Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.

6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

MANAJEMEN PENGADAAN MATERIAL BANGUNAN DENGAN


MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
STUDI KASUS: REVITALISASI GEDUNG KANTOR BPS PROPINSI
SULAWESI UTARA

Inggried Limbong
H. Tarore, J. Tjakra, D. R. O. Walangitan
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi,
e-mail: limbonginggried@yahoo.co.id

ABSTRAK
Perencanaan kebutuhan material dalam suatu proyek dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
pekerjaan, penggunaan material menjadi efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah
akibat tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan material
(Material Requirement Planning) adalah suatu metode untuk menentukan bahan-bahan atau
komponen-komponen apa yang harus dibuat atau dibeli, berapa jumlah yang dibutuhkan, dan
kapan dibutuhkan. MRP terutama didasarkan atas keadaan persediaan material dan barang
dalam proses serta jadwal induk produksi. Proses yang terdapat dalam MRP meliputi netting,
lotting, offsetting, dan explosion.
Metode MRP diterapkan pada proyek Revitalisasi Gedung Kantor Badan Pusat Statistik
Propinsi Sulawesi Utara dengan menghitung jumlah kebutuhan material berdasarkan data
RAB, analisis harga satuan, dan jadwal pelaksanaan proyek yang diperoleh dari proyek.
Selanjutnya dibuat distribusi material yang merupakan masukan bagi teknik lot-sizing.
Melalui analisis perhitungan, teknik lot-sizing dapat meminimalisasi persediaan material
yaitu, semen 1.589,34 sak, pasir 152,02 m³, dan batu pecah 127,95 m³. Persediaan material
ini diperoleh dari selisih antara jumlah persediaan yang ada diproyek dengan jumlah
persediaan hasil teknik lot-sizing. Hasil ini menunjukan bahwa metode Material Requirement
Planning dengan menggunakan teknik lot-sizing part periode balancing dan lot for lot dapat
meminimalisasi persediaan material. Dari penggunaan teknik lot-sizing dalam MRP ini juga
diperoleh jadwal pemesanan serta kuantitas pemesanan.
Kata kunci : Material Requirement Planning, Part Period Balancing, lot for lot

PENDAHULUAN kuantitasnya, sesuai dengan spesifikasi dan


kebutuhan yang telah ditetapkan.
Latar Belakang Perencanaan kebutuhan material
Setiap proyek konstruksi selalu diawali membutuhkan informasi-informasi yang
dengan proses perencanaan. Agar proses ini dapat menunjang kegiatan proyek agar
berjalan dengan baik maka ditentukan keterkaitan penyediaan dan penggunaan
terlebih dahulu sasaran utamanya. material terhadap suatu pekerjaan dapat
Perencanaan mencakup penentuan berbagai berjalan dengan lancar dan keterlambatan
cara yang memungkinkan kemudian jadwal pemesanan yang dapat menyebabkan
menentukan salah satu cara yang tepat bertambahnya biaya pada proyek sebisa
dengan mempertimbangkan semua kendala mungkin tidak terjadi.
yang mungkin ditimbulkan. Perencanaan
kebutuhan material dimaksudkan agar dalam Rumusan Masalah
pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material Bagaimana mengendalikan pengadaan
menjadi efisien dan efektif sehingga tidak material bangunan dengan menggunakan
terjadi masalah akibat tidak tersedianya metode MRP.
material pada saat dibutuhkan. Dalam
pelaksanaan proyek, penggunaan material
diawasi dengan ketat baik kualitas maupun

