Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSJ HB SAANIN
PADANG
2018
BAB I
0
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran baik
tidak diketahui meskipun beberapa data riset menunjukkan bahwa skizoafektif terkait
dengan faktor genetik. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.
Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresif, dan campuran.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi. Bila gejala skizofrenik dan gangguan perasaan
manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan
skizoafektif tipe manik. Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala skizofrenik dan
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%, berkisar
skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda.
terutama perempuan yang sudah menikah. Usia awitan perempuan lebih sering
yang nyata atau tidak sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang
dengan diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari
1
Penyebab dari skizoafektif sulit dilakukan. Dugaan saat ini bahwa gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi
patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan gabungan
dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada kemungkinan kedua,
maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional ataupun struktural yang terlibat
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang
sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila gejala
skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut
gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan skizoafektif tipe depresif,
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan
dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana
Depresi
2
Merasa tidak ada semangat
Mania
a. Peningkatan aktivitas
b. Bicara cepat
c. Pikiran yang meloncat-loncat
d. Sedikit tidur
e. Agitasi
f. Percaya diri meningkat
g. Mudah teralihkan
Skizofrenia
(PPDGJ-III):4
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
3
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
khusus)
c) Halusinasi Auditorik:
pasien, atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
4
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
neologisme;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus
ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam
1.6 Diagnosis
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
5
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat
sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-
gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif
yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian
dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang
sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood)
pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif. 4
menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari
yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan
manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2).
pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33).
6
1.7 Diagnosis Banding
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara
khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood
pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis
psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.1,4
a. Psikofarmaka
rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari
antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya
jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak
suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan
gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi
antidepresan.6
7
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan
digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood stabilIzer yaitu membantu
temperamen emosional dan perilaku dan menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga
Hindari minum alkohol saat mengambil carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan
beberapa efek samping carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1
antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan memblokade
atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi, dan berpikir dan
seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu dapat menimbulkan efek samping
antikolinergik seperti merah mata dan xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat
atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan skizoafektif dengan
8
tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung
b. Psikoterapi
penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi
juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien
pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian
pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan
skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan
mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang
menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.
mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar
dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada
faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala defisit atau gejala
negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga
9
adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada
hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Pendidikan : Tamat SMP
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Pasar Kandang, Kel. Lubuk Alung Kec. Lubuk Alung,
Kabupaten Padang Pariaman
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
12
bawa ke RSUD Pariaman, kaku pasien hilang dan keluarga masih beranggapan
pasien belum begitu sembuh. Pada tahun 2016, keluarga pasien mengeluhkan pasien
susah untuk di atur, lebih sering keluar rumah, suka menggertak dan mengajak
orang lain untuk bertengkar dengannya. Pasien mengaku jika marah, maka akan
muncul bayangan hitam yang besar kemudian merasuki diri pasien sehingga pasien
merasa hebat dan kuat.
Pasien dirawat di RSJ HB Saanin selama 2 bulan pada tahun 2016. Pasien
mengaku minum obat rutin selama 5 bulan, namun pasien merasakan badan nya
kaku terutama bagian mulut dan lidah sehingga pasien kesulitan makan dan minum.
Kemudian pasien putus berobat selama 7 bulan karena pasien beranggapan hal
tersebut merupakan efek dari obat yang diminumnya.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan kesadaran,
maupun HIV.
13
1.Ayah kandung (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung jawab
(-).
2.Ibu (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung jawab
(-).
Ket: ** diisi dengan tanda (+) atau (-)
c. Saudara
Jumlah saudara lima dan pasien anak kedua
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. Lk/ Pr (31 tahun) 2. Lk/ Pr (22 tahun) 3. Lk/Pr (19 tahun)
Skema Pedegree
AYAH
IBU
14
PASIEN
Keterangan :
: Keluarga yang sudah meninggal
: Keluarga yang sudah meninggal
: Keluarga yang sakit
: Laki-laki
: Perempuan
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan
bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Ayah Baik Akrab
2. Ibu Baik Akrab
3. Adik 1 Baik Akrab
4. Adik 2 Baik Akrab
5. Adik 3 Baik Akrab
6. Adik 4 Baik Akrab
g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota keluarga
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga Kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Bibi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
15
o Kesehatan fisik : baik
o Kesehatan mental : baik
- Keadaan melahirkan
o Aterm (+), Partus spontan (+)
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (Ya / Tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+) sampai usia 2 tahun
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan
hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas terhadap orang asing
sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain lain.
b) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya
kesadaran (-), dan lain-lain.
c) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
d) Masa sekolah
16
perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-), sering sakit
kepala (-), dan lain-lain.
e) Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
f) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Haid pertama (-)
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
- Pasien belum menikah
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama
(-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
17
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya (+), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan
lain-lain
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (+),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan
pujian yang terus menerus (-) hubungan interpersonal yang
eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina, dan rendah diri bila
dikritik (-), dan lain-lain
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban seseorang (-), tidak mampu memelihara suatu
hubungan agar berlangsung lama (-), iritabilitas (-), agresivitas
(-), impulsif (-),sering berbohong (-), sangat cenderung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal untuk perlaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan
identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan untuk
berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri(-), rasa
bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
(-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik
dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas
sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak
(-)
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar, urutan,
organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang
berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian yang
berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain
18
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
19
Pasien Pasien Pasien setelah Pasien saat ini
pertama kali dirawat di dirawat di RS dirawat di RS
pada tahun RSJ HB. Jiwa Prof. HB Jiwa Prof. HB.
2011 Saanin pada Saanin Saanin Padang
merasakan tahun 2016 selama 2 karena susah di
badan kaku, karena susah bulan, putus atur, tidak mau
tidak mau di atur, gaduh obat selama 7 makan dan
makan dan dan gelisah, bulan karena minum, tidak
minum, suka sering keluar merasa lidah mau tidur,
mengurung rumah dan kaku akibat sering
diri dan takut membahayak minum obat. menggertak dan
bertemu an orang lain. mengganggu
orang. Pasien orang lain, suka
di bawa ke mengajak orang
RSUD berantem.
Pariaman,
kaku hilang
dan tidak
begitu
sembuh
22
putus sekolah tinggal dikampung
hanya dengan 2 adik, saya harus
kerja, kerja di kebun sawit, orang tua
pergi ke solok. Saya minum pil
dextro, melayang tubuh saya rasanya,
hilang timbul ingatan.
Selain pil itu, bapak pernah Saya hisap ganja kira- kira 1 bulan,
konsumsi ganja? semenjak itu jadi cemas.
Pada tahun berapa konsumsi Tahun 2012
ganja pak?
Setelah konsumsi ganja atau pil Saya emosi-emosi, menghambat
itu bagaimana keseharian bapak? mobil truk dijalanan, keluarga bilang
saya pernah pernah ambil silet dan
menyilet-nyilet tangan, pernah
dirantai dan dipasung keluarga,
berobat kemana-mana, akhirnya
dibawa ke rumah sakit ini. Minum
bensin saya pernah.
Saya punya motor kesayangan, dibeli
dengan hasil jual sapi, baru 3 bulan
motor saya dibawa kakak ke solok,
semenjak itu saya makin stress.
23
3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang
wajar (-), sebentar (-), lama (-)
3. Sikap: kooperatif (+), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (+), berusaha supaya disayang (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-), dan
lain-lain.
4. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
· Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
· Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-),
otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-),
hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia (-),
kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
· Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia
(-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),konvulsi (-), seizure (-),
piomanisa (-), vagabondage (-)
2.5.2. Verbalisasi dan cara berbicara
· Arus pembicaraan* : cepat
· Produktivitas pembicaraan* : banyak
· Perbendaharaan* : biasa
· Nada pembicaraan* : biasa
· Volume pembicaraan* : biasa
· Isi pembicaraan* : sesuai
· Penekanan pada pembicaraan* : ada
· Spontanitas pembicaraan * : spontan
· Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)
2.5.3. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat), arus emosi (biasa)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).
24
2. Mood
Mood eutimik (-), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (+), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania
(-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
25
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan
dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham
nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham
persekutorik (-), waham kebesaran (+), waham referensi (-), though of
withdrawal (-), though of broadcasting (-), though of insertion (-), though
of control (-), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-), waham
menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-),
waham agama (-)
· Idea of reference (-)
· Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-),
fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).
2.5.5. Persepsi
· Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (+) ketika sebelum dirawat, saat
ini sudah tidak, halusinasi olfaktorik (-), halusinasi gustatorik (-), halusinasi
taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan
dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis
(-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination), trailing
phenomenon (-).
· Ilusi (-)
· Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
2.5.6. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
2.5.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik),
orientasi situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance
(-), dan lain-lain.
26
3. Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan
memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/
baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-), amnesia (-),
konfabulasi (-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
2.5.8. DI / DJ
Discriminative insight : derajat V
Discriminative Judgment : judgment tes baik, judgment sosial baik
2.10. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Risperidon 2x2 mg po
Lorazepam 1x2 mg po
27
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
· Psikoterapi supportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan masalah
secara terarah.
2. Kepada keluarga
· Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita
pasien
· Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
· Terapi kepatuhan minum obat pada pasien
2.11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam
28
BAB IV
DISKUSI / ANALISIS KASUS
dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola perilaku dan perasaan
yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan
demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu
gangguan jiwa. Pada pasien ini ditemukan gejala klinis yang mengarah pada
Skizoafektif tipe manik. Pada pasien saat ini ditemukan waham kebesaran (+), adanya
Waham kebesaran pasien ditandai dengan pasien yang merasa paling hebat
sehingga pasien sering mengganggu orang lain dan mengajak untuk bertengkar.
Halusinasi visual berupa bayangan hitam besar. Pasien mengaku pertama kali melihat
bayangan hitam yang besar saat pasien marah, bayangan tersebut kemudian masuk
kedalam tubuhnya dan membuat pasien merasa kuat saat bertengkar. Pada pasien juga
terdapat riwayat perilaku yang kacau, yaitu ketika pasien dirumah pasien susah untuk di
atur, suka menggertak dan mengganggu orang lain. Pasien juga banyak bicara, namun
sering bicara ngawur juga suka pergi keluar rumah. Pasien juga kadang tidak mau
pada aksis I untuk pasien pada saat ini yaitu skizoafektif tipe manik (F25.0).
Pada pasien ini tidak ditemukan gangguan kondisi medis umum, sehingga aksis
III pada pasien ini adalah tidak ada diagnosis. Pada pasien ini tidak didapatkan masalah
29
utama yang menyebabkan perubahan perilaku pada pasien sehingga pada aksis IV pada
Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga
berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien
berada pada nilai 70-61, yakni beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan
atipikal yang terpilih sebagai terapi karena efek sampingnya yang minimal dan daya
kerja obatnya yang lebih baik dibandingkan golongan tipikal. Selain itu diberikan juga
sebagai penenang dan anti-insomnia agar pasien bisa beristirahat dan tidur.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini.
Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah
psikoterapi suportif, psikoedukasi saat kondisi pasien stabil dan bisa berkomunikasi.
hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman,
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2014:147-68.
2. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3
3. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri -
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744.
4. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.
5. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat. Dalam:
Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI; 2013: 125-
127.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
2013; 46-48.
7. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Psychiatric Drug Treatment
8. Psychosis and Schizophrenia. Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and
Mood Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. England :
Cambridge University Press. 2008:26-34.
31