Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di jaman yang modern seperti sekarang ini memungkinkan untuk hidup serba
instan dan kompleks serta pola makan ynag kurang sehat , hal tersebut dapat memacu
timbulnya berbagai macam penyakit dalam tubuh manusia. Berbagai penyakit muncul
di jaman sekarang, mulai dari resiko ringan sampai dengan resiko tinggi yang berupa
kematian.

Selain masalah diatas, masalah lain yang banyak timbul yaitu ketergantungan
manusia pada benda duniawi yang berlebihan, misalnya saat manusia hidup
berkecupan dan mewah harus hidup miskin karena bangkrut. Dari masalah tersebut
sebagian orang tidak memiliki kesiapa dalam menghadapi tersebut sehingga hal
tersebut dapat membuat orang stres, frustasi , gangguan jiwa atau bahkan mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri.

Selain hal itu mulai dari masalah anak yang memiliki pandangan anak bodoh
dan anak pintar dapat mengganggu kesehatan mental anak. Meskipun pada dasarnya
tidak ada anak pintar dan anak bodoh tetapi yang membedakan ketekunan dan
kerajinan mereka.

Pada era sekarang, banyak orang yang menunda-nunda sholat atau bahkan
meninggalkan sholat dengan alasan tidak ada waktu, malas, sibuk kerja tanpa adanya
alas an syar’i. Tetapi mereka tidak pernah lupa akan kebutuhan sehari-harinya.
Jarangnya sholat dapat membuat lemahnya komunikasi dengan Sang Pencipta.
Komunikasi dengan Sang Pencipta merupakan hal penting bagi manusia mengingat
manusia sebagai makhluk bertuhan.

Berbagai masalah diatas dapat kita tanggulangi dengan sholat. Sholat


merupakan rukun perbuatan paling penting diantara diantara rukun islam yang lain
sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq manusia. Hukum
melaksanakan shalat wajib ‘aini bagi setiap orang yang sudah mukallaf, baligh, dan
‘aqil. Sholat merupakan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia.
Sholat dilaksanakan sebanyak 5 waktu dalam sehari.

1
Kita melaksanakan ibadah sholat selain sebagai kewajiban tetapi juga
mengambil banyak manfaat ,baik bagi kesehatan, mental dan kecerdasan, lemahnya
komunikasi dengan Sang Pencipta. Sehingga dari sholat, hal di atas dapat di
minimalisasi dan dapat menjadikan manusia sebagai makhluk bertuhan yang yang taat
serta sehat jasmani maupun rohaninya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah shalat dapat dijadikan pengobatan dan menjaga kesehatan ?

2. Apakah hubungan shalat dengan fisik ?

3. Apakah hubungan shalat dengan mental dan kecerdasan?

4. Bagaimana sholat dapat dijadikan komunikasi spiritual dengan Sang Pencipta?

5. Mengapa sholat dilaksanakan 5 kali dalam sehari ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui manfaat shalat untuk pengobatan dan kesehatan.

2. Mengetahui hubungan shalat dengan fisik.

3. Mengetahui manfaat shalat terhadap kesehatan mental dan kecerdasan.

4. Memahami sholat sebagai komunikasi spiritual dengan sang Pencipta.

5. Memahami pentingnya sholat 5 waktu dalam sehari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SHOLAT UNTUK PENGOBATAN DAN KESEHATAN

Selain melaksanakan perintah agama, mengobati kerinduan jiwa pada sang Pencipta,
sholat juga punya efek yaitu menyehatkan tubuh. Seorang pakar ilmu pengobatan
tradisional, Prof H Muhammad Hembing Wijayakusuma, telah melakukan penelitian
yang mendalam tentang hal itu. Hasil penelitian itu disebarkannya kepada umat Islam,
baik melalui media massa maupun buku yang berjudul “Hikmah Sholat untuk
Pengobatan dan Kesehatan”. Bahkan, duduk Tasyahud diyakini bisa menyembuhkan
penyakit tanpa operasi.

Apa hubungan sholat dengan kesehatan ? menurut Hembing, setiap gerakan-gerakan


shalat mempunyai arti khusus bagi kesehatan dan punya pengaruh pada bagian-bagian
tubuh seperti kaki, ruas tulang punggung, otak, lambung, rongga dada, pangkal paha,
leher, dll. Berikut adalah ringkasan yang bermanfaat untuk mengetahui tentang daya
penyembuhan di balik pelaksanaan sholat sebagai aktivitas spiritual.

1. Berdiri tegak dalam sholat

Gerakan-gerakan sholat bila dilakukan dengan benar, selain menjadi latihan yang
menyehatkan juga mampu mencegah dan meyembuhkan berbagai macam penyakit.
Hembing menemukan bahwa berdiri tegak pada waktu sholat membuat seluruh saraf
menjadi satu titik pusat pada otak, jantung, paru-paru, pinggang, dan tulang
pungggung lurus dan bekerja secara normal, kedua kaki yang tegak lurus pada posisi
akupuntur, sangat bermanfaat bagi kesehatan seluruh tubuh.

2. Rukuk

Rukuk juga sangat baik untuk menghindari penyakit yang menyerang ruas tulang
belakang yang terdiri dari tulang punggung, tulang leher, tulang pinggang dan ruas
tulang tungging. Dengan melakukan rukuk, kita telah menarik, menggerakan dan
mengendurkan saraf-saraf yang berada di otak, punggung dan lain-lain. Bayangkan

3
bila kita menjalankan sholat lima waktu yang berjumlah 17 rakaat sehari semalam.
Kalau rakaat kita rukuk satu kali, berarti kita melakukan gerakan ini sebanyak 17 kali.

3. Sujud

Belum lagi gerakan sujud yang setiap rakaat dua kali hingga junlahnya sehari 34 kali.
Bersujud dengan meletakan jari-jari tangan di depan lutut membuat semua otot
berkontraksi. Gerakan ini bukan saja membuat otot-otot itu akan menjadi besar dan
kuat, tetapi juga membuat pembuluh darah dan urat-urat getah bening terpijat dan
terurut. Posisi sujud ini juga sangat membantu kerja jantung dan menghindari
mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah.

4. Duduk tasyahud

Duduk tasyahud akhir atau tawaruk adalah salah satu anugerah Allah yang patut kita
syukuri, karena sikap itu merupakan penyembuhan penyakit tanpa obat dan tanpa
operasi. Posisi duduk dengan mengangkat kaki kanan dan menghadap jari-jari ke arah
kiblat ini, secara otomatis memijat pusat-pusat daerah otak, ruas tulang punggung
teratas, mata, otot-otot bahu, dan banyak lagi terdapat pada ujung kaki. Untuk laki-laki
sikap duduk ini luar biasa manfaatnya, terutama untuk kesehatan dan kekuatan organ
seks.

5. Salam

Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun, menurut penelitian
Hembing punya manfaat besar karena gerakan ini sangat bermanfaat membantu
menguatkan otot-otot leher dan kepala. Setiap mukmin pasti bisa merasakan itu, bila
ia menjalankan sholat dengan benar. Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan
otot akan terasa lebih kendur, dan otak juga mempu kembali berfikir dengan terang.
Hanya saja, manfaat itu ada yang bisa merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak
disadari. Tapi harus diingat, sholat adalah ibadah agama bukan olahraga.

2.2 HUBUNGAN SHOLAT DENGAN FISIK

Shalat memang suplier rohani dan pemompa mental. Tanpa shalat, jiwa manusia
mungkin saja tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup. Bagi orang yang

4
kerap mengalami penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat menumpahkan segala
permasalahan, menjadi kesempatan mengadu dan waktu mencurahkan harapan. Bagi
seorang pejuang, seorang juru dakwah, shalat juga yang menjadikannya kuat memikul
semua masalah dan tantangan yang menghadangnya. Bersyukurlah kita, Allah SWT
mewajibkan shalat lima waktu sehari. Dalam lima kesempatan itu artinya, kita
memperoleh masukan energy baru. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang
merasakan nikmatnya shalat.

Mungkin kita pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang
menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah” ( HR Nasa’i ). Shalat yang
digambarkan Rasul dalam hadits tersebut, bukan hanya shalat yang bisa menjadi
penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya bersifat ritual dan tidak memberikan
kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan fisik yang senyap dari
kedamaian batin.

Salah satu syarat yang dapat memberi pencerahan batin,biasa disebut dengan khusyu’.
Khusyu’ menurut Imam Ghazali adalah hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi,
rasa tunduk, pasrah dan penghormatanyang tinggi kepada Allah SWT.

Amirul mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan kepala, tapi
khusyu’ itu ada di dalam hati.” Al Qur’an menyebutkan khusyu’ itu adalah tanda
pertama orang-orang yang beruntung. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2).
Tidak sedikit orang yang sulit menghadirkan kekhusyuan dalam shalatnya. Kita begitu
dan nyaris tidak percaya, bila sahabat Rasulullah Ali rejustru melaksanakan shalat
untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah akan dicabut dari tubuhnya.

Orang yang belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat sulit bekerja mencangkul
dan mengolah sawah. Tangannya mungkin akan lecet, kulitnya terbakar oleh terik
matahari dan seluruh tubuhnya terasa linu, itu dalam konteks pekerjaan fisik.
Keadaannya tidak jauh berbeda dengan konteks pekerjaan batin. Khusyu’ adalah
pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa khusyu’, dekat, pasrah, tunduk pada Allah
di luar shalat, akan sulit menghadirkan kekhusyukan di dalam shalat. Khusyu’ di dalam
shalat sangat terkait dengan khusyu’ di luar shalat. Kalau hati tidak pernah hidup, tidak
ada link hubungan dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin hubungan yang baik

5
hanya dalam shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani, mencangkul tanh,
seperti yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan
pekerjaan tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita
sulit khusyu’. Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah,
Alhamdulillah atau Allahu Akbar. Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa
berhubungan denagn Allah, meskipun lidah tidak menyebut nama Allah. Melihat
ciptaan Allah, hati merasakan kebesaran Allah. Melihat peristiwa apapun semakin
menyuburkan ingatan kepada Allah. Mendapat nikmat, hati mengatakan, “Syukur Allah
tidak menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh dan malu bila melakukan
ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan, “Mungkin saya berdosa pada
Allah.” Sikap sikap seperti itulah yang semakin menambah kedekatan hatidengan Allah
SWT. Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk dan berbarung.” Itulah sebabnya para ahli ibadah mengatakan, aku
merasa damai meskipun sendiri.” Kenapa? Karena mereka dalam kondisi terus
berdzikir dengan melihat semua fenomena alam dan hatinya mengingat Allah Jalla
Wa’ala.

Ibarat orang yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang kepunyaan
kekasihterlihat di depan mata membuat hati ingat dan terkait dengan kekasih. Kalau
sudah ada benih khusyu’ di luar shalat, maka saat berwudhu pun sudah khusyu’.

Seorang muslim harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya denagan Allah,


kapan pun dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Banna menyifatkan karakter
seorang mujahid adalah bukan orang yang tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak
tertawa selebar mulutnya. Maksudnya itu menggambarkan suasana keseriusan dan
kesungguhan orang yang berjuang di jalan Allah. Apa rahasia dibalik kesungguhan dan
keseriusan itu? Dalam shalat mereka sangat membesarkan dan mengagungkan Allah.
Di luar shalat mereka juga tetap membesarkan Allah, hidup sesuai syari’at,
menjauhkan diri dari kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan menaungi mereka,
sebab ada hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial. Merekalah
yang dimaksud dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya
dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang
tersebut.” ( HR. Hakim )