421
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

Batasan Masalah Perencanaan Penggunaan Material


 Tinjauan kasus pada “Revitalisasi Bangunan.
Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Informasi yang dibutuhkan dalam
Propinsi Sulawesi Utara”. perencanaan material adalah sebagai berikut:
 Perhitungan material bangunan hanya  Kualitas material yang dibutuhkan:
pada pekerjaan struktur gedung kantor menggunakan tipe tertentu dengan mutu
BPS baru. harus sesuai dengan yang dipersyaratkan
 Material yang dihitung dalam penelitian dalam spesifikasi proyek.
ini hanya semen, pasir, dan batu pecah.  Spesifikasi teknis material: merupakan
 Teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi persyaratan teknis material
lot-sizing untuk satu tingkat dengan yang direncanakan dan menjadi acuan
kapasitas tak terbatas dan teknik lot- untuk memenuhi kebutuhan material.
sizing yang dipilih adalah metode  Lingkup penawaran yang diajukan oleh
Keseimbangan Satu Periode (Part beberapa pemasok: dengan memilih
Period Balancing) untuk material semen harga yang paling murah dengan
dan Lot untuk Lot (lot for lot) untuk kualitas material terbaik.
pasir dan batu pecah.  Waktu pengiriman (delivery):
menyesuaikan dengan schedule
Tujuan Penelitian pemakaian material, biasanya beberapa
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: material dikirim sebelum pekerjaan
1. Mendeskripsikan proses MRP melalui dimulai.
jadwal pemesanan dan waktu  Pajak penjualan material: menjadi beban
pemesanan. bagi pemilik proyek yang telah dihitung
2. Menganalisis persediaan dan biaya pada dalam harga satuan material atau dalam
proyek dengan metode MRP. harga proyek secara keseluruhan.
3. Mengetahui penjadwalan ukuran  Kondisi pembayaran kepada logistik
pemesanan dengan metode MRP. material yang dilakukan: harus
disesuaikan dengan cashflow proyek
Manfaat Penelitian agar likuiditas keuangan proyek tetap
Manfaat dari penelitian ini adalah aman.
mengetahui metode pelaksanaan pengadaan
 Pemasok material adalah rekanan
material bangunan yang efektif dalam suatu
terpilih yang telah bekerja sama dengan
proyek konstruksi.
baik dan memberikan pelayanan yang
memuaskan pada proyek-proyek
sebelumnya.
LANDASAN TEORI
 Gudang penimbunan material harus
cukup untuk menampung material yang
Pengertian Manajemen Material
siap dipakai, karena itu kapasitas dan
Bangunan.
lalu lintasnya harus diperhitungkan.
Konsep yang mendasari teknik-teknik
yang dikumpulkan dan disatukan dalam  Harga material saat penawaran lelang
nama MRP (Material Requirements dapat naik sewaktu-waktu pada tahap
Planning) telah dikenal sejak akhir pelaksanaan proyek, karena itu
dasawarsa pada tahun 1960-an yang perhitungan eskalasi harga harus
ditemukan oleh Joseph Orlicky dari J.I Case dimasukkan dalam komponen harga
Company. Perencanaan kebutuhan bahan satuan.
(Material Requirement Planning) adalah  Jadwal penggunaan material harus
suatu metode untuk menentukan bahan- sesuai antara kebutuhan proyek dengan
bahan atau komponen-komponen apa yang waktu pengiriman material dari
harus dibuat atau dibeli, berapa jumlah yang pemasok. (Husen, 2011).
dibutuhkan, dan kapan dibutuhkan (Husen,
Manajemen Pengadaan Material
2011).
Bangunan.
MRP terutama didasarkan atas keadaan Pengadaan Material dan Ruang Lingkup
persediaan material dan barang dalam proses Kegiatannya.
serta jadwal induk produksi.

422
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

Pengendalian Persediaan Material


Pemilihan
Bangunan.
Pemasok Pengendalian persediaan terdapat
metode-metode sebagai berikut:
Pembelian 1. Metode pengendalian Persediaan
Material Tradisional. Pada dasarnya metode ini
berusaha mencari jawaban optimal
Pengiriman dan dalam menentukan:
Penerimaan UMPAN a. Jumlah ukuran pemesanan
Material BALIK ekonomis (EOQ).
b. Titik pemesanan kembali (Reorder
Point).
Penyimpanan dan
c. Jumlah cadangan pengaman (Safety
Pengeluaran Stock) yang diperlukan.
Material 2. Metode perencanaan Kebutuhan Bahan
(MRP).
Pemeriksaan Permintaan dependen (Dependent
Material Demand) dapat diartikan sebagai permintaan
terhadap satu jenis bahan berhubungan
Gambar 1. Prosedur Manajemen Pengadaan dengan permintaan untuk bahan yang lain
Material Bangunan dapat ditentukan.

Pemilihan Pemasok. Tujuan Material Requirement Planning


Sebelum dilakukan pembelian material (MRP).
bangunan terlebih dahulu dilakukan Adapun tujuan pengadaan material
pemilihan pemasok. Langkah awal dalam bangunan adalah sebagai berikut:
pemilihan pemasok adalah mempersiapkan a. Pembelian dengan harga terbaik.
daftar calon pemasok yang telah dipilih dan b. Persediaan yang berkesinambungan.
dianggap pantas. c. Pemeliharaan Mutu.
d. Biaya pengadaan yang terendah.
Pembelian Material Bangunan e. Riset dan pengembangan.
Pembelian material dimulai dari pihak f. Menjaga hubungan yang baik dengan
pemakai yang membutuhkan material pemasok (suplier). (Evrianto, 2004).
tertentu untuk melaksanakan kegiatan
tertentu yang berhubungan dengan proyek. Input Sistem Rencana Kebutuhan Bahan.
Kemudian, seseorang yang berwenang Ada 4 masukan untuk MRP yaitu:
menyiapkan sebuah surat permintaan barang 1. Jadwal Induk Produksi
yang diperlukan dan menyampaikan surat Jadwal induk produksi (Master
permintaan tersebut kepada petugas bidang Schedule) merupakan rencana rinci
pembelian/logistik, sebagaimana dalam tentang jumlah barang yang akan
organisasi proyek. diproduksi pada beberapa satuan waktu
dalam horison perencanaan.
Persediaan Material Bangunan Dan 2. Struktur Produk dan Bill of Material
Faktor-Faktor YangMempengaruhinya Struktur produk berisi informasi
Adapun faktor-faktor yang mempenga- mengenai hubungan antar komponen
ruhi jumlah persediaan material bangunan dalam perakitan. Informasi ini penting
adalah: dalam penentuan kebutuhan kotor dan
1) Perkiraan kebutuhan material bangunan. kebutuhan bersih suatu komponen.
2) Daya tahan atau keawetan. Sedangkan (bill of material), merupakan
3) Ongkos simpan. daftar dari semua bahan yang digunakan
4) Resiko penyimpanan. tiap jenis pekerjaan.
5) Harga material. 3. Kejelasan dan Akurasi Catatan
6) Kebijaksanaan pembelanjaan. Persediaan.
7) Sulit atau mudah memperoleh material. Sistem MRP didasarkan atas keakuratan
data status persediaan yang dimiliki

423
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

sehingga keputusan untuk membuat atau 1. Jumlah Pemesanan Tetap (FOQ).


