Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI


MASYARAKAT (STM) BERBANTUAN MEDIA VISUAL
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

Kd. Winda Pratiwi1, I Wyn. Rinda Suardika2, I Md. Suara3


1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : {wind_blow19@ymail.com¹, suardikarinda@yahoo.co.id2,


imadesuara@yahoo.co.id3}

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) berbantuan media visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional berbantuan media visual pada kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung
Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini menggunakan
eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 490 siswa. Sampel diambil dengan teknik random
sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPA dengan menggunakan tes
objektif berbentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji-t.Berdasarkan hasil uji-
t didapat thitung = 3,74 dan ttabel dengan dk = 78 pada taraf signifikansi 5% = 1,99. Dari
kriteria pengujian thitung > ttabel = 3,74 > 1,99 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) berbantuan media visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional berbantuan media visual. Rerata hasil belajar IPA kelas eksperimen lebih
besar dari siswa kelas kontrol = 76,71 > 70,97. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung
Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), pembelajaran


konvensional, media visual, hasil belajar IPA

Abstract

The aimed of this study was to determine whether there was a significant differences in
sains learning outcomes between students who followed Sains Teknologi Masyarakat
(STM) model assisted visual media with students who took conventional learning
assisted visual media in fifth grade of Sekolah Dasar Gugus I Dalung North Kuta
academic year 2013/2014. This study was a quasi experimental research with
Nonequivalent Control Group Design. The population of this study were the fifth grade
students of Sekolah Dasar Gugus I Dalung North Kuta academic year 2013/2014 which
consisted of 490 students. The samples of this study were determined by means of
random sampling technique.The data taken from the result of the sains learning process
were collected by multiple choice. The data were analyzed by using t-test. Based on the
result of the t-test was found tobs = 3,74 and ttab with degrees of freedom 78 with
significance level of 5% = 1,99. From the criteria of examination was tobs > ttab = 3,74 >
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

1,99 so that Ho was rejected and Ha was accepted.The result of study showed that the
significant differences in sains learning outcomes between students who followed Sains
Teknologi Masyarakat (STM) model assisted visual media with students who took
conventional learning assisted visual media.The average scores of sains learning in
experiment class more than control class = 76,71 > 70,97. Based on these results it can
be concluded that the Sains Teknologi Masyarakat (STM) model assisted visual media
influenced the sains learning outcomes of the fifth grade students of Sekolah Dasar
Gugus I Dalung North Kuta Academic Year 2013/2014.

Keywords : Sains Teknologi Masyarakat Model, Contextual teaching and learning,


visual media, sains learning outcomes

PENDAHULUAN dalam IPA di antaranya yaitu nilai praktis,


Pendidikan merupakan suatu nilai intelektual, nilai sosial-budaya-
kebutuhan yang penting bagi kehidupan ekonomi-politik, nilai kependidikan, dan nilai
manusia. Pentingnya pendidikan telah keagamaan. Menurut H.W Fowler (dalam
disadari sepenuhnya oleh pemerintah Trianto, 2011:136) IPA adalah pengetahuan
sehingga pemerintah mengeluarkan yang sistematis dan dirumuskan, yang
Undang-Undang yang mengatur mengenai berhubungan dengan gejala-gejala
Sistem Pendidikan Nasional. Undang- kebendaan dan didasarkan terutama atas
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pengamatan dan deduksi. Sementara itu ,
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa menurut Laksmi Prihantoro IPA merupakan
pendidikan adalah usaha sadar dan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai
terencana untuk mewujudkan suasana produk, IPA merupakan sekumpulan
belajar dan proses pembelajaran agar pengetahuan, sekumpulan konsep , dan
peserta didik secara aktif mengembangkan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan merupakan proses yang dipergunakan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, untuk mempelajari objek studi, menemukan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan mengembangkan produk-produk sains.
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan
masyarakat, bangsa , dan negara (Iru, melahiran teknologi yang dapat
2012: 2). Berdasarkan bunyi Undang- memberikan kemudahan bagi kehidupan
Undang tersebut berarti proses pendidikan (Trianto, 2011: 137). Berdasarkan pendapat
disekolah bukanlah proses yang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
dilaksanakan asal-asalan tetapi proses IPA adalah sekumpulan pengetahuan
yang memiliki tujuan dan dalam mengenai gejala-gejala alam yang
pelaksanaanya mampu mengembangkan berkembang melalui pengamatan yang
potensi yang dimiliki peserta didik. nantinya dapat menciptakan suatu teknologi
Pendidikan dasar memiliki peran yang dapat memberi kemudahan bagi
sangat penting untuk melanjutkan kehidupan.
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Proses pembelajaran di sekolah dasar tidak merupakan salah satu bidang studi yang
hanya mengajarkan anak untuk menerima menduduki peranan penting dalam
informasi melainkan juga menanamkan pembelajaran di SD sehingga siswa
nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi diharapkan mampu memiliki pemahaman
masyarakat. Pendidikan IPA merupakan yang baik mengenai materi-materi IPA yang
salah satu pelajaran yang memiliki banyak telah diajarkan. Namun sangat disayangkan
nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah banyak siswa yang menganggap pelajaran
sesuatu yang diaggap berharga yang IPA sulit untuk dipahami. Hal ini terjadi
terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan karena karakteristik siswa yang beragam
yang akan dicapai. Nilai-nilai yang terdapat seperti gaya belajar dan minat siswa yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

berbeda dan juga dari faktor guru yang pembelajaran berarti menempatkan siswa
mengajar. pada posisi sentral dalam keseluruhan
Berdasarkan hasil observasi pada program pembelajaran. Pertanyaan-
siswa kelas V SD Gugus I Dalung pertanyaan yang muncul digunakan sebagai
khususnya pada mata pelajaran IPA dasar diskusi, investigasi, dan kegiatan
ditemukan bahwa hasil belajar siswa rendah kelas/laboratorium (Putra, 2013:148).
karena guru kurang melibatkan siswa dalam Adapun empat tahap strategi dalam
proses pembelajaran. Guru lebih dominan pembelajaran dengan memperhatikan
memberikan informasi dan pemberian tugas konstruktivisme yaitu (a) invitasi yang
sehingga siswa kurang aktif dalam meliputi hal yang menarik disekitar dan
pembelajaran. Selama ini guru kurang mengajukan pertanyaan, (b) eksplorasi
inovatif dalam mengemas pembelajaran yang meliputi saran alternatif yang sesuai
IPA. Alangkah baiknya jika guru membuat dengan informasi yang akan dicari,
suatu inovasi baru dengan cara mengobservasi fenomena khusus,
menggunakan berbagai metode-metode mengumpulkan data, pemecahan masalah,
seperti diskusi dan eksperimen serta dan analisis data, (c) pengajuan penjelasan
dikombinasikan dengan model dan solusi yang meliputi penyampaian
pembelajaran yang sesuai dalam kegiatan gagasan, menyusun model, membuat
pembelajaran IPA. Agar proses penjelasan baru, membuat solusi, sekaligus
pembelajaran IPA dapat menarik minat memadukan solusi dengan teori dan
siswa dan dapat menciptakan suasana baru pengalaman, (d) menentukan langkah yang
dalam pembelajaran tidak ada salahnya meliputi membuat keputusan,
diperlukan penerapan suatu model menggunakan pengetahuan dan
pembelajaran lain salah satunya adalah keterampilan, berbagi informasi dan
model pembelajaran Sains Teknologi gagasan, sekaligus mengajukan pertanyaan
Masyarakat (STM) yang nantinya akan lanjutan yaitu membuat saran kegiatan
memperkenalkan siswa dengan masalah- positif baik individu maupun masyarakat
masalah yang ada dilingkungan masyarakat (Putra, 2013:149).
sehingga proses pembelajaran dapat Dengan penerapan model
menjadi bermakna. pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Sains Teknologi Masyarakat (STM) (STM) dalam pembelajaran dapat
merupakan suatu model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan kognitif,
mengaitkan antara sains dan teknologi serta keterampilan afektif dan keterampilan
pemanfaatannya bagi masyarakat luas. psikomotor. Selain itu dengan menerapkan
Adapun tujuan dari model pembelajaran ini model pembelajaran Sains Teknologi
yaitu untuk membentuk individu yang Masyarakat (STM) siswa dapat mengaitkan
memiliki literasi sains dan teknologi serta kegunaan sains dalam kehidupan sehari-
memiliki kepedulian terhadap masalah hari melalui berbagai produk teknologi
masyarakat dan lingkungannya. Teori sehingga siswa akan merasa bahwa
belajar yang mendasari model konsep-konsep sains bermanfaat untuk
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dipelajari, dan tidak hanya hafalan belaka
(STM) adalah teori belajar konstruktivisme. (Poedjiadi, 2005: 123). Adapun beberapa
Filosofi konstruktivisme memandang bahwa keunggulan model pembelajaran Sains
pengetahuan seseorang tidak dapat Teknologi Masyarakat (STM) yaitu siswa
dipindahkan begitu saja, melainkan perlu memiliki kreativitas yang lebih tinggi,
dibangun sendiri oleh siswa dengan cara kepedulian terhadap masyarakat dan
mengaitkan dengan pengetahuan awal lingkungan lebih besar, lebih mudah
yang sudah mereka miliki dalam struktur mengaplikasikan konsep-konsep yang
kognitifnya (Muslichach, 2006:27). dipelajari untuk kebutuhan masyarakat, dan
Menerapkan konstruktivisme dalam memiliki kecenderungan untuk mau
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

berpartisipasi dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga hasil belajar


menyelesaikan masalah di lingkungannya IPA dapat menjadi lebih baik.
(Poedjiadi, 2005:137). Hal ini didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Prasista Dewi (2012)
Selain pemilihan model pembelajaran pada siswa kelas IV SD Negeri 1
yang sesuai, penggunaan media Batununggul, Nusa Penida. Hasil analisis
pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu data menunjukkan respon siswa terhadap
dalam proses pembelajaran juga memiliki implementasi model Sains Teknologi
peranan penting. Media yang digunakan Masyarakat dalam pembelajaran IPA
harus mampu menggambarkan dan berkategori positif. Berdasarkan paparan
membantu siswa memahami materi yang yang dikemukakan maka dilakukanlah
disampaikan guru. Menurut Hamidjojo penelitian dengan judul “Pengaruh Model
media adalah “semua bentuk perantara Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
yang digunakan oleh manusia untuk (STM) Berbantuan Media Visual Terhadap
menyampaikan atau menyebar ide, Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah
gagasan, atau pendapat yang dikemukakan Dasar Gugus I Dalung KutaUtara Utara
sampai kepada penerima yang dituju”. Tahun Pelajaran 2013/2014.”
Pendapat lain menyatakan bahwa media
adalah manusia, materi, atau kejadian yang Adapun beberapa tujuan dari
membangun kondisi yang membuat siswa penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui
mampu memperoleh pengetahuan, hasil belajar IPA siswa kelas V yang
keterampilan, atau sikap (Arsyad, 2011:3). mengikuti pembelajaran konvensional
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat berbantuan media visual di SD Gugus I
disimpulkan bahwa media adalah alat yang Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran
dapat menyampaikan atau menghantarkan 2013/2014.
tujuan-tujuan pembelajaran. Media (2) untuk mengetahui hasil belajar IPA
dikatagorikan ke dalam banyak jenis, salah siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran
satunya adalah media visual. Media visual dengan model Sains Teknologi Masyarakat
memegang peranan penting dalam proses (STM) berbantuan media visual di SD
pembelajaran. Media visual cocok untuk Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran
diaplikasikan dalam pembelajaran IPA 2013/2014.
karena dapat memperlancar pemahaman (3) untuk mengetahui perbedaan yang
dan memperkuat ingatan. Media visual yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V
digunakan dalam penelitian ini yaitu media yang mengikuti pembelajaran Sains
gambar dan power point. Media visual Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan
dapat pula menumbuhkan minat siswa dan media visual dengan siswa yang mengikuti
dapat mengaitkan hubungan antara isi pembelajaran konvensional berbantuan
materi pelajaran sesuai dengan dunia nyata media visual di SD Gugus I Dalung Kuta
(Arsyad, 2011:91). Pengaplikasian model Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) berbantuan media visual dalam METODE
pembelajaran IPA dapat memotivasi siswa Jenis penelitian yang dilakukan dalam
sehingga siswa lebih aktif dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat dengan desain eksperimental yaitu quasi
menjadi lebih baik. eksperiment (Eksperimen Semu). Hal ini
Berdasarkan pemaparan tersebut dikarenakan kemampuan peneliti dalam
dapat disimpulkan bahwa penerapan model mengamati perilaku objek penelitian sangat
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat terbatas terutama ketika siswa berada di
(STM) berbantuan media visual luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak
memberikan pengaruh positif pada siswa memiliki kemampuan untuk mengetahui
dan menjadikan siswa lebih aktif dalam persepsi obyek penelitian terhadap
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

