PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
Program Studi DIII Teknik Mesin
Disusun oleh:
TAFRI JANANDI
I.8107026
Proyek Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Proyek Akhir Program Studi D III Teknik Mesin Produksi Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Proyek Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji
Proyek Akhir Program Studi D III Teknik Mesin Produksi Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapat gelar Ahli Madya.
Pada hari :
Tanggal :
Sebuah hasil karya yang kami buat demi menggapai sebuah cita-cita, yang ingin ku-
persembahkan kepada:
1. Allah SWT, karena dengan rahmad serta hidayah-Nya saya dapat melaksanakan `Tugas
Akhir’ dengan baik serta dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
2. Orang Tua yang aku sayangi dan cintai yang telah memberi dorongan moril maupun
materil serta semangat yang tinggi sehingga saya dapat menyelesikan tugas akhir ini.
3. Kakak dan ade`-ade`ku yang aku sayangi, ayo kejar terus cita-citamu.
4. D III Produksi dan Otomotif angkatan 07’ yang masih tertinggal, ayo semangat kang !!!
perjunganmu belum berakhir.
ABSTRAKSI
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang memberikan limpahan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya, sehingga laporan Proyek Akhir dengan judul ALAT PRAKTIKUM
PERAWATAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI ini dapat terselesaikan dengan
baik tanpa halangan suatu apapun. Laporan Proyek Akhir ini disusun uantuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam mata kuliah Proyek Akhir dan merupakan syarat kelulusan
bagi mahasiswa DIII Teknik Mesin Produksi Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuan semua pihak, sehingga laporan ini dapat disusun. Dengan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya.
2. Bapak Zainal Arifin, ST, MT Ketua Program D-III Teknik Mesin Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Bambang Kusharjanta, ST., MT. Selaku pembimbing Proyek akhir I.
4. Bapak Wahyu Purwo Raharjo., ST., MT. Selaku pembimbing Proyek akhir II.
5. Bapak Jaka Sulistya Budi, ST. selaku koordinator proyek akhir.
6. Ayah dan Ibu di rumah atas segala bentuk dukungan dan doanya.
7. Rekan-rekan D III Produksi dan Otomotif angkatan 2007
8. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu - persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik, pendapat dan saran yang membangun dari pembaca sangat dinantikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Mulai
Membuat proposal
Mencari data
Membuat desain
Menentukan material
Perakitan
Pengujian alat
Membuat laporan
1. Mulai pengerjaan
2. Membuat proposal
3. Mencari data
5. Membuat perhitungan
7. Membuat alat
8. Pengujian alat
9. Penyusunan laporan
BAB II
DASAR TEORI
Besi tuang adalah suatu bahan yang sering digunakan untuk pembuatan
roda gigi karena mempunyai ketahanan aus yang baik. Bahan ini mudah dituang
dan dibubut serta memiliki tingkat kebisingan operasi yang rendah. Dalam
kebanyakan pemakaian, baja adalah bahan yang paling memuaskan karena
memiliki kekuatan yang tinggi dan biaya yang rendah meskipun ada bahan yang
lebih baik yaitu bronze namun bahan ini memiliki kekuatan yang tinggi dan
harganya lebih mahal, dalam pembuatan alat praktikum sistem transmisi roda
gigi ini menggunakan bahan dari baja mild steel.
roda gigi yang bertautan dan memiliki jumlah gigi z 1 dan z 2 ,maka:
d1 d
Pc = π = π 2 ...............................................................................(3)
z1 z2
d1 d 2
Pc = = ...............................................................................(4)
z1 z 2
d. Tinggi kaki
Tinggi kaki adalah jarak radial pada sebuah gigi antara lingkaran jarak
bagi ke bagian bawah gigi.
e. Tinggi kepala
Tinggi kepala adalah jarak radial pada sebuah gigi antara lingkaran jarak
bagi kebagian atas gigi.
f. Kelonggaran
Kelonggaran adalah celah antara lingkaran kepala dan lingkaran
dasar/kaki dari roda gigi pasangannya.
p
Pd = ........................................................................................(7)
Pc
4. Clearence (C)
C = 0,167m ........................................................................................(8)
5. Diameter Luar
D o = (z + 2) m ....................................................................................(9)
6. Diameter Dalam
D i =D o - 2 ( m+C ) ..........................................................................(10)
7. Tinggi Gigi (h)
h = 2m +C,atau ................................................................................(11)
h = 2,16m
8. Lebar Muka Gigi (b)
b = 8m .............................................................................................(12)
Untuk mendesain sebuah roda gigi, maka harus mengetahui aturan-aturan
antara lain:
1. Mengetahui beban tangensial (W T )
Beban tangensial dapat diperoleh dari daya dan kecepatan jarak bagi
dengan menggunakan hubungan:
P
WT = C S ........................................................................................(13)
v
dengan
WT = beban tangensial (N)
P = daya (HP)
v = kecepatan (m/s)
Cs = safety faktor
W d = W T + W 1 ..............................................................................(14)
dengan
Wd = beban dinamik (N)
dengan
v = kecepatan garis jarak bagi
b = lebar muka gigi (mm)
c = faktor dinamik (mm)
harga c bisa didapat dengan persamaan
K .e
c= ..................................................................................(16)
1 1
+
E p EG
dengan
K = suatu faktor yang tergantung pada faktor bentuk gigi
0
= 0,107, untuk 14,5 full depth involute system
= 0,111, untuk 20 0 full depth involute system
= 0,115, untuk 20 0 stub system
Ep = modulus elastis dari bahan pinion (N/mm 2 )
TG
=
TP
Dengan :
V.R = rasio kecepatan
N p = kecepatan putar pinion
dengan
θ P1 = sudut pitch untuk pinion
θ p 2 = sudut pitch untuk gear
b. Format gigi
T EP = T P .sec θ P1 ................................................................. (20)
e. Faktor kecepatan
3
Cv = ......................................................................... (25)
3+ v
Dengan : C v = faktor kecepatan
f. Kekuatan roda gigi kerucut
L-b
WT = (σ OG .C v ) b.π.m. у’ G ( ) ................................... (26)
L
Dengan :
W T = beban tangensial
Worm gear disebut juga dengan roda gigi cacing adalah sejenis roda
gigi dengan bentuk konstruksinya sama dengan spur gear dengan perbedaan
pada bagian lebar roda terdapat kelengkungan (radius) yang besarnya sama
dengan radius ulir cacing.
Dw = …………………………………………….….(29)
Dengan:
X = jarak antar sumbu diameter gear
2. Mencari diameter worm gear (DG)
Dg =2x – Dw ……………………………………………..(30)
Dari tabel diketahui rasio transmisi 25 => n = 2
3. Jumlah gigi gear
Tg = n . 25 ……………………………………….………..(31)
Pa =Pc = …………………………………..….……..(32)
4. Modul
m = …………………...………………….……………..(33)
Pc = π . m…………………………………………………(34)
5. Diameter worm gear aktual
Dg = …………………………………..……….……..(35)
6. Diameter worm aktual
Dw =2x – Dg………………………………………………(36)
7. Lebar gigi worm gear
b =0,73 . Dw………………………………….………….(37)
Pengecekan terhadap beban tangensial
v = …………………………………………………(39)
Cv = ………………..…………………………….…….(40)
y =0,154– …………………………………...……...(41)
Diketahui tegangan tarik bahan σo = 100 MPa
Beban tangensial yang ditransmisikan
=(σo.Cv)b.π.m.y ……………………………………….(42)
P = . v ………………………………………………...(43)
Jika daya yang ditransmisikan lebih besar dari daya motor maka desain aman.
Pengecekan terhadap beban dinamik
= ……………………………………………………..(44)
P = . v …………………………………………………(45)
Jika daya yang ditransmisikan lebih besar dari daya motor maka desain aman.
Roda gigi helix adalah roda gigi yang profil giginya miring berputar
seperti spiral. Dengan bentuk profil yang demikian memungkinkan roda gigi
spiral memindahkan daya antara poros yang bersilangan. Keuntungan lainnya
dari roda gigi spiral dalam bekerja memindahkan daya bunyinya dalam
meluncur tidak terlalu keras.
Keterangan gambar :
1. Sudut Helix. Sudut heliks adalah suatu sudut tetap yang dibuat oleh
heliks-heliks dengan aksis rotasi.
2. Puncak aksis. Puncak aksis adalah jarak, sejajar dengan aksis, antara
permukaan-permukaan yang sama dari gigi-gigi yang berdekatan.
