DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh :
6A KEPERAWATANv
kelompok 3
PRODI S1 KEPERAWATAN
LAMONGAN
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera kepala, dan lebih
dari 700.000 mengalai cedera cukup berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pada kelompok ini, antara 50.000 sampai 90.000 orang setiap tahun mengalami
penurunan intelektual atau tingkah laku yang menghambat kembalinya mereka menuju
kehidupan normal. Dua pertiga dari kasus ini berusia dibawah 30 tahun, dengan jumlah
laki-laki lebih banyak dari wanita (Smeltzer & Bare, 2002). Tujuan utama pengelolaan
cedera kepala adalah mengoptimalkan pemulihan dari cedera kepala primer dan
mencegah cedera kepala sekunder.
Oleh karena itu, meski angka kejadian di indonesia makin meningkat.dengan harapan
pasien dengan cidera kepala tidak terus meningkat angka kejadian kematiannya. Dengan
cara pertolongan pertama di rumah sakit dengan cara dengan pemberian saturasi oksigen
menggunakan alat pulse oxymetri. Diharapkan dapat melihat perubahan saturasi oksigen
pasien cedera kepala selama 30 menit setelah diberikan oksigen. Pada pemeriksaan
saturasi oksigen untuk melihat berapa persen jumlah saturasi oksigen pasien.
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana definisi Trauma Kepala ?
1.2.2 Bagaimana etiologi Trauma Kepala?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi Trauma Kepala?
1.2.4 Bagaimana Manifestasi Trauma Kepala?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi Trauma Kepala?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan Trauma Kepala ?
1.2.7 Bagaimana pemeriksaan diagnostik Trauma Kepala?
1.2.8 Bagaimana komplikasi Trauma Kepala ?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Trauma Kepala?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep penyakit dan asuhan keperawatan Trauma Kepala
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Trauma Kepala
2. Mengetahui etiologi Trauma Kepala
3. Mengetahui klasifikasi Trauma Kepala
4. Mengetahui manifestasi Trauma Kepala
5. Mengetahui patofisiologi Trauma Kepala
6. Mengetahui penatalaksanaan Trauma Kepala
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Trauma Kepala
8. Mengetahui komplikasi Trauma Kepala
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Trauma Kepala
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
2.2 Etiologi
Berdasarkan Mekanisme
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor,
kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan
(pukulan).
b. Trauma Tembus
Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda tajam/runcing.
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow Coma Scale (GCS):
1. Ringan
a. GCS 13 – 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
1. Sedang
a. GCS 9 – 12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam.
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
2. Berat
a. GCS 3 – 8
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
2.4 Manifestasi klinis
Menurut Wong (2009) orang yang mengalami cedera kepala memiliki beberapa tanda dan
gejala, antara lain:
1. Cedera ringan
Tanda-tanda progresitivitas
2. Cedera berat
2.5 Patofisiologi
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi
jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan
(deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti
badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila
terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi
badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada
substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat,
cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak
ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah)
pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua
menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial
(TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi
hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar”
sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih
khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral
dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh
perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan
dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu:
cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan
karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral,
batang otak, atau dua-duanya.
2.6 Pathway
Trauma kepala
“Coup” Contracoup
(kerusakan otak terjadi pada sisi otak (kerusakan otak terjadi pada sisi yang
yang mengalami benturan) berlawanan dari benturan)
Ekstracranial intracranial
a. Anamnese singkat
b. Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera sebelum pemeriksaan neulorogis
c. Pemeriksaan CTscan
d. Penderita harus dirawat untuk diobservasi
e. Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat apabila:
2.9 Komplikasi
Komplikasi akibat dari trauma kepala, antara lain: (Engram 1998; Ginsberg 2008)
3.1 Pengkajian
Data pengkajian secara umum tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan
mungkin diperlukan oleh cedera tambahan pada organ-organ vital (Marilyn, E Doengoes.
2000)
3.1.1 Identitas
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien dibawah keUGD dengan keluhan luka pada kepala, entah itu berupa
benjolan skuama atau sejenisnya, Pasien biasanya akan menahan sakit , kadang tidak
bergerak (koma), ada juga yang mengeluh nyeri dengan melihat respon ekspresi pasien.
dan pasien ada yang sampai koma.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kembali lagi ke katagori trauma kepalanya, pasien bisa saja koma, atau sekedar
benjolan saja, bisa mengalami kesulitan nafas akibat keparahan yang dialamai ketika
terkena benturan, ajah lemas dan kadang tidak bergerak, Wajah menyeringai, respon
menarik pada rangangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan trauma kepala
menurut Marilyn, E Doengoes. 2000 antara lain :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema serebral, hipoksia
serebral
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik : peningkatan TIK
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
4.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot 7
5.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak
4.1 Kesimpulan
Cedera kepala sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh negara dan
lebih dari dua per tiga dialami oleh negara berkembang (Riyadina dan Suhardi, 2009). Cedera
kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran (Wijaya & Putri, 2013). Etiologi cedera kepala yaitu trauma benda
tajam, tumpul dan tergantung. Faktor resikonya jenis kelamin, umur, dan alkohol dan di
dalam cereda kepala ada komlikasi yaitu kejang, amnesia dan afasia. Banyak hal yang dapat
membuat cedera kepala menjadi lebih berat. Angka kejadian yang terus bertambah
diIndonesia membuktikan harus adanya penangan yang tepat dan pencegahan yang benar
agar tidak terus bertambah yang secara signifikan
4.2 Saran
Diharapkan negara indonesia perduli dan waspada akan bahayanya jika terjadinya cedera
kepala, dan diseluruh rumah sakit memiliki alat yang lengkap untuk penanangan cedera
kepala. Agar apa yang terjadi dapat segera ditangani supaya tidak menjadi alasan untuk
bertambahnya banyak korban jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta:Salemba Medika
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga
Doengoes, Marilyn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC