Stroke merupakan penyakit utama dan terbanyak dari pasien rawat inap bangsal
neuologi setiap tahunnya. Di masyaraakat daerah urban (Jakarta) diperkirakan prevalensinya
0,5%, sedangkan di daerah rural (pedesaan Tasikmalaya) insidennya sekitar 50 per 100.000 penduduk. Sebagian pasien stroke meninggal dalam beberapa jam sampai hari setelah awitan, sebagai lainnya bertahan hidup. Dari yang terakhir ini, sebagian sembuh sempurna dan cepat kembali ke keidupan normal seperti sebelumnya. Sebagian lainnya tetap dalam kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidupnya. Bahkan dari beberapa penderita ada yang menjadi cacat permanen. Stoke tidak hanya berdampak pada pasien, tetapi pada keluarganya juga dan orang- orang terdekatnya juga, karena itu pentinya pengetahuan tentang penyakit ini. Pada pasien dengan stroke memiliki resiko komplikasi ke venous thromboembolism (VTE). Pada pasien yang tidak diberikan terapi profilaksis dapat berkembang ke emboli paru sekitar 75% kasus dan 25% kasus menjadi kematian. Saya membaca 2 jurnal tentang bagaimana terapi profilaski kepada pasien stroke yang immobilisasi lama, karena kecenderungan menjadi VTE. Jurnal yang pertama adalah jurnal dengan judul “Pedoman Organisasi Stroke Eropa (European Stroke Organization/ESO) untuk Profilaksis Tromboemboli Vena pada Pasien yang Tidak dapat Bergerak dengan Stroke Iskemik Akut” dan jurnal yang kedua “Hasil Neurologis pada Pasien dengan Stroke Iskemik Menerima Enoxaparin atau Heparin untuk Profilaksis Tromboemboli Vena”. Kedua jurnal yang saya baca sama-sama memberikan terapi profilaksis tetapi pada jurnal yang pertama pemberian terapi profilaksis menggunakan stocking kompresi ( Graduated Compression Stocking/ GCS), kompresi pneumatik intermitten (Intermittent Pneumatic Compression/IPC), antikoagulan profilaksis yang tak terpecah (Unfractioned Heparin/UFH), heparin berat molekul rendah (Low Molecular Weight Heparin/ LMWH), dan heparinods. Sedangkan pada jurnal kedua hanya membandingkan enoxaparin dan UFH. Hasi penelitian jurnal yang pertama lebih menganjurkan pemberian antikoagulan proflaksis lebih bermanfaat dan menurukan resiko dari VTE, tapi tetap mempertimbangkan resiko pendarahan. Pemberian antikoagulan profilaksis yaitu LMWH dan heparinoid lebih menguntungkan karena lebih mengurangi biaya dan memberikan kenyaman pada pasien karena pemberian dosis tunggal. Pada hasil dari penelitian kedua membandingkan antar enoxaparin dan UFH, dari hasil penelitan tidak di ikuti dengan peningkatan pendarahan, keadaan neurologis, atau pun pendarahan intrakranial yang fatal. Pada kesimpulan saya sendiri setelah membaca kedua jurnal ini adalah pemakaian profilaksis antikoagiulan bermanfaat untuk mencegah VTE dan pemberian antikoagulan harus di ikuti dengan pertimbangan keadaan pasien karena dengan pemberian antikoagulan dapat beresiko pendarahan intrakrania ataupun ekstakranial. Maka pemberian antikoagulan diberian pada pasien stroke yang immobilisasi dan pengawasan ketat.