LP Typoid
LP Typoid
https://sitimunadliroh69.wordpress.com/materi-kuliah/kumpulan-lp-stase-anak/lp-demam-tifoid/
Muna An-NAdzyra^^Menu
Search
Cari
Iklan
Report this ad
LP Demam Tifoid
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM TIFOID
Siti Munadliroh
NIM 22020111130099
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
DEMAM TIFOID
Definisi
Demam tifoid atau typhoid fever atau typhus abdominalis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang masuk melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi (Tapan, 2004). Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh
bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).
Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013.) Jadi,
demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang menurunkan sistem
pertahanan tubuh dan dapat menular pada orang lain melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Etiologi
Salmonella typhii
Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan mancanegara atau makanan yang
kebanyakan diimpor dari luar.
Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada
saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa
proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang
melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe
usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel
fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, dkk,
2012). Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah
dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan
melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai
organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum
tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat
terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di
empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam
patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam
sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi
makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel,
sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan
juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, dkk, 2012). Pada minggu pertama sakit, terjadi
hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan
pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang
dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus.
Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar (Suriadi & Rita, 2006).
Manifestasi Klinik
Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30 hari tergantung pada besar inokulum
yang tertelan. Tanda dan gejala yang dapat muncul pada demam tifoid antara lain:
Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri perut berkembang selama 2-3
hari. Mual dan muntah dapat menjadi tanda komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua atau
ketiga. Pada beberapa anak terjadi kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam yang terjadi bisa
mencapai 40 derajat celsius dalam satu minggu. Pada minggu kedua, demam masih tinggi, anak merasa
kelelahan, anoreksia, batuk, dan gejala perut bertambah parah. Anak tampak sangat sakit, bingung, dan
lesu disertai mengigau dan pingsan (stupor). Tanda-tanda fisik berupa bradikardia relatif yang tidak
seimbang dengan tingginya demam. Anak mengalami hepatomegali, splenomegali dan perut kembung
dengan nyeri difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid dengan demam enterik, terjadi ruam
makulaatau makulo popular (bintik merah) yang tampak pada hari ke tujuh sampai ke sepuluh. Biasanya
lesi mempunyai ciri tersendiri, eritmatosa dengan diameter 1-5 mm. Lesi biasanya berkhir dalam waktu
2 atau 3 hari. Biakan lesi 60% menghasilkan organisme Salmonella.
Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat menimbulkan diagnosis
gastroenteritis akut.
Neonatus
Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari persalinan. Gejalanya berupa muntah,
diare, dan kembung. Suhu tubuh bervariasi dapat mencapai 40,5 derajat celsius. Dapat terjadi kejang,
hepatomegali, ikterus, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita demam tipoid dilakukan secara berulang dan regular. Semua tanda-
tanda vital merupakan petunjuk yang relevan. Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan
jasmani harian yang kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis didapat dan
respon yang diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya sudah tercapai. Begitu juga dilakukan
pemeriksaan secara teliti pada kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku, sistem kardiovaskuler, dada,
abdomen, sistem musculoskeletal dan sistem saraf.
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus.
Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus dilakukan.
Imunorologi
Uji widal adalah pemeriksaan serologi yang ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di dalam darah
terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil
negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan
adanya penyakit imunologik lain.
Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam). Leukosit dan eritrosit normal : bila
meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat dalam situasi yang
tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan
kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang
muncul.
Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang
signifikan.
Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA kuman yang kemudian
diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat
dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang
digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.
Pathway
Terlampir
Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari.
Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien
dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu di
perhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.
Obat
Kloramfenikol
Menurut Damin Sumardjo (2009), kloramfenikol atau kloramisetin adalah antibiotik yang mempunyai
spektrum luas, berasal dai jamur Streptomyces venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan infeksi
yang disebabkan oleh beberapa bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat
diberikan secara oral. Rektal atau dalam bentuk salep. Efek samping penggunaan antibiotik kloramfenikol
yang terlalu lama dan dengan dosis yang berlebihan adalah anemia aplastik. Dosis pada anak : 25 – 50
mg/kg BB/hari per oral atau 75 mg/kg BB/hari secara intravena dalam empat dosis yang sama.