6
2. 3 HUBUNGAN SHOLAT DENGAN MENTAL & KECERDASAN

Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi
Muhammad saw. Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah
didalamnya. Kalau kita pelajari al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan kita temukan
penjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan ibadah shalat, diantaranya yaitu
pengaruh pelaksanaan terhadap kesehatan mental manusia. Dengan shalat manusia
menyerahkan diri kepada-Nya, hal ini akan membantu dalam meredakan ketegangan
emosi manusia, karena seorang mukmin mempunyai keyakinan bahwa Allah akan
mengabulkan doanya dan memecahkan problem-roblemnya, memenuhi berbagai
macam kebutuhannya dan membebaskan diri dari kegelisahan dan kerisauan yang
menimpanya. Menghadap kepada Allah melalui shalat dan berdoa kepada-Nya dengan
harapan dikabulkan akan menimbulkan otosugesti yang akan meredakan ketegangan
emosi dan kegoncangan jiwa yang terjadi pada manusia. Fungsi shalat yaitu :

1. Shalat sebagai sebagai pengobat gangguan jiwa dan penyakit jiwa,

2. Fungsi ibadah shalat sebagai pembinaan kesehatan jiwa, dan

3. Fungsi shalat sebagai pencegah gangguan dan penyakit jiwa.

Sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat (seutuhnya),


padahal tidaklah dicatat baginya (oleh malaikat Raqib [pencatat amal baik]), kecuali
setengah shalat, atau sepertiganya, atau seperempatnya, atau seperlimanya, sampai
sepersepuluhnya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Anda sering menunaikan shalat, bukan? Pagi-sore, siang-malam, bertahun-tahun, Anda


sudah mengerjakannya. Jutaan kali telah Anda tundukkan badan dalam ruku’ dan
sujud. Jutaan kali pula telah Anda baca bermacam-macam dzikir dan doa di dalam
shalat. Hanya saja, bagaimana kualitas shalat Anda? Dalam perhitungan atau perkiraan
Anda sendiri, seberapa besar bagian dari shalat Anda yang dinilai baik oleh malaikat
pencatat amal dan memberikan pengaruh positif pada kehidupan Anda?

Anda pun pasti telah tahu besarnya manfaat shalat terhadap diri Anda sendiri. Bahkan
kendati di dalam ibadah ini Anda hanya menggerakkan badan bagai robot, kegiatan ini
pun sudah berguna. Sekurang-kurangnya, menyehatkan raga. Begitu pula jika Anda

7
perlakukan shalat sebagai semacam meditasi. Sekurang-kurangnya, menyehatkan
jiwa.

Tetapi, shalat secara hakiki tidak sekadar bermanfaat menyehatkan jiwa-raga (fisik,
emosional, dan spiritual). Tahukah Anda bahwa dengan menunaikan shalat yang
berkualitas, Anda akan mencapai beragam jenis kecerdasan? Bukan hanya kecerdasan
pikiran (intelegensia/IQ), tetapi sekaligus kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ), dan kecerdasan sosial.

Bagaimana semua jenis kecerdasan tersebut bisa direngkuh melalui shalat? Buku ini
sangat berbeda dengan buku-buku tentang hikmah shalat yang telah beredar, karena
secara metodologis buku ini fokus pada kajian bagaimana terciptanya hubungan
antara shalat sebagai ibadah dengan kecerdasan manusia sebagai kekuatan pikiran
dan jiwa. Di samping itu, kekuatan buku ini juga terletak pada ditampilkannya
rangkaian panduan praktis guna menjalankan shalat yang mampu melejitkan semua
jenis kecerdasan manusia (shalat SMART). Karena itu, buku ini sangat aplikatif,
metodis, dan dapat langsung Anda terapkan untuk meningkatkan mutu shalat dan
sekaligus kecerdasan Anda!

2.4 SHOLAT SEBAGAI KOMUNIKASI SPIRITUAL DENGAN PENCIPTA

Dua tahun sebelum Hijrahnya Nabi ke Madinah, merupakan saat-saat yang super sulit
dalam perjuangan beliau untuk menyebarkan kebenaran. Tekanan, intimidasi, bahkan
upaya pembunuhan kepada beliau pribadi mengalami intensitas puncak, seiring
dengan kematian dua benteng internal da’wah setelah Allah, Khadijah dan Abu Talib.
Bagi Rasulullah, serasa dunia ini suram dan terasa sumpek dalam melangkan kaki
perjuangan. Terasa da’wah mengalami stagnasi abadi. Dalam situasi inilah beliau
diperjalankan melalui wadah “Isra’ mi’raj” di suatu malam dari masjidil haraam di
Mekah ke masjidil Aqsa di Jerusalem, dan dari Jerusalem beliau diangkat menuju
“Sidratul Muntaha” untuk melakukan komunikasi langsung, dialog nurani dengan sang
Penciptanya. Komunikasi dan dialog nurani inilah yang terkristalkan dalam sebuah
amalan ritual Islam yang dikenal shalat.

Shalat, yang secara lughowi (makna kata) berarti “hubungan atau komunikasi”
kemudian menjadi amalan ritual terpenting dalam agama Islam. Selain dikenal

8
kemudian sebagai “Pilar agama” (‘imaaduddin), juga merupakan salah satu dari lima
rukun Islam. Menjalankan shalat merupakan kewajiban ‘aini (setiap individu Muslim),
melalaikannya merupakan “pengrusakan” terhadap dasar-dasar keislaman seseorang.

Melakukan shalat bukan sekedar melakukan gerakan-gerakan atau membaca bacaan-


bacaan formal semata. Melainkan melakukan kegiatan “syamil” (komperenhesif) dan
“mutawazin” (imbang) di antara tiga unsur kemanusiaan kita. Shalat mencakup
kegiatan fisik, ruh, dan juga fikiran. Ketiga hal ini adalah pilar-pilar kehidupan
manusia, yang justeru ketiganya bersatu padu dalam amalan shalat yang dilakukan.

Di saat ketiga unsur hidup manusia itu menyatu dalam sebuah pergerakan terpadu, di
situlah akan menumbuhkan “keseimbangan” pergerakan hidup manusia.
Keseimbangan ini yang kemudian menjadi pijakan kehidupan manusia yang sehat.
Hanya dengan hidup yang imbang, manusia mampu mendapatkan kehidupan yang
sehat secara paripurna. Selain tumbuhnya kehidupan yang sehat secara paripurna,
dengan keterlibatan tiga unsur tadi, manusia menjalin komunikasi paripurna pula
dengan Sang Pencipta. Komunikasi paripurna ini yang kemudian dikenal dalam bahasa
agama sebagai “ khusyuu’”. Khusyu menjadi “hati” shalat yang dilakukan. Shalat yang
tidak memiliki khusyu’ ibarat manusia yang tidak berhati. Manusia yang tidak lagi
berfungsi nuraninya, sehingga pandangannya akan selalu tertumpu pada hal hal
lahiriyah semata.

Di saat mata nurani menjadi tumpul atau buta, maka lahiriyah akan menjadi sosok
yang buas. Kehidupan yang tidak memiliki “mata nurani” adalah kehidupan hewani,
bahkan lebih rendah nilainya dari kehidupan hewani. Dan jika ini terjadi, manusia yang
awalnya diciptakan dengan pencptaan yang terbaik, dimuliakan, dan memiliki
keunikan-keunikan, terjatuh ke lembah kehinaan yang paling rendah (asfala saafilin).
Oleh karenanya, shalat bukan hanya dikerjakan, tapi seharusnya “didirikan” setiap
saat. Formalitasnya memang ada lima waktu, tapi seharusnya shalat itu tegak dalam
kehidupan kita di 24 jam 7 hari sepekan. Maka, ada “shalat di antara shalat-shalat”
(shalaatul wustha) yang kita lakukan. Shalat “Wustha” (in between) adalah tegaknya
relasi dan komunikasi antara hamba dan Rabbnya di setiap saat dan ruang. Bahkan
keluar masuknya nafas seorang hamba seiring dengan “ kesadaran penghambaan”
terhadap Rabbnya.

9
Eternalitas relasi di atas akan menjadi “benteng” kehidupan seorang Muslim, sekaligus
menjadi “basis” kesalehan hidupnya. Dia menjadi solid dalam kebajikan serta
terlindung dengan lindungan kokoh “kesadaran Ilahi”. Dia akan memiliki pandangan
mata “nurani” yang sangat tajam, serta memiliki “intelektual hati” yang tinggi.

Dengan bekal soliditas perlindungan dari kejatatan-kejahatan dan soliditas basis


kebajikan kebajikan, serta dibarengi oleh kesadaran Ilahi dan inteletualitas hati, dia
akan menjalani kehidupannya dengan penuh konsistensi di atas ridha Ilahi.
Konsistensi perjalanan hidup di atas ridha inilah yang disebut “taqwa” , yang
merupakan cita-cita tertinggi dalam kehidupan beragama. Cita-cita tertinggi yang
diperjuangkan hingga hembusan nafas terakhir di bumi yang fana ini.

2.5 KEUTAMAAN SHOLAT TEPAT WAKTU

Berikut penjabaran salat dalam perspektif pengobatan ilmu cina


1. Sholat Subuh
Pukul 05.00-06.00 saat salat subuh merupakan waktu yang baik untuk menerapi
pencernaan.
2. Sholat Zuhur
Pada waktu sholat zuhur, ada energi api yang keluar pada diri pukul 12.00 sampai sora
yang bermanfaatbagi jantung dan ginjal.
3. Sholat Ashar
Dalam gerakan sholat ashar, terdapat siklus dari panas ke dingin yang berguna bagi
terapi kandung kemih. Secara alamiah, gerakan sholat ashar ternyata memisahkan zat-
zat kimia dalam tubuh kita.
4. Sholat Maghrib
Ada energi air yang keluar pada pukul 18.00 setelah terbenamnya matahari. Menurut
pengobatan ilmu cina waktu maghrib yang disertai gerakan sholat sekaligus menerapi
ginjal.
5. Sholat Isya’
Sholat isya’ dilaksanakan setelah matahari terbenam. Waktu ini disebut dapat
mengurangi kelebihan energi. Dan ada energi kayu yang keluar pada pukul 23.00 yang
mampu menghancurkan racun-racun ditubuh. Menurut pengobatan ilmu cina, racun
itu dibakar kayu untuk membuang racun di otak.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pelaksanakan ibadah sholat selain sebagai kewajiban tetapi juga memiliki banyak
manfaat ,baik bagi kesehatan, mental dan kecerdasan, maupun lemahnya komunikasi
dengan Sang Pencipta. Apalagi jika ibadah sholat dilaksanakan sesuai waktunya,
maka akan menambah manfaat dalam tubuh kita karena setiap waktu sholat memiliki
manfaat yang tersendiri. Sehingga dari sholat, dapat menjadikan manusia sebagai
makhluk bertuhan yang yang taat serta sehat jasmani maupun rohaninya.

3.2 SARAN

Mengingat pelaksanaan sholat tepat waktu dan rutin merupakan kewajiban bagi
umat muslim dan memiliki banyak manfaat pada diri kita maka hendaklah setiap
umat islam menanamkan keyakinan hal tersebut dalam hati masing-masing dan
melaksanakan sesuai dengan ketentuan islam sebagaimana umat-umat terdahulu
melaksanakannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hilmy al-Kuly. ( 2007 ) . Mukjizat Kesembuhan Dalam Gerakan Shalat. Jogjakarta :


Penerbit HIKAM PUSTAKA

Tharsyah adnan. ( 2008 ). Keajaiban Shalat bagi Kesehatan , Meraih Manfaat Shalat
Secara Medis, Klinis & Psikology. Jakarta : SENAYAN ABADI

http://ariefananda.blogspot.com/2011/07/keutamaan-sholat-tepat-waktu.html

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/12/sholat-dan-kesehatan-fisik-
mental.html

12

Anda mungkin juga menyukai