Puncak ini sama seperti puncak sirkuler dan oleh karenanya ditulis
dengan Pc. Puncak aksis dapat juga didefinisikan sebagai puncak
sirkuler pada bidang rotasi atau bidang diametral.
3. Puncak normal. Puncak normal adalah jarak antara permukaan-
permukaan yang sama dari gigi-gigi yang berdekatan sepanjang suatu
heliks pada puncak silinder normal ke gigi-gigi. Puncak ini ditulis
sebagai pN. Puncak normal dapat juga didefinisikan sebagai puncak
sirkuler pada bidang normal dimana bidang tersebut tegak lurus dengan
gigi-gigi. Secara matematis, puncak normal, pN = pc cos
4. Rumus Untuk Menentukan Dimensi Roda Gigi Helix
a. Mencari torsi (T)
T = …………………………...……………………………..(46)
= ……………………...………………………………….....(47)
= ……………………………………………………………….(48)
d. Torsi equivalen
= ……………………………………………..……….……(49)
=0,175- …………………………………………….………(50)
f. Kecepatan
v = ………...……………………………………………….(51)
g. Faktor kecepatan
= ………………...…………………………………………...(52)
h. Gaya tangensial
=( )b.π.m. ………………………………………………(53)
i. Lebar gigi
b =12,5. m………………………………………………………..(54)
j. Rasio kecepatan
V.R= …………...………………………………………………..(55)
k. Rasio faktor
= ……………………..…………………………………...(56
)
= ……………………………..………...
(58)
= ………………….…………………….…………...(59)
2.9 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
2.9.1 Macam-macam poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut.
a. Poros transmisi
Poros ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk, atau
sprocket rantai, dll
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.
c. Gandar
Poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum,
poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak,dll. Poros luwes untuk
transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan dari perubahan arah, dan lain-lain.
2.9.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Poros
Untuk merencanakan poros, hal-hal ini perlu diperhatikan
a. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan diatas. Juga ada poros
yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau
turbin, dll
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus
diperhatikan.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-
telitian atau getaran dan suara.
Karena itu, disamping kekuatan poros kekakuannya harus diperhatikan
juga dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
c. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin di naikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada motor listrik,dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
d. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang
terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama. Sampai
batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
e. Bahan poros
Bahan poros dibuat dengan metode hot rolling dan difinishing terhadap
ukarannya dengan cold drawing atau pembubutan dan grinding. Poros yang
dibuat dengan cold rolled memiliki tegangan sisa yang tinggi. Tegangan yang
tinggi menyebabkan distorsi ketika dilakukan proses permesinan.
(Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu
Suga, hal 1-2)
f. Tegangan pada poros
1. Tegangan Geser : terjadi pada poros yang mentransmisikan torsi
2. Tegangan Bending : terjadi pada poros yang dikenai beban bending
akibat komponen-komponen pemberat seperti pulley dan gear
3. Kombinasi Torsi dan Bending : terjadi karena adanya kombinasi beban
puntir (torsi) dan beban bending. Umumnya, poros mengalami beban
kombinasi torsi dan puntir
g. Desain poros yang dikenai momen puntir dan bending
Jika poros mengalami kombinasi momen puntir dan bending, maka poros
tersebut harus didesain berdasarkan kedua momen tersebut secara simultan. Ada
beberapa teori yang telah disarankan untuk menghitung desain poros yang
mengalami kombiasi momen puntir dan bending.
Pada perhitungan ini menggunakan teori Guest: Teori tegangan geser
maksimum karena teori ini sangat cocok untuk perhitungan poros yang memiliki
sifat liat, seperti poros yang dibuat dari mild steel.
1. Torsi (T)
Px 60
T= (N.m)................................................................................(60)
2p .N
Dengan
T = torsi
P = daya yang ditransmisikan
N = jumlah putaran
2. Gaya Tangensial (F T )
2T
FT = (N)......................................................................................(61)
D
Dengan: D = diameter roda gigi
3. Beban Normal ( W)
FT
W= (N).................................................................................(62)
cos a
Dengan: cos α = sudut tekan roda gigi
4. Moment pada Bearing (M)
M = W.L (N.m) ................................................................................(63)
Dengan: L = jarak antar bearing
5. Torsi Equivalent ( T e )
Te = M 2 + T 2 (N.m)....................................................................(64)
p
Te = .t .d 3 (d= mm)......................................................................(65)
16
Dengan:
τ = tegangan tarik ijin
d = diameter poros
Dengan menggunakan persamaan diatas di harapkan perhitungan dalam
penggunaan untuk mendesain poros bisa lebih aman
( A Text Book Machine design,R.S Khurmi, J.K Gupta, hal: 462-463)
1. Torsi (T)
p
T= .t .d 3 ...............................................................................(66)
16
2. Lebar pasak (w)
d
w= ( mm) .............................................................................(67)
4
dengan:
w = lebar pasak
d = diameter poros
3. Tebal pasak (t)
2
t= w (mm) .............................................................................(68)
3
4. Panjang pasak (l) dengan persamaan tegangan geser (τ)
d
T = l.w.τ. ................................................................................(69)
2
dengan: τ = tegangan geser
5. Panjang pasak dengan persamaan tegangan desak ( s c )
t d
T = l. . s c . .........................................................................(70)
2 2
Tabel 2.1 Dimensi pasak untuk diameter poros
( A Text Book Machine design,R.S Khurmi, J.K Gupta, hal: 420-421)
2.10.2 Kopling
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa slip), di mana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus
atau dapat berbeda sedikit sumbunya. Atau pada kopling tak tetap yang dapat
dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam
keadaan terhubung.
Dalam merencanakan suatu kopling hal-hal berikut ini menjadi
pertimbangan agar sesuai dengan yang kita rencanakan :
1. Pemasangan mudah dan cepat.
2.11 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,aman, dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat bekerja secara
semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya
dengan pondasi pada gedung.
2.11.1 Berikut ini adalah beberapa klasifikasi dari bantalan:
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur : Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding : Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar denagn yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial : Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
b. Bantalan aksial : Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus : Bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros
Gambar 2.6 Bearing thrust dan radial
2.11.2 Kelebihan dan kekurangan bantalan luncur
1. Kelebihan
a. Mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban besar
b. Konstruksinya sederhana dan dapat dibuat serta dipasang dengan mudah
c. Dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak bersuara
d. Tidak memerlukan ketelitian tinggi sehingga harga lebih murah
e. Tidak bising dan tenang dalam beroperasi
f. Cocok untuk putaran tinggi
g. Tahan terhadap goncangan dan getaran yang kuat.
2. Kekurangan
a. Gesekan besar pada waktu mulai jalan.
b. Memerlukan momen awal yang besar
c. Pelumasannya tidak begitu sederhana
d. Panas yang timbul dari gesekan besar sehingga memerlukan pendinginan
khusus.
2.11.3 Kelebihan dan kekurangan bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru) rol atau rol
jarum, dan rol bulat.
1. Kelebihan
a. Cocok untuk beban kecil
b. Gesekannya rendah
c. Pelumasannya sederhana
2. Kekurangan
a. Harganya lebih mahal karena ketelitiannya tinggi
b. Pada putaran tinggi bantalan ini agak gaduh
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN
B
, lampiran 2). Putaran mesin 1440 rpm, dan diameter poros 19,05 mm
daya yang ditransmisikan 2 x 746 = 1492 watt / 1500 watt
Untuk perhitugan poros berdasarkan dari apa yang diketahui pada alat
dan mengasumsikan : (Poros B)
Daya (P) = 1500 watt
Putaran motor (N) = 1440 rpm
Diameter spur gear (D1)= 100 mm
Diameter bevel gear (D2)= 80 mm
Tegangan geser (τ) = 185 N/mm
Sudut kontak (a) = 200
· Torsi yang ditransmisikan :
= = 210,7 N
Poros B (L = tepat ditengah- tengah poros = 37,5 cm)
Gambar reaksi
210,7 N
A C B
BMD 39,5 Nm
A C B
Momen
M = = = 39,5 Nm
Torsi equivalen
= = = 40,727 N.m
= 40727 N.mm
Diameter Poros
= 10,389 mm
dari perhitungan didapat nilai d (alat) > d (analisa) jadi AMAN
3.2 Perhitungan Poros Ulir (Poros A)
tan a =
=
= 0,08 a = 4,55
tan = 0,15
= 8,53
P = W tan(a + )+W
t =Px
= 0,0035 x 6
= 0,021 kN.m
= 21 Nmm
sc =
= = 0,000132 kN/mm²
= 0,13 N/mm²
Jadi karena tegangan akibat beban sc < st berarti AMAN
t =
=
= 0,103 N/mm²
tmax =
=
= 0,12 N/mm²
Jadi karena tegangan geser akibat beban tmax < tbahan berarti AMAN
3.3 Perhitungan Rangka
350 N 812,5 N
A C B D
0,25m 0,75m 0,05m
Gambar 3.2 Beban pada rangka
Reaksi Penumpu :
x 812,5 N y z
350 N
A C B D
RAH z
x y
RAV RBV
Gambar 3.3 Reaksi penumpu
Sfy = 0 RAV + RBV = 350 + (812,5 x 0,8)
= 350 + 650 = 1000 N
Sfx = 0 RAH = 0
SMA = 0 RBV x 1 = 812,5 (0,65) (0,8)
RBV = 422,5 N
RAV = 1000 – 422,5 = 577,5 N
Potongan z-z (D - B) kanan
MX 812,5 N
NX D
x
VX
Gambar 3.4 Potongan z-z kanan
Nx = 0
Vx = 812,5 . x
Mx = -812,5 x/2 . x
Titik D (x = 0)
ND = 0
VD = 81,25 . 0 = 0
MD = 0
Titik B (X = 0,05)
NB =0
VB = 812,5 x 0,05 = 406,25 N
MB = -812,5 . 0,05 . (0,05 /2)
= -1,0156 N.m
Potongan y-y (B - C) kanan
Mx 812,5 N
Nx B D
0,05
x
422,5 N
Vx
Nx =0
Vx = 812,5 . x – 422,5
Mx = -812,5 . x . x/2 + 422,5 (x-0,05)
Titik B (x = 0,05)
NB =0
VB = 812,5 . 0,05 . 422,5
= -381,875 N
MB = -812,5 . 0,05 0,05/2 + 422,5 (0,05-0,05) = -1,0156 N.m
Titik C (x = 0,8)
Nc =0
Vc = 812,5 . 0,8 – 422,5
= 227,5 N
MC = -812,5 . 0,8 . 0,8/2 + 422,5 (0,8 - 0,05)
= 260 + 316,875
= 56,87 N.m
Nx
C B 0,05 D
0,8
x 422,5 N
Vx
Titik A (x = 1,05)
NA =0
VA = 227,5 N
MA = -812,5 . 0.8 (1,05 – (0,8/2)) + 422,5 (1,05 – 0,05)
= -422,5 + 422,5 = 0 N.m
Diagram NFD
A C B D
Diagram SFD
227,5 N
40,625 N
A C B B D
- 381,875 N
Diagram BMD
56,875 N
- 1,015 N 0
0
A C B D
`
2 mm
60 mm
30 mm
Gambar 3.7 Tegangan maksimum rangka
Moment Inersia
I = lo + Ad2
Dimana:
Io = b . h3
Io = 60 . 303 mm
Io = 1.620.000 mm
Io = 135.000 mm
Luas Penampang Besi Hollow
A = t (2b+2h)
= 2 mm (2.60+2.30) mm
= 360 mm2
d = 30/2
d = 15 mm
d2 = 225 mm2
Iz = lo + Ad2
= 4500 + (360 mm2 x 225 mm2)
= 216.000 mm4
Ditinjau Dari Tegangan Tarik
y=
= = 30 mm
σmax =
σmax =
= 0,789 N/mm2
Jadi karena tegangan akibat beban (σmax = 0,789 N/mm2) < dari tegangan ijin
250 mm 65 kg
A = t.s (2b + 2 l)
= 0,707.2 (2.56 + 2.30)
= 243,21 mm2
2. Tegangan geser las
t = = = 2,67 N/mm2
3. Moment lentur las
M = P.e
= 650. 250
= 162.500 Nmm
4. Section modulus
Z = t . s (b l + b2/3)
= 0,707.2 (56.30 + 562/3 )
= 3853,62 mm3
5. Tegangan lentur
sb = M / Z
= 162.500 / 3853,62
= 42,168 N/mm2
6. Tegangan geser maksimum
t max =½
=½
= 29,93 N/mm2
= 2,993 kg/mm2
Elektroda yang digunakan E 6013
E 60 = kekuatan tarik terendah setelah dilaskan adalah 60.000 psi atau 42,2
kg/mm2
1 = posisi pengelasan mendatar, vertical atas kepala dan horizontal
3 = jenis listrik adalah DC polaritas balik (DC+) diameter elektroda 2,6 mm,
arus 230 – 270 A, tegangan 27-29 V
Jadi karena t pengelasan (2,993 kg/mm2) < t ijin (23,55 kg/mm2) maka
pengelasan AMAN.
3.6 Perhitungan dan Perencanaan Roda Gigi
Diketahui / diasumsikan :
Daya (P) = 1500 watt
Putaran pinion (Np) = 1440 rpm
Jumlah gigi pinion (Tp) = 48
Jumlah gigi gear (TG) = 48
σog = σop = 100 N/mm2
a. Mencari Velocity (V)
V =
=
= 3619,11 m mm/s
= 3,61911 m m/s
WT = s (lampiran5)
= x 0,8 = N
c. Mencari (Cv)
Cv =
=
d. Mencari Yp= YG
Yp = 0,154 -
= 0,154 -
= 0,154 - 0,019 = 0,135
= (100x ) 8m.π.m.0,135
3+3,61911m =
3+3,61911m = 3,069 m3
Dengan metode uji coba di dapat nilai m = 1,5 mm dibulatkan 2 mm
e. Mencari nilai b
b = 8m
= 8.2
= 16 mm
f. Mencari nilai Dp
Dp = m.Tp
= 2. 48 = 96 mm
Check keamanan beban
T =
=
= 9,9 Nm
v = 3,61911.m
= 3,61911.2 = 7,24 m/s
WT = .Cs
=
= 165,75 N
W1 =
=
= 37,6 N
WD = WT + W1
= 165,75 + 37,6
= 203,35 N
y = 0,124 –
= 0,124 –
= 0,055
WS = se.b.Pc.y
= 350.16.p.m.0,055
= 350.16.p.2.0,055
= 1935,22 N
Karena WS > WD jadi desain roda gigi AMAN
3.6.2. Roda Gigi Miring (Heliks)
Diketahui / diasumsikan :
P = 1500 Watt
= 20o
a = 20o
Np = 1440 rpm
Dp = 0,1 m
sop = sog = 100 N/mm2
ses = 6,8 Mpa = 6,8 N/mm2
· Mencari modul dan lebar gigi
T =
=
= 9,9 Nm
WT =
=
= 198 N
TP =
TE =
=
= 106,4/m
YP = 0,175 -
= 0,175 -
= 0,175 - 0,0079m
V =
=
= 7,54 m/s
Nilai b untuk roda gigi helix antara 12,5 - 20 m
b = 12,5 . m
WT = (sop . Cv) b p m yp
198 = (100 . 0,443) 12,5 m . p . m (0,175 - 0,079 m)
= 1739,6 m2 (0,175 - 0,079 m)
= 304,44 m2 - 137,43 m3
dengan metode coba-coba didapat
m = 1,76 dibulatkan 2 mm
b = 12,5.m
= 12,5 . 2 = 25 mm
V.R =
= =1
Q =
=
=1
N = tan . cos
= tan 20o x cos20o
= 0,342
N = 18,88
EP = EG = 200 kN/mm2 = 200 x 103 N/mm2
K = ( )
= ( )
= 87915 . ( )
= 0,87915 N/mm
WW =
=
=
= 2489,03 N
Dw =
=
= 34,4 mm 35 mm
· Mencari diameter worm gear
DG = 2x -Dw
= (2 x 85) - 35
= 135 mm
Dari tabel 31.2 rasio transmisi 25 n=2
· Jumlah gigi gear
TG = 2 x 25 = 50
Pa = Pc
=
= 8,48 mm
· Modul
m =
=
= 2,7 mm
Pc = p x m
= p x 2,7
= 8,48 mm
· Diameter worm gear aktual
DG =
=
= 134,9 135 mm
· Diameter worm aktual
Dw = 2x - DG
= (2 x 85) - 135 = 35 mm
· Lebar gigi worm gear (b)
b = 0,73 x Dw
= 0,73 x 35
=26,25 30 mm
1. Pengecekan Terhadap beban tangensial
V.R = atau NG =
= = 60 rpm
V =
= = 0,424 m/s
CV =
=
= 0,934
y = 0,154 -
= 0,154 -
= 0,135
Diketahui tegangan tarik bahan so = 100 Mpa
Beban tangensial yang di transmisikan
WT = (so . Cv) b p y
= (100 . 0,934) 30 . p . 0,135
= 3565 N
P = WT x V
= 3565 x 0,424
= 1511,6 Watt
karena daya yang ditransmsikan lebih besar dari daya motor (1500 Watt)
maka desain AMAN
2. Pengecekan terhadap beban dinamik
WD =
=
= 3833,33 N
P = WD x V
= 3833,33 x 0,424
= 1625,33 Watt
Daya yang dapat ditransmisikan lebih besar dari motor (1500 W) ini berarti
desain AMAN
V.P = =1
Mencari Torsi
θ P2 = θ P1 = ( )
= .1
= 450
Format gigi
TEG =T EP = Tp.sec. θ P1
= 24.sec. = 33,94
Faktor gigi
Y G = YP = 0,124 -
= 0,124 –
= 0,1037
Kecepatan garis puncak
V = =π
=
= 1,804 m.
CV =
Panjang puncak kerucut
L =
= = 12 m
Lebar muka gigi
b =
= = 5,67 m
WT = = = N
WT = = 275 N
Dari table 28.7 ( lampiran 6)
Modul 3 mempunyai nilai e = 0,051mm
K = 0,107 untuk sudut 14,50
EP = EG= 100x103 N/mm2
C =
= = 272,85 N/mm
WD = WT +
=275 +
= 275 +
= 275+ 2875
= 3150 N
Check gaya statis (Ws)
Dari table 28.8 ( lampiran 7)
Bahan steel B.H.N = 150 nilai σe = 252 N/mm2
Gaya statis
Ws = σe.b.π.m.уG
= 252.17,01.π.3.0,1037 = 4169,2 N
WS > WD jadi desain AMAN
BAB IV
4.5. Perakitan
Perakitan merupakan tahap terakhir dalam proses perancangan dan
pembuatan suatu mesin atau alat, dimana suatu cara atau tindakan untuk
menempatkan dan memasang bagian-bagian dari suatu mesin yang digabung dari
satu kesatuan menurut pasangannya, sehingga akan menjadi perakitan mesin
yang siap digunakan sesuai dengan fungsi yang direncanakan.
Sebelum melakukan perakitan hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Komponen-komponen yang akan dirakit, telah selesai dikerjakan dan
telah siap ukuran sesuai perencanaan.
2. Komponen-komponen standart siap pakai ataupun dipasangkan.
3. Mengetahui jumlah yang akan dirakit dan mengetahui cara
pemasangannya.
4. Mengetahui tempat dan urutan pemasangan dari masing-masing
komponen yang tersedia.
5. Menyiapkan semua alat-alat bantu untuk proses perakitan.
Komponen- komponen yang ada dari alat praktikum perawatan sistem
transmisi ini adalah :
1. 3 pasang roda gigi lurus
2. 1 pasang roda gigi worm
3. 1 pasang roda gigi helix
4. 3 pasang roda gigi bevel
5. Motor listrik 1 phase 2 hp
6. Motor power window
7. Roda gigi power window
8. Poros berulir
9. Poros dengan spy
10. Poros halus
11. Kopling fleksibel
12. Bearing
13. Dudukan motor
14. Gear box
15. Panel kelistrikan
16. Mover
Langkah-langkah perakitan :
1. Menyiapkan rangka meja yang telah dilas sesuai desain.
2. Memasang penutup rangka meja (plat 1 mm) ke rangka.
3. Memasang papan kayu pada rangka meja.
4. Memasang gear box pada meja
5. Memasang dudukan motor listrik
6. Memasang motor listrik diatas dudukan
7. Merakit poros, bearing, kopling, power window dan gear di dalam gear
box
8. Merakit rangkaian listrik untuk menghidupkan motor dan power window
Jumlah Rp 6.626.200
KESIMPULAN
Dari hasil pembuatan alat praktikum perawatan sistem transmisi roda gigi
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dari perbandingan hasil perhitungan analisis dan yang digunakan pada
alat dapat diketahui bahwa alat yang dirakit aman.
b. Alat praktikum ini digunakan untuk memperagakan transmisi daya pada
beberapa gear yang berbeda-beda.
c. Total biaya untuk pembuatan 1 unit mesin ini adalah ± Rp 6.705.900,-
DAFTAR PUSTAKA