuan Syari' (Allah) akan menimbulkan kerusakan
meletakkan mukallaf di bawah bahkan hilangnya hidup dan
hukum Syara’. kehidupan seperti makan, minum,
2. Maqashid Al-Mukallaf, shalat, shaum dan ibadah-ibadah
merupakan tujuan syariat bagi lainnya. Termasuk maslahat atau
hamba (mukallaf) dalam maqashid dharuriyyat ini ada lima
melakukan sesuatu perbuatan. yaitu: agama (al-din), jiwa (an-
Maqashid al-mukallaf berperanan nafs), keturunan (an-nasl), harta
menentukan sah atau batal sesuatu (al-mal) dan akal (al-aql). Cara
amalan. kaidah berperan dalam untuk menjaga yang lima tadi dapat
239
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

ditempuh dengan dua cara yaitu, melaksanakannya, hanya saja


pertama, dari segi adanya (min dinilai tidak pantas dan tidak layak
nahiyyati al-wujud) yaitu dengan manurut ukuran tatakrama dan
cara menjaga dan memelihara hal- kesopanan. Di antara contohnya
hal yang dapat melanggengkan adalah thaharah, menutup aurat
keberadaannya. Kedua, dari segi dengan pakaian yang bersih dan
tidak ada (min nahiyyati al-„adam) bagus, larangan israf, cara makan
yaitu dengan cara mencegah hal- dan minum yang baik. Kondisi ini
hal yang menyebabkan merupakan kondisi pelengkap
ketiadaannya. hidup manusia, sehingga manusia
2. Al-Hajiyat, yaitu sesuatu yang merasakan kenyaman hidup.
sebaiknya ada agar dalam C. Aplikasi Maqashid Syari’ah Dalam
melaksanakannya leluasa dan Bidang Perbankan Syari’ah
terhindar dari kesulitan. Jika Bank Syariah mulai dikembangkan
sesuatu ini tidak ada, maka ia tidak lagi sebagai solusi atas ketidakmampuan
akan menimbulkan kerusakan atau sistem ekonomi yang sedang berjalan
kematian hanya saja akan selama ini dalam
mengakibatkan masyaqqah dan menghadapi permasalahan ekonomi yang
kesempitan. Misalnya, dalam semakin banyak dan komplek. Praktik dan
masalah ibadah adalah adanya prinsip kerja syariah tentunya dilandasi
rukhsah; shalat jama dan qashar oleh nilai-nilai Islam yang terkandung di
bagi musafir. Dalam muamalah, dalam Al-Qur’an, Hadits, dan sumber-
syariat membolehkan jual beli yang sumber hukum Islam lainnya. Memang hal
merupakan pengecualian dari ini akan terlihat sarat nilai, namun segala
kaidah umum jual beli, seperti nilai Islam ini sesungguhnya bersifat
salam, ijarah, dan lainnya. positif sekaligus normatif dalam praktik
3. At-Tahsiniyat, yaitu sesuatu yang pada kehidupan nyata. Dalam perspektif
sebaiknya ada demi sesuainya sistem perbankan ruang lingkup perbankan
dengan akhlak yang baik atau syariah bersifat universal yaitu meliputi
dengan adat. Jika sesuatu ini tidak kegiatan usaha komersial (commercial
ada, maka tidak akan menimbulkan banking) dan investasi (investment
kerusakan atau jika sesuatu itu banking). (Ahmad Baraba, 1999: 65).
hilang tidak akan menimbulkan Awal berdirinya bank syariah
masyaqqah dalam ditujukan untuk mencapai dan
240
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

mewujudkan kesejahteraan umat secara (al-maal). Kelima, menjaga keturunan (an-


luas dunia dan akhirat. Dengan mengacu nasl)
pada tujuan utama ini, istilah Maqashid Oleh karena itu dapat dikatakan
Syari‟ah menjadi sandaran utama dalam bahwa maqashid syariah dapat dicapai
setiap pengembangan operasional dan dengan terpenuhinya kelima kebutuhan
produk-produk yang ada di bank syariah. dasar manusia tersebut. Begitu juga dalam
Oleh karena itu, semua pihak yang bekerja sistem ekonomi yang hendak dibangun.
dalam bidang perbankan syariah harus bisa Sistem ekonomi dikatakan sukses berjalan
memahami betul apa dan bagaimana apabila bisa mensejahterakan
praktik dari prinsip maqashid syariah. masyarakatnya dan masyarakat dikatakan
Seperti yang telah dipaparkan di atas sejahtera apabila kebutuhan dasarnya
bahwa maqashid syariah (menuju syariah) tersebut terpenuhi. Jadi, sistem ekonomi
dapat dicapai dengan terpenuhinya lima beserta institusi-institusinya harus bisa
kebutuhan dasar manusia. Terdapat tiga mengupayakan hal ini untuk mencapai
tingkatan kebutuhan pada manusia, yaitu: tujuan utamanya, yaitu social welfare.
dharruriyyat (primer), hajjiyat (sekunder), Berbagai jenis pembiayaan yang
dan tahsiniyyat (tersier). ditawarkan oleh perbankan syariah
Manusia tidak diwajibkan untuk sebenarnya sangat mendukung kegiatan
memenuhi ketiga tingkatan kebutuhan, ekonomi dan industri. Tujuan dan fungsi
tetapi diwajibkan untuk dapat memenuhi perbankan syariah adalah kemakmuran
dengan baik kebutuhan dasar atau yang ekonomi yang meluas, keadilan sosial
disebut dengan kebutuhan dharruriyyat. ekonomi dan distribusi pendapatan serta
Maksud memenuhi dengan baik di sini kekayaan yang merata. (Iman Sugema:
adalah bahwa dalam pemenuhannya harus 2010).
diusahakan dengan cara-cara yang baik, Final goal atau tujuan utama
benar, dan halal. Apabila manusia dapat tersebut dapat diusahakan salah satunya
terpenuhi kebutuhan dasarnya tersebut, dalam sistem perbankan dimana saat ini
inilah yang dimaksud dengan maqashid sudah mulai banyak instansi berlomba-
syariah. Kebutuhan dasar manusia tersebut lomba mendirikan perbankan Islam untuk
terbagi dalam lima hal, yaitu: pertama, mencapai kemajuan ekonomi yang
menjaga agama (ad-din). Kedua, menjaga sesungguhnya. Dalam bank syariah, dalam
jiwa (an-nafs). Ketiga, menjaga akal hal ini dicontohkan Bank Muamalat
pikiran (al-aql). Keempat, menjaga harta Indonesia, berupaya untuk selalu
memperbarui produknya dengan
241
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

berlandaskan maqashid syariah. Produk- untuk saling menghargai dan


produk Bank Muamalat, antara lain: menjaga amanah yang diberikan.
pertama, pendanaan, meliputi deposito dan Di sinilah nilai jiwanya. Selain itu,
tabungan mudharabah dan giro wadiah. hal ini juga terwujud dari pihak
Kedua, penyaluran dana, meliputi segi stakeholder dan stockholder bank
konsumen (dalam hal KPR dan dana haji) syariah dimana dalam menghadapi
dan pembiayaan mudharabah dan nasabah dituntut untuk berperilaku,
musyarakah (investasi dan modal kerja). berpakaian, dan berkomunikasi
Ketiga, jasa/layanan, meliputi internet secara sopan dan Islami.
banking dan transfer. 3. Menjaga akal pikiran baik pihak
Berikut peninjauan produk-produk nasabah dan pihak bank. Hal ini
dan operasional di bank syariah pada terwujud dari adanya tuntutan
umumnya dengan nilai-nilai maqashid bahwa pihak bank harus selalu
syariah: mengungkapkan secara detail
1. Menjaga agama. Hal ini mengenai sistem produknya dan
diwujudkan dengan Bank dilarang untuk menutup-nutupi
Muamalat menggunakan Al- barang sedikit pun. Di sini terlihat
Qur’an, hadits, dan hukum Islam bahwa nasabah diajak untuk
lainnya sebagai pedoman dalam berpikir bersama ketika melakukan
menjalankan segala sistem transaksi di bank tersebut tanpa ada
operasional dan produknya. yang dizalimi oleh pihak bank.
Dengan adanya Dewan Pengawas Bank syariah ikut mencerdaskan
Syariah dan Dewan Syariah nasabah dengan adanya edukasi di
Nasional, membuat keabsahan setiap produk bank kepada nasabah
bank tersebut dalam nilai-nilai dan 4. Menjaga harta. Hal ini terwujud
aturan Islam semakin terjamin dan jelas dalam setiap produk-produk
Insya Allah dapat dipercaya oleh yang dikeluarkan oleh bank dimana
kalangan muslim dan non-muslim. bank berupaya untuk menjaga dan
2. Menjaga jiwa. Hal ini terwujud mengalokasikan dana nasabah
dari akad-akad yang diterapkan dengan baik dan halal serta
dalam setiap transaksi di bank diperbolehkan untuk mengambil
syariah. Secara psikologis dan profit yang wajar. Selain itu,
sosiologis penggunaan akad-akad terlihat juga dari adanya penerapan
antar pihak menuntun manusia sistem zakat yang bertujuan untuk
242
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

membersihkan harta nasabah sendiri. As-Syathibi membagi


secara transparan dan bersama- kemaslahatan ini kepada tiga bagian
sama. penting yaitu dharuriyyat (primer),
5. Menjaga keturunan. Hal ini hajiyyat (sekunder) dan tahsiniyat (tersier).
terwujud dengan terjaganya empat Lahirnya bank syariah ditujukan
hal di atas, maka dana nasabah untuk mencapai dan mewujudkan
yang Insya Allah dijamin halal kesejahteraan umat secara luas dunia dan
akan berdampak baik bagi keluarga akhirat. Dengan mengacu pada tujuan
dan keturunan yang dinafkahi dari utama ini, istilah Maqashid Syari‟ah
dana tabungan maupun usahanya menjadi sandaran utama dalam setiap
tersebut. pengembangan operasional dan produk-
produk yang ada di bank syariah. Oleh
III. SIMPULAN karena itu, semua pihak yang bekerja
Pada bagian penutup ini akan dalam bidang perbankan syariah harus bisa
disampaikan beberapa kesimpulan dari memahami betul apa dan bagaimana
pembahasan Maqashid Syariah praktik dari prinsip maqashid syariah.
sebagaimana berikut: Pertama, Maqashid
syari‟ah berarti tujuan yang ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA
syariat untuk kemaslahatan manusia.
‘Abd Al-Halim Al-Jundi. Al-Imam As-
Secara singkat, maqashid syari‟ah ialah
tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari Syafi‟i: Nashir As-Sunnah wa
suatu penetapan hukum. Demikian
Wadi‟ Al-Ushul. Cairo: Daar Al-
pentingnya maqashid syari‟ah, karena
Ma’arif.
nash-nash syari'ah itu tidak dapat dipahami
secara benar kecuali oleh seseorang yang Abd Al-Wahab Khallaf. (1968). Ilmu
mengetahui tujuan hukum.
Ushul Al-Fiqh. Cairo: Maktabah
Maqashid Syari‟ah tidak lahir
Ad-Da'wah Al-Islamiyah.
secara tiba-tiba sebagai sebuah ilmu
seperti saat ini, tetapi ia melewati fase-fase Ahmad Ar-Raisuni. (1992). Nadzariyah
perkembangan yang dibagi menjadi dua
Al-Maqashid „Inda As-Syatibi,
fase: fase pra kodifikasi, dan fase
Daar Al-‘Alamiyah li Al-Kitab
kodifikasi. Pada dasarnya, aturan-aturan
hukum yang Allah tetapkan bertujuan Al-Islami.
hanyalah untuk kemaslahatan manusia itu
243
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Sandy Rizki Febriadi, Aplikasi Maqashid Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah

Asafri Jaya. (1996). Konsep Maqashid As- Kementrian Wakaf Saudi Arabia.

Syari'ah Menurut As-Syathibi. Maqashid As-Syari‟ah Al-

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Islamiyah. Al-Maktabah As-

Ahmad Imam Mawardi. (2010). Fiqh Syamilah.

Minoritas fiqh al-Aqlliyat dan Khairul Umam. (2001). Ushul Fiqih.

Evolusi Maqashid As-Syari‟ah Bandung: Pustaka Setia.

dari Konsep ke Pendekatan. Muhammad bin Abi Bakr bin Abd al-

Yogyakarta: Lkis. Qadir Ar-Raziy. (1995).

As-Syatibi. (1997). Al-Muwafaqat. Mesir: Mukhtar As-Shihah. Beirut:

Daar Ibn ‘Affan. Maktabah Lubnan Nasyrirun.

Ibnu Manzur. (tth.). Lisan al-Arab. Mesir: Muhammad Ibn Ya’qūb al-Fairūzābādiy.

Dar Al Shadr. (1995). Al-Qāmūs al-Muhīth.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. (1991). I‟lam Beirut: Dār al-Fikr.

Al-Muwaqqi‟in „an Rabb Al- Nuur Ad-Diin bin Mukhtar Al-Khadimi.

„Alamin. Beirut: Daar Al-Kutub (2001). Ilmu Al-Maqashid As-

Al-‘Ilmiyah. Syariah. Beirut: Maktabah Al-

Ibnu Sa’ad. (1991). At-Thabaqat Al- Ubaikan.

Kubra. Beirut: Daar Al-Kutub Wahbah Az-Zuhaili. (1986). Ushul Al-

Al-‘Ilmiyah. Fiqh Al-Islami. Beirut: Dar Al-

J.N.D. Anderson. (1976). Law Reform in Fikr.

the Muslim World. London: Wahbah Az-Zuhaily. Al-Fiqh Al-Islami wa

University of London Press. Adillatuhu. Damaskus: Daar Al-

John L. Esposito. (1982). Women in Fikr.

Muslim Family Law. Syracuse: A. Evita Isretno Israhadi, Investasi Bagi

Syracuse University Press. Hasil Dalam Pembiayaan Akad

244
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna, Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 231-245

Mudharabah Perbankan Syariah. Pengembangan Ekonomi Islam,

Jurnal Lex Publika, Vol.1, No. Al-‘Adalah, Vol. X, No. 1,

1, Januari 2014. Januari 2011.

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Zamir Iqbal, Islamic Financial Systems:

Operasional Perbankan Syariah, Finance and Development,

Buletin Ekonomi Moneter dan International Monetary Fund,

Perbankan, Vol.2 No.3, 1999. Vol. 34, No. 2, June 1997.

Halima Boukerraucha, Book Review: http://www.agustiantocentre.com/?p=1436

Islamic Legal Maxims and Their http://www.muamalatbank.com/home/prod

Application in Islamic Finance, uk/deposito_mudharabah

ISRA International Arabic https://alimprospect.wordpress.com/2013/

Journal of Islamic Finance, Vol. 02/27/maqashid-sejarah-perkembangan-

5, June 2014. maqashid-syariah/

Syamsul Hilal, Urgensi Qawa„id Al-

Fiqhiyyah dalam

245
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399

Anda mungkin juga menyukai