memesan barang pada suatu saat dapat Pendekatan menggunakan konsep
dilakukan dengan sebaik-baiknya. jumlah pemesanan tetap karena
4. Waktu Ancang. keterbatasan akan fasilitas, misalnya:
Waktu ancang (lead time) ialah waktu kemampuan gudang, transportasi,
yang diperlukan mulai dari saat kemampuan supplier.
pemesanan item dilakukan sampai 2. Jumlah Pemesanan Ekonomis (EOQ).
dengan saat item tersebut diterima dan Pendekatan menggunakan konsep
siap untuk digunakan; baik item produk minimasi ongkos simpan = 0 (jumlah
yang harus dibuat sendiri maupun item yang dipesan sama dengan jumlah yang
produk yang harus dipesan dari luar dibutuhkan).
perusahaan (Kusuma Hendra, 2004). 3. Lot untuk Lot (Lot for Lot).
Pendekatan menggunakan konsep atas
Langkah Dasar MRP. dasar pemesanan diskrit dengan
Langkah-langkah dasar dalam berusaha meminimumkan ongkos
pengolahan MRP adalah: simpan, sehingga ongkos simpan = 0
Netting (Kebutuhan Bersih) (jumlah yang dipesan sama dengan
Netting adalah proses perhitungan untuk jumlah yang dibutuhkan).
menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang 4. Kebutuhan Periode Tetap (FPR).
besarnya merupakan selisih antara Pendekatan menggunakan konsep
kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan ukuran lot dengan periode tetap, dimana
(yang ada dalam persediaan dan yang pesanan dilakukan berdasarkan periode
sedang dipesan). waktu tertentu saja.
Masukan yang diperlukan dalam proses 5. Jumlah Pemesanan Periode (POQ).
perhitungan kebutuhan bersih ini adalah: Pendekatan menggunakan konsep
1. Kebutuhan kotor (yaitu jumlah produk jumlah pemesanan ekonomis agar dapat
akhir yang akan dikonsumsi) untuk tiap dipakai pada periode bersifat permintaan
periode selama periode perencanaan. diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode
2. Rencana penerimaan dari subkontraktor EOQ.
selama periode perencanaan. 6. Ongkos Unit Terkecil.
3. Tingkat persediaan yang dimiliki pada Keputusan pemesanan didasarkan:
awal periode perencanaan. (Husen, Ongkos per unit perkecil = ongkos
2011). pesan per unit = ongkos simpan
Lotting (Kuantitas Pemesanan) pinjam per unit.
Proses lotting ialah proses untuk 7. Ongkos Total Terkecil.
menentukan besarnya pesanan yang optimal Pendekatan menggunakan ongkos total
untuk masing-masing item produk akan diminimasikan apabila setiap lot
berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan dalam satu horizon perencanaan hampir
bersih. sama besarnya.
Macam-macam teknik lot-sizing yaitu: 8. Keseimbangan Suatu Periode (PPB).
1. Teknik lot-sizing untuk satu tingkat Pendekatan menggunakan konsep
dengan kapasitas tak terbatas. ukuran lot ditetapkan bila ongkos
2. Teknik lot-sizing untuk satu tingkat simpannya sama atau mendekati ongkos
dengan kapasitas terbatas. pesannya.
3. Teknik lot-sizing untuk banyak tingkat 9. Metode Silver-Mean (SM).
dengan kapasitas tak terbatas. Menitikberatkan pada ukuran lot yang
4. Teknik lot-sizing untuk banyak tingkat harus dapat meminimumkan ongkos
dengan kapasitas terbatas. (Husen, total per periode, dimana ukuran lot
2011). didapatkan dengan cara menjumlahkan
kebutuhan beberapa periode yang
Teknik Lot-sizing untuk Satu Tingkat berturut-turut sebagai ukuran lot yang
dengan Kapasitas Tak Terbatas. tentative.
Orlicky menyusun 10 teknik lot-sizing 10. Algoritma Wagner-Whitin (WW).
untuk satu tingkat dengan kapasitas tak Pendekatan menggunakan konsep
terbatas, yaitu: ukuran lot dengan prosedur optimasi

424
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

program linier, bersifat matematis. pada tingkat yang lebih rendah dapat
(Evrianto, 2004). diketahui.

Offsetting (Penentuan Waktu Pemesanan). Faktor-Faktor Kesulitan Dalam MRP


Offsetting adalah proses untuk Ada 5 faktor utama yang mempengaruhi
menentukan waktu yang tepat guna tingkat kesulitan dalam MRP, yaitu:
melakukan rencana pemesanan dalam upaya 1. Struktur Produk (Bill of Material)
memenuhi tingkat kebutuhan bersih. Sedang 2. Ukuran Lot (Lot Sizing)
saat pemesanan diperoleh dengan 3. Waktu Ancang Yang Berubah-ubah
mengurangkan waktu awal tersedianya 4. Kebutuhan Yang Berubah
kebutuhan. (Kusuma, 2004). 5. Adanya Komponen Yang Bersifat Umum

Explosion (Perhitungan Kebutuhan Kotor). Biaya Persediaan


Proses exploison adalah proses Secara umum biaya persediaan dapat
perhitungan kebutuhan kotor item yang dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
berada ditingkat lebih bawah, didasarkan 1. Biaya Simpan
atas rencana pemesanan yang telah disusun Biaya simpan (holding cost atau
pada proses offsettimg. (Kusuma, 2004). carrying cost) terdiri atas biaya-biaya
yang bervariasi secara langsung dengan
jumlah persediaan.
2. Biaya Pesan
Master Biaya pesan ada dua macam, bila ingin
Schedule bahan-bahan yang dibutuhkan
Kebutuhan Kotor disediakan oleh pabrik/ perusahaan
sendiri, maka ongkos pengadaannya
Bill of
dinamakan biaya penyiapan (setup cost),
Material
sedang bila bahan diperoleh dari luar
pabrik/perusahaan maka biaya
Jumlah Kebutuhan pengadaannya dinamakan biaya pesan
Persediaan Bersih (order cost).
3. Biaya Kekurangan Bahan
Biaya kekurangan bahan (shortage
Rencana Permintaan costs) adalah yang paling sulit
Pengiriman Material diperkirakan, yaitu meliputi:
a. Biaya tanggungan operasi.
b. Biaya tambahan manajerial.
c. Biaya pemesanan khusus.
Jumlah
Syarat Permintaan &
Permintaan Optimasi
Waktu Optimasi adalah suatu proses untuk
Pengiriman memilih atau mendapatkan alternatif terbaik
dari berbagai macam alternatif penyelesaian
masalah dengan memperhatikan berbagai
Gambar 2. Proses Dalam MRP kendala yang ada.

Output Sistem Rencana Kebutuhan


Bahan METODOLOGI PENELITIAN
Keluaran rencana kebutuhan bahan ialah
informasi yang dapat digunakan untuk Tempat dan Waktu Penelitian.
melakukan pengendalian produksi. Keluaran Tempat dilakukan penelitian adalah
pertama berupa rencana pemesanan yang Gedung Kantor Badan Pusat Statistik
disusun berdasarkan waktu ancang dari Propinsi Sulawesi Utara (Jln. 17 Agustus,
setiap komponen/item. Dengan adanya Manado). Waktu pengambilan data yaitu
rencana pemesanan, maka kebutuhan bahan sekitar tiga sampai empat bulan. Waktu

425
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

penelitian yaitu sekitar enam sampai dua yang diperlukan dalam penelitian berupa
belas bulan. Jadwal Pelaksanaan Proyek, RAB, dan
Analisis Harga Satuan. Data-data sekunder
Bahan Dan Alat Perlengkapan. diperoleh melalui observasi lapangan.
Setelah diadakan persiapan awal Pengolahan Data.
penelitian, maka semua alat-alat dan bahan Setelah data-data yang diperlukan
yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, baik data primer dan data
dipersiapkan, yaitu alat tulis menulis dan sekunder, maka data-data tersebut diolah
alat lain yang menunjang dalam proses dan dianalisis dengan metode yang akan
pengambilan data. digunakan, studi pustaka dan studi lapangan.
Prosedur Penelitian.
Adapun tahap yang dilaksanakan dalam PEMBAHASAN
penelitian adalah:
1. Persiapan dan penyediaan alat/bahan.
Pengolahan Data
2. Pengumpulan data yaitu data primer dan Perhitungan Kebutuhan Material
data sekunder. Perhitungan Kebutuhan Material adalah
3. Pengolahan dan analisa data. sebagai berikut:
4. Kesimpulan/hasil pengumpulan data.
Tabel.1 Daftar Kebutuhan Bahan
BAHAN
MULAI NO. JENIS
PEKERJAAN Semen Pasir Batu
(Sak) (m³) Pecah
(m³)
1.1 PEKERJAAN 416,524 50,0035 123,72
PONDASI
SURVEY LOKASI BORED PILE
1.2 PEKERJAAN 82,9008 9,9522 24,624
STRUKTUR
LANTAI DAN
BASEMENT
PENENTUAN PERIODE SURVEY 1.2.2 PEKERJAAN 1.421,73696 91,450368 142,54394
BETON, BESI
DAN BEKISTING
1.3 PEKERJAAN 893,6064 57,47937 89,59335
STRUKTUR
LANTAI 1
PENGAMBILAN DATA 1.4 PEKERJAAN 893,6064 57,47937 89,59335
STRUKTUR
LANTAI 2
1.5 PEKERJAAN 898,0608 57,76589 90,03995
STRUKTUR
DATA PRIMER DATA LANTAI 3
1.6 PEKERJAAN 795,1872 51,14876 79,7258
SEKUNDER STRUKTUR
- Jadwal LANTAI 4
Pelaksanaan - Observasi 1.7 PEKERJAAN 400,43146 50,337639 59,98366
STRUKTUR
Proyek Lapangan LANTAI ATAP
JUMLAH 5.802,054 425,617 699,824
- RAB - Wawancara
- Analisis Harga Langsung
Satuan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Jadwal induk proyek (master schedule)
adalah suatu penjadwalan proyek yang telah
PENGOLAHAN
diidentifikasi untuk mengetahui jadwal
DATA
pelaksanaan kegiatan tiap jenis pekerjaan.
Master schedule merupakan masukan dari
Material Requirement Planning. Jadwal
KESIMPULAN DAN SARAN pelaksanaan kegiatan proyek diperoleh
berdasarkan kondisi proyek pada saat
pelaksanaan.
SELESAI
Data Masukan Untuk Teknik Lot-Sizing
Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Penelitian Setelah diperoleh jumlah kebutuhan
perhari dan kumulatif dari pendistribusian
Pengambilan Data.
materi, kemudian hasil dari kebutuhan
Data yang diambil meliputi data primer
kumulatif per periode (1 periode = 6 hari).
dan data sekunder. Pengambilan data primer

426
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

Keluaran kebutuhan bahan tiap periode dari


pendistribusian tersebut merupakan + 49.466,5 = Rp 148.399,5
kebutuhan kotor. Data keluaran master
schedule yang merupakan masukan untuk  Periode 4
Teknik lot-sizing, yaitu:
1. Nama sumber daya, jumlah hari selama Kebutuhan = 62,43 sak
periode.
2. Kebutuhan sumber daya tiap periode. Lot Tentative = 156,21 + 62,43 = 218,64
Karena keadaan persediaan pada proyek, sak
pada kondisi awal kosong, maka data
keluaran master schedule ini merupakan Ongkos Simpan G (L) = 950 x (4-1) x 62,43
kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih.
Maka teknik lot-sizing terhadap kebutuhan + 148.399,5 = Rp 326.325
bersih baru akan diperoleh persediaan serta
 Periode 5
kuantitas pemesanan.
Kebutuhan = 62,43 sak
Perhitungan Teknik Lot-Sizing Part Period
Balancing atau Keseimbangan Suatu Periode
Lot Tentative = 218,64 + 62,43 = 281,07 sak
Rumus: L

G (L) = h.Σ (t - T) dt Ongkos Simpan G (L) = 950 x (5-1) x 62,43

t=T + 326.325 = Rp 563.559

menghitung lot-sizing untuk material semen:  Periode 6


diketahui biaya pesan = Rp 55.500 dan Kebutuhan = 62,43 sak
Biaya simpan = Rp 950
Lot Tentative = 281,07 + 62,43 = 343,5 sak
 Periode 1
Ongkos Simpan G (L) = 950 x (6-1) x 62,43
Kebutuhan = 52,07 sak
+ 563.559 = Rp 860.101,5
Lot Tentative = 52,07 + 0 = 52,07 sak
 Periode 7
Ongkos Simpan G (L) = 950 x (1-1) x 52,07
Kebutuhan = 240,15 sak
=0
Lot Tentative = 343,5 + 240,15 = 583,65
 Periode 2 sak
Kebutuhan = 52,07 sak Ongkos Simpan G (L) = 950 x (7-1) x

Lot Tentative = 52,07 + 52,07 = 104,14 sak 240,15 + 860.101,5 = Rp 2.228.956,5

Ongkos Simpan G (L) = 950 x (2-1) x 52,07 Karena biaya simpan sebesar Rp
2.228.956,5 > biaya pesan Rp 55.500 maka
+ 0 = Rp 49.466,5 dapat ditentukan pemesanan yang pertama
dengan ukuran pemesanan sebesar jumlah
 Periode 3 lot tentative pada periode ke-7 yaitu sebesar
583,65 sak. Untuk persediaan dikurangi
Kebutuhan = 52,07 sak dengan kebutuhan sehingga pada periode
ke-7 jumlah persediaan = 0.
Lot Tentative = 104,14 + 52,07 = 156,21 Pemesanan berikutnya dapat dilakukan
sak pada periode ke-8. Demikian seterusnya
Ongkos Simpan G (L) = 950 x (3-1) x 52,07 sampai pada periode 34.

427
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

Perhitungan Teknik Lot-Sizing Lot For Lot 4. 61,12 m³


Teknik lot-sizing lot for lot dapat 5. 69,24 m³
digunakan untuk menghitung kuantitas 6. 67,20 m³
pemesanan berdasarkan distribusi material 7. 78,55 m³
untuk pasir dan batu pecah. Kedua material 8. 74,86 m³
ini menggunakan teknik lot for lot karena 9. 62,38 m³
material ini didapat langsung dari kota 10. 69,95 m³
Manado. Pemesanan dilakukan per periode
berdasarkan tabel distribusi material yang Analisis Biaya Persediaan
telah dicantumkan jumlah kebutuhan bersih Analisis biaya persediaan untuk masing-
bahan. masing bahan adalah sebagai berikut:

Analisa Hasil Pengolahan Data 1). Semen


Menggunakan Teknik Ukuran Lot Biaya Simpan = Rp 5.878.001,5
Dari hasil pengolahan data dapat Biaya Pesan = Rp 499.500
diperoleh gambaran sampai sejauh mana Total Biaya Persediaan = Rp 6.377.501,5
teknik Keseimbangan Satu Periode dan lot
for lot mampu menentukan penjadwalan dan 2). Pasir
kuantitas pemesanan sehingga dapat Biaya Simpan = Rp 450.224
mengoptimasi persediaan diproyek serta Biaya Pesan = Rp 760.000
biaya persediaannya. Total Biaya Persediaan = Rp 1.210.224
Jumlah Pemesanan 3). Batu Pecah
Berdasarkan hasil lot-sizing diperoleh Biaya Simpan = Rp 564.784,5
jumlah pemesanan untuk masing-masing Biaya Pesan = Rp 2.000.000
bahan adalah sebagai berikut: Total Biaya Persediaan = Rp 2.564.784,5
1. Semen : 9 kali pemesanan
Jumlah sak tiap kali pemesanan: Analisis Persediaan pada Proyek
1. 583,65 sak Persediaan pada proyek dapat dihitung
2. 616,31 sak berdasarkan daftar pemasukan bahan yang
3. 589,20 sak merupakan catatan dari pihak pelaksana
4. 690,54 sak proyek. Daftar tersebut yang menjadi ukuran
5. 670,20 sak pemesanan yang kemudian dikurangkan
6. 783,58 sak dengan kebutuhan bersih sehingga didapat
7. 746,68 sak persediaan.
8. 622,12 sak
9. 499,83 sak
PENUTUP
2. Pasir : 8 kali pemesanan Berdasarkan hasil perhitungan serta
Jumlah kubik tiap kali pemesanan: pembahasan yang telah dilakukan oleh
1. 41,22 m³ peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan
2. 63,22 m³ bahwa:
3. 57,10 m³
4. 54,54 m³ Kesimpulan
5. 50,37 m³ 1. Melalui penerapan teknik lot-sizing
6. 48,82 m³ yang merupakan proses dalam MRP,
7. 53,61 m³ maka ketersediaan bahan pada saat
8. 56,73 m³ dibutuhkan dapat dijamin karena jumlah
kebutuhan bahan diperoleh melalui
3. Batu Pecah : 10 kali pemesanan perhitungan sehingga jumlah pemesanan
dan waktu pemesanan dapat ditentukan.
Jumlah kubik tiap kali pemesanan: 2. Dari data-data persediaan dan biaya
1. 64,95 m³ persediaan dapat diperoleh gambaran
2. 73,44 m³ bahwa teknik lot-sizing dapat
3. 78,16 m³

428
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (421-429) ISSN: 2337-6732

meminimalisasi persediaan dan biaya bahwa penjadwalan ulang tidak perlu


persediaan dalam suatu proyek. dilakukan karena ukuran pemesanan
hasil perhitungan tidak melebihi ukuran
Semen = 1.589,34 Sak pemesanan yang ada diproyek.
Pasir = 152,02 m³ Saran
Dalam penerapan metode MRP pada
Batu Pecah = 127,95 m³ suatu proyek yang harus diperhatikan adalah
Jika dilihat dari segi biaya: pemilihan teknik lot-sizing yang sesuai
dengan keadaan proyek guna mendapatkan
Semen = Rp 1.604.303 hasil yang memuaskan. Teknik lot-sizing
part periode balancing dan lot for lot
Pasir = Rp 164.569 didasarkan pada perhitungan yang realistis
sehingga dapat meminimalisasi persediaan
Batu Pecah = Rp 321.552,5 bahan maupun biaya persediaan dalam suatu
proyek.
3. Dari data-data ukuran pemesanan yang
diperoleh dari proyek, disimpulkan

DAFTAR PUSTAKA

Evrianto, 2004. Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. ANDI. Yogyakarta.


Husen Abrar, 2011. Manajemen Proyek. ANDI. Yogyakarta.
Kusuma Hendra, 2004. Manajemen Produksi. ANDI. Yogyakarta.

429

Anda mungkin juga menyukai