Anda di halaman 1dari 63

Modul Pelatihan

Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB I
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan

1.1. Pendahuluan

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas


pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur
dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan
bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Penerbitan PSAP merupakan awal masing-masing pihak untuk bersama-sama
mewujudkan good governance melalui penerapan SAP dalam penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD oleh semua instansi pemerintah
pengguna anggaran baik di pusat maupun daerah. Selama ini terdapat beberapa peraturan
yang digunakan sebagai rujukan pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangan.
Ketidakseragaman ini akan membuat perbedaan dalam cara penyajian laporan keuangan
oleh pemerintah daerah. Kondisi demikian membuat laporan keuangan pemerintah daerah
tidak akan dapat memenuhi keterbandingan baik secara internal maupun eksternal.
Padahal karakteristik kualitatif laporan keuangan seperti yang disampaikan pada
kerangka konseptual akuntansi pemerintah yang baru ini adalah dapat dibandingkan.

1.2. Dasar Hukum


Dasar Hukum yang digunakan yang menjadi pertimbangan terbitnya PP 24 tahun 2005 ini
adalah sebagai berikut :

 Pasal 5 (2) UUD Negara RI 45


 UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
 UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 1


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Psl 32 ayat (1) UU 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan, sedangkan Psl 184 ayat (1) dan (3) UU 32 Tahun 2004
intinya menyatakan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Dari dua pasal tersebut di atas maka jelaslah pentingnya diterapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Hal ini direspon pemerintah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

1.3 Definisi

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan


menyajikan laporan keuangan pemerintah. SAP digunakan oleh pemerintah
sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa standar akuntansi merupakan pedoman
atau prinsip-prinsip yang mengatur pengaturan akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan. Standar akuntansi diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan
keuangan. Penerapan standar ini menjadi sangat penting dikarenakan pelaporan keuangan
menjadi salah satu bentuk akuntabilitas pemerintah daerah.

1.4 Peranan Pelaporan Keuangan


Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan. Penerapan standar ini menjadi sangat penting bagi entitas
pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan. Berikut Peranan Pelaporan
Keuangan :

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 2


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban entitas pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang- undangan.
(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan
menentukan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung
beban pengeluaran tersebut.

Berdasarkan poin-poin di atas terdapat hal yang baru dalam PP No. 24 Tahun
2005 ini, yaitu poin 4, keseimbangan antar generasi. Dimasukkannya poin tersebut dalam
hal ini terkait dengan keseriusan pemerintah untuk menerapkan prinsip akuntansi akrual
sebagai basis akuntansi dalam pelaporan keuangan baik pusat maupun daerah.

1.5. Basis Akuntansi


Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan
pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan.
Basis akuntansi pada umumnya ada dua , yaitu basis kas (cash basis of accounting) dan
basis akrual (accrual basis of accounting).

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 3


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika
kas diterima oleh kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau
dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah). Sedangkan
dalam akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi
dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan
dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat
kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Contoh transaksi yang membedakan
basis kas dan basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat pemerintah menerbitkan
Surat Keputusan Penetapan Pajak (SKPP). Dalam basis kas, saat terbitnya SKPP tersebut
belum diakui sebagai pendapatan, karena pemerintah belum menerima kas. Namun,
dalam basis akrual, terbitnya SKPP tersebut oleh pemerintah sudah diakui sebagai
pendapatan, walaupun pemerintah belum menerima kas atau pendapatan pajak tersebut.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah
diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008.

Manfaat Akuntansi Akrual


1. Informasi yang terkandung dalam laporan yang disajikan dalam basis akrual
sangat berguna baik untuk akuntabilitas maupun pengambilan keputusan.
2. Akuntansi akrual mengharuskan organisasi untuk memelihara catatan yang
lengkap dari aktiva dan mefasilitasi pengelolaan aset yang lebih baik
3. Akuntansi akrual menyediakan kerangka yang konsisten untuk identifikasi
kewajiban saat ini dan kewajiban kontinjensi.

Pelaporan dalam akrual basis

1. Menunjukkan bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya dan mencukupi


kebutuhan kasnya.
2. Membuat pengguna dapat mengevaluasi kemampuan pemerintah untuk mendanai
kegiatannya dan untuk memenuhi kewajiban dan komitmennya.
3. Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan dalam posisi keuangan.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 4


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
4. Menyediakan kesempatan bagi pemerintah untuk menunjukkan pengelolaan yang
sukses atas sumber daya dan
5. Berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dilihat dari sisi biaya pelayanan,
efisiensi dan pencapaian.

Pemerintah membutuhkan informasi akrual untuk :

1. Mengambil keputusan tentang kelayakan pendanaan atas pelayanan yang akan


mereka berikan
2. Menunjukkan akuntabilitas kepada publik atas manajemen aktiva dan kewajiban
yang tercemin dalam laporan keuangan
3. Perencanaan kebutuhan pendanaan dimasa yang akan datang untuk pemeliharaan
dan penggantian aset
4. Perencanaan pembayaran kewajiban yang ada dan
5. Mengelola posisi kas dan kebutuhan pembiayaan

Akuntansi akrual menyediakan kepada pemerintah informasi mengenai biaya keseluruhan


dari kegiatan mereka sehingga mereka dapat :
1. Mempertimbangkan konsekuensi biaya dari tujuan kebijakan khusus dan biaya
dari alternatif lain yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sama
2. Memutuskan apakah akan mendanai pelayanan yang akan dilakukan sendiri oleh
pemerintah atau membeli barang dan jasa secara langsung dari institusi non
pemerintah.

Tentu saja basis akrual ini tidak dapat serta merta diterapkan dalam pelaksanaan
pelaporan keuangan daerah. Perlu juga diperhatikan kesiapan daerah dalam sistem
akuntansi keuangan daerahnya yang masih berbasis kas menjadi akrual. Perkembangan
basis akuntansi dalam pelaporan keuangan daerah sampai saat ini dan basis yang
diharapkan digunakan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :

 Cash Basis
 Modified Cash Basis
 Cash Toward Accrual
 Full Accrual Basis

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 5


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Sedangkan berbagai praktek akuntansi yang diterapkan oleh Pemda saat ini adalah
sebagai berikut :
 Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) Tahun 1981
 Sistem Akuntansi yang berbasis SAKD versi Tim Pokja 355/2001
 Kepmendagri 29/2002
 Sistem Akuntansi berbasis IPSAS
 Dan lain-lain

Masing-masing praktek akuntansi di atas memiliki perbedaan baik dalam metode


pencatatan dan basis akuntansi dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada table berikut ini :
<

Metode Pencatatan Basis Akuntansi


MAKUDA Single Entry Cash Basis

SAKD Pokja 355/2001 Double Entry Cash Basis

Kepmendagri29/2002 Double Entry Modified Cash Basis


PP 24/2005 - SAP Double Entry Cash Toward Accrual

Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan menggunakan basis
cash toward accrual. Menurut PSAP Nomor 01 basis Cash Toward Accrual ini adalah
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dan basis akrual
untuk pengakun asset, kewajiban dan ekuitas dana. Basis kas adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi,tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual (fully accrul basis),
baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan, maupun dalam
pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari
LRA berbasis akrual ke LRa berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK)

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 6


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB II

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Standar Akuntansi Pemerintahan memuat 11 Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan (PSAP) di samping pengantar dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan. Selengkapnya isi dari Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai
berikut
 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
 PSAP No 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
 PSAP No 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
 PSAP No 03 tentang Laporan Arus Kas
 PSAP No 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan
 PSAP No 05 tentang Akuntansi Persediaan;
 PSAP No 06 tentang Akuntansi Investasi;
 PSAP No 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
 PSAP No 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
 PSAP No 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
 PSAP No 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa; dan
 PSAP No 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
Pada prinsipnya isi pokok PSAP memuat pengakuan (Recognition),
Pengukuran/ penilaian (Valuation) dan pengungkapan (reporting). Secara gararis
besar pengakuan dalam PSAP menyatakan hal-hal sebagai berikut :

o Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai
nilai yang dapat diukur dengan andal;
o Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban
timbul;
o Pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan;
o Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 7


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

2.1. Struktur dan Isi Laporan Keuangan


2.1.1. Komponen Laporan keuangan
Dalam rangka pelaksanaan APBD/APBN setiap entitas baik pemerintah pusat,
kementerian Negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah
pusat/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan pemerintah
pokok setidak-tidaknya terdiri dari :
A. Laporan Realisasi Anggaran
B. Neraca
C. Laporan Arus Kas (LAK)
D. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan
Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal ini berarti setiap
gubernur/bupati/walikota/ wajib menyusun dan menyajikan keempat laporan keuangan
diatas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan (Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan
Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah). Dengan demikian kepala
SKPD sebagai entitas akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas.
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan
keuangan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan
Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan adalah laporan yang menyajikan
pendapatan dan beban serta surplus/defisit selama satu periode yang disusun berdasarkan
basis akrual . Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau
perubahan saldo ekuitas dana pemerintah selama satu periode.

A. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan
pembiayaan selama satu periode.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 8


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola
oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.

LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut :

1. Pendapatan
Pendapatan diakui pada saat diterima pada kas umum daerah. Dengan demikian apabila
terdapat pendapatan yang dipungut oleh/disetor kepada bendahara penerimaan/Pemegang
Kas belum diakui sebagai pendapatan yang ditangguhkan. Dokumen sumber untuk
pengakuan pendapatan antara lain berupa surat tanda setoran, nota kredit dan buktir
penerimaaan lainnya yang dianggap sah.
Berikut ini ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan pajak :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Pendapatan Pajak XXX
(Buku Pembantu : Sesuai dengan
jenis pajak)

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan


membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Sebagai Contoh :
Pemerintah Provinsi X memberikan kuasa kepada PT Y untuk melakukan pemungutan
Pajak Bahan Bakar dengan memberikan upah pungut sebesar 2% dari jumlah
penerimaan. Dalam bulan Mei 2006 jumlah penerimaan Pajak bahan bakar Rp 100 juta,
dengan upah pungut yang dipotong langsung Rp 2 juta.

Jurnal untuk contoh tersebut adalah :


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 100 juta
Pendapatan Pajak 100 juta
(Buku pembantu : Pajak Bahan
Bakar )
Belanja Barang 2 juta
Kas di Kas Daerah 2 juta
(Untuk mencatat upah pungut)

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 9


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Terhadap pendapatan yang berasal dari penjualan aset tetap/lannya perlu ada
jurnal pendamping untuk mengakui penurunan aset yang bersangkutan. Jurnal
pendampng ini disebut Jurnal Korolari.

Sebagai Contoh :
Diterima hasil penjualan kendaraan bermotor sebesar Rp 10 juta. Harga perolehan
kendaraan tersebut Rp 20 juta.
Jurnal untuk contoh tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 10 juta
Pendapatan Lain-lain PAD
10 juta
(Untuk mencatat hasil penjualan
kendaraan)
Diinvestaskan dalam aset tetap 20 juta
Peralatan dan Mesin 20 juta
(Untuk mencatat mesin yang
dijual)

Apabila terdapat pengembalian pendapatan maka harus dianalisis terlebih dahulu


sifat pengembalian tersebut. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang
(recurring) atas penerimaan pendapatan pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan. Koreksi dan pengembalian yang
sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode
yang sama.
Sebagai contoh :
Berdasarkan peraturan perundang-undangan pembayaran pajak X dibayar
secara cicilan tiap bulan berdasarkan jumlah pajak yang dibayar pada tahun
sebelumnya. Dalam tahun 2005 jumlah pajak yang sudah dibayar setiap bulan
sebesar Rp 1.200.000. Ternyata setelah diperhitungkan pada akhir tahun, pajak
yang menjadi beban perusahaan tersebut pada tahun berjalan hanya Rp
1.000.000. Pengembalian kelebihan pajak Rp 200.000 ini dibayarkan pada bulan
maret 2006.
Jurnal pengembalian pendapatan pada tahun 2006 tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pendapatan Pajak 200 juta
Kas di Kas Daerah
200 juta
(Buku pembantu : pajak X)

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 10


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Sebagai contoh :
Pada periode Januari sampai dengan November 2005 terdapat penerimaan
pendapatan retribusi ijin mendirikan bangunan sebesar 100 juta. Pada bulan
Desember 2005 ditemukan adanya kesalahan dan kelebihan penerimaan sebesar
Rp 5 juta. Kelebihan ini dikembalikan kepada yang berhak pada bulan
Desemeber 2005.

Jurnal untuk pengembalian pendapatan pada tahun 2005 tersebut adalah :


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pendapatan Retribusi 5 juta
Kas di Kas Daerah
5 juta
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.
Sebagai contoh :
Pada tahun 2005 terdapat penjualan tanah Pemda seluas 1050 m 2 dengan harga
Rp 1.000.000,00 per m2 . Pada tahun 2005 terlah diterima seluruhnya. Pada
tahun 2006 oleh pembeli dilakukan pengukuran ulang, ternyata luasnya hanya
1000 m2 , sehingga pemerintah daerah harus mengembalikan 50 x 1.000,00 = Rp
50.000,00. Pada tahun 2006 tidak terjadi lagi penjualan tanah oleh pemda.
Jurnal untuk pengembalian pendapatan pada tahun 2006 tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pengembalian Pendapatan/SILPA 200 juta
Kas di Kas Daerah
200 juta

2. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Dalam manajemen anggaran, pada prinsipnya belanja baru dapat dibayarkan
setelah barang/jasa yang dibeli diterima pemerintah. Pembayaran belanja dapat dilakukan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 11


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
secara langsung (LS) atau melalui dana kas kecil yang diberikan kepada para bendahara
pengeluaran/pemegang kas.

 Pembayaran Langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak jika jumlah,
peruntukan, dan penerimanya sudah pasti. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran
ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D
LS).
Sebagai contoh :
Pembayaran gaji pegawai bulan juni 2006 dengan SP2D LS sebesar Rp 50 juta.
Dari jumlah tersebut terdapat potongan PPh, Askes, Taspen, dan Taperum
sebesar Rp 3 juta.
Jurnal untuk pembayaran gaji pegawai tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Pegawai 50 juta
Kas di Kas Daerah 50 juta
(Untuk mencatat belanja
pegawai)
Kas di Kas Daerah 3 juta
Penerimaan PFK 3 juta

Potongan atas pembayaran yang dilakukan Pemerintah untuk kepentingan oihak


lain dicatat sebagai penerimaan PFK, sebaliknya pada saat disetorkan kepada pihak lain
yang berhak dicatat sebagai transaksi transito . Oleh karena itu penerimaan/pengeluaran
PFK tidak disajikan dalam LRA tetapi disajikan dalam Laporan Arus Kas.

Sebagai Contoh :
Apabila potongan sebesar Rp 3 juta di atas disetor ke Kas Negara akan di jurnal:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pengeluaran PFK 3 juta
Kas di Kas Daerah 3 juta
(Untuk mencatat penyetoran)

Apabila terdapat belanja untuk perolehan asset tetap atau asset lainnya, maka pada saat
terjadi pembayaran tidak hanya dilakukan pencatatan belanja tetapi sekaligus perolehan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 12


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
asetnya. Pencatatan asset tetap yang diperoleh dapat dilakukan dengan menggunakan
jurnal pendamping yang seringkali dikenal sebagai jurnal korolari.
Sebagai Contoh :
Dibeli mesin fotocopy seharga Rp 60 juta dari PT Tritanu dan sudah dibayar
secara langsung dengan SP2D LS pada tanggal 30 Mei 2006.

Jurnal untuk pembelian mesin fotocopy tersebut adalah :


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 60 juta
Kas di Kas Daerah
(Untuk mencatat realisasi belanja 60 juta
modal)
Peralatan dan Mesin 60 juta
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 60 juta
(Untuk mencatat perolehan mesin
fotocopy)

 Pembayaran melalui Dana Kas Kecil


Pada Saat dana kas kecil diberikan kepada para Bendahara
Pengeluaran/Pemegang Kas, di pemerintahan disebut uang persediaan (UP), belum
membebani Belanja.
Sebagai Contoh :
Diberikan uang persediaan sebesar Rp 10 juta kepada Sdr. Zulfikar, Bendahara
pengeluaran di Dinas Perindustrian.

Jurnal untuk pemberian uang persediaan tersebut adalah :


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran 10 juta
Kas di Kas Daerah 10 juta
(Untuk mencatat pemberian uang
muka kerja)

Pada saat dibelanjakan oleh Bendahara Pengeluaran belum diakui sebagai belanja.
Pada saat dipertanggungjawabkan barulah diakui sebagai belanja.
Sebagai contoh :
Dari UP telah dibelanjakan Rp 8 juta untuk biaya perjalanan dinas. Pengeluaran
tersebut dipertanggungjawabkan ke SKPKD dan setelah diverifikasi pengeluaran

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 13


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut disetujui. Selanjutnya diberikan pengganti dengan menerbitkan SP2D-
GU sebesar Rp 8 juta.

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Belanja Barang 8 juta
Kas di Kas Daerah 8 juta
Pengeluaran yang dilakukan mendekati tutup anggaran pada umumnya tidak
diberikan penggantian UP. Sebagai pengesahan pertanggungjawaban, akan diterbitkan
SPM dan SP2D GU Nihil.
Sebagai contoh :
Dari UP sejumlah Rp 10 juta telah dibelanjakan Rp 9 juta untuk belanja barang
dan jasa. Pengeluaran ini dipertanggungjawabkan pada tanggal 27 Desember
2005. Terhadap pengeluaran ini tidak diberikan penggantian UP, tetapi diberikan
SPM dan SP2D GU Nihil.

Jurnal SPM dan SP2D GU Nihil, adalah :


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Barang 9 juta
Kas di Kas Daerah 9 juta
(Untuk mencatat belanja barang dan
jasa)
Kas Di Kas Daerah 9 juta
Kas di Bend Pengeluaran 9 juta
(Untuk mencatat pengembalian UP)

Terhadap sisa UP akan disetor kembali ke rekening Kas Umum Daerah.


Sebagai Contoh :
Sisa UP untuk contoh diatas adalah Rp 1 juta. Jumlah tersebut disetor ke Kas
Daerah pada tanggal 2 Januari 2006.
Jurnal untuk setoran sisa UP adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 1 juta
Kas di Bend Pengeluaran 1 juta

 Penerimaan Kembali Belanja


Walaupun pembayaran belanja telah dilakukan secara hati-hati, namun kadang-
kadang terjadi kesalahan/kelebihan sehingga ada koreksi atau penerimaan kembali
belanja di kemudian hari. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja)

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 14


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Sebagai contoh :
Pada bulan Juni 2006 diterima pengembalian belanja perjalanan dinas sejmlah
Rp 5 juta dari seorang pegawai yang dibayarkan pada tahun 2005.
Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 5 juta
Pendapatan lain-lain PAD 5 juta

3. Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara penadapatan dan belanja selama satu
periode pelapoan dicatat dalam pos Surplus/Defisit. Surplus/Defisit diperoleh melalui
jurnal penutup pendapatan dan belanja.

Sebagai contoh :
Pendapatan berjumlah 1 M dan belanja berjumalh 900 juta.
Jurnal penutupnya adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pendapatan ................ 1M
Belanja....................... 900 juta
Surplus/Defisit 100 juta

4. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau
memanfaatkan surplus anggaran. Transaksi pembiayaan dapat berupa transaksi
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

 Akuntansi Penerimaan Pembiayaan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 15


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan kas daerah antara lain berasal
dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasiperusahaan-
perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga,
dan penjualan investasi permanent lainnya. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat
diterima di Kas Daerah.
Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal. Pertama, untuk
mengakui realisasi penerimaan anggaran, kedua jurnal korolari untuk mengakui akun
neraca terkait yang dipengaruhi transaksi tersebut.
Sebagai contoh :
Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp 500
juta. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan diangsur
selama 5 tahun mulai tahun 2008.
Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 500 juta
Penerimaan Pinjaman 500 juta
(Untuk pencatatan penerimaan pinjaman
dari pemerintah pusat)
Dana yang harus disediakan untuk 500 juta
pembayaran utang jk panjang
Utang kepada Pemerintah Pusat 500 juta
(Untuk mencatat utang Jk Panjang dari
pemerintah pusat)

 Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan


Pengeluraan pembiayaan adalah semua pengeluara kas daerah karena memberikan
pinjaman kepada pihak ketiga, pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
pemerintah, dan pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran
tertentu. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkannya kas dari Kas Daerah.

Sebagai contoh :
Dikeluarkan uang sejumlah Rp 100 juta sebagai penyertaan modal pada PDAM.
Jurnal untuk pengeluaran penyertaan modalpada PDAM tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pengeluaran Penyertaan Modal 100 juta
Pemda
Kas di Kas Daerah 100 juta
(Untuk mencatat penyertaan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 16


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
modal di PDAM)
Penyertaan modal pemda 100 juta
Diinvestasikan dalam
Investasi Jk Panjang 100 juta
(Untuk mencatat penyertaan
modal pada PDAM)

 Akuntansi Pembiayaan Netto


Pembiayaan Netto adalah selisih antara penerimaan pembiayaansetelah
dikurangibpengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih
lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Netto.

Sebagai contoh :
Selama tahun anggaran, penerimaan pembiayaan berasal dari penerimaan
pinjaman sejumlah Rp 200 juta, dan pengeluaran pembiayaan hanya untuk
penyertaan modal sejumlah Rp 250 juta.
Jurnal penutupnya adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Penerimaan Pinjaman 200 juta
Pembiayaan Netto 50 juta
Pengeluaran Penyertaan 250 juta
Modal

5. Akuntansi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran


Selisih lebih/kurang pembiayaan anggaran (SILPA) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos SILPA/SIKPA.
SILPA/SIKPA diperoleh dari penutupan akun Surplus/Defisit dan pembiayaan
netto pada akhir tahun anggaran.
Sebagai contoh :
SURPLUS/Defisit pada contoh diatas bersaldo kredit Rp 100 juta sedangkan
pembiayaan netto bersaldo debet Rp 50 juta.
Jurnal penutupnya adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 17


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Surplus/Defisit 100 juta
Pembiayaan Netto 50 juta
SILPA 50 juta
(Untuk menutup Surplus/defisit
dan pembiayaan netto)

6. Transaksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Berbentuk Barang


Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk barang/aset harus
dilaporkan dalam LRA dengan cara menaksir nilai aset tersebut pada tanggal transaksi.
Berhubung transaksi ini harus dicatat sebagai pendapatan dan belanja atau pembiayaan,
maka perlu dibuatkan dokumen anggaran sebagai pendapatan, belanja, atau pembiayaan
sebagai dokumen pengesahan anggaran. Berdasarkan dokumen pengesahan inilah dibuat
jurnal untuk mencatat transaksi ini. Berhubung transaksi ini tidak melibatkan arus kas,
maka transaksi ini tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas.
Di samping itu, transaksi semacam ini juga hars diungkapkan sedemikian rupa
pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai bentuk dari pendapatan, belanja dan pembiayaanyang diterima. Contoh
transaksi berwujud barang adalah hibah dalam wujud barang dan barang rampasan.
Sebagai contoh :
Diterima hibah dari UNICEF sebuah mobil ambulance seharga 200 juta.
Jurnal penerimaan hibah berupa barang ini adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 200 juta
Pendapatan Hibah 200 juta
(Untuk mencatat pendapatan
hibah berupa kendaraan dari
UNICEF)
Belanja Modal – Peralatan dan 200 juta
Mesin
Kas di Kas Daerah 200 juta
(Untuk mencatat perolehan
kendaraan dari hibah UNICEF)
Peralatan dan Mesin 200 juta
Diinvestasikan dalam Aset
Tetap
Peralatan dan Mesin 200 juta
Diinvestasikan dalam Aset
Tetap

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 18


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
(Untuk mencatat hibah berupa
kendaraan dari UNICEF)

B. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas


pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca
terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas dana merupakan
selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam persamaan akuntansi dapat
dirumuskan:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan dalam bentuk diagram
sebagai berikut:
Neraca

Asset Rp xxx Kewajiban Rp xxx


Ekuitas Dana Rp xxx
Total Rp xxx Total Rp xxx

A. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non

keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset
diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 19


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Jika suatu entitas memiliki aset moneter dalam mata uang asing maka harus dijabarkan
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Aset diklasifikasikan
menjadi aset lancar dan aset nonlancar.

1. Aset Lancar

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:


1. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual
dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
2. berupa kas dan setara kas.

Aset lancar disajikan dalam neraca meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan.

a). Kas dan Setara Kas


Kas diakui pada saat diterima atau pada saat kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah. Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar
nilai rupiah tersebut. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka kas tersebut
dikonversi menjadi rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan.
Termasuk dalam klasifikasi kas adalah kas di bank, kas yang dipegang bendahara, dan
deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan. Dalam neraca pemerintah daerah, kas
biasanya disajikan meliputi kas di kas daerah, kas di bendahara penerimaan, dan kas di
bendahara pengeluaran.
Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Kas Daerah dalam neraca
adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:

Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Kas di Kas Daerah Rp XXX SILPA Rp. XXX

* SILPA disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana La ncar.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 20


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Pengeluaran dalarn
neraca adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:

Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Kas di Bendahara
Pengeluaran Rp XXX SILPA Rp. XXX

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Penerimaan dalam


neraca adalah Pendapatan yang Ditangguhkan, yang dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut:

Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Kas di Bendahara Pendapatan yang
Pengeluaran Rp XXX ditangguhkan Rp. XXX

* Pendapatan yang Ditanggufikan disajikan di Neraca sebagai


Ekuitas Dana Lancar.

Pada neraca, kas disajikan sebagai berikut:

Kas dan Setara Kas


Kas di Kas Daerah Rp XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran* Rp XXX
Kas di Bendahara Penerimaan* Rp XXX
Deposito (2 bulan)** Rp XXX
Total Kas dan setara kas Rp XXX

*) Rincian kas di bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada beberapa


SKPD dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
**) Apabila pemerintah daerzh memi(iki depositc berjangka kurang dari 3 bulan pada
beberapa bank, maka rincian atau dattar dari deposito tersebut dapat diungkap
dalam catatan atas laporan keuangan.

b). Investasi Jangka Pendek


Investasi jangka pendek diakui pada saat terjadinya pemindahan kepemilikan,
yaitu pada saat pemerintah menerima bukti investasi. Pospos investasi jangka pendek
antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga
yang mudah diperjualbelikan. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan. )

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 21


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
enis-jenis deposito beserta jangka waktunya perlu diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan. Akuntansi investasi jangka pendek diatur lebih detail dalam PSAP Nomor 06
tentang Akuntansi Investasi.
Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka Pendek dalam neraca
adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:
Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Investasi Jangka Pendek Rp XXX SILPA Rp. XXX

c). Piutang
Pos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang retribusi, bagian
lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya
yang diharapkan diterirna dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Piutang dicatat sebesar nilai nominalnya.
Penjua!an aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil biasanya
diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh pemerintah disebut sebagai Tagihan
Penjualan Angsuran (TPA). Dalam neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya,
sedangkan TPA yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam asset lancar sebagai Bagian
Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca
karena pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan
Tagihan Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan Negara, wajib mengganti kerugian
tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). Dalam neraca, TF/TGR
disajikan sebagai aset lainnya; sedangkan TP/TGR yang akan jatuh tempo da!am
aangka waktu 12 bulan setelah tanggai pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan
tersendiri dafam aset lancar sebagai Bagian Lancar TP/TGR. RPklasifikasi TP/TGR ini

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 22


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca. Pada awa! tahun berikutnya bagian
lancar piutang ini dikembalikan pada TP/TGR dalam kelompok aset lainnya karena
penerimaan kembali dari Tuntutan Ganti Rugi akan mengurangi perkiraan Tuntutan
Ganti Rugi bukan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi.
Perkiraan pasangan (balancing account) Piutang Pajak, Piutang Retribusi,
Bagian Lancar TPA, dan Bagian Lancar TP/TGR dalam neraca adalah Cadangan
Piutang, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Piutang Pajak Rp XXX Cadangan Piutang*) Rp XXX
Piutang Retribusi Rp XXX
Bagian Lancar TPA Rp XXX
Bagian Lancar TP/TGR Rp XXX

* Cadangan Piutang yang disajikan di


Neraca sebagai Ekuitas Dana
Lancar.

Rincian jenis piutang pajak, retribusi, bagian lancar TPA dan TP/TGR dapat
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

d). Persediaan
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai
seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen
bekas. Jenis-jenis persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pada umumnya metode pencatatan persediaan ada 2 metode, yaitu metode periodik dan
metode perpetual. Dalam metode periodik, persediaan dicatat berdasarkan
penghitungan/ inventarisasi fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode
pelaporan. Sedangkan dalam metode perpetual, persediaan dicatat setiap terjadi
transaksi yang mengakibatkan penambahan atau pengurangan persediaan. Metode
periodik biasanya digunakan untuk persediaan yang berjumlah banvak dengan harga

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 23


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
relatif rendah, sedangkan metode perpetual biasanya digunakan untuk persediaan yang
berjumlah relatif sedikit dengan harga retatif tinggi.
Sesuai dengan PSAP 01, Persediaan dicatat sebesar :
 biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
 biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
 nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.

Biaya perolehan atas persediaan sebagaimana dimaksud di atas rneliputi harga


pembelian, biaya ,pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan perseaiaan. Sedangkan potongan harga,
rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Dalam rangka penyajian
nilai wajar, nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang
terakhir diperoleh.
Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara
sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan rencana
kerja dan anggaran.
Perkiraan pasangan (balancing account) Persediaan dalam neraca adalah Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai
berikut:

Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Persediaan Rp XXX Cadangan Persediaan *)Rp XXX

* Cadangan Persediaan yang disajikan di Neraca sebagai


Ekuitas Dana Lancar.
Akuntansi mengenai persediaan diatur secara rinci dalam PSAP Nomor 05 tentang
Akuntansi Persediaan.
Secara keseluruhan, penyajian aset lancar dalam neraca adalah:
Aset Lancar
Kas Rp XXX
Investasi Jangka Pendek RP XXX
Piutang Pajak Rp XXX

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 24


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Piutang Retribusi RP XXX
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX
Bagian Lancar Tagihan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rp XXX
Rugi
Persediaan Rp XXX
Total Aset Lancar Rp XXX

2. Aset Non Lancar

Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk dalam aset
nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset lancar sebagaimana
diuraikan terdahulu.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap,
dana cadangan, dan aset lainnya.

a). Investasi Jangka Panjang


Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya
perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh
kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Investasi jangka panjang terdiri dari
investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi
jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi
nonpermanen terdiri dari:
1. Pinjaman kepada perusahaan negara/daerah;
2. Pembelian Obligasi Daerah atau Surat Utang Negara;
3. Penanaman modal dalam proyek pembanguran yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga; dan
4. Investasi nonpermanen lainnya.

Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk


dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen terdiri dari:
1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/ perusahaan daerah, lembaga
keuangan negara, badan hukum milik negara, badan internasional dan badan hukum
lainnya bukan milik negara.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 25


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Investasi permanen lainnya.
Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka Panjang dalam neraca
adalah Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:

Debet Kredit
Investasi Jangka Panjang Ekuitas Dana Investasi
Pinjaman ke perusahaan negara Rp XXX Di Investasikan dalam
Piutang Rp XXX Investasi Jangka Panjang* Rp XXX
Pinjaman ke perusahaan negara Rp XXX
Investasi Obligasi Rp XXX
Investasi Non Permanen Lainnya Rp XXX
Penanaman Modal Pemerintah Rp XXX
Investasi Permanen lainnya Rp XXX

*) Di Investasikan dalam investasi jangka


panjang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas
Dana investasi.

Penyajian Investasi Jangka Panjang dalam neraca adalah:


Investasi Jangka Panjang
Investasi Nonpermanen Rp XXX
Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp XXX
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp XXX
Investasi Obligasi Rp XXX
Investasi Nonpermanen Lainnya Rp XXX
Total Investasi Nonpermanen Rp XXX
Investasi Permanen Rp XXX
Penanaman Modal Pemerintah Rp XXX
Investasi Permanen Lainnya Rp XXX
Total Investasi Permanen Rp XXX
Total Investasi Jangka Panjang Rp XXX

Rincian atas masing-masing jenis investasi jangka panjang dapat diungkapkan


dalam catatan atas laporan keuangan.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 26


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Investasi Jangka Panjang diatur secara rinci dalarn PSAP Nomor 06 tentang
Akuntansi Investasi.

b). Aset Tetap


Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua
belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset
tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik
aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi
biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk
biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Aset Tetap terdiri dari:


1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5. Aset Tetap Lainnya
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.

Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Tetap dalam neraca adalah Diinvestasikan
dalam Investasi Aset Tetap, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet Kredit
Aset Tetap Ekuitas Dana Investasi
Tanah Rp XXX Diinvestasikan dalam

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 27


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Peralatan dan Mesin Rp XXX Aset tetap*) Rp.XXX
Gedung dan Bangunan Rp XXX
Jalan, irigasi, dan Jaringan Rp XXX
Aset Tetap Lainnya Rp XXX
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Aset Tetap


disajikan di Neraca sebagai Ekuitas
Dana Investasi.

Penyajian aset tetap dalarm neraca ada!ah:

Aset Tetap
Tanah Peralatan dan mesin Rp XXX
Gedung dan Bangunan Rp XXX
Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Rp XXX
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp XXX
Total Rp XXX
Dikurangi:
Akumulasi Penyusutan (Rp XXX
Total Aset Tetap Rp XXX

Jenis, umur, dan kondisi dari masing-masing aset tetap dapat diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Akuntansi Aset Tetap diatur lebih rinci dalam PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi
Aset Tetap.

c). Dana Cadangan


Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan diakui pada saat dilakukan penyisihan uang untuk tujuan
pencadangan dimaksud.

Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. Peruntukan dana


cadangan harus diatur dengan peraturan perundangundangan clan tidak dapat digunakan
untuk peruntukan yang lain. Pembentukan dana cadangan dapat dilakukan jika keadaan
keuangan pemerintah mengalami surplus anggaran. Pembentukan dana cadangan
dilakukan dengan persetujmn DPRD, demikian juga pada waktu pencairan dana tersebut.
Pemerintah dapat membentuk lebih dari satu Dana Cadangan. Apabila terdapat lebih dari

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 28


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
satu dana cadangan, maka dana cadangan harus diungkapkan clan dirinci sesuai dengan
tujuannya.
Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dana cadangan yang dibentuk pemerintah daerah
dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah kecuali DAK, pinjaman
daerah, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 juga menyatakan bahwa penggunaan dana cadangan dalam satu tahun
anggaran menjadi penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang
bersangkutan, kemudian seluruh hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan
akan menambah dana cadangan yang bersangkutan dan dicatat sebagai pendapatan.
Perkiraan pasangan (balancing account) Dana Cadangan dalam neraca adalah
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai
berikut :

Debet Kredit
Dana Cadangan Ekuitas Dana Cadangan
Dana Rp XXX Diinvestasikan dalam
Dana Caciangan Rp. XXX

Penyajian Dana Cadangan di neraca adalah :

Dana Cadangan
Dana Cadangan Rp XXX
Total Dana Cadangan Rp XXX

Informasi mengenai jenis dana cadangan dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

d). Aset Lainnya


Yang termasuk dalam aset lainnya adalah:
1. Aset Tak Berwujud

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 29


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan
3. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi yang jatuh tempo lebih dari 12
(dua belas) bulan
4. Aset Kerjasama dengan. Fihak Ketiga (Kemitraan).

Aset tak berwujud (intangible asset) adalah aset nonkeuangan yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas
kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi :
1. Software kornputer
2. Lisensi dan franchise
3. Hak cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainnya
4. Hak jasa clan operasi
5. Aset tak berwujud dalam pengembangan.

Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari


penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Tagihan
penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak penjualan aset yang
bersangkutan. Contoh tagihan aenjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah
dinas dan penjualan kendaraan dinas.
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi menggambarkan tagihan kepada
pegawai pemerintah yang terbukti menyalahgunakan uang negara atau menghilangkan
aset pemerintah. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai
nominal dalam Surat Ketetapan Tanggung jawab Mutlak atau Surat Keputusan
Pembebanan dari pejabat yang berwenang.
Kemitraan dengan Pihak Ketiga menggambarkan nilai hak yang akan diperoleh
atas suatu aset yang dibangun dengan caru kemitraan, pemerintah dan swasta
berdasarkan perjanjian. Kemitraan dengan pihak ketiga dinilai sebesar nilai kontrak
kerjasama antara pemerintah dengan pihak ketiga. Bentuk kemitraan tersebut antara lain
berupa penyaluran kredit, pemberian modal usaha, pemberian modal kerja, Bangun
Guna Serah (BOT) Bangun Guna Terima (BOO), Bangun Guna Sewa (BOR) dan
bentuk kemitraan lainnya.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 30


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Lainnya dalam neraca adalah
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai
berikut:
Debet Kredit
Aset Lainnya Ekuitas Dana Investasi
Aset Tak Berwujud Rp XXX Diinvestasikan dalam
Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX Aset Lainnya *) Rp XXX
TP/TGR Rp.XXX
Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Aset Lainnya


disajikan di Neraca sebagai Ekuitas
Dana Investasi.

Penyajian aset lainnya dalam neraca adalah :

Aset Lainnya
Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX
TP/TGR Rp XXX
Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXX
Aset Tak Berwujud Rp XXX
Aset Lainnya Rp XXX
Total Aset Lainnya Rp XXX

Informasi mengenai jenis dari masing-masing komponen aset lainnya dapat dungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan

B. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengelaran sumber daya ekonomi aan
dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan
perubahan atas kewajiban tersebu mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 31


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah Bank Sentral (Bank Indonesia) pada tanggal neraca.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang.

1. Kewajiban Jangka Pendek


Suatu kewajiban diklasifikasikan seagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang
kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun
pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh
tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga
pinjaman, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga
(PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri atas :
a. Bagian lancar utang jangka panjang
Bagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian utang jangka panjang
yang diharapkan akan dibayar dua belas bulan sesudah tanggal pelaporan.
Contohnya Pemerintah daerah XYZ meminjam uang kepada Pemerintah Pusat
sebesar Rp. 20 Miliar pada tanggal 1 Oktober 2005. Pinjaman tersebut dibayar
mulai tahun 2006 sampai 2015 (selama 10 tahun). Pemda XYZ akan melaporkan
Bagian Lancar Utang pada kepada Pemerintah Pusat sebesar yang akan dibayar
pada tahun 2006 yaitu Rp. 2 miliar.
b. Utang bunga
Utang bunga merupakan utang yang timbul pada ahkir periode pelaporan
sehubungan dengan adanya bunga terutang akibat dari adanya pinjaman yang
diambi pemerintah.
c. Utang PFK
Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerinth kurang menyetor
kepada pihak lain atas pungutan Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 32


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
yang dilakukannya. Dengan kata lain utang PFK adalah penerimaan PFK
dikurangi pengeluaran PFK. Sebagai contoh, pemerintah daerah ABC
melakukan pemotongan dari gaji untuk iuran Tabungan Asuransi Peniun
(Taspen) Rp. 10 Juta selama tahun 2005. Tetapi pemerintah daerah tersebut baru
menyetor ke rekening PT. Taspen sebesar Rp. 8 Juta selama tahun 2005. Utang
PFK yang dilaporkan adalah sebesar Rp. 2 Juta.

Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang PFK)
dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet Kredit

Kewajiban Jangka Pendek


Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Rp XXX
Utang Bunga Rp XXX
Utang Jangka Pendek Lainnya Rp XXX

Ekuitas Dana Lancar


Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek * (Rp XXX)

* Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang


Jangka Pendek disajikan di Neraca sebagai pengurang
Ekuitas Dana Lancar.

Apabila terdapat pungutan PFK yang belum disetor berarti saldo uang tersebut
masih berada di Kas Daerah. Oleh karena itu, perkiraan pasangan (balancing account)
Utang PFK dalam neraca adalah Kas di Kas Daerah, yang dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:

Debet Kredit
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas di Kas Daerah Rp XXX Utang PFK Rp XXX

Penyajian Kewajiban Jangka Pendek dalam neraca adalah:

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 33


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Kewajiban Jangka Pendek


Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp XXX
Utang Bunga Rp XXX
Utang PFK Rp XXX
Utang Jangka Pendek Lainnya Rp XXX
Total Kewajiban Jangka Pendek Rp XXX

Informasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Kewajiban Jangka Panjang


Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika
diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Suatu entitas pelaporan
tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut
jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan jika:
1. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar
jangka panjang; dan
3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali
(refinancing),atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran,yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya
mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over)
berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap
dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian
dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada
pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali),
pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini
diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 34


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa
substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.
Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant)
yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek
(payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan
peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:
1. pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai
konsekuensi adanya pelanggaran, dan
2. tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan
Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan
pinjaman kepada perbankan dalam negeri
b. Utang Dalam Negeri- Obligasi
Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan
penarikan dana dari masyarakat melalui pengeluaran surat utang/obligasi.
c. Utang Luar Negeri
Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemenntah melakukan
pinjaman kepada negara/lembaga asing. Penarikan pinjaman luar negeri ini
dapat dilakukan melalui penerbitan obligasi yang diperuntukkan bagi pihak
asing.
d. Utang Jangka Panjang Lainnya

Merupakan utang jangka panjang yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Utang
Dalam Negeri- sektor Perbankan, Utang Dalam NegeriObligasi, Utang Luar Negeri.
Misalnya Utang Kepada Pemerintah Pusat/Daerah Otonom Lainnva.
Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Panjang dalam
neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang,
yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 35


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Debet Kredit

Kewajiban Jangka Panjang


Utang Dalam Negeri Perbankan Rp XXX
Utang Dalam Negeri Obligasi Rp XXX
Utang Luar Negeri Rp XXX
Utang Jangka Panjang Lainnya Rp XXX

Ekuitas Dana Investasi


Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang * (Rp XXX)
* Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang Jangka Panjang disajikan di Neraca sebagai
pengurang Ekuitas Dana Investasi.

Penyajian Kewajiban Jangka Panjang di neraca adalah:

Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban Jangka Panjang Rp XXX
Utang Dalam Negeri Perbankan Rp XXX
Utang Dalam Negeri Obligasi Rp XXX
Utang Luar Negeri Rp XXX
Utang Jangka Panjang Lainnya Rp XXX
Total Kewajiban Jangka Panjang Rp XXX

Informasi lebih rinci mengenai jenis dari masing-masing kewajiban jangka panjang
dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Akuntansi kewajiban lebih rinci diatur dalam PSAP Nomor 09 tentang
Akuntansi Kewajiban.

C. Ekuitas Dana

Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas Dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana
Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.

1. Ekuitas Dana Lancar


Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka
pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 36


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
 Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), yang merupakan akun pasangan
yang menampung kas dan setara kas serta investasi jangka pendek.
 Pendapatan yang Ditangguhkan, yang merupakan akun pasangan untuk
menampung Kas di Bendahara Penerimaan.
 Cadangan Piutang, yang merupakan akun pasangan yang dimaksudkan untuk
menampung piutang lancar.
 Cadangan Persediaan, yang merupakan akun pasangan dari persediaan.
 Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek, merupakan
akun pasangan dari kewajiban jangka pendek lainnya.

Penyajian Ekuitas Dana Lancar di neraca adalah:

Ekuitas Dana Lancar


SiLPA Rp XXX
Pendapatan yang Ditangguhkan Rp XXX
Cadangan Piutang Rp XXX
Cadangan Persediaan Rp XXX
Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek Rp XXX
Total Ekuitas Dana Lancar Rp XXX

2. Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam


dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan
kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi terdiri dari:

 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun


pasangan dari Investasi Jangka Panjang.
 Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun pasangan dari Aset Tetap
 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun pasangan Aset
Lainnya.
 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (contra
account), yang merupakan akun pasangan dari seluruh Utang Jangka Panjang.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 37


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca adalah:

Ekuitas Dana Investasi


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp XXX
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp XXX
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp XXX
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang Rp XXX
Total Ekuitas Dana Lancar Rp XXX

3. Ekuitas Dana Cadangan


Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Ekuitas Dana Cadangan terdiri dari:
Penyajian Ekuitas Dana Investasi dalam neraca adalah:

Ekuitas Dana Cadangan


Ekuitas Dana Cadangan Rp XXX
Total Ekuitas Dana Cadangan Rp XXX
C. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran selama satu periode
akuntansi.
 Aktivitas operasi
Indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Jika entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan persediaan,
yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 38


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain, yang
peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, peyertaan modal, atau untuk
membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam CaLK.

 Aktivitas Investasi
Mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah dimasa yang akan datang.

 Aktivitas Pembiayaan
Mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan
deficit atau penggunaan surplus anggaran.
Bertujuan memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim
pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang.

 Aktivitas non Anggaran


Mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah.
Laporan arus kas bertujuan memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan dan
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan.
Entitas Pelaporan Arus Kas adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri dari :
 Pemerintah pusat
 Pemerintah daerah, dan
 Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat / daerah atau organisasi lainnya,
jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
membuat laporan arus kas.
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

 Metode Pelaporan Arus Kas

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 39


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Entitas akuntansi dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan Metode
Langsung atau Metode tidak langsung.
 Metode langsung mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan
pengeluaran kas bruto
 Metode tidak langsung : surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi
transaksi operasional non kas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual)
penerimaan kas atau pembayaran yang lalu / yang akan datang, serta unsur
pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas
investasi aset non keuangan dan pembiayaan.

 Arus Kas Mata Uang Asing


Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan dengan
menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata uang asing tersebut ke dalam
mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.
Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus dijabarkan ke
dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi

 Transaksi Bukan Kas


Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan penerimaan atau
pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas, contoh : hibah.
Transaksi tersebut harus dingkapkan dalam CaLK.

D. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) dibuat dengan tujuan :
 Laporan keuangan mudah dipahami.
 Menghindari kesalahpahaman.
 Pemahaman mendalam melalui pengungkapan setiap pos penting.
 Mampu menjawab bagaimana perkembangan kondisi keuangan entitas.
 Pengungkapan paripurna (full disclosure)

Adapun Struktur dan isi CaLK terdiri dari :


 Kebijakan fiscal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target UU APBN/Perda
APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 40


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
 Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan.
 Dasar penyusunan LK, kebijakan akuntansi yang dipilih.
 Informasi yang diharuskan PSAP tetapi belum ada di lembar muka LK.
 Rekonsiliasi pos-pos LK berbasis akrual ke pos-pos LK berbasis kas.
 Informasi tambahan yang diperlukan.

Kebijakan fiskal dan ekonomi makro, pencapaian target, kendala dan hambatan berguna
untuk membantu memahami kondisi dan posisi keuangan, selain itu juga berguna untuk
menjelaskan perubahan anggaran yang penting, hambatan dan kendala, serta masalah
yang dihadapi.
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan berguna sebagai :
 Strategi dan sumber daya yang digunakan.
 Gambaran atas realisasi dan rencana kinerja keuangan.
 Prosedur untuk meyakini bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan
adalah relevan dan andal.
Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi :
 Asumsi dasar akuntansi.
 Informasi yang diperlukan pengguna laporan keuangan untuk melakukan
penilaian secara andal dalam pengambikan keputusan.
 Kebijakan akuntansi.

Kebijakan Akuntansi :

 Pertimbangan :
1. Pertimbangan sehat.
2. Substansi mengungguli bentuk
3. Materialitas
 Isi :
1. Penjelasn prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan.
2. Metode penerapan, yang secara material mempengaruhi penyajian laporan
keuangan.
3. Pertimbangan-pertimbangan penting dalam memilih prinsip-prinsip yang
sesuai.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 41


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Isi kebijakan akuntansi :
 Entitas pelaporan
 Basis akuntansi
 Basis pengukuran
 Sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan
masa transisi.
 Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.

Pengungkapan informasi yang diharuskan :


 Informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh PSAP
 Pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian yang wajar LK
 Kewajiban kontijensi
 Komitmen

Rekonsiliasi Pos-pos LK antara basis akrual dan basis kas :


 Entitas yang menerapkan basis akrual harus menyajikan rekonsiliasi pos-pos
laporan keuangan dari basis akrual ke basis kas
 Tujuannya untuk menyajikan hubungan antara Laporan Kinerja Keuangan
dengan Laporan Realisasi Anggaran.

F. Periode Pelaporan
Laporan Keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.Penyajian
laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
diwajibkan untuk setiap periode tahun anggaran APBN/APBD,dimana dalam masa 1
(satu)tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.Dengan
demikian,periode pelaporan keuangan tahunan adalah per tanggal 31 Desember untuk
Neraca,dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember untuk LRA dan LAK.
Dalam situasi tertentu,tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu
tahun,misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran.Contoh
selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual,suatu entitas
pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 42


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan
konsolidasian.Dalam kondisi seperti itu entitas pelaporan harus mengungkapkan
informasi mengenai alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,dan fakta
bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan trtentu seperti arus kas dan catatan-
catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Sesuai dengan undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara,batas waktu penyampaian laporan keuangan sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran.Dengan demikian,kegunaan laporan keuangan
tersebut berkurang bilamana laporan tidak tersedia bagi pengguna dalam suatu periode
tertntu setelah tangal pelaporan.Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi
suatu entitas pelaporan bukan merupakan alas an yang cukup atas kegagalan pelaporan
yang tepat waktu.
Selain laporan keuangan tahunan,setiap entitas pelaporan juga diwajibkan menyusun
laporan keuangan interim.yaitu setidak-tidaknya setiap semester sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

G. Hubungan antar komponen laporan Keuangan


Pos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan adalah slaing terkait satu
sama lain.

1. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas


Pos-pos pendapatan,belanja dan pembiayaan yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos yang disajikan dalam
Laporan Arus Kas(LAK),karena Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan basis
kas.Perbedaan utama antara LRA dan LAK adalah disajikannya transaksi non anggaran di
LAK tetapi tidak disajikan di LRA.Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi
anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.

2. Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 43


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Keterkaitan antara Lapoan Relisasi Anggaran dengn Neraca aalah dalam
penghitungan Saldo Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA).SiLPA/SiKPA dalam Laporan Realisasi Anggaran yang merupakan
selisih antara surplus/defisit dan totalpembiayaan akan dimasukkan pada perkiraan ”Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran” dalam Neraca sebagai Ekuitas Dana
Lancar.Perkiraan ”Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran” dalam Neraca tersebut
meupakan akumulasi SiLPA/SiKPA dalam LRA dari tahun-tahun sebelumnya.

3. Neraca dengan Laporan Arus Kas


Keterkaitan antara Neraca dengan LAK adalah dalam penyajian saldo kas.Selisih
antara saldo awal dan akhir Kas di Bendahara Umum Negara/Kas di Kas Daerah dalam
Neraca merupakan kenaikan/penurunan kas sebagaimana yang disajikan dalam
LAK.Dengan kata lain selisih saldo awal da akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus
sama dengan kenaikan/penurunan ke dalam Laporan Arus Kas. Selain itu saldo akhir kas
di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan saldo akhir di Kas Umum
Negara/Daerah dalam Laporan Arus Kas.

4. Catatan atas Laporan Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran,


Neraca,dan Laporan Arus Kas
Catatan atas laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari LRA, Neraca, dan LAK karena CaLK menjelaskan/mengungkapkan lebih rinci atas
pos-pos dalam LRA, Neraca dan LAK tersebut.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 44


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
BAB III
Strategi Implementasi SAP Pada Pemerintah Daerah Yang Telah Menyusun
Laporan Keuangan berdasarkan Kepmendagri 29 tahun 2002

Seperti kita ketahui bersama, sebelum diterbitkannya PP No. 24 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan telah banyak pemerintahan daerah yang menyusun laporan
keuangan daerah berdasarkan kepmendagri 29/2002. Untuk dapat mempercepat
implementasi SAP diperlukan strategi penerapannya. Strategi yang dapat dilakukan
antara lain :

 Identifikasi cakupan penerapan Kepmendagri 29/2002.


 Bagan Akun Standar sesuai dengan SAP
 Mapping akun-akun Kepmendagri 29/2002 dengan SAP

3.1. Bagan Akun Standar

Bagan Akun Standar adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistematis untuk memudahan perencanaan dan pelaksanaan anggaran,
serta pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah
Akun dalam Laporan Keuangan Daerah terdiri dari :

 Akun Operasional/Nominal
Akun Operasional/Nominal adalah akun yang terdapat dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Arus Kas, akun iini berlaku untuk satu periode akuntansi dan
perlu ditutup pada akhir periode akuntansi

 Akun Riil/Neraca
Akun Riil/Neraca adalah akun yang terdapat dalam neraca dan merupakan akun yang
dibawa sepanjang periode akuntansi

Bagan Akun Pemerintah terdiri dari dua unsur:

 Kode Akun
 Uraian Akun

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 45


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

a. Kode Akun

Kode Akun Merupakan angka/huruf yang menjelaskan struktur dari akun.


Perbedaan bagan kode akun antara Kepmendagri dengan kode akun yang digunakan
dalam penerapan SAP dapat dilihat sebagai berikut.

Dari bagan kode tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat perubahan antara bagan
kode menurut kepmendagri 29/2002 dengan penyempurnaannya. Perbedaan tersebut
antara lain adalah berubahnya kode bidang pemerintahan menurut kepmendagri menjadi
kode fungsi menurut UU No 17 pasal 16 ayat (4), dan masuknya kode program dan kode
kegiatan dalam bagan kode. Perbedaan kode bidang pemerintahan dan kode fungsi dapat
dilihat sebagai berikut :

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 46


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 47


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

b. Uraian Akun
Uraian akun merupakan nama dari suatu akun, Uraian akun yang digunakan
dalam penerapan SAP adalah sebagai berikut :

1 Aset
1.1 Aset Lancar
1.1.1 Kas di Kas Daerah
1.1.1.1 Kas di Bank ….
1.2 Investasi Jangka Panjang
1.2.1 Investasi Non Permanen
1.2.1.1 Pinjaman kepada Perusahaan Negara
1.3 Aset Tetap
1.3.1 Tanah
1.3.1.1 Tanah Kantor
1.4 Dana Cadangan
1.4.1 Dana Cadangan
1.4.1.1 Dana Cadangan Pembangunan Pasar
1.5 Aset Lainnya
1.5.1 Tagihan Penjualan Angsuran
1.5.1.1 Tagihan Penjualan Angsuran Kendaraan Dinas

2 Kewajiban
2.1 Kewajiban Jangka Pendek
2.1.1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
2.1.1.1 Utang PFK pada Taspen
2.2 Kewajiban Jangka Panjang
2.2.1 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
2.2.1.1 Utang kepada Pemerintah Pusat – Pinjaman No. 1
3 Ekuitas Dana
3.1 Ekuitas Dana Lancar
3.1.1 SiLPA
3.2 Ekuitas Dana Investasi
3.2.1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
3.3 Ekuitas Dana Cadangan
3.3.1 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
4 Pendapatan
4.1 Pendapatan Asli Daerah
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah
4.1.1.1 Pendapatan Pajak Hotel
4.2 Pendapatan Transfer
4.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
4.3 Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 48


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
4.3.1 Dana Otonomi Khusus
4.3.1.1 Dana Otonomi Khusus …..
4.4 Transfer Pemerintah Provinsi
4.4.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak
4.5 Lain-lain Pendapatan yang Sah
4.5.1 Pendapatan Hibah

5 Belanja
5.1 Belanja Operasi
5.1.1 Belanja Pegawai
5.1.1.1 Belanja Gaji dan Tunjangan
5.2 Belanja Modal
5.2.1 Belanja Tanah
5.3 Belanja Tak Terduga
5.3.1 Belanja Tak Terduga

6 Transfer
6.1 Transfer/Bagi Hasil ke Desa
6.1.1 Bagi Hasil Pajak
7 Pembiayaan
7.1 Penerimaan Pembiayaan
7.1.1 Penggunaan SiLPA
7.2 Pengeluaran Pembiayaan
7.2.1 Pembentukan Dana Cadangan

 Mapping akun-akun kepmendagri 29/2002 dengan SAP


Mapping akun-akun kepmendagri 29/2002 dengan SAP dapat dilakukan dengan cara :
a. Memetakan akun LRA Kepmendagri dengan SAP
b. Memetakan akun-akun neraca Kepmendagri dengan SAP
c. Memetakan akun-akun LAK Kepmendagri dengan SAP

Untuk lebih jelasnya mapping akun – akun kepmendagri dengan SAP dapat dilihat
dalam gambar – gambar berikut ini.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 49


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 50


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 51


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 52


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Diharapkan dengan pemetaan tersebut di atas dapat memberikan kemudahan dalam upaya
pengimplementasian SAP bagi pemerintah daerah yang sebelumnya menyusun laporan
keuangan daerah berdasarkan kepmendagri 29/2002

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 53


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Bab IV
Penutup

Seperti halnya standar akuntansi pada sector swasta, standar akuntansi dapat
menduduki tingkat otoritas yang paling tinggi dalam kerangka prinsip akuntansi yang
berterima umum di sector pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan akan membantu
pemerintah daerah memberikan pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan
daerah, pedoman struktur laporan keuangan daerah dan persyaratan minimum isi laporan
keuangan termasuk pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi-transaksi
spesifik dan peristiwa – peristiwa akuntansi yang diatur dalam pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Dengan adanya PSAP diharapkan peraturan perundang-
undangan mengenai penyusunan pertanggung jawaban dan perhitungan APBD dalam
bentuk laporan keuangan tidak selalu berubah dan dapat memenuhi karakteristik “dapat
dibandingkan”, baik dengan periode sebelumnya maupun dengan pemerintah daerah
lainnya. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan harus disusun dengan asumsi-
asumsi yang konsisten terhadap standar akuntansi yang digunakan agar sesuai PSAP,
sehingga pada pemeriksaan LKD BPK RI tidak ragu-ragu lagi untuk memberikan opini
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam Peraturan Pemerintah yang
berlaku dengan tegas.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 54


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi Pemerintahan

Daftar Pustaka

1. PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


2. Implementasi SAP di Daerah, Tim Sosialisasi Standar Akuntansi Pemerintahan BPK
RI
3. UU No. 17 Tahun 2003
4. UU No. 32 Tahun 2004
5. Media Akuntansi Edisi 50/ Tahun XII/Oktober 2005
6. Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintah, Komite Standar Akuntansi
Pemerintah.

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 55


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 56


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 57


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 58


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 59


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 60


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 61


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 62


Modul Pelatihan
Standar Akuntansi PemerintahanStandar Akuntansi
Pemerintahan

Tim Sosialisasi SAP – BPK RI Pwk Bandung Halaman 63

Anda mungkin juga menyukai