Thiamfenikol
Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2007, hal: 86), Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivat p-
metilsulfonil (SO2CH3) dengan spektrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi kegiatannya
agak lebih ringan. Dosis pada anak: 20-30 mg/kg BB/hari.
Ko-trimoksazol
Adalah suatu kombinasi dari trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam).
Trimetoprim memiliki daya kerja antibakteriil yang merupakan sulfonamida dengan menghambat enzim
dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah kerusakan parah pada sel – sel darah
antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-
fosfodehidrogenase. efek samping lainnya adalah reaksi alergi antara lain urticaria, fotosensitasi dan
sindrom Stevens Johnson, sejenis eritema multiform dengan risiko kematian tinggi terutama pada anak-
anak. Kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan. Dosis pada anak yaitu
trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam, secara oral dalam dua dosis).
Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindarkan gagalnya terapi
dan cepatnya timbul resistensi, (Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007, hal:140).
Vitamin B komplek dan C sangat di perlukan untuk menjaga kesegaran dan kekutan badan serta berperan
dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah
anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik
keatas, atau apakah anak mengalami kejang-
Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen
tidak mampu mencapai otak. Terputusnya sulai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel otak. Dalam
kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual tertentu.
Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat
rusaknya sel-sel otak.
Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak- Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu
(anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannya agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh di
permukaan tubuh anak.
Proses Keperawatan
Pengkajian
Data demografi
Mengalami muntah-muntah, BAB hingga 3 kali lebih, anak sering rewel, dan badan lemas.
Prenatal
Pemeriksaan rutin
Umur kehamilan 1-28 minggu : setiap 4 minggu sekali Umur kehamilan 28-36 minggu : setiap 2
minggu sekali Umur kehamilan > 36 minggu : setiap 1 minggu sekali
Keluhan mual dan muntah selama hamil trimester awal yang dirasakan oleh ibu, dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan dengan jumlah lebih banyak dari sebelum hamil namun proses makan
dilakukan sedikit tetapi sering.
14 – 20 kg
12,5 – 17,5 kg
7,5 – 12,5 kg
5,5 – 10 kg
Natal
Tempat melahirkan
Jenis persalinan
Jenis persalinan adalah normal dan SC dengan presentasi kepala atau bokong
Penolong persalinan
Post natal
Kondisi Neonatus
Warna kulit klien saat lahir berwarna kemerahan dan bayi langsung menangis secara spontan dan keras
serta bergerak aktif ketika pertama kali keluar atau dilahirkan.
Imunisasi
Jenis Imunisasi
Umur
4
5
10
11
12
BCG
Hepatitis 1
Hepatitis 2
Hepatitis 3
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak
Pertumbuhan Fisik
Kebutuhan Oksigenasi
Saat di rumah: Apakah klien pernah mengalami masalah dengan pernafasannya . Berapa denyut nadi
klien . Rentang normal berkisar antara 80 – 120 kali permenit untuk dewasa. 120-130 kali permenit
untuk anak-anak. Frekuensi pernapasan normal berkisar antara 20-24 kali permenit untuk dewasa. 30-40
kali permenit untuk anak-anak. Apakah klien mengalami sesak napas. Saat dikaji: Apakah klien
menggunakan alat bantu pernapasan. Berapa frekuensi pernapasan dan denyut nadi klien. Apakah klien
terlihat kesulitan ketika bernapas, kedalaman napas klien normal atau tidak.
Sebelum sakit: Apa saja aktivitas yang biasa dilakukan klien selama satu hari. Saat dikaji: Apa saja
aktivitas yang biasa dilakukan klien selama satu hari saat dirumah sakit. Apakah klien lemas atau sudah
mulai bisa beraktivitas seperti sebelum sakit. Tabel Tingkat Kemandirian
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Keterangan : 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain dan alat 1 = dengan alat bantu
4 = tergantung total 2 = dibantu orang lain
Pembanding
Sebelum Sakit
Saat Dikaji
Mandi
Keramas
Ganti pakaian
Sikat gigi
Memotong kuku
Sebelum sakit: Klien biasa tidur berapa jam dalam sehari. Kualitas tidur klien terpenuhi atau tidak.
Adakah keluhan ketika bangun tidur. Saat dikaji: Klien biasa tidur berapa jam dalam sehari. Kualitas tidur
klien terpenuhi atau tidak. Adakah keluhan ketika bangun tidur.