perlakuan secara pasti atau dapat dikatakan pada akhir penelitian, baik untuk kelompok
bahwa peneliti tidak bermaksud dan tidak eksperimen maupuan kelompok kontrol.
memiliki kemampuan untuk mengubah Secara umum populasi adalah
kelas dan kondisi yang sudah ada. seluruh individu atau unit atau peristiwa
yang ditetapkan sebagai objek penelitian.
Desain eksperimen semu yang Populasi yang ditetapkan dalam penelitian
digunakan adalah noneqivalent control ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah
group design atau sering dikenal dengan Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun
intac group (Emzir, 2007:102). Dalam Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 13
noneqivalent control group design terdapat kelas. Setelah menentukan populasi
dua kelompok yang dipilih, salah satu langkah selanjutnya adalah menentukan
sebagai kelas eksperimen dan kelas sampel. Sampel adalah sebagian dari
kontrol, kemudian diberikan pretest untuk populasi yang memiliki ciri-ciri atau sifat
mengetahui keadaan awal kedua kelompok yang sama dengan populasinya. Darmadi
tersebut. (2011:14) menyatakan bahwa sampel
Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan adalah sebagian dari populasi yang
pelaksanaan yaitu tahap persiapan dijadikan objek penelitian Pada pemilihan
eksperimen, tahap pelaksanaan sampel penelitian ini tidak dilakukannya
eksperrimen, dan tahap akhir eksperimen. pengacakan individu, karena tidak bisa
Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan mengubah kelas yang telah terbentuk
yaitu; (1) menyusun rencana pelaksanaan sebelum dilakukan penelitian. Kelas dipilih
pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan sebagaimana telah terbentuk tanpa campur
kurikulum, silabus, dan model pembelajaran tangan peneliti. Hal ini untuk menghindari
yang akan digunakan, (2) menyusun kemungkinan pengaruh-pengaruh dari
instrumen penilaian berupat tes pilihan keadaan subjek mengetahui dirinya
ganda pada ranah kognitif untuk dilibatkan dalam eksperimen sehingga
mengetahui tingkat hasil belajar siswa yang penelitian ini benar-benar menggambarkan
akan diberikan di awal penelitian (pre-test) pengaruh perlakuan yang diberikan.
dan di akhir penelitian (post-test), (3) Dalam penelitian ini, setiap kelas
Mengadakan validitas instrumen penelitian memperoleh hak yang sama untuk dapat
yaitu tes hasil belajar IPA. Pada saat dipilih menjadi sampel. Pengambilan
pelaksanaan eksperimen langkah-langkah sampel dilakukan dengan teknik random
yang dilakukan yaitu: (1) menentukan sampling dengan cara mengundi.
sampel penelitian berupa kelas dari Pengundian yang dilakukan adalah
populasi yang tersedia dengan cara mengundi kelas bukan individu. Siswa kelas
memberikan pre-test terhadap sampel yang VB SD 1 Dalung dan siswa kelas VA SD 2
ada (2) untuk menentukan kelas Dalung merupakan dua kelompok yang
eksperimen dan kelas kontrol dilakukan terpilih menjadi sampel.
dengan cara mengundi (3) melaksanakan Fokus objek pada penelitian ini adalah
penelitian yaitu memberikan treatment variabel. Variabel penelitian pada dasarnya
(perlakuan) pada kelas eksperimen berupa adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
model pembelajaran Sains Teknologi saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Masyarakat (STM) berbantuan media visual dipelajari sehingga diperoleh informasi
sedangkan untuk kelas kontrol tentang hal tersebut, kemudian ditarik
menggunakan pembelajaran konvensional kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60). Dalam
berbantuan media visual. Treatment penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu
(perlakuan) akan dilaksanakan sebanyak 6 variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
kali pertemuan. Pada tahap akhir bebas sering disebut sebagai variabel
eksperimen langkah-langkah yang independen. Variabel bebas merupakan
dilakukan adalah memberikan post-test variabel yang mempengaruhi atau yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

menjadi sebab perubahannya atau atau alternatif jawaban), kunci (jawaban


timbulnya variabel dependen atau terikat yang benar atau paling tepat), distractor
(Sugiyono, 2012:61). Variabel bebas dalam atau pengecoh (jawaban-jawaban lain
penelitian ini adalah model pembelajaran selain kunci jawaban). Tes ini diberikan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) setelah dilakukan treatment pada kelas
berbantuan media visual. Variabel terikat eksperimen dan kelas kontrol pada akhir
disebut sebagai variabel dependen. perlakuan yang digunakan untuk menguji
Variabel terikat merupakan variabel yang kebenaran hipotesis.
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, Instrumen penelitian kemudian di uji
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
2012:61). Dalam penelitian ini yang menjadi kesukaran. Uji prasyarat yang digunakan
variabel terikat adalah hasil belajar IPA. yaitu uji normalitas dengan rumus Chi
Instrumen penelitian merupakan alat- Kuadrat dan uji homogenitas dengan uji F
alat yang digunakan untuk memperoleh (Fisher). Hipotesis yang diuji dalam
atau mengumpulkan data dalam rangka penelitian ini yaitu hipotesis nol (HO) yang
memecahkan masalah penelitian atau berbunyi ” tidak terdapat perbedaan
mencapai tujuan penelitian. Suatu signifikan hasil belajar antara siswa yang
instrumen dikatakan memiliki kualitas yang mengikuti pembelajaran dengan model
baik jika memenuhi dua hal yaitu ketepatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
dan ketetapan. Dalam penelitian ini data berbantuan media visual dengan siswa
yang diperlukan yaitu data hasil belajar IPA yang mengikuti pembelajaran konvensional
siswa kelas V melalui model pembelajaran berbantuan media visual”.
Sains Teknologi Masyarakat (STM)
berbantuan media visual.
Perangkat yang digunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
mengumpulkan data yaitu rencana Pemberian treatment dilaksanakan
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tes sebanyak 6 kali pertemuan baik di
yang digunakan untuk mengumpulkan hasil kelompok eksperimen maupun kelompok
belajar IPA yaitu tes objektif dengan jenis kontrol. Di akhir penelitian, seluruh siswa
pilihan ganda. Penskoran yang benar pada kelompok kontrol diberikan post-test
mendapat nilai 1 dan yang salah mendapat (tes akhir) untuk memperoleh data hasil
nilai 0. Dengan menggunakan tes objektif belajar IPA. Dari hasil post-test diperoleh
dengan jenis pilihan ganda dapat mencakup nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar
materi pembelajaran yang lebih luas dan 70,97 dengan perolehan nilai minimum
dapat mendeteksi para siswa apakah sudah sebesar 60 dan nilai maksimum sebesar
menguasai materi pembelajaran yang telah 83,3. Berdasarkan hasil analisis bahwa
diberikan selama ini ( Sukardi, 2008:119). terdapat 11 siswa atau 27,5% siswa
memperoleh hasil belajar dalam kategori
Metode pengumpulan data yang sangat baik, 29 siswa atau 72,5 % siswa
digunakan dalam penelitian ini adalah memperoleh hasil belajar dalam kategori
metode tes. Tes digunakan untuk baik. Hal ini menunjukkan bahwa
mengetahui hasil belajar IPA siswa. Tes kecenderungan siswa memperoleh hasil
yang digunakan dalam penelitian ini belajar dengan kategori baik.
berbentuk pilihan ganda. Sudjana (1989: Dari hasil post-test diperoleh nilai
48) menyatakan bahwa bentuk soal pilihan rata-rata kelompok eksperimen sebesar
ganda adalah bentuk tes yang mempunyai 76,71 dengan perolehan nilai minimum
satu jawaban yang benar atau paling tepat. sebesar 66,6 dan nilai maksimum sebesar
Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan 90. Berdasarkan hasil analisis, dapat
ganda terdiri atas: steam (pertanyaan atau diketahui bahwa terdapat 26 siswa atau
pernyataan yang berisi permasalahan yang 65% siswa memperoleh hasil belajar dalam
akan dinyatakan), option (sejumlah pilihan kategori sangat baik, 14 siswa atau 35%
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

siswa memperoleh hasil belajar dalam Uji homogenitas varians dilakukan


kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan data hasil belajar IPA yang
kecenderungan siswa memperoleh hasil meliputi data kelas eksperimen yang
belajar dengan kategori sangat baik. dibelajarkan melalui model pembelajaran
Dari perolehan hasil belajar pada Sains Teknologi Masyarakat (STM)
kedua kelompok dapat diketahui bahwa berbantuan media visual dan kelas kontrol
kedua kelompok yang awalnya memiliki yang dibelajarkan melalui pembelajaran
kemampuan setara setelah diberikan konvensional berbantuan media visual.
treatment yang berbeda perolehan hasil Jumlah kelompok eksperimen adalah 40
belajar mengalami perbedaan. Hasil belajar orang dan kelompok kontrol berjumlah 40
siswa pada kelompok eksperimen lebih baik orang. Uji homogenitas untuk kedua kelas
apabila dibandingkan dengan hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan uji F
siswa pada kelompok kontrol. (Fisher). Pengujian dilakukan pada taraf
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan
Sebelum dilakukan uji hipotesis untuk pembilang n1 – 1 (40 – 1) dan derajat
dengan menggunakan analisis uji-t, terlebih kebebasan untuk penyebut n2 – 2 (40 – 2).
dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf
uji normalitas data dan uji homogenitas signifikansi 5% dengan dk (39,39) diperoleh
varians. Untuk pengujian normalitas hasil Ftabel = 2,22, sedangkan dari hasil
dilakukan dengan menggunakan analisis perhitungan diperoleh Fhitung = 1,32. Ini
Chi-Square dengan taraf signifikansi 5 % menunjukkan Fhitung < Ftabel sehingga varians
dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Dari hasil data hasil belajar IPA antara kelas
analisis data terlihat bahwa harga eksperimen dan kelas kontrol adalah sama
x2hitungyang diperoleh dari kelompok atau homogen.
eksperimen adalah 2,83. Harga tersebut Hipotesis yang diuji dalam penelitian
kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel ini adalah hipotesis nol (Ho) yang berbunyi:
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% ““tidak terdapat perbedaan signifikan hasil
sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, belajar IPA siswa yang mengikuti
karena x2hitung<x2tabel (2,83 < 11,07) maka Ho pembelajaran dengan model Sains
diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan
data hasil belajar IPA kelompok eksperimen media visual dengan siswa yang mengikuti
berdistribusi normal. Dari hasil analisis data pembelajaran konvensional berbantuan
pada kelompok kontrol diperoleh harga media visual”. Adapun kriteria pengujiannya
x2hitung adalah 4,77. Harga tersebut adalah apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima
kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf
karena x2hitung<x2tabel (4,77 < 11.07) maka Ho signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf
diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran kepercayaan 95%. Hasil analisis uji
data hasil belajar IPA kelompok kontrol hipotesis hasil belajar IPA dapat dilihat pada
berdistribusi normal. tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Uji Hipotesis

No Sampel N Dk thitung ttabel

1 Kelompok eksperimen 40 76,71 54,26

78 3,74 1,99
2 Kelompok kontrol 40 70,97 40,99
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Berdasarkan hasil analisis data untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan


diperoleh thitung sebesar 3,74. Harga tersebut menyelesaikan masalah di lingkungannya.
kemudian dibandingkan dengan harga ttabel. Berbeda dengan pembelajaran
Harga ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai konvensional yang terjadi selama
dalam distribusi t dengan dk = 40 + 40– 2 = pembelajaran IPA yang berlangsung di
78 dan taraf signifikansi 5% . Bersadarkan kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran
tabel nilai-nilai dalam distribusi t diperoleh dilakukan dengan cara menyampaikan
harga ttabel sebesar 1,99 karena thitung>ttabel sejumlah materi kepada siswa yang
(3,74 > 1,99) maka Ho ditolak atau Ha diselingi dengan sedikit tanya jawab
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemudian diikuti dengan pemberian tugas.
hasil belajar IPA antara siswa yang Dengan pembelajaran seperti ini, siswa
mengikuti pembelajaran dengan model tidak mempunyai kesempatan untuk
Sains Teknologi Masyarakat (STM) mengembangkan kemampuan berpikir,
berbantuan media visual dengan siswa kesempatan untuk bekerjasama dengan
yang mengikuti pembelajaran konvensional teman sebaya, serta memecahkan masalah
berbantuan media visual. yang ditemui. Pembelajaran seperti ini,
Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > membuat siswa merasa bosan dan jenuh
ttabel, berarti hipotesis yang menyebutkan sehingga sulit untuk memahami materi
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA pelajaran sehingga mempengaruhi hasil
antara siswa yang mengikuti pembelajaran belajar. Hasil penelitian ini memperkuat
dengan model Sains Teknologi Masyarakat hasil penelitian Herawati (2013) yang
(STM) berbantuan media visual dengan menyatakan bahwa “respon siswa kelas V
siswa yang mengikuti pembelajaran SD N 2 Lalanglinggah, Tabanan terhadap
konvensional berbantuan media visual di implementasi model pembelajaran STM
Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara dalam pembelajaran IPA berkategori positif
Tahun Pelajaran 2013/2014 pada taraf dan siswa menyatakan senang belajar IPA
signifikansi 5% diterima. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran STM.”
pada kelompok eksperimen lebih baik
apabila dibandingkan dengan hasil belajar SIMPULAN DAN SARAN
siswa pada kelompok kontrol. Perbedaan Berdasarkan hasil penelitian yang
hasil belajar IPA antara kelompok telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan
eksperimen dan kelompok kontrol yaitu sebagai berikut. Hasil belajar IPA
disebabkan oleh adanya perbedaan siswa kelas VA SD 2 Dalung yang
treatment yang diberikan pada kedua merupakan kelompok kontrol, diketahui
kelompok saat pembelajaran IPA bahwa terdapat 11 siswa atau 27,5%
berlangsung. Model pembelajaran yang siswa memperoleh hasil belajar dalam
diterapkan pada kelompok eksperimen kategori sangat baik, 29 siswa atau 72,5 %
memiliki banyak keunggulan. Poedjiadi siswa memperoleh hasil belajar dalam
(2005:137) mengemukakan model kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat kecenderungan siswa yang mengikuti
(STM) berbantuan media visual memiliki pembelajaran konvensioal berbantuan
beberapa keunggulan yaitu siswa memiliki media visual memperoleh hasil belajar
kreativitas yang lebih tinggi, minat belajar dengan kategori baik.
yang meningkat karena disajikan media Hasil Belajar IPA siswa kelas VB SD
gambar yang menarik, kepedulian terhadap 1 Dalung yang merupakan kelompok
masyarakat dan lingkungan lebih besar, eksperimen, diketahui bahwa terdapat 26
lebih mudah mengaplikasikan konsep- siswa atau 65% siswa memperoleh hasil
konsep yang dipelajari untuk kebutuhan belajar dalam kategori sangat baik, 14
masyarakat, dan memiliki kecenderungan siswa atau 35% siswa memperoleh hasil
belajar dalam kategori baik. Hal ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

menunjukkan bahwa kecenderungan siswa sehingga mutu sekolah menjadi semakin


yang mengikuti pembelajaran dengan meningkat.
model Sains Teknologi Masyarakat (STM) Bagi peneliti lain, dengan
berbantuan media visual memperoleh hasil dilakukannya penelitian ini, peneliti lain
belajar dengan kategori sangat baik. diharapkan melakukan penelitian lebih
Berdasarkan hasil analisis data hasil lanjut dengan menggunakan model
belajar IPA menunjukkan bahwa rata-rata pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
siswa kelompok eksperimen lebih tinggi (STM) berbantuan media visual, pada
daripada rata-rata hasil belajar IPA siswa materi pembelajaran yang berbeda pada
kelompok kontrol (76,71 > 70,97). sumber data/sampel yang berbeda
Berdasarkan analisis uji-t diperoleh thitung khususnya pada pelajaran IPA sehingga
sebesar 3,74 dan ttabel dengan dk 40 + 40 – hasil penelitian benar-benar dapat
2 = 78 pada taraf signifikansi 5% adalah menggambarkan keadaan sesungguhnya
1,99 karena thitung > ttabel (3,74 > 1,99), maka yang terjadi di lapangan.
Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA antara DAFTAR PUSTAKA
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Agung, A.A Gede. 2011. Pengantar
model pembelajaran Sains Teknologi Evaluasi Pendidikan. Singaraja:
Masyarakat (STM) berbantuan media visual Universitas Pendidikan Ganesha.
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional berbantuan media visual. Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
penerapan model pembelajaran Sains Aksara.
Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan
media visual berpengaruh signifikan _______________. 2013. Dasar-Dasar
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:
Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Bumi Aksara.
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Adapun saran yang dapat Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
disampaikan setelah melaksanakan dan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
memperoleh hasil dari penelitian yaitu: bagi
guru, melihat hasil penelitian yang positif Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian
pada pembelajaran IPA dengan penerapan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) berbantuan media visual Depdiknas. 2011. Standar Kompetensi dan
ini, hendaknya model pembelajaran ini Kompetensi Dasar Sekolah
menjadi suatu inovasi yang dapat Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
dikembangkan dalam membelajarkan siswa Depdiknas.
pada mata pelajaran IPA sehingga
menciptakan pelajaran IPA yang Emzir. 2007. Metodologi Penelitian
aktif,,kreaktif, dan menyenangkan bagi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
siswa. Persada.
Bagi sekolah, sekolah hendaknya
menyediakan sarana dan prasarana yang Iru, La. 2012. Analisis Penerapan
maksimal untuk menunjang pembelajaran Pendekatan, Metode, Strategi, dan
agar siswa semakin termotivasi untuk Model-Model Pembelajaran.
belajar dan memanfaatkan sarana tersebut Yogyakarta: Multi Presindo.
untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Munawar, Indra. 2009. “Definisi Hasil
Belajar”. Tersedia pada Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
http://indramunawar.blogspot.com/200 Inovatif Berorientasi Konsrtuktivisme.
9/06/hasil-belajar-penegrtian-dan Jakarta: Prestasi Pustaka.
definisi.html (diakses tanggal 13
Desember 2013). _____. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Muslichach, Asy’ari. 2006. Penerapan Surabaya: Kencana.
Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat. Jakarta: Depdiknas. _____. 2010. Pengantar Penelitian
Pendidikan Bagi Pengembangan
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Profesi Pendidikan dan Tenagan
Masyarakat. Bandung: Remaja Kependidikan. Jakarta: Kencana
Rosdakarya. Prenada Media Group.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. _____. 2011. Model Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Putra, Rizema. 2013. Desain Belajar Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011.
Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Belajar dengan Pendekatan
Yogyakarta: DIVA Press. PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Santyasa, I Wayan. 2007. “Model-Model Widyanto, Putu. 2011. “Pembelajaran


Pembelajaran Inovatif”. Makalah Konvensional”. Tersedia pada
disajikan dalam Pelatihan tentang http://putuwidyanto.wordpress.com/20
Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru- 11/01/14/pembelajaran-konvensional/
Guru SMP dan SMA di Nusa Penida, (diakses tanggal 14 Desember 2013).
Fakultas Pendidikan MIPA Undiksha,
Nusa Penida 29 Juni-1 Juli 2007. Winarsunu, Tulus. 2006. Statistik dalam
Penelitian Psikolagi dan Pendidikan.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Malang:Universitas Muhamadiyah
Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Malang.
Persada.
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Persada.
PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

________. 2013. Statistika Untuk


Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai