Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Skizoafektif Tipe Manik

Nama Dokter Muda : Fahjri Saputra P 2390 B


Rifan Ahadi Rizki P 2391 B
Nama Perseptor : dr. Heryezi Tahir, Sp. KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSJ HB SAANIN
PADANG
2018

BAB I

0
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran baik

skizofrenia maupun gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif hingga sekarang

tidak diketahui meskipun beberapa data riset menunjukkan bahwa skizoafektif terkait

dengan faktor genetik. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang

jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.
Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresif, dan campuran.

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam

berpikir, perubahan dalam persepsi. Bila gejala skizofrenik dan gangguan perasaan

manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan

skizoafektif tipe manik. Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala skizofrenik dan

gangguan perasaan depresif timbul bersamaan. 1

1.2 Epidemiologi Skizoafektif

Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%, berkisar

antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan perkiraan. Gangguan

skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda.

Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki,

terutama perempuan yang sudah menikah. Usia awitan perempuan lebih sering

dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan

skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul

yang nyata atau tidak sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang

dengan diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari

59% depresi dan 22% gangguan bipolar.2

1.3 Etiologi Skizoafektif

1
Penyebab dari skizoafektif sulit dilakukan. Dugaan saat ini bahwa gangguan

skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi

mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut

telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobtanan jangka

pendek, dan hasil akhir jangka panjang.3

1.4 Patofisiologi Skizoafektif

Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu

patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan gabungan

dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada kemungkinan kedua,

maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional ataupun struktural yang terlibat

dalam gangguan ini.2

1.5 Manifestasi Klinis Skizoafektif

Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala

gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang

sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila gejala

skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut

gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan skizoafektif tipe depresif,

gejala depresif yang menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan

dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana

perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Depresi

a. Nafsu makan yang berkurang


b. Pengurangan berat badan
c. Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )
d. Agitasi

2
Merasa tidak ada semangat

a. Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari


b. Merasa tidak ada harapan
c. Selalu merasa bersalah
d. Tidak dapat berkonsentrasi
e. Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri

Mania

a. Peningkatan aktivitas
b. Bicara cepat
c. Pikiran yang meloncat-loncat
d. Sedikit tidur
e. Agitasi
f. Percaya diri meningkat
g. Mudah teralihkan

Skizofrenia

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa

(PPDGJ-III):4

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda ; atau

“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (withdrawal); dan

“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya;

b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

3
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan

khusus)

“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan

dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau

berbulan-bulan terus menerus;

4
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),

yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi

atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus

ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall

quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi

sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam

diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.5

1.6 Diagnosis

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-V)5

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.

Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran

dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.

Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi

5
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama

sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.


C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian

bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat

yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum


Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup

sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-

gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif

yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian

dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang

sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood)

pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif. 4

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III4

a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive

adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama

menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari

yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,

sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik

skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan

gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami

suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).

d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis

manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2).

pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33).

6
1.7 Diagnosis Banding

Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan

gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan

skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan

phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara

khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang

bersama-sama. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang

biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik

klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood

pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis

psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.1,4

1.8 Tatalaksana Skizoafektif6

a. Psikofarmaka

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di

rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari

farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan

antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya

jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak

efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik

dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus

mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau

suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan

gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi

elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi

antidepresan.6

7
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan

dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer atau

pengobatan dengan antipsikotik saja. Carbamazepine adalah obat antikejang yang

digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood stabilIzer yaitu membantu

menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut neurotransmitters yang mengendalikan

temperamen emosional dan perilaku dan menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga

dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian borderline. Efek samping

carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan, sembelit,

kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah. Karbamazepin

tidak boleh digunakan bersama dengan inhibitor monoamine oxidase (MAOIs ).

Hindari minum alkohol saat mengambil carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan

beberapa efek samping carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1

Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan efek

antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan memblokade

reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik, menghilangkan

atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi, dan berpikir dan

berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek samping ekstrapiramidal

seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu dapat menimbulkan efek samping

antikolinergik seperti merah mata dan xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat

menurunkan ambang kejang sehingga harus berhati-hati penggunaan stelazine pada

orang yang mempunyai riwayat kejang.1

Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk

pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer

atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan skizoafektif dengan

8
tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung

bekerja dengan baik.7

b. Psikoterapi

Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan. Menurut

penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi

juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien

terhadap penyakit yang diderita.

Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi

pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian

penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.7

1.9 Prognosis Skizoefektif1

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis

pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan

skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan

gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan

gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan

skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang

mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang

menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,

mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar

dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada

faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala defisit atau gejala

negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga

9
adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada

hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider

tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.

BAB III
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. MD
Jenis Kelamin : Laki-laki
MR : 016365
Umur : 22 tahun
Tempat Tanggal Lahir : Lubuk Alung, 18 Desember 1995
Status Perkawinan : Belum menikah
10
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan : Tamat SD
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Pasar Kandang, Kel. Lubuk Alung Kec. Lubuk Alung,
Kabupaten Padang Pariaman
3.1.2 Keterangan Diri Allo/ Informan

Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Pendidikan : Tamat SMP
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Pasar Kandang, Kel. Lubuk Alung Kec. Lubuk Alung,
Kabupaten Padang Pariaman
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab

2.2. Riwayat Psikiatri


Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 27 Maret 2018 di bangsal
Cendrawasih RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
2. Alloanamnesis dengan :
Ibu kandung Pasien (Tn. E, 50 tahun, Buruh Bangunan , Tamat SMP, Lubuk
Alung, Padang Pariaman) pada tanggal 27 Maret 2018 melalui telepon
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
11
e. Dan lain-lain
2.2.1. Sebab Utama
Pasien datang ke RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang, dibawa oleh ibu kandung
pasien karena marah-marah, gaduh dan gelisah serta tidak bisa bisa tidur karena tidak
dibelikan rokok kemudian pergi mengemudikan motor ke gunung sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit.
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien gaduh dan gelisah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
pasien meminta rokok kepada ibu pasien tapi tidak diberikan, kemudian pasien marah-
marah dan melemparkan barang-barang di rumah pasien serta kabur menggunakan
motor ke arah bukit di sekitar tempat tinggal pasien. Pasien tidak bisa tidur selama 2
hari tersebut. Pasien ditemukan oleh teman pasien dan dibawa kembali pulang ke
rumah. Kemudian pasien dibawa ke RS Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Pasien melihat
bayangan sejak 9 tahun yang lalu. Pasien jarang kontrol ke rumah sakit dan tidak teratur
meminum obat sejak 5 tahun yang lalu. Pasien saat ini tinggal bersama orang tua dan
pernah di rantai di rumah. Pasien tidak mau tidur, gaduh dan gelisah. Pasien sering
berbicara dan tertawa sendiri. Pasien sering berbicara tidak jelas.
Autoanamnesis
Awalnya pasien meminta dibelikan rokok kepada ibu pasien, namun tidak
dipenuhi. Kemudian pasien marah-marah, dan pergi meninggalkan rumah dengan motor
lalu pergi ke bukit pada malam hari. Di bukit tersebut pasien mengaku melihat sapi-sapi
yang sedang tidur sebanyak 7 ekor. Pasien sebelum dirawat juga mengaku sulit tidur.
Pasien mengaku sudah 17 kali dirawat di RS Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Pasien
sebelumnya mengaku waktu sebelum sakit pasien termasuk anak yang baik, dan pintar
bergaul dan memiliki banyak teman. Pasien sebelumnya merasa tertekan memikirkan
keluarga pasien, terutama adik-adik pasien yang masih sekolah sementara ibu-bapak
pasien merantau ke solok dan pasien hanya tamatan SD dan bekerja sebagai petani di
kebun sawit.

2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pertama kali dirawat di RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang 2 tahun yang
lalu yaitu pada tahun 2016. Pertama kali pada tahun 2011 keluarga pasien melihat
badan pasien kaku, pasien juga tidak mau makan dan minum. Pada saat itu juga
pasien lebih suka menyendiri dan takut bertemu orang lain. Keluarga sudah
membawa pasien ke dukun kampung tapi tidak ada perubahan. Kemudian pasien di

12
bawa ke RSUD Pariaman, kaku pasien hilang dan keluarga masih beranggapan
pasien belum begitu sembuh. Pada tahun 2016, keluarga pasien mengeluhkan pasien
susah untuk di atur, lebih sering keluar rumah, suka menggertak dan mengajak
orang lain untuk bertengkar dengannya. Pasien mengaku jika marah, maka akan
muncul bayangan hitam yang besar kemudian merasuki diri pasien sehingga pasien
merasa hebat dan kuat.
Pasien dirawat di RSJ HB Saanin selama 2 bulan pada tahun 2016. Pasien
mengaku minum obat rutin selama 5 bulan, namun pasien merasakan badan nya
kaku terutama bagian mulut dan lidah sehingga pasien kesulitan makan dan minum.
Kemudian pasien putus berobat selama 7 bulan karena pasien beranggapan hal
tersebut merupakan efek dari obat yang diminumnya.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan kesadaran,
maupun HIV.

c. Riwayat Penggunaan Napza


Pasien seorang perokok, biasa merokok 2 bungkus/hari, pasien tidak pernah
mengkonsumsi NAPZA maupun alkohol.

2.2.4. Riwayat Keluarga


a. Identitas orang tua/ pendamping

Identitas Orang Tua Keterangan


Ayah Ibu
Kewarganegar Indonesia Indonesia
aan
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Buruh Bangunan Ibu rumah tangga
Umur 50 tahun 45 tahun
Alamat Pasar Kandang, Pasar Kandang,
Lubuk Alung, Padang Lubuk Alung, Padang
Pariaman Pariaman
Hubungan Akrab Akrab

b. Sifat / Perilaku Orang Tua Kandung

13
1.Ayah kandung (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung jawab
(-).
2.Ibu (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung jawab
(-).
Ket: ** diisi dengan tanda (+) atau (-)

c. Saudara
Jumlah saudara lima dan pasien anak kedua
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. Lk/ Pr (31 tahun) 2. Lk/ Pr (22 tahun) 3. Lk/Pr (19 tahun)

4. Lk/ Pr (16 tahun) 5. Lk/ Pr (12 tahun) 6. Lk/ Pr (6 tahun)

e. Gambaran sikap/prilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap


masing-masing saudara tersebut

Saudara ke Gambaran sikap dan prilaku Kualitas hubungan dengan saudara


1 Baik Biasa
2 Pasien -
3 Baik Biasa
4 Baik Biasa
5 Baik Biasa
6 Baik Biasa

Skema Pedegree
AYAH
IBU

14
PASIEN

Keterangan :
: Keluarga yang sudah meninggal
: Keluarga yang sudah meninggal
: Keluarga yang sakit
: Laki-laki
: Perempuan
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan
bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Ayah Baik Akrab
2. Ibu Baik Akrab
3. Adik 1 Baik Akrab
4. Adik 2 Baik Akrab
5. Adik 3 Baik Akrab
6. Adik 4 Baik Akrab
g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota keluarga
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga Kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Bibi Tidak ada Tidak ada Tidak ada

h. Riwayat tempat tinggal yang pernah di diami pasien

No. Rumah Tempat Keadaan Rumah


Tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1 Rumah Orang Tua V V

2.2.5. Riwayat Kehidupan Pribadi


a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)

15
o Kesehatan fisik : baik
o Kesehatan mental : baik
- Keadaan melahirkan
o Aterm (+), Partus spontan (+)
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (Ya / Tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+) sampai usia 2 tahun
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan
hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas terhadap orang asing
sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain lain.
b) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya
kesadaran (-), dan lain-lain.
c) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
d) Masa sekolah

Perihal SD SMP SMA PT


Umur 6 – 8 tahun - - -
Prestasi* Baik - - -
Sedang
Kurang
Aktivitas sekolah* Baik - - -
Sedang
Kurang
Sikap terhadap Baik - - -
teman* Kurang
Sikap terhadap Baik - - -
guru* Kurang
Kemampuan khusus - - -
(bakat)
Tingkah laku Baik - -
g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (+), penggunaan obat terlarang (-), peminum
minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-),

16
perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-), sering sakit
kepala (-), dan lain-lain.

e) Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
f) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Haid pertama (-)
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
- Pasien belum menikah
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama
(-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.

k) Ciri kepribadian sebelumnya/ gangguan kepribadian (untuk aksis II)


Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis


Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian maupun
kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering melamun (-),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan
(-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-), tidak mau
menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (-), secara
intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya
(-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang
tersembunyi (-), cemburu patologik (-), hipersensitifitas (+),
keterbatasan kehidupan afektif (-)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (+), kurangnya
kebutuhan tidur (+), pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-),
hipersomnia (-), kurang bersemangat (-) rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-)
dan lain-lain

17
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya (+), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan
lain-lain
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (+),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan
pujian yang terus menerus (-) hubungan interpersonal yang
eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina, dan rendah diri bila
dikritik (-), dan lain-lain
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban seseorang (-), tidak mampu memelihara suatu
hubungan agar berlangsung lama (-), iritabilitas (-), agresivitas
(-), impulsif (-),sering berbohong (-), sangat cenderung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal untuk perlaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan
identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan untuk
berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri(-), rasa
bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
(-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik
dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas
sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak
(-)
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar, urutan,
organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang
berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian yang
berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain

18
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

2.2.6. Stressor Psikososial (Aksis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ),
kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( -
), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ),
persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan
teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali
bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( + ), persiapan masuk pension (
- ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( + ), masalah di sekolah ( - ), masalah
jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ),
transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan
ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ), masalah
warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( - ), masuk penjara ( - ), memasuki
masa pubertas ( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai
usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( ), kecelakaan ( - ),
pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ),
terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan
anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tua
yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras
terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua
terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri
lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup
( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan
masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ),
kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.
2.2.7. Pernah suicide (-)
2.2.8. Riwayat agama: Pasien beragama islam
2.2.9. Riwayat psikoseksual: tidak ada gangguan orientasi seksual.
2.2.10. Riwayat pelanggaran hukum: tidak pernah ditangkap ataupun terlibat masalah
hukum.
2.2.11. Persepsi dan Harapan Keluarga: keluarga pasien berharap pasien sembuh
2.2.12. Persepsi dan Harapan Pasien: pasien berharap sembuh.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

19
Pasien Pasien Pasien setelah Pasien saat ini
pertama kali dirawat di dirawat di RS dirawat di RS
pada tahun RSJ HB. Jiwa Prof. HB Jiwa Prof. HB.
2011 Saanin pada Saanin Saanin Padang
merasakan tahun 2016 selama 2 karena susah di
badan kaku, karena susah bulan, putus atur, tidak mau
tidak mau di atur, gaduh obat selama 7 makan dan
makan dan dan gelisah, bulan karena minum, tidak
minum, suka sering keluar merasa lidah mau tidur,
mengurung rumah dan kaku akibat sering
diri dan takut membahayak minum obat. menggertak dan
bertemu an orang lain. mengganggu
orang. Pasien orang lain, suka
di bawa ke mengajak orang
RSUD berantem.
Pariaman,
kaku hilang
dan tidak
begitu
sembuh

2.3. Status Internus


Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 73x/menit
Nafas : Teratur, frekuensi 16x/menit
Suhu : 36,70 C
20
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 60 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Gizi baik
Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing
(-)
Kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1,S2 reguler, Murmur (-)
Abdomen : Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan Khusus : tidak ada

2.4. Status Neurologikus


GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a) Tremor tangan : tidak ada
b) Akatisia : tidak ada
c) Bradikinesia : tidak ada
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
f) Rigiditas : tidak ada
Motorik :
a) Tonus : eutonus
b) Turgor : baik
c) Kekuatan : 555 555
555 555
d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
Refleks :
a) Refleks Fisiologis : ++/++
21
b) Refleks Patologis : -/-
2.5. Status Mental
Autoanamnesis

Pertanyaan Jawaban Interpreta6si


Assalamu’alaikum, saya dokter Wa’alaikum salam, saya A Kesadaran baik
muda Resti, saya dokter muda
Kina, dan saya dokter muda Izza
Boleh kami ngobrol-ngobrol Boleh, Kooperatif
bentar dengan bapak?
Siapa nama bapak? MFQ dipanggil A Perhatian ada
Berapa umur bapak sekarang? 23 tahun Daya ingat baik
Sudah menikah belum pak? Belum Orientasi
personal baik
Jadi apa yang terjadi dirumah Saya dirumah marah-marah, hati
sehingga bapak bisa berada disini tidak tenang, serta tidak bisa tidur
pak?
Lalu kenapa bapak tiba-tiba bisa A meminta dibelikan rokok kepada
marah pak? orang tua, tetapi tidak dikasih,
kemudian A marah-marah, dan pergi
naik motor ke arah bukit dekat
rumah.
Di bukit apa yang terjadi disana Pergi malam jam 7, kemudian dibukit
pak? Bapak pergi malam hari melihat sapi-sapi tidur sebanyak 7
atau siang hari pak? ekor.
Yakin bapak itu sapi pak? Iya, itu sapi, kaget saja tiba-tiba ada
Atau binatang lain pak?
sapi biasanya tidak ada.
Yang melihat sapi bapak sendiri
Saya sendiri
atau ada orang lain pak?
Apakah biasanya memang ada Tidak ada, tapi biasanya sapi
sapi yang berkeliaran disana pak dikampung A dilepas saja.
malam-malam?
Sebelumnya apakah bapak Pernah, A sudah 17 kali dirawat
pernah dirawat pak? disini.

Pertama kali bapak dirawat A dirawat pertama kali di rsj saanin


kapan pak? tahun 2008, karena emosi dan stres
memikirkan ekonomi keluarga, saya

22
putus sekolah tinggal dikampung
hanya dengan 2 adik, saya harus
kerja, kerja di kebun sawit, orang tua
pergi ke solok. Saya minum pil
dextro, melayang tubuh saya rasanya,
hilang timbul ingatan.
Selain pil itu, bapak pernah Saya hisap ganja kira- kira 1 bulan,
konsumsi ganja? semenjak itu jadi cemas.
Pada tahun berapa konsumsi Tahun 2012
ganja pak?
Setelah konsumsi ganja atau pil Saya emosi-emosi, menghambat
itu bagaimana keseharian bapak? mobil truk dijalanan, keluarga bilang
saya pernah pernah ambil silet dan
menyilet-nyilet tangan, pernah
dirantai dan dipasung keluarga,
berobat kemana-mana, akhirnya
dibawa ke rumah sakit ini. Minum
bensin saya pernah.
Saya punya motor kesayangan, dibeli
dengan hasil jual sapi, baru 3 bulan
motor saya dibawa kakak ke solok,
semenjak itu saya makin stress.

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 27 Maret 2018


2.5.1. Keadaan Umum
1. Kesadaran / sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran
berkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.
2. Penampilan:
· Sikap tubuh: biasa (-), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah
(+), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai
gender (+)
· Cara berpakaian: rapi (+), biasa (-), tak menentu (-), sesuai dengan situasi
(-), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)
· Kesehatan fisik: sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan
basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)

23
3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang
wajar (-), sebentar (-), lama (-)
3. Sikap: kooperatif (+), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (+), berusaha supaya disayang (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-), dan
lain-lain.
4. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
· Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
· Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-),
otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-),
hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia (-),
kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
· Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia
(-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),konvulsi (-), seizure (-),
piomanisa (-), vagabondage (-)
2.5.2. Verbalisasi dan cara berbicara
· Arus pembicaraan* : cepat
· Produktivitas pembicaraan* : banyak
· Perbendaharaan* : biasa
· Nada pembicaraan* : biasa
· Volume pembicaraan* : biasa
· Isi pembicaraan* : sesuai
· Penekanan pada pembicaraan* : ada
· Spontanitas pembicaraan * : spontan
· Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)
2.5.3. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat), arus emosi (biasa)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).

24
2. Mood
Mood eutimik (-), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (+), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania
(-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal
(-), penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis
(-), bulimia (-).
2.5.4. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental (-), psikosis (+), tes realitas (terganggu/tidak), gangguan
pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-),
berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),
inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-),
jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-), derailment (-),
flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia (-).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
· Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
· Delusi/ waham

25
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan
dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham
nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham
persekutorik (-), waham kebesaran (+), waham referensi (-), though of
withdrawal (-), though of broadcasting (-), though of insertion (-), though
of control (-), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-), waham
menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-),
waham agama (-)
· Idea of reference (-)
· Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-),
fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).

2.5.5. Persepsi
· Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (+) ketika sebelum dirawat, saat
ini sudah tidak, halusinasi olfaktorik (-), halusinasi gustatorik (-), halusinasi
taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan
dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis
(-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination), trailing
phenomenon (-).
· Ilusi (-)
· Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
2.5.6. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
2.5.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik),
orientasi situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance
(-), dan lain-lain.

26
3. Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan
memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/
baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-), amnesia (-),
konfabulasi (-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
2.5.8. DI / DJ
Discriminative insight : derajat V
Discriminative Judgment : judgment tes baik, judgment sosial baik

2.6. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa Tn. MD usia 22 tahun jenis kelamin laki-laki. Pada pemeriksaan
status mental didapatkan pasien dengan penampilan cukup rapi, sikap kooperatif,
psikomotor normoaktif, verbalisasi spontan, lancar dan cepat, orientasi baik, kontak
psikis dapat dilakukan, afek appropriate, mood hipertim, proses pikir koheren, isi pikir
waham merasa paling hebat, persepsi halusinasi visual, discriminative insight V dan
discriminative judgement tidak terganggu.

2.7. Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF 70-61

2.8. Diagnosis Banding Axis I


Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
2.9. Daftar Masalah
a) Organobiologik : tidak ada
b) Psikologis : waham kebesaran, halusinasi visual
c) Lingkungan dan psikososial : tidak ada
d) Ekonomi : tidak ada

2.10. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Risperidon 2x2 mg po
Lorazepam 1x2 mg po
27
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
· Psikoterapi supportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan masalah
secara terarah.
2. Kepada keluarga
· Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita
pasien
· Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
· Terapi kepatuhan minum obat pada pasien

2.11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam

28
BAB IV
DISKUSI / ANALISIS KASUS

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit,

dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola perilaku dan perasaan

yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan

demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu

gangguan jiwa. Pada pasien ini ditemukan gejala klinis yang mengarah pada

Skizoafektif tipe manik. Pada pasien saat ini ditemukan waham kebesaran (+), adanya

riwayat halusinasi visual (+), dan perilaku kacau.

Waham kebesaran pasien ditandai dengan pasien yang merasa paling hebat

sehingga pasien sering mengganggu orang lain dan mengajak untuk bertengkar.

Halusinasi visual berupa bayangan hitam besar. Pasien mengaku pertama kali melihat

bayangan hitam yang besar saat pasien marah, bayangan tersebut kemudian masuk

kedalam tubuhnya dan membuat pasien merasa kuat saat bertengkar. Pada pasien juga

terdapat riwayat perilaku yang kacau, yaitu ketika pasien dirumah pasien susah untuk di

atur, suka menggertak dan mengganggu orang lain. Pasien juga banyak bicara, namun

sering bicara ngawur juga suka pergi keluar rumah. Pasien juga kadang tidak mau

makan dan kebutuhan akan tidur berkurang.

Berdasarkan anamnesis gejala dan perjalanan penyakit pasien maka diagnosis

pada aksis I untuk pasien pada saat ini yaitu skizoafektif tipe manik (F25.0).

Sebelum dikenal mengalami gangguan jiwa, tidak didapatkan gangguan

kepribadian sebelumnya. Axis II tidak ada diagnosis.

Pada pasien ini tidak ditemukan gangguan kondisi medis umum, sehingga aksis

III pada pasien ini adalah tidak ada diagnosis. Pada pasien ini tidak didapatkan masalah

29
utama yang menyebabkan perubahan perilaku pada pasien sehingga pada aksis IV pada

pasien ini adalah tidak ada diagnosis

Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga

berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien

berada pada nilai 70-61, yakni beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik.

Pada pasien diberikan Risperidone 2x2 mg sebagai antipsikotik golongan

atipikal yang terpilih sebagai terapi karena efek sampingnya yang minimal dan daya

kerja obatnya yang lebih baik dibandingkan golongan tipikal. Selain itu diberikan juga

Lorazepam 1x2 mg yang merupakan obat golongan benzodiazepine yang terpilih

sebagai penenang dan anti-insomnia agar pasien bisa beristirahat dan tidur.

Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini.

Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah

psikoterapi suportif, psikoedukasi saat kondisi pasien stabil dan bisa berkomunikasi.

Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat kita pada pasien,

memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis

menunjukkan penerimaan terhadap kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang

hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman,

diterima dan dilindungi.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2014:147-68.
2. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3
3. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri -
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744.
4. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.
5. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat. Dalam:
Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI; 2013: 125-
127.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
2013; 46-48.
7. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Psychiatric Drug Treatment
8. Psychosis and Schizophrenia. Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and
Mood Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. England :
Cambridge University Press. 2008:26-34.

31

Anda mungkin juga menyukai