Sebelum sakit
Saat dikaji
Frekuensi makanan
Jumlah makanan
Jenis makanan
Alergi makanan
Nafsu makan
Baik/ berkurang/buruk
Baik/ berkurang/buruk
Berat Badan
Berapa kg
Berapa kg
Tinggi Badan
Berapa Cm
Berapa Cm
Makanan Pantangan
Adakah makanan pantangan
Kebiasaan minum
Jenis minum
Perasaan haus
Kebutuhan Eliminasi
BAB
Pembanding
Sebelum sakit
Saat dikaji
Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi
Padat/cair/keras
Padat/cair/keras
BAK
Pembanding
Sebelum sakit
Saat dikaji
Frekuensi
Warna
Kuning jernih/pekat
Kuning jernih/pekat
Bau
Amoniak (normal)
Amoniak (normal)
Perasaan
Penglihatan : Apakah menggunakan kacamata pada aktivitas sehari- hari. Bisa melihat jarak jauh
dan dekat dengan jelas atau tidak. Pendengaran : Apakah klien masih dapat mendengar dengan
jelas, dan tidak mengeluh masalah pendengarannya. Apakah klien bisa mendengar suara pelan seperti
bisikan dan suara yang keras. Penciuman : Apakah klien masih dapat mencium bau-bauan dan
tidak ada masalah dengan indera penciumannya. Klien bisa mencium bau busuk dan harum atau tidak.
Pengecapan : Apakah klien masih dapat membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin. Perabaan
: Apakah klien bisa merasakan sensasi ketika disentuh ataupun dicubit.
Kebutuhan Termoregulasi
Adakah demam pada klien dan berapa suhunya . Suhu normal 36-36,5oC untuk dewasa. 36,5oC – 37,5oC
untuk anak-anak.
Citra tubuh : Apakah klien sudah mulai memperhatikan tubuhnya. Identitas : Apakah klien sudah
mengetahui identitas dirinya. Harga diri : Apakah klien sudah mengetahui tentang harga dirinya. Klien
percaya diri atau masih malu. Peran : Apakah klien sudah mengetahui mengenai peran dirinya.
Bagaimana peran klien dalam kehidupan sehari-hari. Ideal Diri : Bagaimana ideal diri klien. Klien ingin
cepat sembuh.
Sebelum sakit: Apakah klien senang bermain,bercanda atau bersosialisasi dengan orang lain. Saat dikaji:
Apakah klien senang bermain,bercanda atau bersosialisasi dengan orang lain.
Jika klien mempunyai keluhan nyeri, kaji nyeri klien dengan pengkajian PQRST. P : penyebab rasa nyeri Q :
seperti apa kualitas nyeri ; tersayat, terbakar,diremas-remas dll. R : dimana nyeri dirassakan S : berapa
skala nyeri (0-10) T : kapan nyeri dirasakan
Apakah klien sudah mengetahui jenis kelaminnya. Adakah kebutuhan seksual-reproduksi klien
Sebelum sakit : Bagaimana komunikasi klien dengan teman dan orang-orang di lingkungannya. Saat dikaji
: Bagaimana komunikasi klien dengan teman dan orang-orang di lingkungannya.
Rekreasi
Sebelum sakit : Apakah klien biasanya bermain dan berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya.
Apakah klien biasa berwisata dengan keluarga atau orang di lingkungannya. Apa yang dilakukan klien
untuk menyenangkan hatinya. Saat dikaji : Apakah klien biasanya bermain dan berinteraksi dengan orang
lain dilingkungannya. Apakah klien biasa berwisata dengan keluarga atau orang di lingkungannya. Apa
yang dilakukan klien untuk menyenangkan hatinya.
Spiritual
Sebelum sakit : Apakah klien sudah mengerti mengenai agama yang dianutnya. Apa saja ibadah yang
dilakukan klien dalam sehari. Saat dikaji : Apakah klien sudah mengerti mengenai agama yang dianutnya.
Apa saja ibadah yang dilakukan klien dalam sehari.
Pemeriksaan fisik
Pengkajian Umum
Tingkat Kesadaran
Eyes
Spontan
Dengan perintah
Rangsangan nyeri
Tidak berespon
Motorik
Menurut perintah
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
2
Tidak berespon
Verbal
Terorientasi
Bingung
Tidak berespon
Keterangan : Compos mentis : 14-15 Apatis : 12-13 Somnolen : 10-11 Delirium : 7-9
Sporo coma : 4-6 Coma :3
Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital
Nadi :120-130 kali per menit untuk anak-anak. 80- 120 kali per menit untuk dewasa.
RR : 30-40 kali per menit untuk anak-anak. 20-24 kali per untuk dewasa.
Antropometri
LILA
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan
cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Klasifikasi
Batas Ukur
KEK
< 23,5 cm
Normal
23,5 cm
KEP
< 9,5 cm
Normal
9,5 cm
Balita
KEP
< 12,5 cm
Normal
12,5 cm
IMT
IMT
Status Gizi
Kategori
< 17.0
Gizi Kurang
Sangat Kurus
17.0 – 18.5
Gizi Kurang
Kurus
18.5 – 25.0
Gizi Baik
Normal
25.0 – 27.0
Gizi Lebih
Gemuk
> 27.0
Gizi Lebih
Sangat Gemuk
Z-score
Nilai Z-Score
Klasifikasi
Z-score ≥ +2
Obesitas
+1 ≤ Z-score < +2
Gemuk
-2 ≤ Z-score < +1
Normal
-3 ≤ Z-score < -2
Kurus
Z-score < -3
Sangat Kurus
Pemeriksaan Kepala
I: bentuk kepala mesocepal, simetris kanan kiri atau tidak, terdapat benjolan pada kepala atau tidak, kulit
kepala bersih/kotor, rambut tebal/tipis dan lurus/kriting, distribusi rambut merata atau tidak dan
berminyak atau tidak. Pa: adakah nyeri tekan.
Pemeriksaan Mata
I: Apakah memakai alat bantu penglihatan. Terdapat kantung mata atau tidak. Kelopak mata : simetris
kanan dan kiri atau tidak, adakah lesi, apakah penyebaran rambut alis merata. Konjungtiva dan sclera :
konjunctiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak Kornea : jernih atau keruh Pupil dan iris : ukuran
pupil isokor kanan kiri atau tidak. Pa: Adakah nyeri tekan pada kedua mata klien.
Pemeriksaan Hidung
I: bentuk hidung klien kecil/besar, warna kulit sama dengan warna bagian wajah lain atau tidak. Adakah
deviasi atau pembengkakan tulang hidung, lubang hidung simetris kanan kiri atau tidak. Apakah terdapat
secret dan pelebaran nares. Pa: Adakah nyeri tekan pada batang dan jaringan lunak hidung.
Pemeriksaan Mulut
I : Apakah bibir simetris atas bawah, bibir kering atau lembab, mukosa pucat/kering/lembab. Berapa
jumlah gigi klien. Apakah terdapat bau mulut, pembesaran tonsil dan permukaan lidah kotor/bersih. Pa :
Adakah nyeri tekan pada kedua dinding mulut.
Pemeriksaan Telinga
I: Apakah posisi telinga simetris kanan dan kiri, kulit bersih, liang telinga kotor/bersih. Apakah
menggunakan alat bantu pendengaran dan adakah benjolan. Pa: Adakah nyeri tekan pada kedua telinga
klien.
Pemeriksaan Leher
I : Apakah ada pembengkakan kelenjar tiroid, jika digerakkan fleksi ekstensi terdapat terdapat nyeri atau
tidak dan adakah nyeri telan. Pa: Adakah nyeri tekan, benjolan dan pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan dada dan paru
I : Apakah bentuk dada simetris kanan dan kiri, barel, fanel atau pigeon chest. Ekspansi dada simetris
atau tidak. Pa: Apakah vokal fremitus fibrasinya lebih terasa di sebelah kanan. Apakah terdapat nyeri
tekan bagian dada depan maupun belakang. Pe : apakah terdengar suara sonor pada kedua lapang paru.
Au : Apakah terdengar suara dasar vesikular, ronchi, wheezing atau crackles
Pemeriksaan jantung
I: Apakah bentuk dada simetris kanan kiri. Adakah jaringan parut dan lesi. Apakah terlihat ictus cordis
pada rongga thoraks dan apakah iramanya teratur. Pe: Apakah terdengar bunyi pekak. Dilakukan untuk
mengetahui batas jantung Pa: Adakah nyeri tekan. Au : Bunyi jantung 1 = Bunyi jantung 2. Apakah
terdapat bunyi mur-mur.
Pemeriksaan Abdomen
I : Apakah perut buncit, warna kulit sama dengan warna kulit di sekitarnya, bersih/kotor dan terdapat
jaringan parut atau tidak, warna ikterik/tidak. Apakah umbilikus mengalami inflamasi, posisi umbilicus
tepat ditengah garis tubuh/tidak. Au : Berapa frekuensi bising usus, normalnya 8-12 kali permenit Pe :
Apakah terdengar bunyi timpani. Pa : Apakah terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan Genetalia
I : Apakah terpasang kateter, terdapat luka/tidak dan terdapat radang pada area genetalia atau tidak. Pa :
Adakah nyeri tekan
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas: Apakah simetris kanan dan kiri. Apakah klien dapat melakukan Range of motion aktif pada tangan
kanan dan kiri, terdapat nyeri pada sendi atau tidak. Adakah edema dan akral dingin. Bawah: Apakah
simetris kanan dan kiri. Apakah klien dapat melakukan Range of motion aktif pada tangan kanan dan kiri,
terdapat nyeri pada sendi atau tidak. Adakah edema dan akral dingin.
I: Bagaimana warna kulit klien, mukosa mulut pucat/tidak . Adakah edema dan bagaimana elastisitas
kulit dan kebersihan kuku. P: Adakah nyeri tekan. Berapa capilary refill time normalnya < 3 detik
Hipertemia (00007)
DS : Ibu klien mengatakan anaknya panas DO :
Nadi klien lebih dari batas normal {anak,-anak (>120x/menit), prasekolah (>140x/menit), di bawah 3
tahun (>150x/menit), bayi (>160x/menit)}
Nafas klien lebih dari batas normal {anak-anak (>30x/menit), prasekolah (>34x/menit), di bawah 3 tahun
(40x/menit), bayi (60x/menit)}
Terjadi kejang
DS :
DO :
DS :
DO :
Adanya sariawan
Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Hipertermia (00007)
NOC:
Hidration
Adherence behavior
Immune status
Risk control
Risk detection
Kriteria hasil:
Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas
Seimbang antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas selama 28 hari pertama
kehidupan
Ajarkan pada orang tua pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganann emergency yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermia dan penanganan yang diperlukan yang diperlukan
NOC
Fluid balance
Hydration
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis urine normal , HT normal
Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan
Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian
Tawarkan makanan ringan (jus buah, buah segar) untuk anak usia bermain sampai remaja/dewasa
Hypovolemia management
Pelihara IV line
Dorong pasien atau orang tua pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan IV monitor untuk mengindikasi adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan yang
diberikan
NOC:
Nutritional status
Weight control
Kriteria Hasil:
Jelaskan keluarga klien mengenai pentingnya pemberian makanan, penambahan berat badan dan
kehilagan berat badan
DAFTAR PUSTAKA Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah
Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC Muslim. 2009. Patofisiologi
untuk Keperawatan . Jakarta : EGC Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing
Rubenstein, David. et all. 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk.
2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan
Bencana Anthoropogene. Yogyakarta: Kanisius Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong,
Malaria, Demam Berdarah, Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor Team Elsevier. 2013. Ferri’s Clinical
Advisor 2013: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc. Tjay, Tan Hoan dan Raharja, Kirana. 2007. Obat–
Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek – Efek Sampingnya, Ed. Ke – 6. Jakarta : EGC Weller, Barbara
F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC http://www.slideshare.net/septianraha/penatalaksanaan-
medik. diakses pada hari Senin, 3 Maret 2014, 16:05 WIB.
Iklan
Report this ad
Share this:
Iklan
Report this ad
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Nama
Surel
Situs Web
Kirim Komentar
Report this ad
Tulisan Terakhir
Iklan
Report this ad
Arsip
Juli 2014
Februari 2014
Januari 2014
April 2013
Maret 2013
Januari 2013
Desember 2012
September 2012
Juli 2012
Juni 2012
Februari 2012
Desember 2011
November 2011
Kategori
artikeL
Cerita Lucu
ceritaku
dunia berita
Dunia MusLim
info
keperawatan
Kesehatan
organisasi
Uncategorized
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Iklan
Report this ad
Ikuti