Anda di halaman 1dari 14

Fraktur Tertutup pada Femur Dextra

Erica Sander/102014196

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Email: ericalie96@gmail.com

Pendahuluan

Kerangka manusia adalah suatu sistem yang kompleks, dapat beradaptasi dengan baik
untuk memberikan topangan yang struktural, menerjemahkan aktivitas otot rangka menjadi
gerakan, dan menciptakan lingkungan protektif bagi organ dalam yang halus. Selain itu, tulang
juga merupakan tempat bagi unsur pembentuk darah (hematopoietik) dan berfungsi sebagai
reserboar utama untuk kalsium dan sejumlah mineral vital lainnya.1

Fungsi dari tulang juga bisa hilang jika seseorang mengalami trauma seperti benturan,
terjatuh maupun kecelakaan yang dapat menyebabkan tulang mengalami fraktur. Fraktur adalah
patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar daripada absrorpsinya.2 Fraktur tulang
dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan sendi terganggu, dislokasi
sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah.

Fraktur sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur terbuka adalah bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana),
sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur
terbuka.

Sebagai seorang dokter untuk melakukan penanganan terhadap pasien fraktur, tentunya
terlebih dahulu mengetahui gejala/tanda dari fraktur, pemeriksaan fisik dan penunjang yang perlu
1
dilakukan untuk menegakkan diagnose, mengetahui klasifikasi fraktur, bagaimana mekanisme
terjadinya fraktur, selanjutnya terapi yang akan diberikan sehingga pasien dapat terhindar dari
komplikasi yang tidak diinginkan.

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan.3 Anamnesis meliputi: Identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat
psikososial.

1. Apakah ada riwayat trauma/ cidera?


2. Bila ada trauma, trauma seperti apa? Misalnya tauma akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda
berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olahraga
3. Kapan waktu terjadinya?
4. Arah posisi trauma/ jatuh? Misalnya: Terduduk, tengkurap, terlentang, menyamping
5. Ada nyeri atau tidak? Lokal nyeri dimana?
6. Dapatkah pasien berjalan atau tidak setelah mengalami trauma?
Pada anamnesis dalam skenario didapatkan:
Identitas : Wanita berusia 60 tahun
Keluhan : Nyeri pada panggul kanan

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip pemeriksaan. Teknik


pemeriksaan secara alami bervariasi, tetapi pada dasarnya dibutuhkan suatu pemeriksaan rutin/
baku. Yang dilakukan adalah pemeriksaan status generalis dan status lokalis (mencakup inspeksi,
palpasi, kekuatan otot, gerakan sendi, auskultasi). Pemeriksaan fisik pada fraktur meliputi:

 Inspeksi (Look):

2
- Pemeriksaan ini melibatkan permerhatian dan observasi cukup dengan deskripsi yang
terlihat antaranya warna kulit, gambaran vaskularisasinya, pembengkakan atau massa
pada bagian anterior/posterior, lateral/medial, juga diperhatikan jika terdapat luka,
fistel atau ulkus dan tanda-tanda peradangan lainnya (rubor, kolor, tumor, dolor,
functio lesia).
- Memerhatikan deformitas
- Circumferential skin assessment: melihat jika terdapat pendarahan di daerah luka,
robekan pada kulit (laserations), atau harus diberikan perhatian pada sekitar kulit pada
daerah trauma yang dapat memungkinkan terjadinya fraktur terbuka.
- Fracture blisters yang mungkin dapat menganggu rencana operasi.4
 Palpasi (Feel):
- Mengukur selisih panjang ekstemitas
- Keadaan neurovascular
- Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas-batasnya
- Perhatikan adanya nyeri tekan di persendian.
- Palpasi kelembutan dan krepitus.4
 Move/ Range of Motion:
- Menilai gerakan sendi proximal dan distal tulang yang patah
- Menilai Range of Motion (ROM) dengan gerakan fleksi-ekstensi dan menyatakannya
dalam derajat. (Normal : 0-120oC).5

Pemeriksaan Penunjang

 Rontgent
Fraktur dapat terlihat dengan pemeriksaan klinik. Walaupun demikian,
pemeriksaan radiologis diperlukan untuk keadaan serta lokasi fraktur. Untuk menghindari
kesalahan dalam penatalaksanaan diperlukan pemeriksaan foto tulang ini. Tujuannya
untuk konfirmasi adanya fraktur, bagaimana letak dan jenis frakturnya. Dari foto juga
bisa diperkirakan kapan fraktur nya terjadi, apakah baru atau sudah dari lama. Serta
melihat benda asing yang masuk ke tulang itu apa tidak, walau misalnya fraktur itu
tertutup, tetap harus dilihat juga supaya tidak salah dalam pengobatan. Digunakan untuk

3
memastikan lokasi dan kecurigaan terhadap fraktur. Serta dapat menentukan juga
keadaan lokasi dan ekstensi dari fraktur.5
 CT-Scan
Untuk meliat lebih detail bagian tulang atau sendi dengan foto irisan lapis demi lapis.
 MRI
Digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. Digunakan
untuk mengidentifikasi cidera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.6

Working Diagnosis

Fraktur Tertutup pada Femur Dextra

Definisi dan Klasifikasi Fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar daripada
absrorpsinya. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.
Trauma tajam yang langsung atau tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan
luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang didekat sendiri
atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi.

Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk terjadinya
fraktur adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja yang membutuhkan kesimbangan,
masalah gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang beresiko tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil,
orang dengan penyakit degeneratif atau neoplasma).2,6

Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi, klinis yang didapatkan
memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara umum keadaan patah tulang secara klinis
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Fraktur tertutup (close fracture)

4
Fraktur tertutup adalah fraktur di mana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga
tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar.
2. Fraktur terbuka (open fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam atau dari luar.
3. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya
malunion, delayed union, nonunion, dan infeksi tulang.

Gambar 1. Fraktur Terbuka dan Tertutup6

Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateu), diaphyseal


(shaft), maupun distal. Berdasarkan osifikasinya, tulang panjang terdiri atas bagian diafisis
(corpus shaft) yang berasal dari pusat penulangan sekunder.2,6

Jenis-jenis Fraktur

1. Fraktur Terbuka
2. Fraktur Tertutup
3. Fraktur Kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari suatu tekanan
atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang tersebut.
4. Fraktur Stres adalah sebuah retakan kecil pada tulang yang disebabkan oleh penggunaan
kekuatan/tekanan yang berulang, sering,dan berlebihan—seperti melompat berulang kali,
atau berlari jarak jauh.
5. Fraktur Avulsi terjadi akibat kontraksi otot yang menarik tendon (yang menjadi tumpuan
otot untuk menempel ke tulang) sehingga potongan-potongan tulang akan tertarik keluar.

5
6. Greenstick Fracture adalah fraktur lentuk/salah satu tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
7. Fraktur Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang.
8. Fraktur Kominutif adalah tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
9. Fraktur Impaksi adalah sebagian fragmen tulang masuk ke fragmen lainnya.
10. Displaced (bergeser) adalah fraktur yang terjadi karena adanya pergeseran fragmen
fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen tulang.
11. Undisplaced (tidak bergeser) merupakan fraktur yang menyebabkan garis patah komplit
tetapi kedua fragen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.7

Gambar 2. Jenis-jenis Fraktur pada Tulang7

Klasifikasi Fraktur Femur8

a) Berdasarkan letak anatominya, ada 4 jenis fraktur femur, yatu:


 Capital : Fraktur yang terjadi pada Caput Femoris
 Subcapital : Fraktur yang terjadi pada bagian bawah Caput Femoris
 Transcervical : Fraktur yang terjadi pada Collum Femoris
 Basicervical : Fraktur yang terjadi pada bagian ujung lateral Collum Femoris

6
Gambar 3. Jenis Fraktur Berdasarkan Anatominya8

b) Femoral Head Fracture menurut Pipkin, diklasifikasikan menjadi:


 Tipe I : Fraktur di bawah fovea
 Tipe II : Fraktur di atas fovea
 Tipe III : Fraktur tipe I dan tipe II ditambah fraktur femoral neck
 Tipe IV : Fraktur tipe I dan tipe II ditambah fraktur acetabulum

Gambar 4. Femoral Head Fracture-Pipkin8

c) Femoral Neck Fracture menurut Garden, fraktur femur diklasifikasikan berdasarkan


tingkat pergeseran patahnya, yang terbagi menjadi:
 Garden I : Fraktur inkomplit atau impacted
 Garden II : Fraktur komplit tanpa displacement
 Garden III : Fraktur komplit dengan partial displacement
7
 Garden IV : Fraktur komplit dengan total displacement

Gambar 5. Femoral Neck Fracture-Garden8

d) Femoral Neck Fracture menurut Pauwel, fraktur femur diklasifikasikan berdasarkan


sudut fraktur yang terbentuk, yaitu:
 Tipe I : Fraktur 30o dari horizontal
 Tipe II : Fraktur 50o dari horizontal
 Tipe III : Fraktur 70o dari horizontal

Gambar 6. Femoral Neck Fracture-Pauwel8

e) Ada juga yang membagi fraktur femur menjadi 2 bagian yaitu:


 Femoral Intertrochanteric Fractures adalah Fraktur yang terjadi dalam sepanjang
garis antara trochanter major dan minor. Mekanisme cedera fraktur intertrokanter
bisa terjadi secara langsung yaitu bila pasien terjatuh dan langsung mengenai
trokanter mayor, sementara tidak langsung terjadi karena pemulintiran. Retak

8
berada di antara trokanter mayor dan trokanter minor dengan fragmen proksimal
cenderung bergeser dalam varus.
 Femoral Subtrochanteric Fractures adalah fraktur dimana garis patah berada 5 cm
distal dari trochanter minor. Mekanisme fraktur biasanya karena trauma langsung
dapat terjadi pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan. Dan
pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepatan tinggi.

Gambar 7. Femoral Intertrochanteric dan Femoral Subtrochanteric Fractures8

Etiologi

Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.
Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olahraga. Trauma bisa
terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada
tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Menurut Sachdeva, penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
i. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
9
ii. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan terjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
iii. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut:
i. Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
ii. Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebaga salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit
nyeri.
iii. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan
absorpsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium fosfat yang rendah.
c. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus, misalnya pada penakit polio dan orang
yang bertugas di kemiliteran.9

Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh tapi cukup punya kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi
apabila ada tekanan external yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang, maka
akan terjadi trauma yang mengakibatkan rusaknya/terputusnya kontinuitas dari tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum, pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang akan ikut rusak. Sehingga akan terjadi kerusakan jaringan dan
perdarahan di ujung tulag. Lalu terbentuklah hematoma dikanal medulla dan menyebabkan
jaringan sekitar tulang menjadi nekrosis. Nekrosis jaringan merangsang kecenderungan untuk
terjadi peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran plasma dan leukosit, serta
infiltrasi dari sel darah putih.1,6
10
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang
seperti nyeri, hilang fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot,
krepitasi, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini mungkin baru terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera.6

Komplikasi

1. Komplikasi dini:
Yang segera terjadi dapat berupa: shock dan fat emboli. Fat emboli ini jarang terjadi.
2. Komplikasi lambat:
a. Delayed union
Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal.
b. Non union
Fraktur tidak menyambung yang juga disebut psuedarthrosis. Disebut non union
bilang tidak menyambung dalam 20 minggu. Pada fraktur dengan kehilangan fragmen
sehingga ujung-ujung tulang berjauhan, maka dari awal sudah potensial menjadi non
union dan boleh diberlakukan sebagai non union (gap non union).
c. Mal union
Fraktur dengan deformitas (angulasi, perpendekan atau rotasi).
d. Kekakuan sendi lutut.
e. Infeksi.7

Penatalaksanaan

 Medika Mentosa
Nyeri yang seringkali timbul akibat fraktur dapat diberikan parasetamol 500mg hingga
dosis maksimum 3000mg per hari, bila respon tidak kuat dapat ditambahkan kodein
10mg. Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan NSAID seperti ibuprofen
400mg 3 kali sehari.8

11
1. Pada fraktur femur tebuka harus dinilai dengan cermat untuk mencari ada tidaknya
kehilang kulit, kontaminasi luka, iskemia otot dan cedera pada pembuluh darah dan saraf.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Profilaksi antibiotic.
b. Debridemen,
c. Stabilisasi. Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna.
d. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif, infected,
pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
2. Penatalaksanaan fraktur femur tertutup adalah sebagai berikut:
a. Terapi konservatif
- Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitive untuk mengurangi spasme otot.
- Traksi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.2,6
b. Terapi operatif
- Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur
yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan
mempergunakan nail-phroc dare screw dengan macam-macam tipe tersedia.
- ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah:
 Reposisi anatomis.
 Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
 Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkn ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap menempel
sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu,
tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh,
tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi. Dapat dilakukan dengan:
o Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Seperti melakukan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
o Imobilisasi fraktur, mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan. Setelah
fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi
12
dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan, gips, bidai, pin, dan teksi gips atau fiksator eksterna. Sedangkan
fikasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
o Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setela dilakukan reduksi
dan imobilisasi.2
 Indikasi ORIF:

ORIF (Open Reduction With Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan dengan
pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk
mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami
pergeseran.6

 Fraktur yang tidak sembuh atau bahaya avasicular necrosis tinggi.


 Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup.
 Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
 Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasik yang lebih baik dengan operasi.1,3

Pencegahan Fraktur

 Dapat diberikan kalsium serta vitamin D untuk mencegah adanya fraktur yang
disebabkan oleh kelainan metabolisme tubuh.
 Berhati – hati dalam kendaraan agar tidak terjadi kecelakaan
 Suplementasi 800 IU vitamin D3 dan 1,2 gram kalsium elemental setiap hari selama 3
tahun.2

Prognosis
Prognosis fraktur tergantung seberapa cepat fraktur tersebut ditangani, adanya infeksi
atau tidak serta seberapa parah fraktur yang dialami, dan apakah adanya penyakit sekunder yang
mengikuti seperti adanya penyakit penyerta lainnya.

13
Kesimpulan

Wanita tersebut menderita fraktur tertutup femur 1/3 proximal dextra (collum femur)
akibat trauma langsung (terpeleset dan membentur lantai). Diagnosis ini dapat ditegakkan
dengan pasti melalui gejala-gejala yang ditimbulkan dari pasien tersebut dan hasil pemeriksaan
penunjang berupa foto rontgen yang mendukung diagnosis pasti.

Daftar Pustaka

1. Kumar V, Cotran RS, Robbins, SL. Buku ajar patologi. Ed 7. Jakarta: EGC; 2007. h. 844.
2. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal: Seri
asuhan keperawatan. Jakarta: EGC; 2008. h. 148.
3. Megasari, Miratu. Paduan belajar asuhan kebidanan. Yogyakarta: Deepublish; 2015.
4. Jon C. Thompson, Anatomy of Leg/knee, Netter’s concise orthopaedic anatomy; 2010.
5. Patel P R. Lecture notes radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007.
6. Noor Z. Buku ajar gangguan musculoskeletal. Edisi 2. Jakarta: Salemba mendika; 2016.
7. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, dkk editor. Buku ajar ilmu bedah.
3th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.
8. Patel PR. Lecture notes radiologi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga; 2007.
9. Bell S, Elbow and Brukner P, Khan K. Clinical sports medicine. 3rd Ed. Australia:
McGraw-Hill; 2007.

14

Anda mungkin juga menyukai