Anda di halaman 1dari 26

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

“Pembangunan Berwawasan Kependudukan Kota Parepare 2015”

Disusun Oleh
Andi Nurhaedah (1517141005)
A.Sy. Haderah (1517141009)
Dwidary Mulyaningrum (1517140007)
Rita Sahara (1517140015)
Yuli Suprianti (1517140005)

PROGRAM STUDI STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNUVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh


Puji syukur penulis ucapkan atas berkat kehadirat dan rahmat Allah S.W.T sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang mengangkat topik tentang Profil
Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia dengan materi inti Pembangunan
Berwawasan Kependudukan diajukan guna memenuhi tugas matakuliah Statistika Survei
yang diampu oleh Bapak Kasim Aidid, S.Si., M.Si. Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni
memberikan tambahan pemahaman pembaca mengenai penerapan Pembangunan
Berwawasan Kependudukan pada data kependudukan Kota Parepare.
Memperdalam pemahaman tentang topik tersebut, penulis berupaya untuk
memaparkan beberapa sub pembahasan yang menunjang. Pemahaman konsep yang awal
dibahas dalam makalah ini adalah pencapaian pembangunan manusia kemudian dibarengi
dengan pembangunan gender, penduduk rentan, ketersediaan pelayanan, kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan serta pertanian pangan. Keterbatasan akan
referensi yang menyajikan data mentah, mengakibatkan beberapa sub pembahasan
dihilangkan ataupun diganti sehingga aspek kebenaran pun masih bersifat relatif. Apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi konsep maupun sekadar
sistematika penulisan, kami harap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan makalah ini. Dengan demikian kami menghaturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Wassalammualaikaum Warrahmatullah Wabarakatuh

Makassar, 18 April 2018

Penulis
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang

BKKBN menetapkan visi “Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015”.


Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) tahun 2005-2025. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan
pembangunan berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera. Visi dan misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian
angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas
penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya.
Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara
berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan
kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan,
lautan, dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta
potensi sumber daya yang ada bagi tujuan pembangunan manusia atau
masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan berkelanjutan adalah
upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang sama bagi
tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan
hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan
berkelanjutan karena penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat
pembangunan. Konsep ini diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep pembangunan
berwawasan kependudukan.
Oleh karena itu, pemahaman akan pembangunan berwawasan
kependudukan menjadi penting untuk dibahas guna mewujudkan visi dan misi
pembangunan berkelanjutan. Selain itu, penerapan terkait topik tersebut juga perlu
mendapat perhatian untuk mempertajam pemahaman konsep. Sebagai upaya
dalam merealisasikan hal tersebut, makalah ini berupaya untuk mengulas
pembahasan terkait konsep dan penerapan pembangunan berwawasan
kependudukan pada data Kota Parepare Tahun 2015.
2.2. Rumusan Masalah
Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan
berkelanjutan karena penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat
pembangunan, konsep ini diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep pembangunan
berwawasan kependudukan. Pembangunan berwawasan kependudukan diukur
dengan beberapa indikator diantaranya pencapaian pembangunan manusia,
pembangunan gender, penduduk rentan, ketersediaan pelayanan, kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan serta pertanian pangan. Penerapan dari
konsep tersebut sangatlah penting guna mengetahui informasi terkait indikator
ketercapaian pembangunan berwawasan kependudukan.
2.3. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah mengetahui
penerapan konsep pembangunan berwawasan kependudukan pada data kota
Parepare Tahun 2015.
2.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan tercapai terhadap:
- Pemerintah Kota Parepare, agar dapat dijadikan bahan referensi dalam
pengambilan kebijakan sekaligus sebagai bahan evaluasi guna perbaikan
program pembangunan berkelanjutan.
- Mahasiswa, sekiranya dapat menjadi bahan bacaan dalam mempertajam
wawasan terkait konsep pembangunan berwawasan kependudukan yang
diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan sosial.
- Masyarakat umum, sekiranya dapat memicu sifat kepedulian masyarakat
untuk bekerjasama dalam pensuksesan program pembangunan berkelanjutan.
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pencapaian Pembangunan Manusia


Pembangunan suatu wilayah tidak lepas dari sumber daya manusia (SDM)
yang ada didalamnya karenanya diperlukan perhatian khusus pada kualitas SDM.
Pembangunan manusia termasuk bagaimana menghapus hambatan dari apa yang
seharusnya dapat dilakukan manusia dalam kehidupannya. Tujuan dari
pembangunan manusia adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
masyarakat untuk hidup panjang, sehat dan kreatif (Alkire,2010). Pembangunan
memiliki arti perbaikan kualitas hidup pada berbagai sisi kehidupan manusia
seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lainnnya.
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indek untuk
mengetahui tingkat kinerja pembangunan manusia secara keseluruhan dari tingkat
pencapaian manusia, semakin tinggi nilai IPM suatu daerah, maka semakin tinggi
pula tingkat kinerja pembangunan yang dicapai daerah tersebut. IPM selain
berfungsi sebagai ukuran pencapaian manusia juga sebagai alat perbandingan
pencapaian pembangunan manusia dengan negara lain.
Tabel 2.1. Indeks Pembangunan ManusiaberdasarkanKabupaten/Kota di
Sulawesi Selatan padatahun 2015
IPM
No. Kabupaten
2015
1 Selayar 64.32
2 Bulukumba 65.58
3 Bantaeng 66.2
4 Jeneponto 61.61
5 Takalar 64.07
6 Gowa 66.87
7 Sinjai 64.48
8 Maros 67.13
Pangkajene
9 66.65
Kepulauan
10 Barru 68.64
11 Bone 63.11
12 Soppeng 65.33
13 Wajo 66.9
14 Sidenreng Rappang 69
15 Pinrang 69.24
16 Enrekang 70.03
17 Luwu 68.11
18 TanaToraja 65.75
19 Luwu Utara 67.44
20 LuwuTimur 70.43
21 Toraja Utara 66.76
22 Kota Makasar 79.94
23 Kota Parepare 76.31
24 Kota Palopo 76.27

Grafik 2.1. Perbandingan IPM Kota Parepare dengan Kabupaten/Kota lain di


Sulawesi Selatan Tahun 2015

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa pada tahun 2015 kota Parepare berada
pada posisi kedua tertinggi setelah Kota Makasar dari 24 kabupaten/kota di
provinsi Sulawesi Selatan dengan IPM 76,31 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pencapaian pembangunan manusia di kota Parepare termasuk tinggi dibandingkan
dengan daerah lain disekitarnya.
Tabel 2.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen IPM Kota
Parepare, Tahun 2013-2015
Jenis Indikator 2013 2014 2015
Angka Harapan Hidup (Tahun) 70.38 70.39 70.59
Harapan Lama Sekolah (Persen) 13.65 14.04 14.44
Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 9.89 9.95 10.01
Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan (Ribu 12.69
12.554 12.817
Rupiah) 2
Indeks Pembangunan Manusia (Persen) 75.10 75.66 76.31
Tabel diatas menunjukkan peningkatan pada masing-masing indikator IPM di
Kota Parepare antara tahun 2013-2015. Angka Harapan hidup antar atahun 2013
sampai dengan 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,21 tahun, sedangkan
angka harapan lama sekolah meningkat sebesar 0,79 persen dan rata rata lama
sekolah meningkat sebesar 0,12 tahun serta Pengeluaran Perkapita Riil meningkat
sebesar 0,263 ribu rupiah.
Grafik 2.2 Grafik setiap komponen Indeks Pembangunan Manusia pada
tahun 2013-2015

(b)

(a) (b) (c)

(d) (e)
Angka harapan hidup di kota Parepare semakin baik dari tahun-tahun
sebelumnya hal ini dapat dilihat pada Grafik 2(a), dimana semakin meningkatnya
angka harapan hidup maka keluhan kesehatan semakin sedikit. Adapun komponen
harapan lama sekolah semakin baik yang ditunjukkan pada grafik 2(b) yang
menandakan bahwa semakin banyak masyarakan yang memperhatikan
pendidikannya dimana diketahui pendidikan merupakan syarat pembangunan
untuk manusia begitupun komponen rata-rata lama sekolah pun setiap tahun
semakin baik (grafik c) dimana kedua komponen ini menunjukkan keberhasilan
pembangunan pendidikan saat ini. Dan terakhir komponen pengeluaran per Kapita
berdasarkan grafik (d) menunjukkan terjadinya peningkatan setiap tahunnya mulai
dari tahun 2013 hingga 2015. Adapun Indeks Pembangunan Masyarakat kota
Parepare mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni dari 75,10 persen
tahun 2013 menjadi 76,31 persen tahun 2015.
2.2. Pembangunan Gender
Indeks pembangunan gender (IPG) merupakan sebuah ukuran untuk
komposit yang mencerminkan perbedaan dalam prestasi pembangunan manusia
antara perempuan dan laki-laki dalam dimensi kesehatan, pendidikan dan standar
hidup layak. Indeks ini menggambarkan kesenjangan pencapaian antara laki-laki
dan perempuan yang diukur menggunakan rasio IPM perempuan danlaki-laki.
Salah satu yang menyebabkan kehilangan dalam pembangunan manusia yang
diakibatkan adanya kesenjangan gender adalah IndeksKetimpangan Gender
(IKG), dimana nilai IKG berkisar 0 sampai 1. Nilai berkisar 0 menunjukkan
perempuan dan laki-laki dikatakan memiliki kehilangan kesempatan yang sama
dan jika nilai berkisaran 1 menunjukkan perempuan kehilangan lebih banyak
dibandingkan laki-laki dari keseluruhan dimensi yang diukur. Semakin tinggi nilai
IKG maka semakin besar diskriminasi yang terjadi.
Grafik 2.3. Perkembangan IPG di Kota Parepare Periode Tahun 2010-2015

Secara umum pencapaian pembangunan gender di kota Parepare dari waktu


kewaktu menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini dapat dilihat
pada Grafik 2.3 yang menunjukkan adanya peningkatan Indeks Pembangunan
Gender (IPG) selama kurun waktu tahun 2010-2015.
Tabel 2.3. Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Kota Parepare Pada Periode
2010-2015
Tahun IPG
2010 96.28
2011 96.59
2012 96.69
2013 97.05
2014 97.27
2015 97.29
Padatahun 2004 IPG di kota Parepare telah mencapai 96.59, kemudian naik
menjadi 96.59 pada tahun 2011 dan bergerak naik lagi secara perlahan menjadi
97.29 pada tahun 2015.
2.3. Penduduk Rentan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang atau
keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan
yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial maupun perubahan lingkungan (secara
mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan. Menurut Kementerian
Sosial RI, saat ini tercatat ada 26 jenis PMKS dengan batasan pengertian dan
berbagai kriteria. Berikut penjelasan 10 dari 26 indikator tersebut:
1. Anak Balita Telantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun ke bawah
yang ditelantarkan orang tuanya dan/atau berada di dalam keluarga tidak
mampu oleh orang tua/keluarga yang tidak memberikan pengasuhan,
perawatan, pembinaan dan perlindungan bagi anak sehingga hak-hak
dasarnya semakin tidak terpenuhi serta anak dieksploitasi untuk tujuan
tertentu.
2. Anak Telantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) sampai 18 (delapan
belas) tahun yang mengalami perlakukan salah dan ditelantarkan oleh orang
tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.
3. Anak berhadapan dengan hukum adalah seorang anak yang berusia 6 (enam)
sampai 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, 1) yang diduga,
disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana; 2)
yang menjadi korban tindak pidana atau melihat dan/atau mendengar sendiri
terjadinya suatu tindak pidana.
4. Anak Jalanan adalah seorang anak yang berusia 5-18 tahun, dan anak yang
bekerja atau dipekerjakan di jalanan, dan/ atau anak yang bekerja dan hidup
di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari.
5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang berusia 18 tahun
ke bawah yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak,
yang terdiri dari anak dengan disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental
dan anak dengan disabilitas fisik dan mental.

6. Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak usia 0-18 tahun
dalam situasi darurat, anak korban perdagangan/penculikan, anak korban
kekerasan baik fisik dan /atau mental, anak korban eksploitasi, anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi serta dari komunitas adat terpencil, anak
yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan
zat adiktif lainnya (NAPZA), serta anak yang terinfeksi HIV/AIDS.
7. Lanjut Usia Telantar adalah seseorang berusia 60 tahun atau lebih yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun
sosial.
8. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani
maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas mental, dan penyandang disabilitas fisik dan mental.
9. Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan
sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar
perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau
jasa.

10. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak
sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta
mengembara di tempat umum.
Grafik

Tercatat sebanyak 12889 jumlah PMKS yang terdapat dikota Parepare

2.4. Ketersediaan Pelayanan


2.4.1. Kesehatan
1. Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)

Kecamatan
Jenis sarana kesehatan Bacukiki Bacukiki Soreang Ujung Jumlah
Barat
Rumah Sakit 1 2 3
Puskesmas
 Puskesmas dengan RRI 1 1 2 2 6
 Puskesmas pembantu 9 6 4 3 22
 Poskesdes 1 4 4 1 10
Rumah Sakit Khusus - 1 1
Praktek Perorangan
 Dokter Umum 43
 Dokter Spesialis 32
 Dokter gigi dan Dokter Spesialis 21
Bidan 90
Refraksionis 5
Fisioterapi
Tabel Sarana Kesehatan Tiap Kecamatan di Kota ParepareTahun2015
2. Tenaga Kesehatan
Tabel Tenaga Kerja Kesehatan Menurut Jenisnya Di kota Parepare tahun
2015
Tahun 2014
Jenis Tenaga Kesehan Jumlah
Bacukiki Bacukiki Barat Ujung Soreang
DokterUmum 43
Dokter Gigi 21
Dokter Ahli 32
ParademikKeperawatan 422
Parademik Non Keperawatan
Apoteker 53
Tenaga KesehatanLainnya

2.4.2. Pendidikan
1. Rasio Penduduk Usia Sekolah per Sekolah
2. Tenaga Pengajar
Tabel Banyaknya Pegawai Negeri Sipil Kota Pare-Pare Menurut Tingkat
Pendidikan dan Jenis Kelamin Pada Tahun 2013-2014
2013 2014
Pendidikan Laki- Laki-
Perempuan Jumlah Perempuan Jumlah
Laki Laki
SD 35 3 38 32 3 35
SLTP 57 8 65 50 2 52
SLTA 406 281 687 347 243 617
DIPLOMA I/III 86 345 431 77 277 354
D-III/AKADEMIK 146 352 498 125 321 446
D-IV/S1 1.119 1.619 2.738 1.164 1.75 2.914
S2/S3 134 63 197 151 80 321
Jumlah 1.983 2.671 4.654 1.973 2.678 4.649

2.4.3. Sanitasi dan Air Bersih


Sanitasi dan Air Bersih merupakan salah satu jenis fasilitas tempat tinggal
yang termasuk indikator penting untuk mengukur kesejahteraan keluarga. Sumber
air minum merupakan indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan
keluarga.
Tabel Presentasi rumah tangga menurut sumber air minum dan penggunaan kakus
di kota pare-pare, tahun 2014-2015 (persen)
Rincian 2014 2015
Sumber Air Minum 100,00 100,00
 Air Bersih 98,53 97,70
 Bukan Air Bersih 1,48 2,30
PenggunaanKakus 100,00 100,00
 Ada Kakus 97,49 95,79
 Tidak Ada Kakus 3,99 4,21

2.4.4. Listrik
Listrik merupakan salah satu fasilitas penerangan yang sudah menjadi kebutuhan
primer bagi pendudk, hampir diseluruh rumahtangga di kota pare-pare sudah
menggunakan listrik sebagai sumber penerangan.
Tabel Persentasi rumahtangga menurut sumber penerangan di kotaparepare, tahun
2014-2015 (persen)
Sumberpenerangan 2014 2015
Listrik PLN 99,60 99,64
Listrik Non PLN 0,17 0,26
BukanListrik 0,23 0,10

2.5. Kesehatan
Sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan dan status kesehatan
penduduk, ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan
merupakan salah satu faktor yang penting. Ketersediaan fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas dalam pelayanan kesehatan penduduk menjadi
suatu keharusan. Pada umumnya di daerah perkotaan tersedia rumah sakit dan
juga puskesmas, sedangkan di daerah pedesaan umumnya hanya terdapat
puskesmas (termasuk puskesmas pembantu atau puskesmas keliling). Fasilitas
kesehatan yang dimaksudkan dalam bab ini adalah banyaknya rumah sakit
dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu atau puskesmas keliling.
Perbandingan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan jumlah penduduk dirasakan
masih belum optimal.
Hidup sehat merupakan kebutuhan dasar manusia, dan setiap insan
mempunyai hak untuk menikmati derajat kesehatan yang tinggi bagi
kehidupannya. Agar dapat dicapai derajat kesehatan yang tinggi, penduduk juga
harus mendapatkan hak-haknya atas kecukupan dalam memperoleh makanan,
air minum, pakaian, pemukiman, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan
sosial.
Pemerintah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan penduduk, karena kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan
SDM. Disamping itu, setiap individu bertanggung jawab terhadap kesehatan
dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Kemajuan dalam pembangunan
kesehatan akan mempunyai pengaruh terhadap pembangunan nasional dan
sebaliknya pembangunan nasional akan mempunyai dampak penting terhadap
derajat kesehatan penduduk. Pada hakekatnya derajat kesehatan penduduk
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku masyarakat, lingkungan hidup,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Oleh sebab itu, pembangunan
kesehatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
guna mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi perlu dijalankan dengan
mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan dibidang kesehatan dapat dilihat dari derajat kesehatan dan
gizi penduduk, meningkatnya pelayanan kesehatan, serta bertambah
baiknya lingkungan kesehatan masyarakat.

2.5.1 Angka Harapan Hidup


Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah
Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup Kota Parepare
mengalami peningkatan dari tahun 2012-2016.
Tabel dan Grafik Angka Harapan Hidup Kota Pare-Pare Tahun 2012-2016

Tahun AHH

70.60
2012 70,37

AHH

70.50
2013 70,38
2014 70,39

70.40
2015 70,59
2012 2013 2014 2015 2016
2016 70,64
Tahun

Sejak tahun 2012-2014 Angka Harapan Hidup Kota Parepare mengalami


peningkatan yang sangat kecil dengan pertambahan 0,01 angka. Sedangkan antara tahun
2014 dan 2015, Angka Harapan Hidup Kota Pare-Pare mengalami peningkatan angka
yang cukup drastis dari angka 70,39 ke angka 70,59. Pada tahun 2016 Angka Harapan
Hidup Kota Parepare adalah sekitar 70,64 tahun . Besar kecilnya Angka Harapan
Hidup dipengaruhi oleh banyak variabel baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time lag) tertentu.
Variabel yang diperkirakan sangat berpengaruh terhadap AHH adalah balita yang
ditolong kelahirannya oleh tenaga medis. Pada tahun 2015 semua persalinan di Kota
Parepare ditolong oleh tenaga medis.
Tabel Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan di Kota Parepare Tahun 2015
Penolong Persalinan
Persentase
Terakhir
Dokter 34,72
Bidan 65,28
Tenaga Paramedis Lain -
Dukun -
Keluarga -
Lainnya -
Total 100,00

2.5.2 Pemerataan Pelayanan Kesehatan


Sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat secara menyeluruh,
pemerintah melaksanakan program kesehatan gratis. Sebagai penunjang utama
adalah fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai. Selain, terdapat 3 rumah
sakit besar, dan 1 rumah sakit khusus kusta. Kota Parepare juga dilengkapi
dengan 6 buah Puskesmas dan 22 buah Puskesmas Pembantu (Pustu)
yang tersebar di empat kecamatan. Di Kota Parepare terdapat Rumah Sakit
Umum Tipe B, yang merupakan tempat rujukan rumah sakit dari beberapa
kabupaten lain.
Dinas Kesehatan Kota Parepare tidak mendapat kesulitan untuk
menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masing- masing karena
secara umum Kota Parepare mempunyai kondisi geografis yang tidak sulit.
Walaupun masih ada masyarakat yang hidup di daerah pegunungan, mereka
ditunjang dengan fasilitas layanan kesehatan yang disebut Puskesmas Pembantu
(Pustu). Jumlah tenaga medis dan paramedis di Kota Parepare cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2015 jumlah dokter yang ada di Kota Parepare
adalah sebanyak 235 orang dengan rincian dokter umum sebanyak 94 orang,
dokter spesialis 99 orang, dokter gigi 42 orang, sedangkan tenaga bidan sebanyak
216 orang, paramedis keperawatan 539 orang dan apoteker sebanyak 139
orang.
Tabel Statistik Pelayanan Kesehatan di Kota Parepare, Tahun 2014 – 2015

Rincian 2014 2015


Fasilitas kesehatan
Rumah Sakit 3 3
Rumah Sakit Khusus 1 1
Puskesmas dengan RRI 6 6
Puskesmas Pembantu (Pustu) 22 -
Poskesdes - -
Rumah Bersalin 3 2
Balai Pengobatan 1 3
Laboratorium Klinik 1 -
Optikal 6 -
Apotik 39 -
Gudang Farmasi 1 -
Toko Obat Berizin 11 -
Praktek Perorangan :
Dokter Umum 17 -
Dokter Spesialis 7 -
Dokter Gigi 3 -
Bidan 25 -
Refraksionis 2 -
Fisioterapi - -
Tenaga Kesehatan:
Dokter Umum 43 94
Dokter Gigi 21 42
Dokter Ahli 32 99
Apoteker 53 139
Bidan 90 216
Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota Parepare adalah sebanyak 136.699, dengan
jumlah dokter sebanyak 193 orang dokter umum dan ahli (tidak termasuk dokter gigi),
maka diperoleh rasio 1:719, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap dokter secara rata-
rata melayani 719 orang. Tenaga medis lain seperti bidan jumlahnya relatif berfluktuasi.
Pada tahun 2014 jumlah bidan adalah sebanyak 90 orang, meningkat menjadi
216 orang pada tahun 2015.

2.5.3 Status Kesehatan Masyarakat


Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, sejak dini
keadaan gizi perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Status gizi balita
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain pemberian zat besi terhadap ibu-
ibu hamil, pemberian kapsul yodium (untuk ibu hamil, ibu nifas & wanita usia
subur), dan pemberian kapsul vitamin A kepada balita. Berdasarkan laporan
Dinas Kesehatan Kota Parepare pada tahun 2009 masih ada balita yang
berstatus gizi buruk, tetapi telah ditangani dengan baik sehingga pada awal
tahun 2011 sampai 2015 tidak ada lagi kasus gizi buruk.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap AHH yaitu persentase
penduduk dengan keluhan kesehatan dan persentase penduduk yang sakit.
Secara umum diharapkan bahwa semakin sedikit persentase penduduk dengan
keluhan kesehatan dan persentase penduduk yang sakit maka akan semakin tinggi
kemungkinan kelangsungan hidupnya.
Tabel . Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Menurut Jenis Kelamin di Kota
Parepare, Tahun 2014 – 2015 (Persen)
2014 2015
Rincian
Ya Tidak Ya Tidak
Laki-Laki 29,02 70,98 35,44 64,56
Perempuan 29,63 70,37 36,74 63,26

Laki-Laki + Perempuan 29,33 70,67 36,11 63,89


Jika dilihat dari jenis kelamin tampak bahwa persentase laki-laki yang
mengeluh sakit adalah sekitar 35,44 persen, sedangkan perempuan sekitar
36,74 persen dari total penduduk pada tahun 2015 sedangkan Pada tahun 2014
jumlah laki-laki yang mengeluh sakit sebanyak 29,02 persen, sedangkan
perempuan sebanyak 29,63 persen.
Data Susenas menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengalami
keluhan di Kota Parepare sekitar 29,33 persen pada tahun 2014, naik menjadi
36,11 persen pada tahun 2015. Penduduk yang mengeluh diduga akibat
perubahan cuaca yang tidak menentu. Pada tahun 2015, dari 36,11 persen
penduduk Kota Parepare (laki-laki + perempuan) yang mengalami keluhan
tersebut, maka dapat dirinci lebih dalam lagi apakah penduduk tersebut benar-
benar ada gangguan kesehatan atau tidak. Persentase penduduk yang menyatakan
mengalami keluhan menurut ada tidaknya gangguan kegiatan, jenis kelamin di
Kota Parepare pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini.

Gambar 3. Grafik Persentase Penduduk yang Menyatakan Mengalami Keluhan


Menurut Ada Tidaknya Gangguan Kegiatan, Jenis Kelamin di Kota Parepare,
Tahun 2015 (Persen)
60 52.22 47.78 59
55.73
41 44.27

40
ada
20
tidak
tidak
0
ada
laki-laki
perempuan
total

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa di Kota Parepare pada tahun
2015, dari 29,33 persen penduduk (laki-laki + perempuan) yang menyatakan
ada keluhan, yang benar-benar terganggu kesehatannya adalah sekitar 55,73
persen, sedangkan sisanya 44,27 persen tidak ada gangguan kesehatan. Sementara
itu, dari 35,44 persen penduduk laki-laki yang menyatakan ada keluhan, yang
benar-benar terganggu kesehatannya adalah sekitar 52,22 persen, sedangkan
sisanya sekitar 47,78 persen tidak ada gangguan kesehatan. Kemudian, dari 36,74
persen penduduk perempuan yang menyatakan ada keluhan, yang benar-benar
terganggu kesehatannya adalah sekitar 59 persen, sedangkan sisanya 41
persen tidak ada gangguan kesehatan.
Dari 55,73 persen penduduk (laki-laki + perempuan) yang benar-benar
terganggu kesehatannya, dapat dirinci lebih lanjut berdasarkan jumlah hari
sakitnya tersebut, seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel . Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah
Hari Sakit di Kota Parepare, Tahun 2015 (Persen)
Rincian Laki-Laki Perempuan L+P
<4 64,62 62,89 63,67
4–7 24,37 28,82 26,81
8 – 14 6,59 5,10 5,77
15 – 21 2,18 1,37 1,73
22 – 30 2,23 1,83 2,01
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Pada tahun 2015, persentase penduduk terbesar jumlah hari sakitnya adalah
kurang dari 4 hari yaitu sebanyak 63,67 persen, dimana penduduk laki-laki
sebanyak 64,62 persen dan penduduk perempuan sebanyak 62,89 persen.
Sedangkan persentase terkecil adalah penduduk yang jumlah hari sakitnya antara
15 – 21 hari yaitu sebesar 1,73 persen, dimana penduduk laki-laki sebanyak
2,18 persen dan penduduk perempuan sebanyak 1,37 persen.

2.5.4 Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Kesehatan merupakan kebutuhan setiap insan oleh sebab itu kesehatan
mestinya tercermin dari kegiatan tersebut. Peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan, yaitu:
a. Kepemimpinan, dengan melakukan suatu intervensi kepemimpinan yang
berwawasan kesehatan untuk semua,
b. Pengorganisasian, yaitu melakukan intervensi dibidang kesehatan pada setiap
kelompok masyarakat sehingga muncul Usaha Kesehatan Bersama
Masyarakat (UKBM), dan
c. Pendanaan, yaitu dengan mengembangkan sumber dana yang ada untuk
membiayai beberapa kegiatan di bidang kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat secara kasar dapat dilihat dengan
melihat keberadaan jenis UKBM, misalnya Posyandu, Polindes, POD (Pos
Obat Desa), BKB (Bina Keluarga Balita), dan lain sebagainya. Namun karena
keterbatasan data pada publikasi ini, maka yang dapat disampaikan hanya
keberadaan Posyandu saja yang ada di Kota Parepare. Peningkatan peran serta
masyarakat secara kasar dapat dilihat melalui keberadaan jenis UKBM
misalnya Posyandu, Pos KB, dan BKM (Bina Keluarga Balita ) dan lain–lain.
Namun karena keterbatasan data pada publikasi ini hanya dapat
disampaikan keberadaan posyandu dan pos KB di Kota Parepare. Di Kota
Parepare terjadi perubahan yang cukup signifikan terhadap kualitas peran serta
masyarakat selama dua tahun terakhir ini. Disamping tenaga kesehatan, kader
binaan posyandu memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan
posyandu. Biasanya kader ini direkrut dari penduduk sekitar tempat
posyandu didirikan dan ditempatkan di rumah-rumah penduduk sehingga sangat
akrab dengan penduduk sekitarnya. Adanya kader ini menunjukkan betapa
pedulinya penduduk terhadap kesehatan dilingkungan tempat tinggalnya.

2.6. Pendidikan
2.6.1. Literasi (AMH)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Angka Melek Huruf (AMH) adalah
proporsi penduduk berusia 15 tahun keatas yang memiliki kemampuan membaca
dan menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab, dan huruf lainnya
(seperti huruf jawa, huruf kanji, dan lain-lain) terhadap penduduk usia 15 tahun
keatas. Kegunaandari AMH adalah untuk melihat pencapaian indikator dasar yang
telah dicapai oleh suatu daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam
memperluas ilmu pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat
sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan.
AMH berkisar antara 0-100. Tingkat melek huruf yang tinggi
menunjukkan adanya sistem pendidikan dasar yang efektif dan atau program
keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh
kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan
melanjutkan pembelajaran.
Tabel Literasi atau Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Kota Parepare pada
tahun 2013-2015
No. Tahun AMH (persen)
1.
2013 97,40
2.
2014 97,42
3.
2015 97,53
2.6.2. Partisipasi Sekolah
Menurut Badan PusatStatistik (BPS), Angka Partisipasi Sekolah (APS)
adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang
masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. APS yang
tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses
pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi
dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap kelompok umur.
Tabel Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) berdasarkan kelompok umur
penduduk Kota Parepare pada tahun 2015
No. KelompokUmur Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
5-6 tahun 36,90 27,85 31,74
2.
7-12 tahun 98,10 100,00 98,93
3.
13-15 tahun 98,52 96,47 97,52
4.
16-18 tahun 74,87 78,32 76,66

2.6.3. Rata-rata Lama Sekolah


Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata lama sekolah adalah
indikator penting lain yang dapat digunakan untuk melihat tingkat pendidikan di
suatu daerah.
Tabel 3.6.4.1 Rata-rata lama sekolah Kota Parepare pada tahun 2013-2015
No. Rata-rata lama
Tahun
sekolah
1.
2013 9,89
2.
2014 9,95
3.
2015 10,01
2.7. Ekonomi dan Ketenagakerjaan
2.7.1. Ekonomi
1. ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional
(Kabupaten/Kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk
menciptakan output (Nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Dalam
menyususn PDRB digunakan 2 pendekatan, yaitu produksi dan penggunaan,
diamana keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirincikan
menurut sumber kegiatan ekonomi (lapangan usaha) dan menurut lapangan
komponen penggunaannya. Dilihat dari sisi lapangan usaha PDRB
merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu
diciptakan oleh lapangan usaha atas berbagai aktivitas produksi.
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kota Pare-pare Atas Dasar
harga konstan tahun 2010-2014

Tahun PDRB ADH berlaku PDRB ADH Konstan Pertumbuhan


(Juta Rupiah) (Juta rupiah) Ekonomi (persen)
2010 2.670.534,00 2.670.534,00 7.99
2011 3.074.028,40 2.985.481,80 8.42
2012 3.501.130,20 3.150.257,40 8.80
2013 3.938.494,70 3.401.319,80 7.97
2014 4.428.046,50 3.608.548,80 6.09
2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung dan kesehatan.
Tabel Jumlah dan Presentasi Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kota
Parepare Tahun 2011-2013
URAIAN 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
GarisKemiskinan 216.236 230.121 248.27
Jumlah Penduduk Miskin 7,7 7,4 8,6
Presentasi Penduduk Miskin 5,91 5,58 6,38
Indeks kedalaman Kemiskinan 0,45 0,88 0,83
Indeks Keparahan Kemiskinan 0,07 0,21 0,18
3. Pendapat Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita
PDRB Perkapita dihasilkan bila PDRB suatu daerah dibagi dengan
jumlah penduduk yang tinggal didaerah itu. PDRB perkapita atas dasar harga
berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau satu orang penduduk.
Tabel dan grafik PDRB Perkapita Kota Pare-pare Tahun 2010-2014

Tahun PDRB Perkapita (Rupiah)


2010 20.592.942,45
2011 23.374.153,28
2012 26.249.092,27
2013 29.132.601,90
2014 32.344.407,93
2.7.2. Ketenagakerjaan
Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi
pembangunan ekonomi, khususnya dalam upaya pemerintahan untuk mengurangi
penduduk miskin dengan menitikberatkan pada masalah perluasan kesempatan
kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Adapun aspek-aspek dalam
ketenagakerjaan diantaranya :
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (APAK)
Tabel Presentasi Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama
Selama Seminggu Yang Lalu di Kota Pare-Pare, Tahun 2014-2015(Persen)

Rincian (Persen) 2014 2015

Angkatan kerja : 60.62 60.25


*Bekerja 56.34 55.14
*Pengangguran terbuka 4.28 5.11
Bukan Angkatan Kerja : 39.38 39.75
*Sekolah 13.26 12.25
*Mengurus RT 20.30 21.74
*lainnya 5.81 5.76
Penduduk Usia Kerja
100.00 100.00
(15 Tahun ke Atas)

2. Angkatan Kerja
Tabel Data Angkatan Kerja Dan Penduduk Kota Pare-Pare Tahun
Angkatan Bukan
Tahun Jumlah TPAK
Kerja Angkatan
Kerja
2013 53.678 39.327 93.003 57.72
2014 58.978 38.318 97.296 60.62
2015 39.658 39.354 99.012 60.25
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai