MEMUTUSKAN
PELAYANAN INSTALASI
Pasal 2
1. Setiap pasien RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah hanya memiliki satu
nomor rekam medis (Unit Numbering System), baik pelayanan rawat jalan,
gawat daurat, rawat inap maupun penunjang lainnya.
2. Setiap pasien yang akan mendapatkan pelayanan medis, penunjang medis
harus terdaftar di pendaftaran pasien.
3. Acuan pendaftaran menggunakan eKTP (Elektronik KTP)
4. Penyimpanan rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap disimpan
dalam satu tempat (sentralisasi)
5. Sistem Penjajaran Dokumen rekam medis menggunakan Terminal Digit Filing
yaitu dengan mensejajarkan dan mengurutkan nomor rekam medis pada 2
angka kelompok akhir
6. Setiap Pasien berhak mengakses terhadap informasi kesehatan dirinya
sendiri salah satunya hak Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya,
7. Setiap pasien yang keluar rawat inap dibuatkan ringkasan perawatan pasien
(resume medis)
8. Pencatatan data pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan buku
register/maupun terekam dalam system komputerisasi
9. Semua profesi tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga medis lainnya)
yang memberikan pelayanan kepada pasien diwajibkan menulis atau mengisi
seluruh hasil pelayanan yang diberikan pada pasien di dokumen rekam
medis yang sudah ditentukan, dilengkapi tanggal, tanda tangan / paraf dan
initial dalam waktu 1 x 24 jam.
10. Penulisan dan pencatatan pada DRM harus menggunakan Huruf Kapital dan
sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
11. Dalam menulis dan mencatat pada dokumen rekam medis jika menggunakan
singkatan, definisi atau simbol harus sesuai dengan buku Singkatan yang
boleh digunakan atau tidak boleh digunakan.
12. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang rekam medis yang
ditetapkan.
13. Dokter Penanggung .lawab Pasien (DPJP) bertanggung jawab atas
kelengkapan pengisian pada dokumen rekam medis
14. Dokumen rekam medis yang telah dikembalikan ke instalasi rekam medis
belum lengkap wajib dilengkapi oleh profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan.
15. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pendistribusian Dokumen
rekam medis, Sedangkan pengembalian oleh instalasi terkait.
16. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas penyimpanan Dokumen rekam
medis in aktif, termasuk rekam medis pasien meninggal dunia.
17. Pendistribusian Dokumen rekam medis rawat jalan sekurang kurangnya 1.0
menit setelah pasien mendaftar sampai ke poliklinik yang dituju.
18. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilakukan oleh petugas rekam
medis.
19. Permintaan Dokumen rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan
pengobatan pasien dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan dan
peminjam menggunakan tracer atau bon peminjaman.
20. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume
atau ringkasan riwayat penyakit, hasil pemerihsaan dan riwayat pelayanan
yang telah diberikan.
21. Pemberian informasi data medis pasien hanya diberikan kepada pasien
sendiri, orang / badan yang mendapat kuasa.
22. Penanggung jawab unit kerja pelayanan bertanggung jawab terhadap
pengembalian Dokumen rekam medis dalam waktu pelayanan rawat inap
tidak lebih dari 2 x 24 jam, rawat jalan 1 x 24 jam setelah selesai pelayanan
23. Instalasi Rekam Medis bertanggtmg jawab terhadap koding dan indeksing
dari diagnosis dan tindakan pasien baik pasien rawat jalan, gawat darurat,
rawat inap dan pemeriksaan penunjang
24. Ketentuan untuk kode diagnosis pasien menggunalkan ICD 10 (Internasional
Classification of Desease reuition 10), Untuk Kode Tindakan menggunakan
ICD 9 CM (Internasional Classification of Desease revition 9 Clinical Medicine)
25. Instalasi Rekam Medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah
ditetapkan, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal RSUD
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah
26. Instalasi Rekam Medis bertanggung jawab atas tersedianya informasi
kegiatan pelayanan dan indikator rumah sakit yang telah ditetapkan.
27. Seluruh pelayanan rekam medis wajib berorientasi kepada kepuasan
pelanggan.
28. Orang / badan yang mendapat surat kuasa harus menunjukkan identitas
yang sah, sebelum diijinkan meneliti / melihat isi Rekam Medis.
29. Instalasi Rekam Medis menerima kegiatan magang mahasiswa terkait,
mahasiswa sebelum meneliti / melihat isi Rekam Medis wajib
menandatangani surat pernyataan untuk menjaga isi Rekam Medis wajib
disertakan pada Dokumen
30. Hasil penelitian mahasiswa magang atau penelitian tidak diperkenankan
menyebutkan identitas pasien yang tertera di Dokumen Rekam Medis
31. Pasien tidak diperkenankan membawa Dokumen rekam medisnya.
32. Penggunaan rekam medis untuk kepentingan riset yang bukan dari staf
medis RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah harus memperoleh persetujuan
dari Direktur RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah.
33. Dokumen rekam medis yang kembali dari unit pelayanan harus dilakukan
analisa kelengkapan (kuantitatif / kualitatif )
34. Pemusnahan Dokumen rekam medis in aktif dilakukan oleh Panitia Rekam
Medis yang dibentuk oleh menajeman RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah (
tidak dilakukan oleh Instalasi Rekam Medis sendiri )
35. Setiap pasien yang akan mendapat pelayanan rawat inap, tindakan medis
dan pasien gawat darurat dipasang gelang identitas.
36. Dalam Pelayanan rekam medis Tidak semua orang bisa mengakses Dokumen
rekam medis karena bersifat Rahasia (CONFIDENSIAL)
37. Yang berkepentingan akses ke bagian rekam medis pasien RSUD Tugurejo
Provinsi Jawa Tengah adalah tenaga kesehatan yang berhak membuat/
mengisi Rekam Medis, diantaranya :
a. Dokter, dokter gigi, dokter spesialis yang melayanai pasien di RSUD
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah
b. Dokter tamu yang merawat pasien di RSUD Tugurejo Provinsi Jawa
Tengah
c. Tenaga para medis perawat dan non perawat yang terlibat dalam
pelayanan (perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinis, gizi,
anastesi, pinata rongent, fisioterapis, perekam medis dan seluruh
karyawan RSUD Tugurejo yang pernah disumpah tentang menjaga
kerahasiaan isi dan dokumen rekam medis )
d. Verifikator kalim BPJS internal dan eksternal RSUD Tugurejo (yang
pernah disumpah tentang menjaga kerahasiaan isi dan dokumen rekam
medis)
e. Peneliti.
Yang dimaksud peneliti adalah
1) Dokter yang mengikuti pendidikan spesialis
2) Dokter Spesialis
3) Mahasiswa D3 Rekam Medis Yang telah disumpah menurut
peraturan
4) Mahasiswa kedokteran dan mahasiswa kesehatan lain yang telah
disumpah menurut peraturan
38. Dalam hal terjadi kesalahan penulisan pada dokumen rekam medis dapat
dilakukan pembetulan dengan mencoret tanpa menghilanghan catatan yang
dibetulkan dan diberi paraf korektor dan tanggal koreksi
39. Setiap praktisi kesehatan mengkomunikasikan informasi pasien antar
praktisi kesehatan lainnya secara berkelanjutan meliputi :
a. Status kesehatan pasien
b. Ringkasan dari asuhan yang telah diberikan
c. Termasuk perkembangan pasien.
IDENTIFIKASI
Pasal 6
1. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
2. Prosedur identifikasi menggunakan NAMA, TANGGAL LAHIR, dan NO REKAM
MEDIK, disesuaikan dengan tanda pengenal resmi pasien.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
laboratorium Minis, serta sebelum tindakan / prosedur.
4. Rumah Sakit menggunakan stiker pada gelang identifikasi terdiri dari stiker
berwarna kuning untuk pasien beresiko jatuh, stiker bewarna merah untuk
pasien dengan alergi, dan stiker warna ungu untuk pasien DNR
5. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU, dan kamar operasi dengan tetap
memperhatikan data pada gelang identitas pasien.
PELAYANAN PASIEN
Pasal 7
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapat kualitas asuhan yang sama di Rumah Sakit. Asuhan pasien yang
seragam terefleksi sebagai berikut :
1. Akses untuk asuhan dan pengobatan, yang memadai, tidak tergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
2. Akses untuk asuhan dan pengobatan, serta yang memadai, yang diberikan
oleh praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau
waktu tertentu.
3. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anestesia)
sama di seluruh rumah sakit.
5. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setingkat di seluruh rumah sakit.
Asuhan pasien dilaksanakan secara terintegrasi dan dikoordinasikan oleh semua
pemberi layanan.
Penerimaan atau perpindahan pasien kc dan dari unit pelayanan intensif atau
pelayanan khusus ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
PENUNDAAN PELAYANAN
Pasal 10
Rumah sakit berusaha mengurangi kendala fisik, bahasa clan budaya serta
penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan.
PEMULANGAN PASIEN
Pasal 12
TRANSPORTASI
Pasal 14
Transportasi milik rumah saldt, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlal-oz berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
1. Rumah sakit memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau
tidak melanjutkan pengobatan.
2. Rumah sakt menghormati pasien dan keluarganya tentang keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate).
1. Setiap pasien yang masuk atau berobat di Rumah Sakit Tugurejo, baik pasien
yang masuk melalui rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap harus
dilakukan asesmen serta asesmen khusus sesuai SMF yang meliputi:
a. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila
diperlukan untuk mendapatkan data informasi tentang kondisi fisik,
psikologi, sosial, spiritual dan ekonomi serta riwayat pasien.
b. Menganalisis data diatas untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
pasien.
c. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien
tersebut diatas.
2. Pasien yang direncanakan dirawat inap harus sesuai indikasi medis yang
jelas.
3. Data yang diperoleh pada saat assesmen pasien harus dicatat secara lengkap
dalam rekam medis.
4. Isi minimal asesmen pasien rawat jalan sekurang-kurangnya terdiri dari
identitas pasien, hasil anamnesis, hasil pemeriksaan dan penunjang,
diagnosis, rencana pengobatan dan perawatan, pemeriksaan tambahan
untuk kasus khusus sesuai dengan profesi, serta nama dan tanda tangan
dokter dan perawat.
5. Isi minimal asesmen pasien rawat inap sekurang-kurangnya terdiri dari
identitas pasien, hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,
diagnosa, rencana pengobatan dan perawatan serta nama dan tanda tangan
dokter dan perawat
6. Isi minimal asesmen pasien gawat darurat sekurang kurangnya terdiri dari
identitas pasien, kondisi saat pasien tiba di rumah sakit, identitas pengantar
pasien, hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,
diagnosis, pengobatan dan perawatan, serta nama dan tanda tangan dokter
dan perawat yang memberikan pelayanan.
7. Asesmen pasien meliputi asesmen medis, asesmen keperawatan dan staf
disiplin ldinis lainnya dengan sumber daya manusia yang sudah memiliki
surat tanda registrasi, sip sesuai profesi masing-masing dan dibuktikan
dengan surat penugasan klinis.
8. Asesmen medis yang dilakukan di rumah sakit dicatat dalam status pasien
yang meliputi status rawat jalan atau status rawat inap. Khusus status rawat
inap terdiri dari status pasien medikal, status pasien surgikal, status pasien
kebidanan kandungan dan status pasien anak.
9. Dalam melakukan asesmen pasien setiap dokter wajib mengikuti panduan
pelayanan klinis yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan konsensus
staf medis yang dikoordinasi oleh komite medik.
10. Setiap pasien gawat darurat asesmen medis dan keperawatan dilakukan
secara cepat dan tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien dan
sesegera mungkin diberikan pelayanan. Khusus pasien operasi darurat
asesmen pasien harus ada catatan ringkas termasuk diagnosa pre operasi.
11. Asesmen medis awal dan asesmen keperawatan harus dilengkapi dalam
waktu kurang dari 24 jam dari saat pasien masuk rumah sakit. Khusus
pasien gawat darurat harus dilengkapi lebih cepat dari 24 jam.
12. Asesmen awal medis yang berasal dari praktek dokter atau diluar rumah
sakit masih diberlakukan bila kurang dari 30 hari, tetapi bila lebih dari 30
hari maka harus dilakukan asesmen ulang. Khusus pasien yang kondisinya
berubah secara signifikan walaupun kurang dari 30 hari harus dilakukan
asesmen ulang dan dicatat dalam rekam medis.
13. Asesmen medis dan perawatan tambahan yang ditemukan seperti asesmen
pra operasi dan pra anestesi harus dicatat dalam rekam medis sebelum
operasi dilakukan dan mudah diakses.
14. Setiap pasien yang dalam hasil skrining perlu dilakuhan asesmen gizi,
fungsional dan resiko jatuh dilakukan oleh seorang perawat yang kompeten
dan berkualifikasi dan hasilnya diintervensi oleh ahli gizi atau ahli
rehabilitasi medik dan dicatat dalam rekam medis.
15. Setiap pasien yang mempunyai gangguan pada kasus Neuromu skulo skeletal
seperti kelainan postur tubuh, kelemahan otot, gangguan komunikasi dan
lainnya dikonsultasikan dan di assesmen oieh dokter Spesialis kesehatan
Fisik dan Rehailitasi.
16. Setiap pasien dengan keluhan nyeri harus dilakukan asesmen nyeri secara
mendalam oleh perawat yang kompeten dan diintervensi oleh dokter yang
kompeten serta dicatat dalam rekam medis. Dan bila diperlukan maka harus
dilakukan asesmen ulang yang teratur dan tindak lanjut sesuai kriteria yang
dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan, pasien.
17. Setiap pasien dengan karakteristik khusus seperti pasien lanjut usia, pasien
terminal, pasien menjelang akhir hayat, pasien HIV/AIDS, penyakit menular,
harus dilakukan asesmen khusus dan dicatat dalam rekam medis.
18. Setiap pasien yang akan meninggal harus dilakukan asesmen dan asesmen
ulang sesuai kondisi pasien dan ditangani segera mungkin sesuai temuan
yang diperoleh dan dicatat dalam rekam medis.
19. Bila pada asesmen awal pasicn ditemukan kebutuhan khusus seperti gigi,
THT, mata, kulit kelamin, dan lainnya malea harus dikonsultasilan dengan
dokter bidang terkait untuk dilakukan esesmen khusus tersebut dan dicatat
dalam rekam medis.
20. Setiap pasien yang pemulangannya kritis harus dilakukan identifikasi mulai
saat dia masuk rawat inap sampai pulang dengan kriteria khusus dan
direncanakan dengan sebaik-baiknya. selain pasien dengan rencana
pemulangan kritis, rencana pemulangannya dilakukan saat pasien tersebut
akan pulang
21. Setiap pasien yang dirawat harus dilakukan asesmen ulang untuk fase akut
minimal sekali dalam sehari dalam 7 hari, sedangkan fase non akut bisa
kurang dari sekali sehari dan dicatat dalam rekam medis pada catatan pasien
terintegrasi.
22. Asesmen dan asesmen ulang dilaksanakan oleh dokter dan perawat baik di
emergensi, rawat jalan dan rawat inap dilakukan oleh mereka yang
profesional dibidangnya, kompeten dengan bukti sertifikasi, memiliki surat
izin praktek dan surat penugasan klinis.
23. Untuk pasien kompleks harus dilakukan klinikail meeting semua yang
terlibat pelayanan pasien tersebut dan menginformasikan kepada keluarga
serta tercatat dalam rekam medis.
24. Staf yang kompeten mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi pasien
yang memerlukan assesmen fungsional lebih lanjut. Pasien disaring untuk
menilai kebutuhan asesmen fungsional lebihlanjut sebagai bagian dari
assesmen awal. Pasien yang memerlukan asesmen fungsional sesuai kriteria
dikonsul uuntuk asesmen tersebut
25. Apabila teridentifikasi kebutuhan tambahan ascsmen khusus, pasien dirujuk
di dalam atau keluar rumah sakit. Asesmen khusus yang dilakukan di dalam
rumah sakit dilengkapi dan dicatat dalam rekam medis.
26. Pasien dilakukan asesmen ulang untuk menentukan respon mereka terhadap
pengobatan dan perencanaan pengobatan lanjutan atau pemulangan pasien
dalam interval sesuai dengan kondisi pasien dan bilamana terjadi perubahan
yang signifikan pada kondisi mereka, rencana asuhan, kebutuhan individual
atau sesuai kebijakan dan prosedur rumah sakit
27. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diiintegrasikan di dalam
rekam medis.
28. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil dari proses asesmen dan
setiap diagnosis yang telah ditetapkan apabila diperlukan serta rencana
pelayanan dan pengobatan diikutsertakan dalam keputusan tentang prioritas
kebutuhan yang pcrlu dipenuhi.
MANAJEMEN OBAT
Pasal 19
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
menggunakan manajemen satu pintu.
2. Pelayanan kefarmasian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan Rumah Sakit yang komprehensif dan berorientasi kepada
pelayanan pasien meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
4. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
Adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dimulai dari pemilihan,
perencanaan, penganggaran, Pengadaan, penerimaan, produksi,
penyimpanan, distribusi, peracikan, pengendalian, pengembalian,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan jaminan mutu serta monitoring dan
evaluasi, yang didukung oleh sumber daya manusia, pembiayaan dan sistem
informasi manajemen yang efisien dan efektif.
5. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengakjian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi
obat (PId), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek
samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dan dispensing
sediaan steril.
6. Pemilihan atau seleksi perbekalan farmasi Instalasi Farmasi berkoordinasi
dengan Panitia Farmasi dan Terapi serta Ketua Kelompok Staf Medis untuk
menetapkan obat yang digunakan di rumah sakit dan menyusunnya dalam
suatu formularium rumah sakit.
7. Formularium Rumah Sakit
Farmularium Rumah sakit disusun berdasarkan usulan dari masing-masing
kelompok staf medis fungsional yang diputuskan dalam rapat panitia farmasi
dan terapi. Revisi dilakukan sekurang-kurangnya selama 1 tahun.
Pelayanan obat utuk pasien Jaminan kesehatan Nasional (JKN) mengacu
pada formularium nasional dengan penentuan harga sesuai e-catalog, jika
tidak tersedia maka menggunakan daftar plavon harga obat (DPHO) tahun
2013 dan jika masih tidak ada menggunakan obat reguler
8. Obat high alert disimpan di gudang dan depo farmasi serta di unit pelayanan
yang membutuhkan secara klinis. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit
pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang
membatasi akses (restrict access).
9. Penyimpanan obat emergensi disimpan dalam troli/ boks emergensi yang
dilengkapi dengan kunci disposibel, alat pencatat suhu dan pengawasan
dilakukan secara kolaboratif antara penanggung jawab ruang di mana troli
emergensi berada dengan petugas farmasi.
10. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) bertanggung jawab terhadap
pengelolaan oksigen (02) yang didelegasikan kepada Kepala Instalasi
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS).
11. Perencanaan sediaan farmasi, Alat hesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dalam jumlah besar dibuat sekali dalam satu tahun dan melibatkan Panitia
Farmasi dan Terapi, Instalasi Farmasi, Pengendali kegiatan dan pihak lain
yang terkait.
12. Pengadaan Perbekalan Farmasi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku dan peraturan yang ada di RSUD Tugurejo.
13. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
persyaratan Kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai. Penyimpanan Perbekalan Farmasi memperhatikan
sifat bahan dengan sistem first in first out (FIFO) dan fisrt expiredfirst out
(FEFO) dan di kelompokan antara obat jadi, bahan baku obat, sediaan nutrisi
parenteral, alat kesehatann dan reagensia, radiofarmasi.
14. Distribusi untuk pasien rawat jalan dengan sistem resep perseorangan dan
untuk pasien rawat inap dengan sistem unit dosis untuk pemakaian satu
hari, untuk pasien di instalasi bedah sentral dengan sistemm resep
perorangan dengan paket peroperasi baik anestesi maupun bedah.
15. Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan produsen atau
instruksi instansi pomerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali
dilakukan segera (2x24 jam) setelah diumumkannya instruksi untuk
penarikan kembali.
16. Pereseparn
Dokter yang berhak menulis resep ditetapkan oleh rumah sakit sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Penulisan resep sesuai dengan perundang-undangan
Informasi spesifik untuk telaah resep sekurang kurangnya terdapat identitas
pasien yang tercetak dan ditempel pada lembar, berat badan, tinggi badan
serta informasi alergi.
17. Rekonsiliasi obat pertama kali dilakukan oleh petugas farmasi di IGD, ruang
rawat, pindah ruang rawat, dan paskn pulang. Obat yang dibawa pasien dan
dilanjutkann selama rawat inap disimpan olch farmasi untuk selanjutnya
dilakukan UDD.
18. Jika dalam satu lembar resep terdiri lebih dari 7 obat maka dikatakan
polifarmasi.
19. Pemberian Obat
a. Obat diberikan oleh apoteker dan dapat didelegasikan kepada tenaga
teknis kefarmasian penanggungjawab shift dan untuk di ruangan
keperawatan didelegasikann kepada perawat.
b. Untuk semua pemberian obat parenteral dilakukan pengecekan ganda.
c. Sebelum obat diserahkan pada pasien dilakukann pemeriksaan akhir
dengan menggunakan prinsip 5 benar.
d. Informasi yang diberikan pada saat pembcrian obat sekurang-kurangnya
cara pemakaian obat, caraa penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari.
e. Jadwal pemberian obat untuk pasien rawat inap
Pemberian Obat Peroral
Aturan Waktu Pemberian Obat (JAM ; WIB)
Pakai
Pagi (1x1) 06-07
Malam (1x1) 22-23
2x1 06-07 18-19
3x1 06-07 14-15 22-23
4x1 08-09 14-15 20-21 02-03
5x1 06-07 10-11 14-15 20-21 23-24
20. Pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien yang mendapatkan Obat
Antituberkulosis (OAT).
21. Setiap insiden keselamatan pasien dilaporkan ke Komite Mutu, Keselamatan
dan Kinerja Rumah Sakit.
22. Automatic Stop Order. Peresepan ketorolak. lebih dari 5(lima) hari secara
otomatis tidak dilanjutkan (instalasi farmasi tidak melayani).
23. Rumah sakit tidak menggunakan obat sampel, alat kesehatan dan alat
kedokteran yang masih uji coba.
MANAJEMEN NUTRISI
Pasal 20
1. Semua pasien di skrining untuk menentukan risiko malnutrisi.
2. Bila pasien beresiko malnutrisi dilakukan asesment gizi lanjut 2 x 24 jam
oleh ahli gzzi.
3. Bila pasien tidak beresiko malnutrisi dilakukan asesment gizi ulang setelah 6
x 24 jam oleh ahli gizi.
4. Kegiatan pelayanan gizi meliputi 3(tiga) kegiatan yaitu kegiatan
penyelenggaraan makan, asuhan gizi rawat inap, dan konsultasi gizi
5. Kegiatan penyelenggaraan makan meliputi perencanaan, pengadaan,
penyiapan, penyimpanan dan penyajian, serta distribusi makanan dengan
cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
1. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
2. Menggunakan suatu checklist untuk melakuhan verifiltiasi praoperasi tepat-
lokasi, tepat prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur "sebelum insisi / time-out" tepat scbelum dimulainya suatu
prosedur / tindakan pembedahan.
RISIKO JATUH
Pasal 23
1. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakuka.n asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risilco jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidalti disengaja.
DOKTER PENANGGUNGJAWAB PELAYANAN
Pasal 24
Pelayanan sedasi ringan yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten
yaitu dokter dan menjadi tanggung jawab masing-masing.
9. Apabila terdapat pekerja/staf rumah sakit yang terpapar akibat resiko dari
pekerjaannya di rumah sakit, maka menjadi tanggung jawab pihak rumah
sakit;
11. Penanganan tumpahan bahan kimia dilalculcan dengan Spill Kit yang di
dalamnya terdapat media pasir basah dengan prateksi lengkap menggunakan
APD pada petugas pembersihnya,
13. Rumah Sakit memiliki sistem peringatan dini (Early Warning Sistem) dengan
menggunakan kode warna dalam rangka penanggulangan kedaruratan /
bencana di Rumah Sakit.
a. Menjaga kebersihan
b. Larangan merokok
16. Saat terjadi bencana eksternal, rumah sakit menyediakan ruang rawat
emergensi bagi korban bencana di Gedung D lantai 3 (Aula RSUD Tugurejo);
19. Apabila terjadi bencana untuk gedung bertingkat yang tidak mempunyai Ram
maka proses evakuasi pasien yang tidak dapat betjaIan sendiri diangkat
menggunakan tandu atau kain 2 lapis (sprei dan boven laken), evakuasi
menuju titik berkumpul
20. Area yang menjadi titik kumpul dan jalur evakuasi saat terjadi bencana
internal Rumah Sakit harus bebas dari kendaraan;
21. Kendaraan yang di parkir di area rumah sakit diwajibkan untuk tidak dikunci
stang dan diposisikan di gigi nol/tidak boleh di hand rem;
26. Rumah sakit menjamin ketersediaan 24 jam sehari 7 hari scminggu dan
terpeliharanya sistem kunci listrik, air, ventilasi, gas medis, dan sistem kunci
lainnya.
Ditetapkan di : Semarang
pada tanggal : 2 Januari 2013
ENDANG GUSTINAR