Anda di halaman 1dari 5

ESSAY DEBAT BORNEO SCIENCE COMPETITION

URGENSI PENDAMPINGAN APOTEKER DALAM


KERASIONALAN TERAPI PADA PASIEN

Disusun Oleh :
Tim Debat Dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari
Reffada Mahatva Yodhyasena
Dwita Yan Mukti Wulandari
Laura Aprilia Purnawan

Banjarbaru
2018
URGENSI PENDAMPINGAN APOTEKER DALAM
KERASIONALAN TERAPI PADA PASIEN

Era global seperti saat ini, tenaga kesehatan dituntut memberikan


pelayanan kesehatan bermutu yang dapat diperoleh dari kolaborasi yang baik
antar profesi dalam kerjasama tim. Kolaborasi ini termasuk antara apoteker
dengan tenaga kesehatan lain, yang dikenal dengan Interprofessional
Collaborative Practice (IPC). Penelitian di Kanada menunjukkan bahwa
dokter dan apoteker menilai IPC dapat meningkatkan luaran terapi pasien.
Dokter mengharapkan apoteker lebih fokus dalam dispensing obat, sedangkan
apoteker mengharapkan adanya peran yang melibatkan pengetahuan dan
ketrampilan mereka untuk memastikan penggunaan obat yang rasional (Kelly
et al, 2013). Penelitian yang dilakukan Eunike (2017), melaporkan bahwa
persepsi tentang peran farmasis klinik sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. No.1197/Menkes/SK/X/2004 dimana responden tidak setuju
farmasis menangani nutrisi parenteral (69%), mengakses riwayat pengobatan
pasien 50%, 50% dan 69% responden, tidak setuju farmasis klinik
mendampingi dokter dan memberikan saran peresepan obat serta
mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan dokter untuk menentukan diagnosis
dan terapi yang tepat bagi pasien.
Padahal, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
02.02/Menkes/068/I/2010, dapat dinyatakkan bahwa “Dokter yang seharusnya
memutuskan pemilihan obat untuk pasien” berubah menjadi “Dokter dan
Apoteker memiliki peran yang sama dalam memutuskan pemilihan obat untuk
pasien” Papar Dra. Sri Wulandari Retno Daruwardani, Apt. Apoteker di Klinik
Pratama GALUH PAKUAN dalam apoteker komunitas. Salah satu usaha
realisasinya dengan Praktik kolaborasi antar dokter dan apoteker, yaitu
pendampingan apoteker dalam ruang perawatan, termasuk saat visite dokter.
Hal ini untuk merealisasikan salah satu tujuan dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) yaitu dapat menyebarkan pengetahuan farmasi dengan
mengadakan pertukaran informasi antara para dokter rumah sakit, anggota
profesi, dan spesialis yang serumpun. Setidaknya dengan tercapainya tujuan
IFRS maka untuk menjamin keselamatan pasien dan kualitas pelayanan serta
mencegah adverse drug event merupakan hal yang tidak sulit untuk didapatkan
(Kliethermes, 2011).
Pelayanan yang bersifat kolaboratif sudah mulai diterapkan di RSAL
Dr Ramelan Surabaya. Hal ini adalah sebagai adanya jaminan patient safety
dan medication safety dan keberhasilan terapi yang optimal. Di samping itu
peran farmasis yang berkompeten juga diperlukan untuk secara kolaboratif
bersama tenaga kesehatan lainnya, khususnya dokter dalam mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah drug related problems (DRP)
(Suharjono, 2013). Seperti kejadian keracunan aspirin (Inggris) 5-7% dengan
30-40 kematian pertahun yang menunjukan farmakokinetika aspirin bervariasi
besar, dan perlu dilakukan pengukuran kadar metabolit dalam plasma untuk
memastikan tercapainya efek dan konsentrasi teraupeutik aspirin (Miladiyah,
2012).
Menurut Santoso (2013) apoteker sudah menunjukkan peran aktifnya
dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit, khususnya dalam berinteraksi
dengan dokter. Terbukti dari persentase jawaban setuju sebagian besar (≥90%)
responden yang menyatakan bahwa apoteker secara rutin menginformasikan
kepada dokter bila mereka menemukan masalah klinis terkait dengan
peresepan dan menjumpai pasien yang pernah mengalami masalah terkait obat,
rutin menginformasikan tentang alternatif obat yang lebih hemat saat dokter
meresepkan obat, serta bertanya kepada dokter untuk memperjelas pemahaman
mereka mengenai tujuan terapi yang direncanakan untuk pasien.
Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan, maka solusi dalam
problematika ini yaitu sebagai apoteker harus lebih mendalami keahliannya
dibidang terapi obat dengan baik sehingga dokter tidak meragukan kemampuan
apoteker, menerapkan Empat pilar yang disyaratkan WHO untuk
pelaksanaan good pharmacy practice yaitu farmasis harus peduli
kesejahteraan pasien dalam segala situasi dan kondisi; kegiatan inti farmasi
adalah menyediakan obat, produk pelayanan kesehatan lain, menjamin
kualitas, informasi dan saran yang memadai kepada pasien dan memonitor
penggunaan obat yang digunakan pasien; bagian integral farmasis adalah
memberikan kontribusi dalam peningkatan peresepan yang rasional dan
ekonomis, serta penggunaan obat yang tepaat tujuan tiap pelayanan farmasi
yang dilakukan harus sesuai untuk setiap individu, didefinisikan dengan jelas,
dan dikomunikasikan secara efektif kepada semua, dan lebih sering memulai
atau membuka komunikasi dengan dokter memulai untuk pendekatan
mengenai terapi, memberikan pendapat atau pengetauan berdasarkan referensi
terpercaya sehingga dapat merealisasikan kolaborasi dan pelayanan kesehatan
semakin membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Eunike. 2007. Persepsi Dan Harapan Dokter Umum Rumah Sakit Swasta Di Kota
Yogyakarta Terhadap Perkembangan Peran Farmasis Klinik. Skripsi.
Program Studi Ilmu Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kelly, D. V, Bishop, L., Young, S., Hawboldt, J., Phillips, L., dan Keough, T.M.
2013. Pharmacist and Physician Views on Collaborative Practice: Findings from
the Community Pharmaceutical Care Project. Canadian Pharmacists Journal.
146(4) : 218–26.
Klopotowska JE, Kuiper R, van Kan HJ, de Pont A-C, Dijkgraaf MG, Lie-A
Huen L. 2010. On-Ward Participation Of A Hospital Pharmacist In A Dutch
Intensive Care Unit Reduces Prescribing Errors And Related Patient Harm:
An Intervention Study. Crit Care. 14(5) : 174
Miladiyah, Isnatin. 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) pada penggunaan
aspirin sebagai antireumatik. 4(2).
Santoso, L, O. 2013. Persepsi Dokter Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(2) : 1-13.
Suharjono. 2013. Kolaborasi Apoteker Dan Dokter Dalam Penanganan Pasien Di
Rumah Sakit. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains

Anda mungkin juga menyukai