BAB I
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan
1.1. Pendahuluan
Psl 32 ayat (1) UU 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan, sedangkan Psl 184 ayat (1) dan (3) UU 32 Tahun 2004
intinya menyatakan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Dari dua pasal tersebut di atas maka jelaslah pentingnya diterapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Hal ini direspon pemerintah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
1.3 Definisi
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa standar akuntansi merupakan pedoman
atau prinsip-prinsip yang mengatur pengaturan akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan. Standar akuntansi diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan
keuangan. Penerapan standar ini menjadi sangat penting dikarenakan pelaporan keuangan
menjadi salah satu bentuk akuntabilitas pemerintah daerah.
(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban entitas pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang- undangan.
(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan
menentukan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung
beban pengeluaran tersebut.
Berdasarkan poin-poin di atas terdapat hal yang baru dalam PP No. 24 Tahun
2005 ini, yaitu poin 4, keseimbangan antar generasi. Dimasukkannya poin tersebut dalam
hal ini terkait dengan keseriusan pemerintah untuk menerapkan prinsip akuntansi akrual
sebagai basis akuntansi dalam pelaporan keuangan baik pusat maupun daerah.
Tentu saja basis akrual ini tidak dapat serta merta diterapkan dalam pelaksanaan
pelaporan keuangan daerah. Perlu juga diperhatikan kesiapan daerah dalam sistem
akuntansi keuangan daerahnya yang masih berbasis kas menjadi akrual. Perkembangan
basis akuntansi dalam pelaporan keuangan daerah sampai saat ini dan basis yang
diharapkan digunakan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :
Cash Basis
Modified Cash Basis
Cash Toward Accrual
Full Accrual Basis
Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan menggunakan basis
cash toward accrual. Menurut PSAP Nomor 01 basis Cash Toward Accrual ini adalah
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dan basis akrual
untuk pengakun asset, kewajiban dan ekuitas dana. Basis kas adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi,tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual (fully accrul basis),
baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan, maupun dalam
pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari
LRA berbasis akrual ke LRa berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK)
BAB II
o Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai
nilai yang dapat diukur dengan andal;
o Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban
timbul;
o Pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan;
o Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
1. Pendapatan
Pendapatan diakui pada saat diterima pada kas umum daerah. Dengan demikian apabila
terdapat pendapatan yang dipungut oleh/disetor kepada bendahara penerimaan/Pemegang
Kas belum diakui sebagai pendapatan yang ditangguhkan. Dokumen sumber untuk
pengakuan pendapatan antara lain berupa surat tanda setoran, nota kredit dan buktir
penerimaaan lainnya yang dianggap sah.
Berikut ini ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan pajak :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Pendapatan Pajak XXX
(Buku Pembantu : Sesuai dengan
jenis pajak)
Sebagai Contoh :
Diterima hasil penjualan kendaraan bermotor sebesar Rp 10 juta. Harga perolehan
kendaraan tersebut Rp 20 juta.
Jurnal untuk contoh tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 10 juta
Pendapatan Lain-lain PAD
10 juta
(Untuk mencatat hasil penjualan
kendaraan)
Diinvestaskan dalam aset tetap 20 juta
Peralatan dan Mesin 20 juta
(Untuk mencatat mesin yang
dijual)
2. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Dalam manajemen anggaran, pada prinsipnya belanja baru dapat dibayarkan
setelah barang/jasa yang dibeli diterima pemerintah. Pembayaran belanja dapat dilakukan
Pembayaran Langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak jika jumlah,
peruntukan, dan penerimanya sudah pasti. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran
ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D
LS).
Sebagai contoh :
Pembayaran gaji pegawai bulan juni 2006 dengan SP2D LS sebesar Rp 50 juta.
Dari jumlah tersebut terdapat potongan PPh, Askes, Taspen, dan Taperum
sebesar Rp 3 juta.
Jurnal untuk pembayaran gaji pegawai tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Pegawai 50 juta
Kas di Kas Daerah 50 juta
(Untuk mencatat belanja
pegawai)
Kas di Kas Daerah 3 juta
Penerimaan PFK 3 juta
Sebagai Contoh :
Apabila potongan sebesar Rp 3 juta di atas disetor ke Kas Negara akan di jurnal:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pengeluaran PFK 3 juta
Kas di Kas Daerah 3 juta
(Untuk mencatat penyetoran)
Apabila terdapat belanja untuk perolehan asset tetap atau asset lainnya, maka pada saat
terjadi pembayaran tidak hanya dilakukan pencatatan belanja tetapi sekaligus perolehan
Pada saat dibelanjakan oleh Bendahara Pengeluaran belum diakui sebagai belanja.
Pada saat dipertanggungjawabkan barulah diakui sebagai belanja.
Sebagai contoh :
Dari UP telah dibelanjakan Rp 8 juta untuk biaya perjalanan dinas. Pengeluaran
tersebut dipertanggungjawabkan ke SKPKD dan setelah diverifikasi pengeluaran
3. Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara penadapatan dan belanja selama satu
periode pelapoan dicatat dalam pos Surplus/Defisit. Surplus/Defisit diperoleh melalui
jurnal penutup pendapatan dan belanja.
Sebagai contoh :
Pendapatan berjumlah 1 M dan belanja berjumalh 900 juta.
Jurnal penutupnya adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pendapatan ................ 1M
Belanja....................... 900 juta
Surplus/Defisit 100 juta
4. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau
memanfaatkan surplus anggaran. Transaksi pembiayaan dapat berupa transaksi
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Sebagai contoh :
Dikeluarkan uang sejumlah Rp 100 juta sebagai penyertaan modal pada PDAM.
Jurnal untuk pengeluaran penyertaan modalpada PDAM tersebut adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pengeluaran Penyertaan Modal 100 juta
Pemda
Kas di Kas Daerah 100 juta
(Untuk mencatat penyertaan
Sebagai contoh :
Selama tahun anggaran, penerimaan pembiayaan berasal dari penerimaan
pinjaman sejumlah Rp 200 juta, dan pengeluaran pembiayaan hanya untuk
penyertaan modal sejumlah Rp 250 juta.
Jurnal penutupnya adalah :
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Penerimaan Pinjaman 200 juta
Pembiayaan Netto 50 juta
Pengeluaran Penyertaan 250 juta
Modal
B. Neraca
Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan dalam bentuk diagram
sebagai berikut:
Neraca
A. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset
diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
1. Aset Lancar
Aset lancar disajikan dalam neraca meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan.
Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Kas di Kas Daerah Rp XXX SILPA Rp. XXX
Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Kas di Bendahara
Pengeluaran Rp XXX SILPA Rp. XXX
Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Kas di Bendahara Pendapatan yang
Pengeluaran Rp XXX ditangguhkan Rp. XXX
c). Piutang
Pos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang retribusi, bagian
lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya
yang diharapkan diterirna dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Piutang dicatat sebesar nilai nominalnya.
Penjua!an aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil biasanya
diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh pemerintah disebut sebagai Tagihan
Penjualan Angsuran (TPA). Dalam neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya,
sedangkan TPA yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam asset lancar sebagai Bagian
Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca
karena pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan
Tagihan Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan Negara, wajib mengganti kerugian
tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). Dalam neraca, TF/TGR
disajikan sebagai aset lainnya; sedangkan TP/TGR yang akan jatuh tempo da!am
aangka waktu 12 bulan setelah tanggai pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan
tersendiri dafam aset lancar sebagai Bagian Lancar TP/TGR. RPklasifikasi TP/TGR ini
Rincian jenis piutang pajak, retribusi, bagian lancar TPA dan TP/TGR dapat
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
d). Persediaan
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai
seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen
bekas. Jenis-jenis persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pada umumnya metode pencatatan persediaan ada 2 metode, yaitu metode periodik dan
metode perpetual. Dalam metode periodik, persediaan dicatat berdasarkan
penghitungan/ inventarisasi fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode
pelaporan. Sedangkan dalam metode perpetual, persediaan dicatat setiap terjadi
transaksi yang mengakibatkan penambahan atau pengurangan persediaan. Metode
periodik biasanya digunakan untuk persediaan yang berjumlah banvak dengan harga
Debet Kredit
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Persediaan Rp XXX Cadangan Persediaan *)Rp XXX
Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk dalam aset
nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset lancar sebagaimana
diuraikan terdahulu.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap,
dana cadangan, dan aset lainnya.
Debet Kredit
Investasi Jangka Panjang Ekuitas Dana Investasi
Pinjaman ke perusahaan negara Rp XXX Di Investasikan dalam
Piutang Rp XXX Investasi Jangka Panjang* Rp XXX
Pinjaman ke perusahaan negara Rp XXX
Investasi Obligasi Rp XXX
Investasi Non Permanen Lainnya Rp XXX
Penanaman Modal Pemerintah Rp XXX
Investasi Permanen lainnya Rp XXX
Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Tetap dalam neraca adalah Diinvestasikan
dalam Investasi Aset Tetap, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet Kredit
Aset Tetap Ekuitas Dana Investasi
Tanah Rp XXX Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
Tanah Peralatan dan mesin Rp XXX
Gedung dan Bangunan Rp XXX
Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Rp XXX
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp XXX
Total Rp XXX
Dikurangi:
Akumulasi Penyusutan (Rp XXX
Total Aset Tetap Rp XXX
Jenis, umur, dan kondisi dari masing-masing aset tetap dapat diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Akuntansi Aset Tetap diatur lebih rinci dalam PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi
Aset Tetap.
Debet Kredit
Dana Cadangan Ekuitas Dana Cadangan
Dana Rp XXX Diinvestasikan dalam
Dana Caciangan Rp. XXX
Dana Cadangan
Dana Cadangan Rp XXX
Total Dana Cadangan Rp XXX
Informasi mengenai jenis dana cadangan dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Aset tak berwujud (intangible asset) adalah aset nonkeuangan yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas
kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi :
1. Software kornputer
2. Lisensi dan franchise
3. Hak cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainnya
4. Hak jasa clan operasi
5. Aset tak berwujud dalam pengembangan.
Aset Lainnya
Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX
TP/TGR Rp XXX
Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXX
Aset Tak Berwujud Rp XXX
Aset Lainnya Rp XXX
Total Aset Lainnya Rp XXX
Informasi mengenai jenis dari masing-masing komponen aset lainnya dapat dungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan
B. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengelaran sumber daya ekonomi aan
dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan
perubahan atas kewajiban tersebu mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.
Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang PFK)
dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet Kredit
Apabila terdapat pungutan PFK yang belum disetor berarti saldo uang tersebut
masih berada di Kas Daerah. Oleh karena itu, perkiraan pasangan (balancing account)
Utang PFK dalam neraca adalah Kas di Kas Daerah, yang dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:
Debet Kredit
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas di Kas Daerah Rp XXX Utang PFK Rp XXX
Informasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
Merupakan utang jangka panjang yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Utang
Dalam Negeri- sektor Perbankan, Utang Dalam NegeriObligasi, Utang Luar Negeri.
Misalnya Utang Kepada Pemerintah Pusat/Daerah Otonom Lainnva.
Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Panjang dalam
neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang,
yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Informasi lebih rinci mengenai jenis dari masing-masing kewajiban jangka panjang
dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Akuntansi kewajiban lebih rinci diatur dalam PSAP Nomor 09 tentang
Akuntansi Kewajiban.
C. Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas Dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana
Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.
Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran selama satu periode
akuntansi.
Aktivitas operasi
Indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Jika entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan persediaan,
yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Aktivitas Investasi
Mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah dimasa yang akan datang.
Aktivitas Pembiayaan
Mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan
deficit atau penggunaan surplus anggaran.
Bertujuan memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim
pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang.
Kebijakan fiskal dan ekonomi makro, pencapaian target, kendala dan hambatan berguna
untuk membantu memahami kondisi dan posisi keuangan, selain itu juga berguna untuk
menjelaskan perubahan anggaran yang penting, hambatan dan kendala, serta masalah
yang dihadapi.
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan berguna sebagai :
Strategi dan sumber daya yang digunakan.
Gambaran atas realisasi dan rencana kinerja keuangan.
Prosedur untuk meyakini bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan
adalah relevan dan andal.
Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi :
Asumsi dasar akuntansi.
Informasi yang diperlukan pengguna laporan keuangan untuk melakukan
penilaian secara andal dalam pengambikan keputusan.
Kebijakan akuntansi.
Kebijakan Akuntansi :
Pertimbangan :
1. Pertimbangan sehat.
2. Substansi mengungguli bentuk
3. Materialitas
Isi :
1. Penjelasn prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan.
2. Metode penerapan, yang secara material mempengaruhi penyajian laporan
keuangan.
3. Pertimbangan-pertimbangan penting dalam memilih prinsip-prinsip yang
sesuai.
F. Periode Pelaporan
Laporan Keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.Penyajian
laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
diwajibkan untuk setiap periode tahun anggaran APBN/APBD,dimana dalam masa 1
(satu)tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.Dengan
demikian,periode pelaporan keuangan tahunan adalah per tanggal 31 Desember untuk
Neraca,dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember untuk LRA dan LAK.
Dalam situasi tertentu,tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu
tahun,misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran.Contoh
selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual,suatu entitas
pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam
Bagan Akun Standar adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistematis untuk memudahan perencanaan dan pelaksanaan anggaran,
serta pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah
Akun dalam Laporan Keuangan Daerah terdiri dari :
Akun Operasional/Nominal
Akun Operasional/Nominal adalah akun yang terdapat dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Arus Kas, akun iini berlaku untuk satu periode akuntansi dan
perlu ditutup pada akhir periode akuntansi
Akun Riil/Neraca
Akun Riil/Neraca adalah akun yang terdapat dalam neraca dan merupakan akun yang
dibawa sepanjang periode akuntansi
Kode Akun
Uraian Akun
a. Kode Akun
Dari bagan kode tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat perubahan antara bagan
kode menurut kepmendagri 29/2002 dengan penyempurnaannya. Perbedaan tersebut
antara lain adalah berubahnya kode bidang pemerintahan menurut kepmendagri menjadi
kode fungsi menurut UU No 17 pasal 16 ayat (4), dan masuknya kode program dan kode
kegiatan dalam bagan kode. Perbedaan kode bidang pemerintahan dan kode fungsi dapat
dilihat sebagai berikut :
b. Uraian Akun
Uraian akun merupakan nama dari suatu akun, Uraian akun yang digunakan
dalam penerapan SAP adalah sebagai berikut :
1 Aset
1.1 Aset Lancar
1.1.1 Kas di Kas Daerah
1.1.1.1 Kas di Bank ….
1.2 Investasi Jangka Panjang
1.2.1 Investasi Non Permanen
1.2.1.1 Pinjaman kepada Perusahaan Negara
1.3 Aset Tetap
1.3.1 Tanah
1.3.1.1 Tanah Kantor
1.4 Dana Cadangan
1.4.1 Dana Cadangan
1.4.1.1 Dana Cadangan Pembangunan Pasar
1.5 Aset Lainnya
1.5.1 Tagihan Penjualan Angsuran
1.5.1.1 Tagihan Penjualan Angsuran Kendaraan Dinas
2 Kewajiban
2.1 Kewajiban Jangka Pendek
2.1.1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
2.1.1.1 Utang PFK pada Taspen
2.2 Kewajiban Jangka Panjang
2.2.1 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
2.2.1.1 Utang kepada Pemerintah Pusat – Pinjaman No. 1
3 Ekuitas Dana
3.1 Ekuitas Dana Lancar
3.1.1 SiLPA
3.2 Ekuitas Dana Investasi
3.2.1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
3.3 Ekuitas Dana Cadangan
3.3.1 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
4 Pendapatan
4.1 Pendapatan Asli Daerah
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah
4.1.1.1 Pendapatan Pajak Hotel
4.2 Pendapatan Transfer
4.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
4.3 Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya
5 Belanja
5.1 Belanja Operasi
5.1.1 Belanja Pegawai
5.1.1.1 Belanja Gaji dan Tunjangan
5.2 Belanja Modal
5.2.1 Belanja Tanah
5.3 Belanja Tak Terduga
5.3.1 Belanja Tak Terduga
6 Transfer
6.1 Transfer/Bagi Hasil ke Desa
6.1.1 Bagi Hasil Pajak
7 Pembiayaan
7.1 Penerimaan Pembiayaan
7.1.1 Penggunaan SiLPA
7.2 Pengeluaran Pembiayaan
7.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
Untuk lebih jelasnya mapping akun – akun kepmendagri dengan SAP dapat dilihat
dalam gambar – gambar berikut ini.
Seperti halnya standar akuntansi pada sector swasta, standar akuntansi dapat
menduduki tingkat otoritas yang paling tinggi dalam kerangka prinsip akuntansi yang
berterima umum di sector pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan akan membantu
pemerintah daerah memberikan pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan
daerah, pedoman struktur laporan keuangan daerah dan persyaratan minimum isi laporan
keuangan termasuk pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi-transaksi
spesifik dan peristiwa – peristiwa akuntansi yang diatur dalam pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Dengan adanya PSAP diharapkan peraturan perundang-
undangan mengenai penyusunan pertanggung jawaban dan perhitungan APBD dalam
bentuk laporan keuangan tidak selalu berubah dan dapat memenuhi karakteristik “dapat
dibandingkan”, baik dengan periode sebelumnya maupun dengan pemerintah daerah
lainnya. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan harus disusun dengan asumsi-
asumsi yang konsisten terhadap standar akuntansi yang digunakan agar sesuai PSAP,
sehingga pada pemeriksaan LKD BPK RI tidak ragu-ragu lagi untuk memberikan opini
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam Peraturan Pemerintah yang
berlaku dengan tegas.
Daftar Pustaka