Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Pencernaan

Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat- zat

makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh

jaringan - jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses

mekanis dan khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor. (Anggordi, 1985).

Saluran Pencernaan dapat di anggap sebagai tabung memanjang yang

dimulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh

mukosa. Sistem pencernaan terdiri dari seluran pencernaan dan organ asosori.

Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar

dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metamolik di dalam tubuh.

(Kamal, 1994)

Sistem pencernaan unggas terdiri dari dua saluran pencernaan dan organ

asesori. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan proses

metabolik di dalam tubuh. Saluran pencernaan unggas terdiri dari mulut,

esophagus, crop, proventrikulus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum dan

kloaka. Sedangkan organ asesori terdiri dari pancreas dan hati (Suprijatna dkk.,

2008). Pada sistem pencernaan unggas mempunyai perbedaan yang mendasar jika

dibandingkan dengan sistem pencernaan mamalia. Secara singkat susunan organ-

organ pencernaan unggas terdiri dari traktus alimantarius yang terdiri atas mulut,

faring, esophagus, tembolok, lambung kelenjar, lambung otot, usus halus, usus

buntu, usus besar, kloaka, dan alat asesoris yang berupa hati, limfa, dan

pankreas (Yuwanta, 2004).

2.1.1 Mulut

Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi dan gigi. Langit-langitnya lunak,

tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut.
Rahang atas melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergelantung.

Kedua rahang berhunungan sebagai paruh. Lidah berbentuk sepeti pisau yang

memiliki permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong

makanan ke esophagus. Di dalam mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh

kelenjar di mulut dengan bantuan enzim amilase (Suprijatna dkk., 2008). Mulut

menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi

pemecahan bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan

untuk lewat sesaat (Yuwanta, 2004).

2.1.2 Esophagus

Esophagus atau kerongkongan merupakan saluran lunak dan elastis yang

mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus

memanjang dari pharynxhingga proventrikulus melewati

tembolok (crop). Organ Esophagus atau kerongkongan menghasilkan mukosa

yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004).

Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari

bagian belakang mulut (pharinx) ke proventrikulus (Suprijatna dkk., 2008).

2.1.3 Tembolok (Crop)

Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar

di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok).

Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan

tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari

mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok (Suprijatna dkk., 2008).

Tembolok adalah modifikasi dari esophagus. Fungsi utama tembolok adalah

untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam

jumlah banyak (Yuwanta, 2004).


2.1.4 Proventrikulus

Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau succenturiate

ventricle atauglandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk

mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat

masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum

sempat untuk dicerna (Yuwanta, 2004). Proventrikulus adalah suatu pelebaran

dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Di

proventrikulus nantinya akan diproduksi gastric juice. (Suprijatna dkk., 2008)

2.1.5 Ventrikulus

Empedal (gizzard) disebut juga sebagai perut muskular yang merupakan

kepanjangan dari organ proventrikulus. Fungsi utama dari empedal adalah

memecah dan melumatkan pakan serta mencampurkannya dengan air menjadi

pasta yang dinamakanchymne. (Yuwanta, 2004). Biasanya, gizzard mengandung

material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil. Partikel

pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus.

Material halus akan masuk ke gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit,

tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal digizzard untuk beberapa jam

(Suprijatna dkk., 2008).

2.1.6 Usus Halus

Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan

dan absoprsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran

pencernaan ini berfungsi untuk mempercepat dan mengefesiensikan pemecahan

karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorpsi.

(Suprijatna dkk., 2008). Usus halus (small intestine) dinamakan juga intestinum

tenue, panjangnya bisa mencapai 120 cm dan terbagi menjadi tiga bagian yakni
duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum terdapat pada bagian yang paling

atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini terjadi

pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa

pati, lemak dan protein. Jejunum dan ileum merupakan kelanjutan dari

duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan

yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang

tidak dapat tercerna (Yuwanta, 2004).

2.1.7 Caeca

Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20

cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh

mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali (Yuwanta, 2004).

Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar masuk.

Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya

sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan

beberapa bakteri atau mikroorganisme (Suprijatna dkk., 2008).

2.1.8 Usus Besar

Usus besar (rektum) dinamakan juga intestinum crasum. Pada bagian ini

terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme

menjadi feses. Pada bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang

urine yang tercampur dengan feses (Yuwanta, 2004). Pada ayam dewasa,

panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus.

Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka

(Suprijatna dkk., 2008).

2.1.9 Kloaka
Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan

koprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004). Kloaka berbentuk bulat, dan

merupakan saluran umum tempat saluran pencernaan, saluran urinaria dan

reproduksi bermuara (Suprijatna dkk., 2008).

2.1.10 Organ Aksesoris

Hati dan pankreas membantu menghasilkan sekresi untuk pencernaan

meskipun makanan yang masuk tidak melalui organ tersebut. Hati berfungsi

menyaring darah dan menyimpan glikogen yang dibagikan ke seluruh tubuh

melalui aliran darah. Fungsi hati yang lain adalah mengeluarkan empedu yang

ditampung dalam kantong empedu yang berfungsi mengemulsikan lemak

(Yuwanta, 2004). Pankreas meruapakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai

kelenjar endokrin maupun sebagai kelenjar eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin,

pankreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementara sebagai

kelenjar eksokrin, pankreas mensekresikan cairan yang diperlukan bagi proses

pencernaan di dalam usus halus, yaitu pancreatic juice (Suprijatna dkk., 2008)

Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan, dan terletak pada

titik antara proventriculu, gizzard, dan hati. Fungsi dari limpa adalah sebagai

tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.

(Jull, 1971)

2.2 Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua yakni, sistem

reproduksi unggas jantan dan sistem reproduksi unggas betina.

2.2.1 Sistem Reproduksi Unggas Jantan


Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada

dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Testis tidak pernah

turun ke dalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan

bewarna kuning terang. Testis terdiri dari sejumlah besar saluran kecil yang

bergulung-gulung dan dari lapisan-lapisannya dihasilkan sperma

(Suprijatna dkk., 2008). Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan,

lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam testis terdiri atas tubuli

seminiferi yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis dan jaringan

intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya

hormon steroid, androgen dan testoteron (Yuwanta, 2004).

Saluran tubulus seminiferus akhirnya menuju ke ductus deferent, yakni

sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma keluar dari tubuh. Masing-

masing ductus deferent bermuara ke dalam sebuah papila kecil yang bersama

berperan sebagai organintromittent (Suprijatna dkk., 2008). Saluran deferens ini

akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan

dengan urodeum dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami

pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan

penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens (Yuwanta,

2004).

Alat kopulasi pada unggas berupa papila (penis) yang mengalami

rudimenter. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur

dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004). Sebutan organ

rudimenter pada unggas tidak ada hubungannya dengan ductus deferent dan

terletak di bagian ventral median salah satu lipatan melintang pada kloaka.

Organ ini merupakan organ rudimenter atau prosesus jantan yang digunakan
pada pembedaan jenis kelamin pada anak ayam berdasarkan pengamatan pada

kloaka(Suprijatna dkk., 2008).

2.2.2 Sistem Reproduksi Unggas Betina

Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk.

Walaupun organ reproduksi merupakan produksi sel-sel benih (germ cells),

organ tersebut juga merupakan kelenjar endokrin (Suprijatna dkk.,2008).

Ovarium adalah tempat sintesis hormon seksual, gametogenesis dan

perkembangan serta pemasakan folikel. Oviduk adalah tempat menerima kuning

telur masak, sel telur dan pembentukan kerabang telur (Yuwanta, 2004).

Ovarium pada unggas dinamakan juga dengan folikel. Ovarium terbagi

menjadi dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian

dalam. Cortexmengandung folikel dan terdapat sel-sel telur. Namun, sel telur

yang mampu masak hanya beberapa buah saja (Yuwanta, 2004). Pada ayam

betina terdapat sebuah ovarium, terletak pada rongga badan sebelah kiri. Pada

saat perkembangan embrionik, terdapat dua ovari, tetapi pada perkembangan

selanjutnya mengalami regresi sehingga pada saat menetas hanya dijumpai

sebuah ovarium kiri, sedangkan yang kanan rudimenter (Suprijatna dkk.,2008).

Oviduk ayam betina merupakan pipa yang melipat, sebagian besar terletak

pada sisi bagian kiri rongga perut. Oviduk terbagi dalam lima bagian, dimulai

dari ujung terdekat dengan ovarium, yaitu infundibulum atau funne, magnum,

isthmus, uterus atau kelenjar kerabang, vagina dan menuju saluran kloaka

(Suprijatna dkk., 2008). Fungsi infundibulum adalah hanya menangkap ovum

yang masak, magnum berfungsi untuk sintesis dan sekresi putih telur. Isthmus,

mensekresikan membran atau selaput telur. Uterus berfungsi sebagai

pembentukan dan pewarnaan pada kerabang telur. Pada bagian vagina, hampir
tidak terdapat sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan

kutikula hingga menuju kloaka yang berfungsi untuk mengelurkan telur

(Yuwanta, 2004).

Ovarium pada unggas dinamakan folikel. Bentuk ovarium seperti buah

anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan

bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam

menetas 0.3 g kemudian mencapai panjang 1.5 cm pada ayam betina umur 12

minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin

(Yuwanta, 2004). Ovarium ayam betina biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang

sedang berkembang, berwarna kuning besar (yolk) dan sejumlah besar folikel

putih kecil yang menunjukkan sebagai kuning telur yang belum

dewasa (Suprijatna, 2005).

Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua ovidak.

Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat menetas yang

tinggal hanya ovarium dan ovidak bagian kiri. Sebelum produksi telur ovarium

terisi penuh oleh folikel yang mengandung ova. Beberapa ova cukup besar

sehingga dapat dilihat dengan mata, sedangkan yang lainnya harus

menggunakan mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat pada setiap hewan betina.

Saat dewasa ova menjadi kuning telur yang berukuran penuh dan berperan

penting untuk produksi telur selama hewan hidup.

Ayam yang belum dewasa memiliki ovarium dan oviduk kecil yang

belumberkembang sempurna. Pertumbuahan kelenjar telur dirangsang oleh

Follicle Stimulating Hormon (FSH) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari

anterior. Hormon ini menyebabkan ovarium berkembang dan folikel

mengalami pertumbuhan. Produksi FSH secara normal dirangsang


oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan FSH

disebabkan oleh pertambahan periode siang hari pada musim semi (Hartanto,

2010).

Ovarium ayam dewasa menskresikan hormon estrogen dan progesteron.

Hormon estrogen menyebabkan terjadinya 1) perkembangan oviduk; 2)

peningkatan kadar kalsium darah, protein, lemak, vitamin dan bahan-bahan lain

yang diperlukan dalam proses pembentukan telur; 3) merangsang peregangan

tulang pulbis untuk mempersiapkan ayam betina dalam proses

bertelur (Suprijatna, 2005).

Hormon progesteron berfungsi sebagai releasing factor di hipotalamus yang

menyebabkan pembesaran Luteinizing hormon (LH) dari pituitari anterior. LH

berfungsi merangsang sel-sel granulosa dan sel-sel techa pada folikel

yang masak untuk memproduksi estrogen. Kadar estrogen yang tinggi

menyebabkan produksi LH semakin tinggi. Tingginya kadar LH menyebabkan

terjadinya proses ovulasi pada folikel yang masak. Ovarium pada ayam dibagi

dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar danmedulla pada bagian

dalam. Cortex mengandung folikel yang sedang tumbuh. Jumlah sel telur dapat

mencapai 12.000 buah. Ovarium ayam biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang

sedang tumbuh, berwarna kuning yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil

yang menunjukkan sebagai folikel yolk yang belum masak (Partodihardjo,

1992).

Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi untuk memproduksi ovum

dan sebagai penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium

digantung oleh suatu ligamentum yang disebut mesovarium yang tersusun atas

syaraf-syaraf dan pembuluh darah, berfungsi untuk mensuplai makanan yang


diperlukan oleh ovarium dan sebagai saluran reproduksi. Ovarium pada preparat

praktikum ini berbentuk lonjong bulat.

Unggas yang telah mencapai dewasa, ovariumnya dan ovidaknya mengalami

perubahan-perubahan sekitar selama 11 hari sebelum bertelur pertama, yaitu

kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH).

Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium yang aktif mulai

mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone. Sementara ukuran

ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein

albumen, membrane kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kultikula.

Fungsi ovarium sendiri adalah memproduksi ovum, penghasil hormon

estrogen, progesteron dan inhibin. Pada semua hewan menyusui mempunyai

sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang berbeda-beda tergantung pada

species, umur dan masa (stadium) reproduksi hewan betina. Bentuk ovarium

tergantung pada golongan hewan:

1) Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa anak dalam satu

kebuntingan disebut Polytocous, ovariumnya berbentuk seperti buah murbei,

contoh: babi, anjing, kucing

2) Pada golongan hewan yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan

disebut Monotocous, ovariumnya berbentuk bulat panjang oval, contoh: sapi,

kerbau, sedang pada ovarium kuda bebentuknya seperti ginjal.

Reproduksi, berkaitan dengan sistem pengendalian pada ayam yang

sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan ukuran

folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak dan di

ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah, kemudian

nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut


terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan sistem

hipotalamus-hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar

ialah bahwa ovarium secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik yang

berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam pengendalian

pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus melalui cara

pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah paraventrikuler, ternyata

dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990).

Infundibulum terdiri atas corong atau fibria dengan panjang ± 9 cm

yang berfungsi menerima folikel yolk yang telah diovulasikan. Bagian

kalasiferous merupakan tempat terbentuknya kalaza. Dalam keadaan normal

infundibulum tidak aktif, dan aktif ketika folikel yolk diovulasikan (Suprijatna,

2005). Panjang infundibulum adalah 9 cm dan fungsi utama infundibulum hanya

menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan

sumber protein yang mengelilingi membrane vitelina. Kuning telur berada pada

bagian ini berkisar 15-30 menit. Perbatasan antara infundibulum dan magnum

dinamakan sarang spermatozoa yang merupakan terminal akhir dari lalu lintas

spermatozoa sebelum terjadi pembuahan (Yuwanta, 2004). Ukuran panjang

Infundibulum tergantung level hormone gonadotropin yang dihasilkan oleh

anterior pituitary pars anterior dan estrogen yang diproduksi oleh ovarium.

menyatakan panjang dan berat infundibulum dipengaruhi oleh pemberian kadar

protein dalam pakan selama periode pertumbuhan (umur 12-20 minggu). Bobot

dan panjang infundibulum dipengaruhi oleh kedewasaan kelamin. Oviduk

merupakan saluran tempat disekresikan albumen, membran kerabang dan

pembentukan kerabang. Oviduk memiliki sistem penyediaan darah yang baik

dan memiliki dinding-dinding otot yang hampir selalu bergerak selama proses
pembentukan telur. Apabila konsumsi protein sama antar perlakuan maka kerja

dari kelenjar hipopise untuk mensekresikan hormone gonadotropin yaitu FSH

(Folicle Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon) juga relative sama

sehingga pengaruhnya terhadap ovarium juga sama. Suprijatna (2005),

menyatakan bahwa panjang dan berat oviduk dipengaruhi oleh pemberian kadar

protein dalam pakan selama periode pertumbuhan umur 12-20 minggu. Zuprizal

(2005), mengemukakan bahwa tanpa adanya hormon dan enzim jelas tidak akan

terjadi pertumbuhan dan kehidupan.

Oviduk merupakan sebuah pipa yang panjang dimana yolk lewat dan

bagian telur lainnya disekresikan. Secara normal ukurannya kecil, diameternya

relative kecil tetapi menjelang ovulasi pertama ukuran dan ketebalan dindingnya

bertambah besar. Oviduk pada ayam identik dengan rahim atau uterus pada

mamalia. Rahim pada mamalia merupakan tempat perkembangan embrio

sedangkan oviduk pada ayam merupakan tempat pembentukan telur. Oviduk

juga berfungsi tempat penyimpanan sperma sementara(Hartanto, 2010). Dinding

oviduct selanjutnya tersusun aatas musculus dan epithelium yang bersifat

glandulair, yang member sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen

sebagai putih telur, membrane tipis di sebelah luar albumen dan cangkok yang

berbahan zat kapur yang dibuat oleh kelenjar disebelah caudal. Uterus yang

sebenarnya belum ada (Jasin, 1984) Oviduk pada ayam yang belum dewasa

berukuran kecil dan meningkat saat memasuki periode produktif. Ukuran

oviduk mengalami perubahan sejalan dengan aktivitas reproduksi (Suprijatna,

2005). Ukuran oviduk bervariasi tergantung pada tingkat daur reproduksi

setiap spesies unggas. Perubahan ukuran dipengaruhi oleh tingkat hormon

gonadotropin yang disekresikan oleh pituitari anterior serta produksi hormon


estrogen dariovarium. Oviduk pada ayam dibagi dalam 5 bagian

yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina (Hartanto,

2010). Perkembangan oviduk sangat dipengaruhi oleh protein. Protein adalah

sebagai komponen penyusun hormone dan enzim (Ganong, 2003).

Magnum merupakan bagian yang terpanjang dari oviduk (33 cm).

Magnum tersusun dari galndula tubuler yang sangat sensible. Sintesis dan

sekresi putih telur terjadi di sini. Mukosa dari magnum tersusun dari sel gobelet.

Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di

magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3.5 jam (Yuwanta, 2004).

Selanjutnya adalah isthmus. Panjang isthmus dipengaruhi oleh hormon

somatotropin dan hormon tiroksin yang dihasilkan oleh pituitary anterior.

Panjang isthmus adalah 10 cm dan telur dan telur berada di bagian ini berkisar 1

jam sampai 15 menit sampai 1,5 jam. Hasil rerata ini juga sesuai dengan

pendapat Nalbandov (1990) yang menyatakan bahwa panjang isthmus pada

ayam yaitu 10,6 cm. Isthmus mensekresikan membrane atau selaput telur.

Bagian depan yang berdekatan dengaan magnum berwarna putih, sedangkan 4

cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga

memberikan warna merah. (Yuanta, 1999)

Uterus disebut juga sebagai glandula kerabang telur. Badan uterus terlihat

lebih kecil dari keadaan sebenarnya. Seperti hal nya organ internal yang

menyerupai tabung, dinding uterin dan suatu lapis membrane mucosa, lapis otot

polos intermediet dan lapis serosa bagian luar. Uterus memiliki panjang kira-

kira 12 cm. Uterus berfungsi sebagai penghasil albumin telur, membentuk kulit

telur dan pigmen telur. Ukuran panjang uterus tergantung level hormon

Gonadotropin yang dihasilkan oleh anterior pituitary dan estrogen yang


diproduksi oleh ovarium. Panjang uterus pada ayam adalah 10,1 cm. Pada

bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau (plumping)

kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Panjang uterus dipengaruhi oleh

hormone progestron dan hormon androgen yang digunakan untuk sekresi

albumen. Hormon reproduksi yang meliputi hormon progesteron dan hormon

androgen diproduksi karena pengaruh vitamin E dan mineral dalam pakan yang

diberikan. Hormon masuk ke dalam aliran darah kemudian dibawa ke jaringan

tubuh untuk membantu dan mengatur pertumbuhan. (Yuanta, 1999)

Vagina adalah organ kelamin betina denga struktur muskuler yang terletak

di dalam rongga pelvis dorsal dan vesika uniraria dan berfungsi sabagi alat

kopulatoris dan sebagi tempat berlalu bagi fetus. Vagian memiliki kesanggupan

berkembang cukup besarPerkembangan panjang vagina dipengaruhi oleh

hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Panjang vagina adalah 10 cm,

telur melewati vagina begitu cepat yaitu sekitar tiga menit, kemudian

dikeluarkan (Oviposition) dan 30 menit setelah peneluran akan kembali terjadi

ovulasi., panjang vagina pada ayam adalah 6,9 cm. Bagian ini hampir tidak ada

sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula. Telur

melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar 3 menit, kemudian di keluarkan

(oviposition) dan 30 menit setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi.

(Yuanta, 1999)

Kloaka merupakan muara dari tiga saluaran yaitu saluran pencernaan,

ekskresi dan reproduksi. Kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduck

tempat dikeluarkannya telur. Total waktu yang diperlukan untuk pembetukan

sebutir telur adalah 25-26 jam. Proses pengeluaran telur ini diatur oleh hormone
oksitosin dari pituitaria bagian belakang (pituitaria pars posterior). (Yuanta,

1999)

Sumber :

Anggordi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas.

Universitas Indonesia Press. Jakarta

Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hartanto, 2010. Pengaruh Ranggas Paksa (Forced Molting) Metode

Puasa Dan Suplementasi Tepung Bekicot (Achatina Fulica)

Pada Ransum Terhadap Bobot Ovarium Dan Pertumbuhan Folikel

Yolk Ayam Arab (Gallus Turcicus). Malang: UIN Malang

Jull, 1991. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.

Cetakan Pertama. Universitas Press, Jakarta.

Kamal, M. 1994. Nurisi Ternak I. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Suprijatna, E., Atmormarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar

Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta

Yuanta, T. 1999. Dasar Teknik Unggas. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.


Zuprizal & Kamal. 2005. Ransum Unggas. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada

Anda mungkin juga menyukai