Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 1

Nama : Chrisna Abdi Pati Stambuk : F 221 13 002

Judul :

PUSAT PELATIHAN DAN PERTANDINGAN BULUTANGKIS DI PALU

Pusat Pelatihan dan Pertandingan Bulutangkis merupakan fasilitas yang dapat


mewadahi kegiatan pelatihan dan pertandingan bulutangkis bagi para calon atlit serta dapat
berlatih secara profesional untuk menghadapi even-even tertentu baik di daerah maupun
nasional.

Olah raga bulutangkis merupakan olah raga permainan indoor, sehingga dipurlukan
ruagan tertutup yang cukup luas. Federasi Bulutangkis Internasional (IBF, International
Badminton Federation) yang sekarang dikenal dengan nama Federasi Dunia Bulutangkis
(BWF, Badminton World Federation) telah menetapkan ukuran standar lapangan
Bulutangkis internasional adalah sebagai berikut.

1. Panjang lapangan badminton adalah 13,40 m


2. Lebar lapangan badminton 6,10 m
3. Jarak garis servis depan dari garis net 1,98 m
4. Jarak garis servis tengah dari garis samping lapangan 3,05 m
5. Jarak garis servis belakang (untuk permainan ganda) dari garis belakang lapangan
0,76 m
6. Jarak garis samping permainan tunggal dari garis pinggir lapangan 0,46 m
7. Tinggi tiang net 1,55 m
8. Tinggi net 1,52 m

Sebagai inti dari permainan bulutangkis yaitu gerakan kok yang tidak terganggu oleh
angin, maka pertimbangan desain untuk bangunan gedung olah raga sangat mengutamakan
aspek tersebut. Akan tetapi, mengingat aktivitas olahraga bulutangkis juga berkaitan dengan
gerakan tubuh dan visual, maka kenyamanan penghawaan dan pencahayaan juga perlu
diperhatikan. Oleh karena itu, penerapan sistem bangunan terlihat pada penataan ruang
agar atlit dan penonton tetap merasa nyaman meskipun suhu tubuh naik karena melakukan
banyak gerakan.

Penataan ruang gedung olah raga untuk mendukung kenyamanan ditentukan


dengan pemilihan susunan lapangan. Melalui analisis manual dan penggunaan software
yang mendukung ditemukan susunan lapangan yang digunakan sebagai layout dari gedung
bulutangkis. Layout tersebut didukung dengan penataan ruang dalam dan ruang luar
sehingga diperoleh sistem sirkulasi yang tidak saling mengganggu antara pemain dan
penonton.

Gedung olah raga merupakan gedung yang memerlukan bentangan yang luas karena
terdapat lapangan pertandingan sehingga diperlukan struktur khusus untuk menopang
bangunan, makan pada bangunan ini akan di gunakan struktur spce frame untuk menahan
beban bangunan.
Selain tersedia gedung olah raga juga tersedia asrama atlet dan fasilitas lain baik bagi
atlit maupun penonton, sehingga kawasan ini dapat memberikan kenyamana bagi
pengunanya.

Tema desain

Seluruh kawasan pusat pelatihan dan pertandingan bulutangkis akan menerapkan


tema desain Green Architecture atau arsitektur hijau baik pada gedung olah raga maupun
asrama dan fasilitas lain yang ada didalam kawasan.

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur
yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta
minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pemilihan tema arsitektur hijau
karena melihat lingkungan yang makin rusak yang salah satunya disebabkan olah bangunan,
dengan menerapkan desain arstektur hijau pada gedung olah raga ini diharapkan selain
memberi dampak positif kepada manusia tapi juga kepada lingkungan.

Prinsip-prinsip Green Architecture

1. Conserving Energy (Hemat Energi)


Solusi yang dapat mengurangi pengunaan energi adalah desain bangunan harus
mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah
lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai
sumber energi.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)


Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan
lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)


Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya
tidak merusak lingkungan sekitar.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)


Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di
dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)


Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat
digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas
menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecturepada dasarnya
tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai