PENDAHULUAN
bertemu dengan orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Ibu N
centil melihat lawan jenisnya, salah satu contohnya anaknya pernah digodain
sama tukang angkot dan mau dibawa pergi dan Ibu N juga mengatakan pusing
melihat anaknya saat menstruasi karena emosinya tidak stabil . Ibu N juga
anak retardasi mental usia 15 tahun, mengatakan “Sampe sekarang ibu yang
selalu memakaikan pembalutnya neng. Kalo sekarang yah neng ibu takut dan
cemas banget soalnya dia anaknya centil bangat sama laki-laki terkadang ibu
sampe dongkol ngeliatnya, dibilang cantik aja dia udah sangat senang, ibu
kwatir kayak yang di tv tv itu neng banyak yah yang memperkosa anak-anak
kayak gini, ibu sangat mengkwatirkan itu neng dia juga suka ganjen sama
1
2
berumur 16 tahun mengatakan “ Aduh neng ibu mah pusing bangat melihat
anak saya sekarang suka uring-uringan apalagi kalo lagi mens, emosinya itu
gak stabi, suka marah-marah dirumah. Kalo lagi mens darahnya banyak
bangat yang keluar neng, terkadang kalo celananya tembus darah dia gak
Terkadang ibu malu sendiri melihat tingkahnya, kayak buka baju di rumah
padahal ada kakak laki-laki sama bapanya. Kadang juga ibu ngerasa jengkel
ngeliatnya terlalu ganjen sama laki-laki, ibu takut sekali neng nanti
sulitnya menjadi orang tua dari anak retardasi mental yang sedang masa
beberapa ciri remaja juga dimilikinya (Al Mighwar, 2006). Banyak hal yang
orang tua akan lakukan seperti menghadapi sikap anak yang emosinya tidak
kesabaran yang lebih besar untuk orang tua yang memiliki anak retardasi
mental, agar para orang tua memberikan perhatian khusus pada anaknya,
(abnormal) atau dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau
bahasa, motoric dan sosial sosial (Sandra, 2010). Retardasi mental dapat
terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
mental dapat diartikan sebagai kecerdasan yang kurang dari rata-rata. Individu
mengalami kendala dalam fungsi adaptif, dan terjadi sebelum usia 18 tahun
yaitu ringan (mild), sedang (moderate), berat (server), dan sangat berat
(profound).
Menurut WHO (2010), retardasi mental memiliki tanda dan gejala seperti
kepala diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebi besar tau lebih kecil
berasal dari lingkungan, kekurangan nutrisi pada wanita hamil dan bayi, dan
4
Hartini, 2016).
Salah satunya adalah transisi dari anak ke remaja yang ditandai dengan masa
pada diri individu. Secara seksual, individu retardasi mental juga memiliki
intelektual (Tunagrahita) yang kurang disukai oleh orang lain. Hal tersebut
sebagai akibat dari perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial seperti
membiarkan baju berdarah, karena tidak sadar bahwa mereka harus mengganti
pakaian dalam yang sudah basah oleh darah menstruasi. Perilaku lain yang
sering muncul yaitu merangkul lawan jenis bahkan mencium. Perilaku yang
tidak bisa membedakan perilaku mana yang pantas dan mana yang tidak
Data seluruh siswa yang ada di SLB-C Sukapura tahun ajaran 2016-2017
berjumlah 58, SD 25 siswa, SMP 17 siswa dan SMA 16 siswa. Data siswa
siswa mengalami autis. Dari data siswa yang didapat di SLB-C Sukapura,
berdiri sejak tahun 2003 dibawah naungan Yayasan Sukapura dengan izin
tugas yang menjadi konsultan dalam menangani ABK, sekolah binaan, antara
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Bandung jumlah anak yang
di provinsi Jawa Barat sebanyak 6.581 jiwa untuk tunagrahita ringan, 6.579
diketahui karena retardasi mental sulit dikenali saat anak berusia pertengahan,
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa
2015).
sebanyak 15 persen dari penduduk dunia atau 785 juta orang mengalami
berbagai macam keterbatasan fisik dan mental yang ada, retardasi mental
PBB, hingga tahun 2000 diperkirakan sekitar 500 juta orang di dunia
Menurut (wila 2009; dalam Hartini 2016) mengatakan hal pertama yang
perlu diberikan kepada anak retardasi mental adalah kepercayaa diri dalam
diberikan pujian atas apa yang dilakukan sudah merasa benar. Sehingga
timbul rasa percaya diri, berani tampil didepan orang lain, minimal anak
merasa di perhatikan.
mendapatkan peran orang tua yang optimal maka dibutuhkan suatu bentuk
7
ketahanan yang lebih. Namun orang tua yang memiliki anak retardasi mental
sedang sampai retardasi mental berat akan cenderung lebih pasrah dengan
untuk tetap berjuang dalam mengasuh anaknya. Hal ini tentunya dapat
penerimaan diri dan yang lebuh dari orang tua untuk merawat, supaya anak
yang cacat dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat
yang paling banyak menanggung beban akibat retardasi mental adalah orang
tua dan keluarga anak tersebut. Selain saudara-saudara anak tersebut yang
percaya, malu, dan over protective. Orang tua yang memiliki anak retardasi
mental memiliki perasaan sedih, denial, depresi, malu, marah dan menerima
keadaan anaknya. Orang tua merasa tidak berharga karena tidak mampu
Gangguan pada anak dapat dihindari oleh orang tua dengan menyadari
terlahir didiagnosa suatu penyakit atau gangguan fisk tubuh, situasi ini tidak
dapat dihindari oleh orang tua manapun. Direktorat Pendidikan Luar Biasa
penelitiannya yang berjudul “Koping Emosi Negatif Pada Ibu Yang Memiliki
Ibu yang negative beruoa rasa marah, kecewa, iri, sedih, cemas dalam diri
pubertas pada anak retardasi mental. Maka dari itu, peneliti tertarik
Dari hasil jurnal (Zakaria, 2015) yang berjudul “ Gambaran Harga Diri
sebagian besar orang tua yang memiliki anak retardasi mental mempunyai
a. Bagi Keluarga
b. Bagi Sekolah
c. Bagi Peneliti
pubertas.