Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Penyakit cacar (smallpox) merupakan salah satu penyakit mematikan yang

pernah ada di dunia. Diperkirakan penyakit ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang

lalu. Cacar merupakan penyakit yang spesifik disebabkan oleh virus varola dan mudah

menyebar yang hanya bisa ditularkan oleh manusia. Kata smallpox sendiri berasal dari

bahasa latin yang berarti “berbintik” dan mengacu pada benjol yang muncul pada tubuh

dan wajah orang yang terinfeksi. Penyakit ini dicirikan dengan demam tinggi dan ruam

khusus pada kulit yang meninggalkan bekas. Dari abad 15-18, penyakit cacar membuat

rekor di Eropa sebagai penyakit yang menyebabkan bencana besar terhadap kehidupan

manusia. Baru pada bulan Mei 1980, WHO menyatakan bahwa smallpox telah

menghilang. Kasus terakhir terjadi di Somalia pada bulan Oktober 1977.

Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat ditularkan

oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan

memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap

tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan

herpes zoster.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi kulit ?

1
2. Apa definisi dari Vaiola ?
3. Bagaimana epidemiologi dari variola ?
4. Apa etiologi dari variola ?
5. Bagaimana patofisiologi dari variola ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari variola ?
7. Bagaimana cara penularan variola ?
8. Bagaimana pencegahan dari variola ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari variola ?
10. Apa komplikasi dari penyakit variola ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien variola ?

1. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi kulit
2. Untuk mengetahi definisi dari variola
3. Untuk mengetahui epidemiologi dari variola
4. Untuk menegtahui etiologi dari varola
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari varola
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari variola
7. Untuk mengetahui cara penularan variola
8. Untuk mengetahui cara pencegahan dari variola
9. Untuk menegetahui penatalaksanaan dari variola
10. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit variola
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien variola

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Kulit

Integumen membentuk lapisan luar ke tubuh. Integument terdiri dari kulit dan

beberapa derifasi kulit terspesialisasi tertentu antara lain rambut, kuku, dan beberapa

jenis kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang

menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar

keringat dan kelenjar mukosa. (Syaifuddin,2006). Menurut Syaifuddin (2006) kulit

manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan subkutis. Epidermis dan

dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang

berbeda – beda : 400-600 m untuk kulit tebal ( kulit pada telapak tangan dan kaki )

dan 75-150 m untuk kulit tipis ( kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki

rambut ). Selain sel – sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan :

a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses

melanogenesis.

b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,

yang merangsang sel limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan

antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan

penting dalam imunologi kulit.

3
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan

berhubungan fungsi dengan system neuroendokrin difus.

d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam

terdiri dari stratum Korneum, Stratum Lucidum, Stratum Granulosum,

Stratum Spinosum dan Stratum Basal/ Germinativum.

2. Dermis

Dermis yaitu lapisan kulit dibawah epidermis, memiliki ketebalan yang

bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4mm di daerah

punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu

stratum papilare dan stratum reticular.

a. Stratum papilare yang merupakan bagian utama dari papilla dermis, terdiri

atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,

makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).

b. Stratum reticulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas

jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe 1).

c. Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan

epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea.

3. Lapisan subkutan

Mengikat kulit secara longgar dengan organ – organ yang terdapat

dibawahnya.lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak yang beragam,

bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh

darah dan ujung saraf.

4
Fungsi integument antara lain sebagai berikut :

a. Perlindungan

b. Pengatur suhu tubuh ;

c. Ekskresi

d. Metabolisme ( Ethel, 2003 ).

2.2 Definisi

Penyakit ini dikenal dengan nama latinnya, variola atau variola vera, yang berasal

dari kata latin varius yang berarti “berbintik”, atau varus yang artinya “jerawat”. Variola

muncul pada pembuluh darah kecil dikuit serta di mulut dan kerongkongan.

Variola adalah penyakit infeksi kulit akut yang disertai keadaan umum yang

buruk, sangat menular dengan ruam kulit yang monomorf, terutama tersebar di perifer

tubuh. Virus dari penyakit ini sangat stabil pada ushu ruangan sehingga dapat hidup di

luar tubuh selama berbulan-bulan. Smallpox sendiri berasal dari kata latin yang berarti

berbintik yang mengacu pada benjol yang muncul pada tubuh dan wajah orang yang

terinfeksi. Penyakit ini dicirikan dengan demam tinggi dan ruam berbentuk

makulopapular, kemudian membentuk gelembung kulit yang berisi cairan pada kulit yang

meninggalkan bekas.

2.3 Epidemiologi

Variola major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian

30-35%. Variola minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan (dikenal juga dengan

alastrim, cotonpox, milkpox, whitepox, Cuban itch) yang menyebabkan kematian pada

1% penderitanya. Akibat jangka panjang Varola major adalah bekas luka umumnya di

5
wajah, yang terjadi pada 65-85% penderita. Cacar di yakini telah muncul pada populasi

manusia sekitar 10.000 SM. Penyakit ini menewaskan sekitar 400.000 orang eropa setiap

tahun selama abad ke-18. Dari semua yang terinfeksi, 20-60% , dan dari 80% anak yang

terinfeksi meninggal karena penyakit ini.

Selama abad ke 20 diperkirakan bahwa cacar bertanggung jawab ata 300-500 juta

kematian. Pada awal tahun 1950, diperkirakan 50 juta kasus cacar terjadi di dunia setiap

tahun. Pada tahun 1967 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 15

juta orang terjangkit penyakit cacar dan 2 juta meninggal pada tahun itu. Setelah sukses

kampanye vaksinasi sepanjang abad 19 dan 20, WHO berhasil memberantas penyakit

cacar

2.4 Etiologi

Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik, tetapi

menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim ). Perbedaan

kedua virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila dimokulasikan pada

membrane karioalontrik tubuh pada suhu 38o C. sedangkan yang menyebabkan Variola

minor tumbuh dibawah suhu itu. Agent penyebab penyakit cacar adalah virus variola,

anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae.

Virus variola relative stabil dalam lingkungan alam. Virus variola berukuran 150

– 260 nanometer dan berisi molekus DNA beruntai ganda sekitar 200 protein yang

berbeda, virus ini merupakan salah satu genom virus terbesar yang dikenal Ukuran

genom yang besar membuatnya sangat sulit untk membuat sintetis virus tiruan. Virus

cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas. Dalam percobaan di labortorium, 90%

virus cacar berupa aerosol mati dalam 24 jam setelah terkena sinar matahari.

6
- Struktur complex, berbentuk batu bata atau oval, panjang 400 nm x diameter 230

nm; permukaan luar menunjukkan puncak; berisi core dan badan lateral

- Komposisi : DNA (3%), protein (90%), lemak (5%)

- Genom : DNA untai ganda, lurus; berukuran 130-375 kbp; mempunyai lingkaran

terminal; mempunyai isi G+C (30-40%) kecuali untuk parapvirus (63%)

- Protein : virion mengandung lebih dari 100 polipeptida; banyak enzim terdapat

dalam core, termasuk system transkripsi

- Amplop : perakitan virion melibatkan formasi berbagai membrane

- Replikasi : pabrik sitoplasma

- ciri khas menonjol : merupakan virus berukuran terbesar yang paling complex;

sangat resisten terhadap reaktivasi; protein yang di kode virus membantu

menyerang system pertahanan imun inang; cacar adalah penyakit pertama yang

diberantas dari dunia.

Masa Inkubasi
Masa inkubasi cacar biasanya antara 12 dan 14 hari. Selama fase ini, tidak ada

bukti pelepasan virus.Pasien merasa baik dan tidak menular. Masa inkubasi diikuti

dengan timbulnya mendadak seperti flu gejala: demam, merasa tidak sehat, sakit kepala,

nyeri punggung dan, dalam beberapa kasus, sakit perut dan muntah. Dua sampai tiga hari

kemudian, suhu tubuh dan pasien mulai merasa lebih baik, di mana titik kecil bintik-

bintik merah sering muncul di lidah, gusi, mulut dan orofaring. 24 jam kemudian, ini

berkembang menjadi ruam jerawat seperti lesi pada selaput lendir melepaskan sejumlah

besar virus ke dalam mulut dan tenggorokan, membuat pasien sangat menular. Pada saat

7
yang sama, karakteristik ruam cacar muncul, pertama pada wajah, kemudian pada tangan

dan lengan bawah, sebelum menyebar ke seluruh tubuh.

Fitur diagnostik cacar adalah distribusi cen-trifugal lesi yang lebih menonjol pada

wajah dan pada ekstremitas. Ruam juga biasanya mempengaruhi telapak tangan dan kaki.

Semua lesi pada bagian tertentu dari kemajuan tubuh dengan cara yang sama: bintik-

bintik merah muda kecil - papula muncul - vesikel dengan pustule kecil di tengah -

pustula. 8-14 hari setelah timbulnya gejala, pustula membentuk scabs (koreng) yang pada

penyembuhan meninggalkan bekas mendalam, bekas depigmented, yaitu karakteristik

"bintik-tanda". Penyakit ini mematikan terutama ketika pasien memunculkan gejala

dengan hemoragik (perdarahan di kulit dan selaput lendir sebelum pembentukan bintil),

dan ketika ada kerusakan umum sistemik, disebabkan oleh keracunan darah dan

pembentukan immunocomplexes (virus dan kompleks antibodi). Hal ini juga tidak biasa

bagi pasien dengan komplikasi pneumonia bronkial serta infeksi paru-paru bakteri atau

dengan ensefalitis viral (radang otak). cacar dengan lesi mendalam sering dikenali karena

di ikuti bekas luka yang tertinggal

2.5 Patofisiologi

Variola (smallpox) disebabkanoleh virus yang menyebardarisatu orang ke orang lainnya

melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari orang yang terinfeksi.

Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh

orang yang terinfeksi dan objek yang terkontaminasi seperti baju.

Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi primernya

selalu melalui hawa nafas. Virusnya yang terdapat di udara, berasal dari debu pakaian,

tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah ataupun dari hawa nafas di penderita,

8
terhirup bersama hawa pernafasan sehingga terjadi penularan. Cacar adalah penyakit yang

sangat menular.

Virus variola diperoleh dari inhalasi (pernafasan ke paru paru). Partikel virus cacar

dapat tetap pada benda seperti pakaian, tempat tidur, dan permukaan hingga l minggu.

Virus dimulai di paru- paru, dari sana virus menyerang aliran darah dan menyebar ke kulit,

usus, paru-paru, ginial, dan otak. Aktivitas virus dalam sel-sel kulit menciptakan ruam

yang disebut makula (karakteristik datar, lesi merah). Setelah itu vesikel (lepuh

mengangkat) terbentuk. Kemudian pustulan (Jerawat berisi nanah) muncul sekitar 12-17

hari setelah seseorang menjadi terinfeksi. Sembuh dari cacar sering meninggalkan bekas di

kulit oleh karena pustula.

Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat ditularkan oleh

serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan

memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.

2.6 Manifestasi Klinis

Masa Tunas 10 – 14 hari terdapat 4 stadium :

1. Stadium prodromal/invasi

Stadium ini berlangsung selama 3-4 hari yang ditandai dengan:

1) Suhu tubuh naik (40 C)

2) Nyeri kepala

3) Nyeri tulang

4) Sedih dan gelisah

5) Lemas dan Muntah-muntah

9
2. Stadium makulao- papular /erupsi

Suhu tubuh kembali nomal, tetapi timbul makula-makula eritematosa dengan cepat

akan berubah menjadi papula-papula terutama di muka dan ektremitas (termasuk

telapak tangan dan kaki) dan timbul lesi baru.

3. Stadium vesikula pustulosa supurasi

Dalam waktu 5 -10 hari timbul vesikula-vesikula yang cepat berubah menjadi pustule.

Pada saat ini suhu tubuh akan meningkat dan lesi-lesinya akan mengalami umblukasi

Stadium resolusi

Berlangsung dalam 2 minggu stadium ini dibagi menjadi 3 :

1. Stadium krustasi

Suhu tubuh mulai menurun, pustille mustala mengering menjadi krusta

2. Stadium dekrustasi

Krista-krista mengelupas, meninggalkan bekas sehagai sifakriks atrofi Kadang-

kadang ada rasa gatal dan stadium ini masih menular

3. Stadium rekon valensensi

Lesi-lesi menyemhuh, semua krusta rontok, suhu tubuh kembali nomal, penderita

betul-betul sembuh dan tidak menularkan penyakit lagi

2.7 Penularan / Transmisi

Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari mereka yang tidak

divaksinasi akan tertulari. Jika digunakan sebagai senjata biologis, virus disebarkan

melalui udara. Masa penularannya, Mulai dari waktu berkembangnya lesi awal sampai

10
menghilangnya semua scab (koreng) sekitar 3 minggu. Penderita paling dapat menular

selama periode pre-Eruptive melalui droplet aerosol dari lesi orofaringeal.

Transmisi :

1. Person-to-person (Orang- ke- orang)

2. Inhalation of droplets (lewat udara yang terkontaminasi virus variola, yang

selanjutnya terhirup)

3. Adanya kontak atau tatap muka dengan orang yang terinfeksi

4. Direct contact / Kontak Langsung

5. With infected body fluids ( Terinfeksi cairan cacar tubuh )

6. Contaminated objects ( Objek yang terkontaminasi )

7. Bedding, clothing ( tempat tidur yang terkontaminasi, pakaian yang terkontaminasi )

8. Can be transmitted in any climate (virus ini dapat menulari di berbagai musim )

9. Spread more easily in cool, dry winter months ( lebih mudah menyebar pada suhu

sejuk dan musim kering )

10. No transmission by insects or animals ( Tidak bisa ditransmisikan oleh serangga atau

Hewan )

11. Transmission from a smallpox case ( Penularan dari kasus smallpox )

12. Prodrome phase, less common ( jarang terjadi penularan pada masa prodromal)

13. Fever, no rash yet ( demam, tapi tidak muncul ruam )

14. Most contagious with rash onset ( sangat menular pada saat muncul ruam )

15. First 7-10 days ( pada 7 hari pertama )

16. Contagious until last scab falls (Menular sampai bentuk ruam terakhir / koreng

hilang)

11
2.8 Pencegahan

Kendati WHO telah menetapkan bahwa dunia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1980, kita

harus tetap waspada terhadap penyakit ini agar tidak terulang kembali. Ada beberapa

pencegahan yang dapat dilakukan, diantaranya :

1. Melakukan vaksinasi

Vaksinasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah cacar. Jika

dibarikan kepada seseoran sebelum paparan cacar, vaksin akan benar-benar dapat

melindungi. Vaksinasi dalam waktu 3 hari setelah paparan akan mencegah atau

sangat mengurangi keparahan penyakit. Vaksinasi 4-7 hari setelah pajanan dan

kemungkinan dapat memberikan perlindungan dari penyakit atau dapat

menurunkan keparahan penyakit. Pemberian vaksin setelah pasien sudah memiliki

ruam tidak akan melindungi pasien cacar. Vaksin cacar saat ini memiliki lisensi

laboratorium virus vaccinia, sangat efektif dalam mencegah infeksi. Para ahli

medis percaya vaksin dapat mengurangi keparahan, atau bahkan mencegah.

2. Hindari kontak langsung dengan penderita

3. Hindari bersentuhan atau kontak dengan benda-benda atau tempat yang

terkontaminasi virus seperti pakaian, tempat tidur penderita.

2.9 Penatalaksanaan

Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan

tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain

(infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan

12
kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak

mandi, karena bisa menimbulkan shock.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi

keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.

Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai

antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang

dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat

Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu

menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).

Pengobatan penyakit cacar berfokus pada keluhan yang timbul, misalnya demam,

menggigil, nyeri dipersendian, bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk

sebuah gelembung cair.

Obat yang seharusnya diberikan :

1. Paracetamol tablet

2. Acyclovir tablet

3. Bedak Talek

4. Vitamin Neurobian/ neuroboran

Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat- obatan untuk

mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder yang mungkin

terjadi .Selain itu penderita harus dikarantina Sistemik diberikan obat antiviral (asiklovir

atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon, dapat pula diberikan globulin gama.

Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik, misalnya analgetik/antipiretik Diawasi pula

kemungkinan timbulnya infeksi sekunder, maupun infeksi nosokornial, serta cairan dan

13
elektrolit Jika dimulut masih terdapat lesi diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal

bersifat penunjang, misalnyakompresdengan antiseptic atausalep antibiotic.

2.10 Komplikasi

1. Bronkopneumania

2. Infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo)

3. Ulkus kornea

4. Ensefalitis

5. Effluvium

6. Telogen dalam 3-4 bulan

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

An. A berusia 6 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan terdapat bintik-bintik merah

kecil dan sedikit berisi cairan berada di sekitar wajah, telapak tangan, dan kaki yang terasa nyeri

dan gatal. Ibu klien mengatakan jika An. A lemah, pusing, demam sejak 4 hari yang lalu saat di

rumah hanya di beri obat penurun panas. Karena pada hari ke 6 kondisi An. A tidak kunjung

membaik An. A di bawa ke RS. Munawarman pada tanggal 24 Februari 2018 pukul 13.00 WIB

untuk mendapatkan perawatan.

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : An. A
b. Umur : 6 tahun :
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku / bangsa : Indonesia
f. Pendidikan : SD
g. Alamat : Kutorejo RT 01 RW 03, Pandaan
h. Tanggal MRS : 24 Febuari 2018

2. Identitas Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. B
b. Umur : 38 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
i. Alamat : Kutorejo RT 01 RW 03, Pandaan
e. Hubungan dengan klien : Ayah klien

15
II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama

Terdapat bintik-bintik merah kecil dan sedikit berisi cairan berada di sekitar wajah,

telapak tangan, dan kaki yang terasa nyeri dan gatal.

2. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan Terdapat bintik-bintik merah kecil dan

sedikit berisi cairan berada di sekitar wajah, telapak tangan, dan kaki yang terasa

gatal. lemah, pusing, demam selama 4 hari

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien memiliki riwayat penyakit tipoid, imunisasi An. A tidak lengkap

4. Riwayat kesehatan keluarga

Sepupu klien menderita cacar satu minggu yang lalu

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status kesehatan
K/u : pasien tampak pucat, lemah
Kesadaran : Compos mentis GCS : 456
BB : 16 kg TB : 112 cm
TTV : RR : 25 ×/menit
N : 110 ×/ menit S : 38 ºC

2. Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :

 Inspeksi : bentuk dada simetris, frejuensi nafas regular

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

 Perkusi : terdengar bunyi resonan

16
 Auskultasi : tidak ada suara wheezing, ronchi (-)

B2 (Blood) :

 Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis

 Palpasi : denyut nadi teraba 110 ×/menit

 Auskultasi : bunti jantung normal S1 S2 tunggal

B3 (Brain) : Pusing, kesadaran compos mentis

B4 (Bladder) : Tidak terpasang kateter, BAK lancar

B5 (Bowel) :

 Inspeksi : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada bekas operasi

 Palpasi : Nyeri tekan (-)

 Perkusi : timpani

 Auskultasi : bising usus 11 ×/menit

B6 (Bone) :

 Inspeksi : terdapat bintik-bintik merah kecil berisi sedikit cairan di area wajah

telapak tangan, dan kaki (Stadium vesikula pustulosa supurasi)

 Palpasi : akral hangat

 Perkusi : pergerakan sendi bebas

 Kekuatan otot 5 5

5 5

17
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium

Nama : An. A No. RM : 0034

Usia : 6 Tahun

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan

Hematologi :

Hemoglobin 9 gr/ dL 10-16 gr/ dL Menurun

Hematokrit 33% 33-38 % Normal

Eritrosit 4,2 juta/µl 4,2-6,2 juta/µl Normal

Leukosit 13.000/ µl 9000-12.000 Meningkat

Trombosit 227.000/ µl 150.000-450.000 Normal

sel/mm3.

MCV 69 fL 69-93 fL Normal

MCH 24 pg 22-34 pg Normal

MCHC 33 % 32-36% Normal

V. ANALISA DATA
Nama : An. A

Umur : 6 tahun

No RM : 0034

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Infasi virus variola Kerusakan integritas kulit

Keluarga klien mengatakan Replikasi virus menyebar

18
terdapat bintik –bintik melalui pembuluh darah dan
limfe
merah kecil berisi cairan
Imunitas menurun
pada wajah, telapak tangan,

dan kaki An. A Reaktivasi virus

DO : Reaksi inflamasi

- Terdapat bintil Kulit kemerahan, timbul bintil-


bintil berisi cairan
merah berisi cairan

pada wajah, telapak

tangan dan kaki

- Stadium vesikula

pustulosa supurasi

2. DS: Virus menyebar ke seluruh Hipertermi


tubuh
Keluarga klen mengatakan
Imunitas menurun
jika An. A mengalami

demam selama 4 hari Respon inflamasi sistemik dan


lokal
DO :
Peningkatan suhu tubuh
- Pucat

- Akral hangat

- Kemerahan

TTV : RR : 25 ×/menit
N : 110 ×/
menit S : 38
ºC

19
3. DS : Keluarga mengatakan Lesi pada kulit Nyeri akut

jika nyeri pada area pada Pelepasan mediator nyeri


bintil yang kemerahan
Merangsang nosisptor
P : Bintil pada area wajah

telapak tangan dan kaki Medulla spinalis

Q : panas Sistem aktivasi reticular


R : pada daerah bintil
Thalamus
S:
Otak
T : hlang timbul
Presepsi nyeri
DO :

Terdapat bintil kemerahan

berisi cairan

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan intgritas kulit b.d macula-papula di tandai dengan adanya bintil

kemerahan berisi cairan pda kulit

2. Hipertermi b.d reaksi inflamasi virus pox ditandai dengan kenaikan suhun tubuh

3. Nyeri akut b.d macula-papula di tandai dengan bintil kemerahan yang berisi cairan

pada kulit

20
VII. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NIC

Kerusakan integritas kulit NOC NIC

Definisi : Perubahan/gangguan  Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management

epidermis dan/atau dermis  Membranes - Anjurkan pasien untuk

Batasan karakteristik :  Hemodiyalis akses menggunakan pakaian yang

- Kerusakan lapisa kulit (dermis) Kriteria Hasil : longgar

- Gangguan permukaan kulit  Integritas kulit yang baik bisa - Hindari kerutan pada tempat tidur

(epidermis) dipertahankan (sensasi, elastisitas, - Jaga kebersihan kulit agar tetap

- Invasi struktur tubuh temperatur, hidrasi, pigmentasi) bersih dan kering

Faktor yang berhubungan  Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi - Mobilisasi pasien (ubah posisi

Eksternal : jaringan baik pasien) setiap dua jam sekali

- Zat kimia, Radiasi  Menunjukkan pemahaman dalam - Monitor kulit akan adanya

- Usia yang ekstrim proses perbaikan kulit dan mencegah kemerahan oleskan lotion atau

- Kelembapan terjadinya sedera berulang minyak/baby oil pada derah yang

- Hipertermia, Hipotermia  Mampu melindungi kulit dan tertekan

21
- Faktor mekanik (mis,gaya mempertahankan kelembaban kulit - Monitor aktivitas dan mobilisasi

gunting [shearing forces] dan perawatan alami pasien

- Medikasi - Monitor status nutrisi pasien

- Lembab - Memandikan pasien dengan sabun

- Imobilitasi fisik dan air hangat

Internal

- Perubahan status cairan

- Perubahan pigmentasi

- Perubahan turgor

- Faktor perkembangan

- Kondisi ketidak seimbangan

nutrisi (mis,,obesitas,

emasiasi)

- Penurunan imunologis

- Penurunan sirkulasi

- Kondisi gangguan metabolik

22
- Gangguan sensasi

- Tonjolan tulang

Hipertermia NOC NIC

Definisi : Peningkatan suhu tubuh  Thermoregulation Fever treatment

diatas kisaran normal Kriteria Hasil : - Monitor suhu sesering mungkin

Batasan Karakteristik:  Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor warna dan suhu kulit

- Konvulsi  Nadi dan RR dalam rentang normal - Monitor tekanan darah, nadi dan

- Kulit kemerahan  Tidak ada perubahan warna kulit dan RR

- Peningkatan suhu tubuh tidak ada pusing - Monitor penurunan tingkat

diatas kisaran normal kesadaran

- Kejang - Monitor intake dan output

- Takikardi - Berikan anti piretik

- Takipnea - Berikan pengobatan untuk

- Kulit terasa hangat mengatasi penyebab demam

23
Faktor faktor yang berhubungan : - Kolaborasi pemberian cairan

- Anastesia intravena

- Penurunan respirasi - Tingkatkan sirkulasi udara

- Dehidrasi -

- Pemajanan lingkungan yang

panas

- Penyakit

- Pemakaian pakaian yang

tidak sesuai dengan suhu

lingkungan

- Peningkatan laju

metabolisme

- Medikasi

- Trauma

- Aktivitas berlebihan

24
Nyeri akut NOC NIC

Definisi : Pengalaman sensori dan  Pain Level Pain Management

emosional yang tidak menyenangkan  Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara

yang muncul akibat kerusakan  Comfort level komprehensif termasuk lokasi

jaringan yang aktual atau potensial Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,

atau digambarkan dalam hal  Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi

kerusakan sedemikian rupa penyebab nyeri, mampu tehnik - Observasi reaksi nonverbal dari

(international Association for the menggunakan nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan

study of Pain): awitan yang tiba-tiba mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Gunakan teknik komunikasi

atau lambat dari Intensitas ringan  Melaporkan bahwa nyeri berkurang terapeutik untuk mengetahui

hingga berat dengan akhir yang dengan menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien

dapat diantisipasi atau diprediksi dan nyeri - Kaji kultur yang mempengaruhi

berlangsung <6 bulan.  Mampu mengenali nyeri (skala, respon nyeri

Batasan karakteristik : intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Evaluasi pengalaman nyeri masa

- Perubahan selera makan  Menyatakan rasa nyaman setelah lampau

- Perubahan tekanan darah nyeri berkurang - Evaluasi bersama pasien dan tim

25
- Perubahan frekwensi jantung kesehatan lain tentang

- Perubahan frekwensi ketidakefektifan kontrol nyeri

pernapasan masa lampau

- Laporan isyarat - Bantu pasien dan keluarga untuk

- Diaforesis mencari dan menemukan

- Perilaku distraksi(mis,berjalan dukungan

mondar-mandir mencari orang - Kontrol lingkungan yang dapat

lain dan atau aktivitas lain, mempengaruhi nyeri seperti suhu

aktivitas yang berulang) ruangan, pencahayaan dan

- Mengekspresikan perilaku (mis, kebisingan

gelisah, merengek, menangis) - Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Masker wajah (mis,mata kurang - Pilih dan lakukan penanganan

bercahaya, tampak kacau, nyeri farmakologi non

gerakan mata berpencar atau (farmakologi dan inter personal)

tetap pada satu fokus meringis) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

- Sikap melindungi area nyeri menentukan intervensi

26
- Fokus menyempit - Ajarkan tentang teknik non

(mis.,gangguan persepsi nyeri, farmakologi

hambatan proses berfikir, - Berikan analgetik untuk

penurunan interaksi dengan mengurangi nyeri

orang dan lingkungan) - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Indikasi nyeri yang dapat - Tingkatkan istirahat

diamati - Kolaborasikan dengan dokter jika

- Perubahan posisi untuk ada keluhan dan tindakan nyeri

menghindari nyeri tidak berhasil

- Sikap tubuh melindungi - Monitor penerimaan pasien

- Dilatasi pupil tentang manajemen nyeri

- Melaporkan nyeri secara verbal Analgesic Administration

- Gangguan tidur - Tentukan lokasi, karakteristik,

Faktor yang berhubungan : kualitas, dan derajat nyeri

Agen cedera (mis,biologis, zat sebelum pemberian obat

kimia, fisik, psikologis) - Cek instruksi dokter tentang jenis

27
obat, dosis, dan frekuensi

- Cek riwayat alergi

- Pilih analgesik yang diperlukan

atau kombinasi dari analgeslk

ketika pemberian lebih dari satu

- Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya nyeri

- Tentukan analgesik pilihan rute

pemberian, dan dosis optimal

- Pilih rute pemberian secara IV,

IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur

- Monitor vital sign sebelum dan

sesudah

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertaikeadaan umum yang sangat

menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruam kulit yang monomorf, terutama

tersebar di perifer tubuh. Penyebab variola ada dua tipe yaitu variola mayor dan variola

minor. Variola major menyebabkan penyakit yang lebih sesrius dengan tingkat kematian

mencapai 30-35%.

4.2 Saran

Bagi penulis diharapkan dapat :


1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pemberian asuhan
keperawatan Asuhan Keperawatan Variola
2. Senantiasa meningkatkan semangat belajar dan critical thinking sehingga dapat
terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menerapkan inovasi di
bidang keperawatan

29
DAFTAR PUSTAKA

Abraham M. Rudolph. (2006). Buku Ajar PediatriVolume 1. Jakarta : EGC

Garna Herry. (2008). Buku Ajar Infeksi Dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak

Indonesia

Mandal et.al. (2006). Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga.

30

Anda mungkin juga menyukai